Sie sind auf Seite 1von 12

3.

3 Aljabar Reaksi Kimia Ganda


Perumusan persamaan neraca bahan zat yang melibatkan reaksi kimia sering
dihadapkan pada reaksi ganda. Sehingga akan diperoleh banyak konversi-konversi
kimiawi dan banyak laju reaksi. Akan tetapi dalam himpunan reaksi dapat terjadi
satu atau lebih reaksi hanya merupakan penambahan atau pengurangan reaksi-
reaksi lainnya. Himpunan reaksi penjumlahan itu merupakan persamaan reaksi yang
satu sama lainnya saling tak terhubungkan secara linier (TTSL).

3.3.1 Reaksi yang Tak Terhubungkan Secara Linier (TTSL)
Suatu vektor disebut TTSL apabila vektor anggota tersebut tidak mungkin
untuk dinyatakan sebagai kombinasi yang linier vektor anggota lainnya. Bila vektor
anggota himpunan itu tidak tak tergantung, maka dikatakan bahwa vektor-vektor
itu saling tergantung secara linier (linierly independent).
Tinjau vektor-vektor R masing-masing dengan anggota komponen S dapat
dituliskan:

|
|
|
|
|
|
.
|

\
|
=
r 1
r 1
r 1
r
x
.
.
x
x
x dimana r = 1, 2, 3, ....., R
adalah linier dependent bila ada himpunan konstanta
r
, r = 1, 2, 3,....,R tidak semua
sama dengan nol, sehingga

=
= o
R
1 r
sr r
0 x s = 1, ....., S
Bila hanya himpunan konstanta
r
yang memenuhi kondisi
r
= 0, r = 1, ...., R,
maka himpunan vektor-vektor tersebut tak terhubungkan secara linier (TTSL).

Contoh 1
Vektor x
1
=
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
1
1
dan x
2
2
2
adalah terhubungkan secara linier (TSL), sebab
konstanta
1
=1 dan
2
= -2 dapat dikalikan kepada anggota vektor tersebut.

(1)x
11
+ (-2)x
12
= (1)(2) + (-2)(1) = 0
(1)x
21
+ (-2)x
22
= (1)(2) + (-2)(1) = 0

Contoh 2

|
|
|
|
|
.
|

\
|
=
|
|
|
|
|
.
|

\
|
=
|
|
|
|
|
.
|

\
|
=
1
1
0
0
x
1
0
1
0
x
0
0
0
1
x
3 2 1

Vektor x
1
, x
2
dan x
3
adalah TTSL, karena tidak mungkin penjumlahan vektor
tersebut menjadi nol apabila mengalikan vektor tersebut dengan konstanta-
konstanta
1
,
2
dan
3
. Vektor tersebut dapat menjadi nol dengan cara sebagai
berikut:
|
|
|
|
|
.
|

\
|
=
|
|
|
|
|
.
|

\
|
+

|
|
|
|
|
.
|

\
|
+
|
|
|
|
|
.
|

\
|
+
|
|
|
|
|
.
|

\
|
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
3 2
3
2
1
3 1
o o
o
o
o
o o o
2
Vektor-vektor sub-himpunan TTSL dari himpunan vektor dependent (TSL)
disebut sebagai basis dari himpunan TSL bila setiap vektor himpunan induknya
dapat dinyatakan sebagai kombinasi liner dari anggota sub-himpunan.
Contoh, himpunan vektor
1
1
x ;
1
2
x ;
1
0
x ;
0
1
x
4 3 2 1
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
= adalah TSL. Sub-
himpunan terdiri dari x
1
dan x
2
adalah himpunan vektor TTSL, karena
1
dan
2
yang
bukan nol, sehingga
1
x
1
+
2
x
2
0
2
1
=
|
|
.
|

\
|
o
o

Selanjutnya dapat dilihat bahwa:

|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
= +
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
+
|
|
.
|

\
|
= +
1
1
1
0
0
1
x x x
1
2
1
0
0
1
2 x x 2 x
2 1 4
2 1 3

Jadi x
3
dan x
4
dapat dibentuk dari x
1
dan x
2
dengan melakukan kombinasi
linier. Dengan demikian x
1
dan x
2
memenuhi syarat sebagai vektor basis untuk
himpunan vektor-vektor x
1
, x
2
, x
3
dan x
4
. Apabila vektor basis terbentuk, maka akan
diperoleh himpunan vektor yang lebih kecil tetapi mewakili seluruh vektor.

Suatu sistem reaksi yang melibatkan zat sebanyak S dan reaksi sebanyak R,
maka himpunan vektor-vektor sebanyak R dengan komponen S dibentuk dari
koefisien stokiometri masing-masing reaksi.
Andaikan himpunan R reaksi yang melibatkan S zat adalah TSL dan andaikan
bahwa himpunan ekivalen dapat dibentuk dengan menyingkirkan reaksi R. Menurut
persamaan 3.8 diperoleh
S ......, 2, 1, s ; r R
R
1 r
r sr s
= o =

=

Himpunan yang terbentuk R-1 reaksi yang sepadan dengan himpunan yang
melibatkan semua reaksi R, maka berlaku hubungan:
S ......, 2, 1, s ; ' r R
1 R
1 r
r sr s
= o =

=

Jadi : S ......, 2, 1, s ; ' r r
1 R
1 r
r sr
R
1 r
r sr
= o = o


= =

Kesamaan ini berlaku untuk semua pilihan r
r
, r = 1, 2, .., R; dan hubungan tersebut
berlaku untuk suatu pilihan r
r
0. Kemudian diperoleh:
S 3,....., 2, 1, s ; ' r
r
1
r r
1 R
1 r
r sr
R
1 R
1 r
r sr R sR
= o = o + o


=

=

S 3,....., 2, 1, s ; ) r ' r (
r
1
1 R
1 r
r r sr
R
sR
= o = o

=

Persamaan ini menyatakan bahwa koefisien sokiometri persamaan reaksi ke
R dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari koefisein stokiometri (R-1) reaksi
lainnya. Dengan demikian, himpunan R vektor tentang koefisien stokiometri dari
himpunan R reaksi adalah TSL bila himpunan R reaksi tersebut saling tergantung.
Kebalikan dari pernyataan tersebut benar, yaitu bila himpunan vektor
koefisien stokiometri suatu himpunan reaksi saling tergantung, maka himpunan
reaksinya juga saling tergantung.
Berikut ini verifikasi pernyataan ini. Andaikan himpunan vektor koefisien
stokiometri dari suatu himpunan R reaksi merupakan himpunan vektor TSL.
Selanjutnya, andaikan himpunan vektor koefisien stokiometri dari sub-himpunan R
reaksi merupakan himpunan vektor TTSL (himpunan R reaksi merupakan bagian

himpunan R reaksi) dan himpunan vektor ini merupakan basis dari himpunan vektor
terdahulu. Maka harus dapat dijumpai konstanta-konstanta
sd
yang
memungkinkan dipenuhinya hubungan berikut:

=
= + = o o = o
' R
1 r
sr rd sd
S , 3... 2, 1, s dan R ...., 1, R' d ; (3.9)
Menurut persamaan 3.8, laju produksi tiap zat dalam proses melibatkan R
himpunan reaksi yang dinyatakan:

=
= o o =
R
1 r
r sr s
S , 3... 2, 1, s ; R
Bila persamaan ini dipecah menjadi dua diperoleh:


+ = =
o o + o o =
R
1 ' R r
r sr
' R
1 r
r sr s
R (3.10)
Subsitusi persamaan (3.9) ke persamaan (3.10) diperoleh:


+ = = =
|
.
|

\
|
o o + o =
R
1 ' R d
d
' R
1 r
sr rd
' R
1 r
r sr s
r r R
Indeks terluar diganti dengan d untuk kemudahan. Bila urutan penjumlahan pada
suku kedua ruas kanan dipertukarkan:


= + = =
o o + o =
' R
1 r
d
R
1 ' R d
rd sr
' R
1 r
r sr s
r r R
atau S ..., 2, 1, s ; r r R
' R
1 r
d
R
1 ' R d
rd r sr s
= |
.
|

\
|
o + o =

= + =

didefinisikan: r r ' r
' R
1 r
d rd r r
=
o + =
maka

=
o =
' R
1 r
r sr s
' r R (3.11)
Hasil di atas menunjukkan bahwa sub-himpunan reaksi dengan koefisien
stokiometri TTSL akan menghasilkan laju produksi zat yang sama dengan himpunan
lengkap.

Contoh
Dapat disimpulkan bahwa sistem mempunyai reaksi:

1-Butena cis-2-butena
cis-2-butene trans-2-butene
trans-2-butene 1-butene
adalah TSL karena penyelesaian yang sama diperoleh untuk masalah bila dua reaksi
terakhir yang digunakan. Gunakan indeks berikut:

Senyawa Indeks, i Reaksi Indeks, j
1-Butena
cis-2-butena
trans-2-
butene
1
2
3
1-Butena cis-2-butena
cis-2-butene trans-2-
butene
trans-2-butene 1-
butene
1
2
3

Dengan menggunakan indeks tersebut, koefisien stokiometri yang terdapat dalam
tiap reaksi dapat disusun sebagai 3 vektor, satu untuk tiap reaksi, yang berdimensi
3:
|
|
|
|
.
|

\
|
o
o
o
= o
j 3
j 2
j 1
j
untuk reaksi 1(j=1)
|
|
|
.
|

\
|
+

=
|
|
|
.
|

\
|
o
o
o
= o
0
1
1
31
21
11
1
; untuk reaksi 2 (j=2)

|
|
|
.
|

\
|
+
=
|
|
|
.
|

\
|
o
o
o
= o
1
1
0
33
22
12
2
; untuk reaksi 3 (j =3)
|
|
|
.
|

\
|

+
=
|
|
|
.
|

\
|
o
o
o
= o
1
0
1
33
23
13
1

Untuk ketiga vektor ini, dapat dicari
k
yang bukan nol sehingga:
0
k
3
1 k
k
= o o

=

ambil
1
= 1;
2
= 1 dan
3
= 1, maka:
(1)
1
+ (1)
2
+ (1)
3
= 0

|
|
|
.
|

\
|
=
|
|
|
.
|

\
|

+
+
|
|
|
.
|

\
|
+
+
|
|
|
.
|

\
|
+

0
0
0
1
0
1
) 1 (
1
1
0
) 1 (
0
1
1
) 1 (
jadi koefisien stokiometri reaksi di atas adalah TSL


Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Himpunan reaksi adalah TSL bila salah satu reaksi dalam himpunan dapat
ditimbulkan dengan menambah atau mengurangi reaksi-reaksi lainnya.
2. Himpunan reaksi adalah TTSL bila setiap reaksi yang mengandung satu zat
tidak terdapat dalam reaksi lainnya. Bila setiap vektor koefisien stokiometri
mempunyai komponen tak nol dimana setiap vektor lainnya mempunyai
komponen nol, maka himpunan lengkap koefisien stokiometri harus TTSL.

3.3.2 Penentuan TTSL
Penentuan TTSL dilakukan dalam 4 operasi sederhana yang secara sistematik
yang dilakukan pada susunan koefisien stokiometri reaksi.

Contoh
Tinjau kembali contoh 3.18
U + 3HCl UCl
3
+ 3/2 H
2

Zr + 4HCl ZrCl
4
+ 2 H
2

ZrCl
4
+ 2H
2
O ZrO
2
+ 4HC
Dari aturan umum, ketiga reaksi adalah TTSL sebab zat U, Zr dan ZrO
2
hanya terjadi
dalam salah satu reaksi.
Penentuan koefisien:
Komponen Indeks Reaksi Indeks
U
Zr
ZrO
2

UCl
3

ZrCl
4

HCl
H
2

H
2
O
1
2
3
4
5
6
7
8
U + 3HCl UCl
3
+ 3/2 H
2

Zr + 4HCl ZrCl
4
+ 2 H
2

ZrCl
4
+ 2H
2
O ZrO
2
+ 4HC

1
2
3


Vektor koefisien stokiometri dapat disusun menjadi:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|

= o
0
2 / 3
3
0
1
0
0
1
1
;
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|

= o
0
2
4
1
0
0
1
0
2
;
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|

= o
2
0
4
1
0
1
0
0
3

Dari ketiga vektor ini jelaslah TTSL sebab hanya ada tiga komponen pertama yang
dikaji, sehingga tidak ada harga
1
,
2
dan
3
yang bukan nol, sehingga:
(-1)
1
+ (0)
2
+ (0)
3
= 0
(0)
1
+ (-1)
2
+ (0)
3
= 0
(0)
1
+ (0)
2
+ (1)
3
= 0
Vektor strokiometri disusun menjadi matrik 8 x 3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|
2 - 0 0
0 2 3/2
4 4 - 3 -
1 - 1 0
0 0 1
1 0 0
0 1 - 0
0 0 1

Penentuan TTSL dengan aturan umum dilakukan dengan: mencari satu baris
(komponen) yang memiliki satu harga parameter yang bukan nol pada kolom
(reaksi) yang berbeda. Walaupun demikian tidak selalu didapatkan baris yang
langsung memenuhi kriteria di atas. Kalau bentuk susunan tidak seperti diatas,
maka perlu dibuat susunan baru sehingga diperoleh R (banyaknya jumlah reaksi)
baris pertama mengandung koefisien yang bukan nol dalam satu diagonal.
Tahapan operasi dalam membuat susunan baru:
a. Perkalian satu kolom susunan dengan suatu konstanta
b. Mempertukarkan letak baris susunan

c. Mempertukarkan letak kolom susunan
d. Menambahkan satu kolom dengan kolom lainnya.
Prosedur reduksi susunan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap A.
Tinjau kolom pertama, bagi setiap elemen kolom tersebut dengan elemen paling
atas.

Tahap B.
Tambahkan hasil perkalian kolom pertama dengan konstanta pengali yang sesuai,
dengan masing-masing kolom lainnya sehingga elemen paling atas pada masing-
masing kolom menjadi nol.

Untuk tahap berikutnya, urutan tahapan diulangi, yaitu untuk kolom j.
Tahap A.
Tinjau kolom ke j, bagi setiap elemen dalam kolom j dengan elemen ke j dalam
kolom tersebut. Jika elemen ke j dalam kolom tersebut sama dengan nol, lanjutkan
ke tahap C.
Tahap B.
Tambahkan hasil perkalian kolom ke j dengan masing-masing kolom lainnya
sehingga elemen ke j dalam masing-masing kolom sama dengan nol. Setelah tahap
ini selesai, untuk j = j+1 ulangi tahap A.
Tahap C.
Bila elemen ke j dalam kolom ke j sama dengan nol, pertukarkan baris j dengan baris
dibawah j yang tidak berharga nol ke posisi ke j. Kembali ke tahap A. Bila tidak ada
baris, dibawah baris ke j yang memiliki elemen bukan nol dalam kolom j,
pertukarkan kelom j dengan kolom lain disebelah kanan kolom j. Kembali ke tahap
A.
Prosedur reduksi selesai apabila seluruh kolom telah tereduksi, atau
bilamana semua kolom yang tersisa sama dengan nol. Kolom yang bukan nol pada

susunan yang dihasilkan (misalkan R) akan TTSL karena kolom ke j mengandung
elemen dengan harga 1 pada posisi ke j dan nol pada sisa R-1 elemen sisanya.
Jika himpunan yang direduksi hanya memiliki R kolom yang TTSL (sisa R-R
kolom sama dengan nol), himpunan semula koefisien stokiometri hanya
mempunyai R dalam kolom yang TTSL. Himpunan tertentu Rreaksi TTSL dapat
ditentukan dengan mengambil kolom yang bukan nol dari susunan yang direduksi.

Contoh
Produksi gas CO
2
dibuat dengan mereaksikan uap air dengan gas metana.
CH
4
+ CO
2
2CO + 2H
2

CO + H
2
O CO
2
+ H
2

CH
4
+ H
2
O CO + 3 H
2

CH
4
+ 2H
2
O CO
2
+ 4H
2

Gas yang disintesa digunakan untuk menghasilkan metanol dengan reaksi:
CO + 2 H
2
CH
3
OH
Untuk meminimumkan reaksi samping melalui alur di atas, gas sintesa diharapkan
memiliki sedikit kelebihan H
2
. Oleh sebab itu reformer dioperasikan dengan :
- komposisi gas umpan: 50% CH
4
, 35% H
2
O dan 15% CO
2

- Produks gas sintesa dengan H
2
:CO = 2.2 : 1
- Konversi gas metan 80%
Hitung komposisi dari gas sintesa.

Penyelesaian:







CH
4
50%
H
2
O 35
CO
2
15
CH
4

H
2
O
CO
2

CO
H
2


Disusun rangakaian reaksi dengan koefisien stokiometri diperoleh:
Komponen Reaksi 1 Reaksi 2 Reaksi 3 Reaksi 4
CH
4

CO
2

CO
H
2
O
H
2

-1
-1
2
0
2
0
1
-1
-1
1
-1
0
1
-1
3
-1
1
0
-2
4

Tahap A: Bagikan elemen pada kolom pertama dengan elemen paling atas (-1)
Tahap B: Kalikan kolom pertama yang baru dengan -1, kemudian tambahkan
kolom yang baru tersebut dengan kolom 3 dan 4. (ingat kolom 2
sudah mempunyai elemen paling atas nol)
Hasilnya adalah:
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|

2 1 1 2
2 - 1 - 1 - 0
1 - 1 - 1 - 2
2 1 1 1
0 0 0 1

Lanjutkan reduksi pada kolom 2
Tahap A: Kolom ke dua tak berubah (elemen paling atas sudah nol)
Tahap B: Tujuan membuat nol elemen baris kedua pada kolom 3. Kalikan
kolom dua dengan +1 kemudian masing-masing elemen tambahkan
pada kolom 3. Kalikan kolom ke dua dengan -2 dan tambahkan
dengan kolom ke empat. Kalikan kolom kedua dengan -1 dan
tambahkan ke kolom pertama.
Hasil operasi tersebut adalah:
|
|
|
|
|
|
.
|

\
|

0 0 1 3
0 0 1 - 1
0 0 1 - 1
0 0 1 0
0 0 0 1
2
2
2
4
H
O H
CO
CO
CH


Kolom 3 dan 4 sudah nol sehingga reduksi telah selesai. Kolom yang TTSL adalam
kolom 1 dan 2, berarti dari himpunan reaksi hanya 2 reaksi yang TTSL.
Dari kolom 1 dan 2 diperoleh reaksi yang TTSL:
CO + 3 H
2
CH
4
+ H
2
O
CO + H
2
O CO
2
+ H
2

Dengan telah diketahui reaksi TTSL, maka dapat dibuat tabel analisa derajat
kebebasan.
Variabel 8(komponen) + 2(reaksi TTSL) = 10
Pers. Neraca 5
Variabel terspesifikasi
- Komposisi : 2
- Konversi : 1
- H
2
: CO : 1
Total 9
Derajat kebebasan 1
Pilih basis perhitungan sehingga diperoleh derjat kebebasan = 0
Pilih basis : 100 mol/jam CO produk.
Dari perbandingan H
2
:CO= 2,2 , diperoleh: N
keluar
H2
= 220
Dari koefisien stokiometri diperoleh persamaan neraca komponen:
CH
4
N
keluar
CH4
= 0,5 N
masuk
+ r
1

H
2
O N
keluar
H2O
= 0,35 N
masuk
+ r
1
r
2

CO
2
N
keluar
CO2
= 0,15 N
masuk
+ r
2

CO 100 = 0 - r
1
r
2

H
2
220 = 0 -3r
1
+ r
2


Dari hubungan konversi diperoleh:
N
keluar
CH4
= N
masuk
CH4
(1 X
CH4
) = 0,5N
masuk
(1 0,8) = 0,1 N
masuk

Tambahkan neraca CO dan H
2
diperoleh:
r
1
= 320/-4 = -80 mol/jam
Subsitusi kembali ke salah satu neraca CO atau H
2
diperoleh

r
2
= -20 mol/jam
Dari neraca CH
4
dan hubungan koversi diperoleh:
N
masuk
= 200 mol/jam
Jadi alur keluar terdiri dari:
(N
keluar
CH4
, N
keluar
H2O
, N
keluar
CO2
, N
keluar
CO
, N
keluar
H2
) = (20, 10, 10, 100, 220) mol/jam dan
komposisinya masing-masing (0,0556; 0,0278; 0,0278; 0,2778; 0,6111)

3.3.3 Penentuan Spesifikasi
Contoh
Anggaplah aliran metana terjadi pembakaran sempurna dengan oksigen
untuk menghasilkan gas produk yang mengandung CO
2
, CO, H
2
O dan tidak
ada sisa CH
4
atau O
2
. Pembakaran CH
4
dapat digambarkan melalui dua reaksi
berikut :
CH
4
+ 2O
2
2H
2
O + CO
2

2CH
4
+ 3O
2
4H
2
O + 2CO
Penggunaan basis CH
4
= 1mol/jam, maka pesamaannya :
Neraca CH
4
: 0 = 1 r
1
r
2

Neraca O
2
: 0 = N
2
2r
1
3r
2

Neraca H
2
O : N
3
H2O
= 0 + 2r
1
4r
2

Neraca CO
2
: N
3
CO2
= 0 + r
1

Neraca CO : N
3
CO
= 0 + 2r
2

Sekarang anggaplah spesifikasi tambahan :
N
3
H2O
= 2N
1
= 2 mol/jam
Maka, neraca air menjadi :
2 = 2r
1
+ 4r
2

Ketika neraca CH
4
:
1 = r
1
+ 2r
2

Das könnte Ihnen auch gefallen