Sie sind auf Seite 1von 3

PULP & PAPER INDONESIA, PRODUK PENANGKAL PERUBAHAN IKLIM.

Oleh : Banjar Yulianto Laban*) Rabu, 24 Oktober 2012 melalui milist Rimbawan Interaktif saya menerima berita artikel dari sdr. Surya Mahendra Saputra dengan judul BOIKOT PULP & KERTAS: SARAT KEPENTINGAN DAGANG, WALT DISNEY STOP PRODUK RI. Selanjutnya saya tanggapi artikel tersebut dengan judul diatas dan tulisan tebal miring sebagai berikut :

JAKARTA: Sejumlah aksi boikot pulp dan kertas asal Indonesia ditengarai sarat oleh kepentingan persaingan dagang. persaingan dagang dengan memboikot export produk kertas/tissue Indonesia seharusnya tidak berefek, mengingat Indonesia selalu unggul dalam penyediaan bahan baku. Bahan baku kertas dari indonesia adalah chip dan pulp dari jenis tanaman hutan fast growing species, umur kurang dari 10 tahun, asli dari habitat daerah iklim tropis, mudah dimuliakan untuk pengadaan bibit unggul yang dapat diperbanyak dengan kultur jaringan, mudah ditanam dan mudah dipelihara. Jadi dari potensi dan luas kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang telah sesuai dengan tata ruang wilayah dan legalitas izin, industri pulp and paper di Indonesia tidak akan kekurangan bahan baku. Supply demand dapat imbang dan tidak masalah, kapasitas industri terpasang selalu diperhitungkan dan dapat dipenuhi dari sumber bahan baku yang tersedia di hutan tanaman. ReaKsi negatif yang dilontarkan kelompok pemerhati lingkungan Rainforest Action Network (RAN) telah mempengaruhi sejumlah perusahaan multinasional termasuk Walt Disney untuk menghentikan penggunaan kertas yang dipasok dari hutan Indonesia.

diduga RAN sebagai pemerhati lingkungan kurang obyektif prosedural dan kurang komplit
dalam mengumpulkan bukti atau bahan untuk kampanye bahwa industri pulp and paper di Indonesia menggunakan bahan baku legal. RAN diduga hanya melihat di lapangan dan mengambil kesimpulan sepihak bahwa telah terjadi ilegal logging dan perambahan sangat luas menurut pandangan mereka di konsesi HTI yang bersangkutan, padahal kegiatan itu adalah land clearing (yang di sumatera pada umumnya sudah harus selesai pada tahun 2010). Land clearing adalah kegiatan lapangan, bagian dari prosedur penyiapan lahan di konsesi HTI dimaksud untuk penanaman Acacia sp sebagai salah satu jenis unggulan bahan baku kertas. Hingga kini, Disney dan beberapa perusahaan bersikeras menghindari bahan baku kayu campuran dari hutan hujan tropis Indonesia, dan mencari sumber alternatif seperti memakai kertas daur ulang serta kayu yang sudah dipanen sesuai dengan rekomendasi dari Forest Stewardship Council (FSC) yang sudah diakui secara internasional.

peralatan industri kertas , pulp dan chip di Indonesia tidak didesign untuk melayani kayu
campuran dari hutan hujan tropis yang pada umumnya berumur panjang, non fast growing, keras dan berserat yang tidak bagus untuk kertas/tissue. Kayu campuran hasil land clearing sebagian besar digunakan untuk bahan baku kayu olahan memenuhi kebutuhan lokal. Kertas daur ulang sebagai bahan baku, kualitasnya telah menurun disamping membutuhkan bahan pencuci/ bleaching yang mahal. Terkait dengan kayu bahan baku chip, pulp yang sudah dipanen sesuai dengan rekomendasi FSC, dapat disampaikan disini bahwa semua Industri kertas sampai ke konsesi HTI kertas di Indonesia sebagian besar telah mengantongi sertifikat SFM dan produk kayu legal dari FSC. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto mengungkapkan fenomena itu harus ditanggapi serius karena didasari oleh tudingan yang

menyesatkan. Menurutnya, kampanye RAN telah menyudutkan dunia industri kehutanan di Indonesia.

saya setuju untuk ditanggapi serius dalam bentuk diskusi dengan Walt Disney cs (
perusahaan multinasional lainnya) dan menggalang jaringan kerjasama teknologi produk kertas ramah lingkungan. Adapun bahan untuk diskusi dan penggalangan jaringan tersebut harus berdasar aksi nyata di lapangan berupa: (1) kepedulian kerjasama dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan konsesi HTI kertas. (2) kepedulian dalam mengelola (a) kawasan hutan alam di 200 m tepi kanan kiri sungai, (b) kawasan hutan alam atau lahan gambut yang sesuai kriteria harus dilindungi di konsesinya dan (3) kepedulian untuk menggalang kerja sama dengan LIPI, Ditjen PHKA Kemenhut, Ka Balitbanghut Kemenhut, Kemendikbud dan UNESCO atau Badan Konservasi International lainnya, antara lain dalam rangka mengelola hutan/lahan gambut di konsesinya yang telah berstatus Cagar Biosfeer dan diakui UNESCO.

Produk pulp dan kertas Indonesia punya kesempatan merajai pasar global. Ini sangat mungkin menimbulkan kekhawatiran negara-negara pesaing yang merasa terancam bisnis dan industrinya, ketus Purwadi kepada wartawan hari ini, (24/10) di Jakarta.

dari aspek bisnis, bisa saja terjadi persaingan, persaingan itu hal biasa. Tapi persaingan
yang fair dan obyektif tentunya harus tetap kita junjung tinggi. Bagaimana kita menciptakan persaingan seperti itu (fair dan obyektif), manakala punya kesempatan merajai pasar global? Tentunya kiat keseimbangan yang sekarang diperlukan dunia untuk menghadapi perubahan iklim harus ditanggapi serius juga, antara lain dengan seberapa besar kontribusi positif industri pulp & paper kepada kegiatan konservasi melalui pendidikan dan budaya yang berorientasi pada membangun karakter bangsa atau menjadikan prinsip konservasi sebagai bagian dari perilaku manusia, sehingga manusia tidak harus merusak alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Purwadi menilai serangkaian kampanye hitam yang kerap mendiskreditkan produk kayu Indonesia merupakan intimidasi untuk menekan perusahaan multinasional menghentikan pembelian produk kayu Indonesia.

saya kira intimidasi sebagai bagian dari gaya politik tidak seharusnya masuk dalam ranah
perdagangan global. Hanya ada dua yang mempengaruhi di Dalam Negeri yaitu tarief barier berupa pajak export dan non tarief barier yaitu alasan untuk melindungi kepentingan dalam negeri, misal memberi lapangan pekerjaan penduduknya, sehingga tidak export bahan baku (log, serpih/chip dan rotan asalan: Permendag No 64 tahun 2012). Sedang ke Luar Negeri, export kita biasanya dipersulit dengan persyaratan persyaratan yang akhirnya dapat dinegosiasi atau dipenuhi dalam suatu perundingan. Jarang sekali menolak tanpa alasan, dan boikot ini adalah perbuatan ilegal. Kalau mereka menolak karena kayu ilegal, saya sarankan untuk segera memverifikasinya. Kita sudah ada aturan dan alat untuk verifikasi, baik yang skema voluntary maupun mandatory. Tuduhan RAN, menurutnya, berpotensi menghambat gairah industri kehutanan untuk mengembalikan kejayaan seperti beberapa dekade lalu.

fluktuasi industri kehutanan di Indonesia mengikuti perkembangan jaman yang dipengaruhi


antara lain oleh: 1. Luas hutan produksi aktif, potensi dan jenis bahan baku; 2. perkembangan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan sektor lain; 3. perkembangan penduduk dan lapangan kerja;

4. penerapan sistem pengelolaan hutan lestari secara bertahap melalui pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) berbasis fungsi hutan; 5. kemajuan IPTEK kehutanan, dalam hal ini termasuk transparansi pelayanan izin usaha di bidang kehutanan dan penggunaan mesin mesin industri yang lebih efisien atau zero waste; 6. kecenderungan globalisasi ekonomi dan 7. issue perubahan iklim yang diantisipasi dengan aplikasi REDD+, antara lain melalui moratorium penerbitan izin usaha di hutan alam tropika dan lahan gambut (Instruksi Presiden No. 10 tahun 2011). Jadi gairah industri kehutanan seharusnya tidak tergantung oleh suatu tuduhan, tetapi tergantung pada faktor pemungkin yang kisarannya tidak jauh dari butir butir pengaruh diatas. Diharapkan butir butir diatas dapat dijadikan bahan negosiasi maupun klarifikasi apabila ada dampak dari aksi boikot atau aksi perlawanan lainnya.

Apalagi, pulp dan kertas merupakan salah satu pilar industri strategis yang dapat menciptakan peluang tenaga kerja dan kesempatan berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Hal ini jelas akan menimbulkan multiplier effect yang luar biasa kalau tidak ditanggapi dengan serius. (if)

issue paling top mempengaruhi usaha yang bahan bakunya berkaitan erat dengan sumber
daya alam adalah issue perubahan iklim. Issue ini mudah terlontar, karena sambil mengigau saja gampang diplesetkan ke produk hasil perbuatan merusak alam yang menyebabkan perubahan iklim. Banyak para pihak lupa bahwa pengelolaan usahanya harus melalui proses dari persiapan lahan, pemilihan jenis pohon unggulan, penanaman dan pengaturan daur panen bahan baku sampai pengelolaan kawasan konsesinya mantap. Pemahaman mantap pengelolaan kawasan inilah sebagai hasil akhir yang diharapkan oleh pemerintah dalam penyempurnaan tata kelola kehutanan, sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden No. 10 tahun 2011. Dengan demikian saya setuju bahwa, pulp dan paper sebagai produk kehutanan yang dihasilkan dari pengelolaan konsesi HTI yang mantap harus diposisikan sebagai penangkal perubahan iklim dunia. Jogja, 25 Oktober 2012

*) mantan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kemenhut.

Das könnte Ihnen auch gefallen