Sie sind auf Seite 1von 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 1. PENGKAJIAN A.

Identitas Klien Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan Agama Diagnosa Medis B. Keluhan Utama Luka di jempol kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 1 bulan sebelum masuk RS. C. Riwayat Kesehatan Sekarang Sejak tiga bulan sebelum masuk RS klien mengeluh jempol kaki kanan mulai membengkak, klien juga mulai merasa sering bangun malam untuk BAK, nafsu makan biasa tetapi sering merasa haus. Klien juga sering merasa demam. Berat badan klien menurun + 15 kg dalam 3 bulan terakhir. D. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengetahui menderita hipertensi sejak satu setengah tahun yang lalu dan tidak pernah kontrol teratur. Riwayat penyakit jantung dan paru-paru tidak ada. Klien seorang perokok sejak usia muda + 30 tahun yang lalu, + 1 bungkus sehari.
E.

: Tn. T : 57 tahun : Laki-laki : Pedagang sayuran : Islam : Diabetes Melitus tipe 2

Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada orangtua dan saudara kandungnya yang menderita penyakit DM.

F. Fokus Pengkajian 1). Pemeriksaan Mata : Pada pemeriksaan fisik didapatkan kedua mata klien tidak ada kemerahan, penglihatan kabur dan pandangan menjadi tidak jelas, tidak ada nyeri, tidak ada riwayat trauma, dan tidak ada riwayat menggunakan kacamata.

Hasil oftalmologi dari konsultasi dengan dokter mata (23 November 2009): Lensa jernih, pupil bulat sentral, reflek cahaya (+), perdarhan retina (+) Kesimpulan : Retinopati ODS, terdapat katarak senilis immatur. Saran : Tidak ada terapi khusus. Pasien konsul ulang ke poliklinik mata setelah rawat jalan. Terapi lain sesuai bagian IPD. 2). Pemeriksaan Jantung : Hasil pemeriksaan jantung : perkusi dullness. BJ S1 & S2 normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada. Capillary refill 2-3 detik, Ictus cordis (+), tidak ada nyeri dada, tekanan darah = 150/80 mmHg, Nadi = 84 x/m, RR = 20 x/m. Hasil EKG : Sinus rhitm, AXIS normal, rate 100 x/m, gelombang P normal, Q patologis tidak ada. Pemeriksaan Kimia 23-10-2009 Hasil Pemeriksaan 120 111 34 68.00 1.2 Hasil Normal 120-200 50-150 45-60 50-130 0.5-1.5 Satuan mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl

Kolesterol total Trigliserida Kolesterol HDL Kolesterol LDL Kreatinin Darah

3). Pemeriksaan Paru : Ronkhi -/-, whezing -/-, bronkovasikuler kanan AGD pH PCO2 PO2 SO2 HCO3 BE 27-11-2009 7.553 24.7 101.1 97.8 21.7 -0.3 Nilai Normal 7.35-7.45 35-45 85-95 85-95 21-25 2.5+2.5 Satuan mmHg mmHg % Mmol/l Mmol/l

SPUTUM Jenis kuman: Klebsiela pneumoniae BTA 1-2-3 (-)

16-11-2009

19.21ov 2009

4). Pemeriksaan Ginjal : Klien mengatakan sering kencing, intake rata-rata perhari 8 gelas (kurang lebih 2000 cc). output sulit terkaji, keluarga klien hanya mengatkan kirakira tiap kencing -1 gelas, dalam sehari dapat berkemih lebih dari 10 kali. Hasil pemeriksaan urine: URINE Glukosa Keton Darah Bilirubin Urobilinogen Nitrit Protein Kreatinin urine Volume urine CCT Protein kuantitatif urine 19 Nov 2007 trace +1 3.2 positif +2 73.8 1600 ml 76.88 5700 Nilai normal Satuan

90-300 68-110

mg/dl ml ml/mnt mg/24 jam

Pemeriksaan kimia darah (11-11-2007) : Albumin = 2,7 g/dl Pemeriksaan kimia darah (19-11-2007) : Kreatinin = 1.3 mg/dl Pemeriksaan kimia darah (23-11-2007) : Albumin = 3.0 g/dl

5). Pemeriksaan Abdomen

Abdomen datar lembut, nyeri tekan tidak ada, luka tidak ada, turgor kulit sedang, bising usus (+) 3-5 x/mnt. Klien mengatakan perutnya selalu merasa mual dan ingin muntah.

6). Pemeriksaan Kaki Ulkus kaki pada Tn. T diawali dengan kaki yang tiba-tiba membengkak dan kemerahan. Klien juga merasakan sering baal-baal. Pada pedis dextra dan sinistra tampak terdapat kalus. Hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering, dan kulit tampak mengkilat. Perabaan kaki klien terasa denyutan tetapi agak lemah pada pedis dextra dibandingkan pedis sinistra. Pada pemeriksaan Duplex scan tanggal 23 november 2007 didapatkan nilai ABI kanan (Ankle Brakhial Indeks) 0,79, plaque pada SFA dan arteri poplitea kanan dengan stenosis 40-60%. Kesimpulan yang didapat dari pemeriksaan duplex scan adalah PAD (Penyakit Arteri Perifer). Pada pemeriksaan rontgen pedis kanan Tn. T (tgl 9 November 2007) ditemukan osteomyelitis. 7). Pengkajian Psikososiospiritual Klien dapat berkomunikasi dengan baik pada keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. Klien bersifat kooperatif dalam prosedur perawatan. Klien dan keluarga mengeluhkan tentang masalah ekonomi selama perawatan, walaupun klien ditanggung GAKIN, tetapi untuk membayar pemeriksaan gula darah saja terasa berat. Klien juga mengatakan sedang memikirkan penyakitnya dan masalah ekonomi keluarga yang sedang terlilit hutang. Klien masih mengontrak rumah dan masa kontrakannya hampir habis. Klien mengatakan mengalami gangguan ereksi sejak 8 tahun lalu, tapi tidak berobat. Istri klien membenarkan pernyataan pasien. Klien selama di rumah sakit tidak pernah menjalankan sholat, klien mengatakan hanya bisa berdoa untuk segera sembuh.

G. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Jempol kaki kanan bengkak, kedua mata tidak ada kemerahan, lensa jernih, pupil bulat sentral, Ictus cordis (+), abdomen datar lembut, luka abdomen tidak ada, ulkus kaki yang tiba-tiba bengkak dan kemerahan, pedis dextra dan sinistra terdapat kalus, kulit kering dan tampak mengkilat. 2. Palpasi Nyeri tekan abdomen tidak ada, perabaan akki klien terasa denyutan tetapi agak lemah pada pedis dextra dibandingkan pedis sinistra 3. Auskultasi BJ S1 dan S2 normal, mur-mur tidak ada, gallop tidak ada 4. Perkusi Jantung dullness, 5. TTV
a. RR b. HR c. TD d. Suhu

: 20 x/m : 84 x/m : 150/80 mmHg :-

H. Pemeriksaan Diagnostik dan Uji Laboratorium

1.Tes glukosa darah atau glukosa darah sewaktu Kadar glukosa darah plasma untuk pasien diabetes pada waktu puasa besarnya 140mg/dl(SI:78mmol/L) atau glikosa darah sewaktu di atas 200 mg/dl,pada satu pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostic penyakit diabetes. Saat akan dilakukan tes itu, klien tidak boleh makan paling sedikit 8 jam sebelum tes, Tetapi mengonsumsi air putih tidak apa-apa. Jika klien mendapatkan infuse intravena yang berisi dextosa, tes tersebut tidak akan berhasil. Dan jika pasian mempunyai diabetes dan sedang dalam pemberian terapi insulin harus di lihat dulu hasil dari terapi tersebut. Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa

Metode pemeriksaan gula darah meliputi metode reduksi, enzimatik, dan lainnya. Yang paling sering dilakukan adalah metode enzimatik, yaitu metode glukosa oksidase (GOD) dan metode heksokinase. Metode GOD banyak digunakan saat ini. Akurasi dan presisi yang baik (karena enzim GOD spesifik untuk reaksi pertama), tapi reaksi kedua rawan interferen (tak spesifik). Interferen yang bisa mengganggu antara lain bilirubin, asam urat, dan asam askorbat. Metode heksokinase juga banyak digunakan. Metode ini memiliki akurasi dan presisi yang sangat baik dan merupakan metode referens, karena enzim yang digunakan spesifik untuk glukosa.8 Untuk mendiagosa DM, digunakan kriteria dari konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 1998 (PERKENI 1998) Bukan DM Kadar glukosa darah sewaktu plasma vena darah kapiler < 110 < 90 110 199 90 - 199 200 200 Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah puasa plasma vena darah kapiler < 110 < 90 110 125 90 - 109 126 110

2. Tes toleransi glukosa darah Tes toleransi glukosa darh ini dilakukan jika sudah di dapatkan kadar gukosa puasa normal atau mendekati normal. Tes glukosa darah di lakukan dengan pemberian larutan tinggi karbohidrat. Klien harus makan secara konvensional selama beberapa hari,lebih kurang 3 hari sebelum tes toleransi glukosa darahnya di lakukan. Jadwal tes biasanya dilakukan

pada pagi hari setelah klien puasa pada malam hari dan boleh mengkonsumsi air putih. Tes bisa juga dilakukan bila di dapatkan adanya glikuria di dalam tes urin. Setelah makan secara konvensional klien akan di berikan 75-100 glukosa yang larut dalam air. Glukosa tersebut boleh di minum dengan jus lemon, untuk lebih enak. Selama makanan yang lain kecuali air putih. Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan puasa semalam, selama 10-12 jam kadar glukosa darah puasa diperiksa diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit

di lakukan tes

tersebut pasien harus duduk diam dan menghindari latihan serta memakan

diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Kriteria diagnostik Diabetes Melitus* Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO** * Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat. **Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik. Pemeriksaan Sensorik

Resiko pembentukan ulkus sangat tinggi pada penderita neuropati sehingga apabila belum tampak adanya ulkus namun sudah ada neuropati sensorik maka proses pembentukan ulkus dapat dicegah. Cara termudah dan murah adalah dengan pemakaian nilon monofilamen 10 gauge. Test positif apabila pasien tidak mampu merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki walau monofilamennya sampai bengkok. Kegagalan merasakan monofilamen 4 kali dari sepuluh tempat yang berbeda mempunyai spesifitas 97% serta sensitifitas 83%.

Pemeriksaan Vaskuler Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan test vaskuler noninvasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus, ankle-brachial index (ABI), dan absolute toe systolic presure. ABI didapat dengan cara membagi tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan. Apabila didapat angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia. Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya oklusi arteri. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologi akan dapat mengetahui apakah didapat gas subkutan, benda asing serta adanya osteomielitis. TES DOPPLER Tes Doppler digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkuasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular Anda. Pemeriksaan ini menggunakan

instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher. Dari pengukuran ini, letak terjadinya sumbatan pembuluh darah bisa diketahui. Seseorang yang khususnya memiliki risiko hipertensi, diabetes, perokok, korban stroke dan serangan iskemik transien ( transient ischemic attacks/TIA, atau stroke kecil), lansia, orang dengan berat badan berlebih, dan wanita hamil. PEMERIKSAAN DARAH Tes Toleransi Glukosa darah Diagnosa DM diindikasikan oleh peningkatan secara nyata kadar glukosa serum ; obesitas & infeksi dapat menyebabkan inoleransi glukosa

PEMERIKSAAN URIN Berat Jenis Urine Peningkatan berat jenis urine kemungkinan diakibatkan kelebihan

ADH/glukosuria. II. ANALISA DATA ( Terlampir) III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan

Asam-Basa;

Alkalosis

Respiratorik

berhubungan

dengan menumpuknya secret di alveoli yang di tandai dengan dengan pH darah klien 7,553, PaCo2= 24 mmHg
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan b.d haluaran

cairan yang berlebihan ditandai dengan mual, muntah, demam, volume urin 1600 ml. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan intake glukosa ke jaringan ditandai dengan penurunan berat badan 15 kg.

4. Gangguan perfusi jaringan area pedis dekstra b.d aterosklerosis ditandai dengan ABI = 0.79, stenosis pada arteri popliteal kanan 40-60 %. 5. Gangguan integritas jaringan b.d penurunan sistem imun ditandai dengan luka yang tidak sembuh-sembuh, osteomyelitis. 6. Resiko injury b.d penurunan kepekaan sensori ditandai dengan baal, retinophaty, katarak senilis immatur. 7. Gangguan kebutuhan seksual b.d neuropati otonom ditandai dengan klien mengatakan mengalami gangguan ereksi sejak 8 tahun lalu. 8. Kurang pengetahuan b.d ketidaktahuan pasien terhadap penyakit ditandai dengan tidak teratur minum obat. 9. Gangguan citra diri b.d penampilan kulit tidak bagus ditandai dengan klien mengeluh malu dengan kondisi lukanya. IV. RENCANA KEPERAWATAN ( Terlampir )

Das könnte Ihnen auch gefallen