Sie sind auf Seite 1von 3

Penatalaksanaan Alergi Makanan a.

Non Medikamentosa Pengobatan yang paling penting pada alergi makanan ialah eliminasi terhadap makanan yang bersifat alergen. Terapi eliminasi ini seperti umumnya pengobatan lain mempunyai efek samping. Eliminasi yang ketat pada sejumlah besar jenis makanan, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan malnutrisi atau kesulitan makan pada anak. Umumnya alergi makanan akan menghilang dalam jangka waktu tertentu kecuali alergi terhadap kacang tanah dan sejenisnya serta hidangan laut. Dilaporkan bahwa anak yang menderita alergi makanan akan mengalami perbaikan dengan kehilangan reaktivitas terhadap makanan sekitar 25%, sedangkan pada usia dewasa akan mengalami perbaikan dengan kehilangan reaktivitas terhadap makanan selamanya. Dengan terapi diet yang ketat terhadap makanan alergen dalam beberapa tahun, alergi makanan dapat saja menghilang, akan tetapi bukan tidak mungkin akan timbul masalah malnutrisi atau gangguan makan yang lain. Oleh karena itu di upayakan untuk memberi makanan pengganti yang tepat. b. Medikamentosa Secara keseluruhan, pemberian obat-obat seperti antihistamin, H1 dan H2, ketotifen, kortikosteroid serta inhibitor sistetase prostaglandin. dapat mengendalikan gejala, akan tetapi umumnya mempunyai efisiensi yang rendah. Penggunaan natrium kromoglikat peroral banyak diteliti, tetapi hasilnya masih bertentangan. Pemberian imunoterapi pada alergi makanan belum jelas hasilnya. Sampai sekarang belum ada studi yang memadai untuk membuktikan hasil imunoterapi pada alergi makanan.

Pencegahan Secara umum, ada 3 tahap pencegahan terjadinya penyakit alergi yaitu pencegahan primer (sebelum terjadi sensitisasi), pencegahan sekunder (sudah terjadi sensitisasi tetapi belum terjadi penyakit alergi) serta pencegahan tersier (sudah terjadi penyakit alergi misalnya dermatitis, tetapi belum terjadi penyakit alergi lain misalnya asma). Pencegahan primer dilakukan dengan diet penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester kehamilan. Sayangnya pada pencegahan primer ini belum ada cara yang tepat untuk menilai keberhasilannya. Pencegahan sekunder dilakukan dengan penentuan dan penghindaran jenis makanan yang menyebabkan penyakit alergi. Pencegahan tersier biasanya ditambah dengan penggunaan obat seperti misalnya pemberian setirizin pada dermatitis atopik untuk mencegah terjadinya asma di kemudian hari. Pemberian ASI ekslusif dilaporkan, dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan. Akan tetapi para ahli alergi masih memperdebatkan efektifitasnya. Walaupun demikian sebagian besar peneliti berpendapat bahwa dengan melakukan penghindaran makanan alergen pada ibu hamil dan menyusui serta pada bayi usia dini dengan resiko tinggi terjadinya penyakit atopik, ternyata dapat bermanfaat mencegah terjadinya alergi makanan/penyakit atopik dikemudian hari. Pendekatan moderen secara nutrisi misalnya dengan pemberian fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus misalnya pemberian formula susu hipoalergenik atau penggunaan komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak dan antioksidan untuk mencegah terjadinya sensitisasi pada anak yang mempunyai risiko alergi. Pemberian probiotik dapat diberikan sebagai imunomodulator untuk merangsang sel limfosit Th1 pada anak yang mempunyai bakat alergi.

Sumber: http://www.idai.or.id

SOAL 1. Reaksi merugikan makanan terhadap tubuh terbagi menjadi reaksi toksik dan non toksik. Dari pernyataan berikut ini yang manakah pernyataan yang benar mengenai reaksi toksik? a. Reaksi yang terjadi bergantung akan kerentanan seseorang b. Reaksi yang terjadi tidak berhubungan dengan sensitivitas individual tetapi dapat terjadi pada semua orang. c. Reaksi berupa intoleransi makanan d. Reaksi berupa hipersensitivitas makanan e. Reaksi diperantarai oleh antibody IgE. JAWABAN : B Sumber : Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1 Cetakan kedua, Mohammad Juffrie ,dkk. Hal 180

Das könnte Ihnen auch gefallen