Sie sind auf Seite 1von 3

Mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal dan

menekuni berbagai bidang tersebut di suatu tempat yang di namakan universitas. Kelompok ini sering juga disebut sebagai Golongan intelektual muda yang penuh bakat dan potensi. Disamping itu mahasiswa juga semestinya mempunyai perilaku yang patut menjadi teladan para adik adiknya yang masih duduk di bangku sekolah. Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang terlalu besar. Mahasiswa seharusnya berada diposisi netral yang tanpa ada embel-embel yang lain. Tetap berperan dengan idealisme dan independennya. Tanpa memihak kecuali kepada kebenaran. Namun yang menjadi pembahasannya sekarang adalah hakikat kita sebagai mahasiswa yang semestinya mempunyai bakat dan potensi untuk membangun Bangsa dan Negara ini yang dimulai di dunia perkuliahan. Dalam hal makna, arti mahasiswa bukanlah posisi strata pendidikan yang dilakukan setelah lulus SMA. Namun ketika menginginkan makna ini agar jelas terdapat tiga peran yang dimiliki mahasiswa yakni sebagai agent og change, social control, dan iron stock. Sebagai agen perubahan (AGEN OF CHANGE), mahasiswa dituntut bersifat kritis. Diperlukan implementasi yang nyata. Contoh konkrit implementasi tersebut dapat dilihat pada. Peranan mahasiswa yang realistis dalam berbangsa dan bernegara dimana telah terukir dalam sejarah Indonesia. Pada Tahun 1966, mahasiswa dengan jiwa mudanya mampu menggulingkan Soekarnao (Orde Lama) Otoritarianisme negara berupa pengangkatan Soekarnao sebagai Presiden seumur hidup dapat ditolak. Berlanjut pada tahun 1998 dengan pergerakan yang sistematis dan teroganizir mahasiswa bersama Tokoh-Tokoh masyarakat mampu menggulingkan rezim Soeharto (1998) yang akhirnya mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Di dunia kampus pun peranan mahasiswa sebagai agen perubahan sangat nampak. Mahasiswa-mahasiswa kerap mendengungkan program menanam seribu pohon, larangan untuk merokok, larangan untuk melakukan seks bebas, larangan untuk mengonsumsi narkoba dan masih banyak lagi. Kesemua program ini tentunya dilakukan untuk merubah kondisi mahasiswa sendiri ke arah yang lebih baik. Peranan mahasiswa sebagai control sosial di dunia kampus pun sangat nampak. Tidak usah jauh-jauh, belakangan ini terjadi perubahan kebijakan dalam hal pembayaran SPP di universitas kita. Banyak orang yang menyebutnya sebagai perubahan SPP Progresif. Berdasarkan pengamatan saya di beberapa akun jejaring sosial, banyak mahasiswa mengeluhkan kebijakan ini, karena nominal SPP mereka mengalami kenaikan. Badan eksekutif mahasiswa pun tidak tinggal diam, anggota-anggotanya yang terdiri dari mahasiswa sendiri mengajukan pernyataan keberatan kepada bagian rektorat. Terbukti bukan peranan mahasiswa sebagai social control.

Yang kedua adalah mahasiawa sebagai kontrol sosial. Masyarakat adalah sekumpulan populasi dengan beragam karakter. Banyak sekali aspek sosial yang harus dipenuhi agar tidak terjadi ketimpangan yang rentan memicu konflik. Jika kondisinya berlawanan, maka dapat dipastikan adanya konflik kecil yang bisa timbul di mahasiswa maupun masyarakat. Di sinilah

peran mahasiswa. Kontrol dari kondisi kondisi sosial merupakan implementasi nyata mahasiswa untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat. Memanfaatkan media sangat atraktif bila diterapkan. Jika menyadari peran dalam masyarakat, sewajarnya mahasiswa menjadi harapan masyarakat dan bukan sekadar penganut hedonistik. Peranan mahasiswa sebagai control sosial di dunia kampus pun sangat nampak. Tidak usah jauh-jauh, belakangan ini terjadi perubahan kebijakan dalam hal pembayaran SPP di universitas kita. Banyak orang yang menyebutnya sebagai perubahan SPP Progresif. Berdasarkan pengamatan saya di beberapa akun jejaring sosial, banyak mahasiswa mengeluhkan kebijakan ini, karena nominal SPP mereka mengalami kenaikan. Badan eksekutif mahasiswa pun tidak tinggal diam, anggota-anggotanya yang terdiri dari mahasiswa sendiri mengajukan pernyataan keberatan kepada bagian rektorat. Terbukti bukan peranan mahasiswa sebagai social control.

Tidak usah jauh-jauh contoh nyata dari peranan mahasiswa sebagai social control dapat kita lihat saat akan terjadi kenaikan BBM. Di malang saja peranan mahasiswa sangat nampak. Begitu banyak mahasiswa dari berbagai universitas negeri maupun swasta turun ke jalan-jalan menuju Balai Kota Malang untuk mengutarakan aspirasi mereka yakni menolak kenaikan BBM. Mahasiswa begitu antusiasnya menolak kenaikan ini, karena mereka memikirkan nasib masyarakat kedepannya, terutama rakyat yang kurang mampu ekonominya. Upaya mahasiswa pun tidak sia-sia, demonstrasi penolakan kenaikan BBM dari berbagai kalangan pun berhasil menunda kenaikan BBm di tanah air. Luar biasa bukan. Oleh karena itu sebagai mahasiswa peranan ini harus terus diwujudnyatakan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Pernanan terakhir ialah mahasiswa sebagai iron stock atau cadangan potensial. Sebagaimana pengertian mahasiswa sendiri yang berarti suatu kelompok yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu. Disinilah kesadaran para mahasiswa yang harus ditekankan, bahwa sebagai mahasiswa yang nantinya akan mempunyai suatu keahlian dalam bidang bidang ilmu tertentu harus wajib mengamalkannya dalam masyarakat luas. Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa sebagai seorang calon pemimpin bangsa masa depan,yang akan menggantikan generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Oleh karena itu disini nampak sekali bahwa mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting terutama untuk kemajuan Bangsa dan Negaranya sendiri. Dan disinilah tingkat Nasionalisme seorang lulusan mahasiswa akan di pertanyakan. Karena banyak lulusan lulusan mahasiswa Indonesia melupakan Bangsa dan Negaranya sendiri, karena mereka sudah dilupakan oleh uang dan jabatan yang mereka dapat di Bangsa dan Negara lain. Seharusnya kita (mahasiswa) menjadi cadangan potensial untuk memajukan Bangsa dan Negara kita, dan menjadi titik terang untuk keluar dari krisis krisis yang berkepanjangan ini. Dengan demikian kiranya ulusan-lulusan dengan Nasionalisme tinggi akan terbentuk yakni tidak cukup dengan hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja namun perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, kemampuan memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi. Pembentukan cadangan-cadangan potensial ini sangat dipengaruhi oleh dunia perkuliahan mereka. Pada umumnya, mahasiswa mengikuti organisasi-organisasi yang ada di kampus mereka. Tanpa disadari, disaat itu jugalah kepribadian mereka sebagai cadangan potensial terbentuk. Kepribadian tersebut bisa berupa kemandiriian, kesetiakawanan dan cinta tanah air. Dengan adanya lulusan-lulusan mahasiswa

yang memenuhi kriteria di atas maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar dan sejahtera. Berdasarkan ulasan saya di atas nampak sekali peran mahasiswa yang begitu kompleks. Kompleksitas tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa disamping sebagai pelajar, sekaligus sebagai pemberdaya yang ditopang dalam tiga peran : agent of change, social control, and iron stock. Saat ini kita hanya tinggal menunggu saja hingga saatnya tiba dimana bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa adalah generasi yang ditunggu-tunggu bangsa ini. Terlepas dari semua itu Mahasiswa juga sebagai mata air yang mengaplikasikan paradigma kampus sebagai center of excellence (Pusat Keunggulan), sehingga tanggung jawab mahasiswa di tengah masyarakat selalu dipertanyakan. Sebagai mata air yang mengaliri sungai dengan basis intelektualnya, mahasiswa dihadapkan dengan dinamika masyarakat. Tak ubahnya sebuah negara mahasiswa pun sebagai student governance (Pemerintahan Mahasiswa) dengan organisasi baik internal maupun external mahasiswa mampu beridiri diatas kaki sendiri. Kemandirian ini akan mereka mulai ketika mereka menginjakkan kaki di dunia kampus.

Das könnte Ihnen auch gefallen