Sie sind auf Seite 1von 11

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Opini

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Hilda Karli E-mail: temasain@yahoo.co.id Universitas Terbuka - Bandung

Abstrak alah satu tujuan Pendidikan Nasional adalah mewujudkan manusia yang berilmu, kreatif, cakap dan tanggung jawab. Melalui pendidikan di sekolah siswa mengalami proses pengalaman baik secara berpikir maupun sosial. Kegiatan berpikir dapat dilakukan oleh guru melalui proses belajar mengajar dengan melibatkan pikirannya melalui model pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir seperti berpikir induktif, penemuan konsep, induktif gambar kata, penelitian ilmiah, bantuan memori dan sinektik. Memilih model pembelajaran disesuaikan dengan jenjang pendidikan, usia dan kultur sosial. Guru bukan mengajarkan apa itu berpikir namun bagaimana siswa berpikir, oleh karena itu guru memerlukan media dan metode yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Media yang dapat dipakai seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser. Melalui model pembelajaran tersebut siswa dapat lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata-kata kunci: Model pembelajaran, berpikir, keterampilan berpikir

Instructional Model to Develop Thinking Skills Abstract One of the goals of the National Education is to create eleven, creative, smart, and responsible human beings. Through education at school, students obtain mental and social experiences. Thinking activities can be done by teachers through the learning process by engaging his mind through learning models. Learning models can develop thinking skills such as inductive thinking, concepts of the invention, said image inductive, scientific research, aid memory and sinektik. Learning model is choosen based on education level age, and social culture. Teachers are not taught what to think but how students think, therefore , the teachers need the media and methods to develop students thinking skills. Media that can be used are such as Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Grafik Organiser. Through the instructional model, the students can solve everyday life problems more creatively. Keyword: Instructional model, thinking, thinking skill

56

Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Pendahuluan
Perubahan kurikulum lama menjadi Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi (KBK) yang diperbaharui dengan Kurikulum 2006 (KTSP) yang sudah berjalan 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun kenyataannya dalam pelaksanaan di kelas masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi. Hal ini tampak pada rencana pembelajaran yang disusun oleh guru serta cara guru mengajar di kelas. Pembelajaran di kelas masih cenderung dominan dengan menggunakan ceramah-ekspositori dan guru yang aktif berperan sementara siswa pasif dengan duduk , mencatat, dan menghafal. Siswa sudah merasa senang dengan kondisi menerima tetapi tidak biasa memberi. Kebiasaan ini sudah melekat dan mendarah daging yang sukar diubah. Siswa bangga dengan nilai yang diperoleh karena dapat mengerjakan soal ulangan namun beberapa hari kemudian materi yang dipelajari tersebut sudah lupa. Proses pembelajaran di kelas sudah tidak dihiraukan lagi seperti bagaimana guru menyampaikan materi, mengurutkan materi, memotivasi siswa, dan menyusun evaluasi yang baik. Intinya guru memakai sudut pandang yang berkiblat pada siswa yang salah kaprah seperti bagaimana siswa menyerap bahan pelajaran atau bagaimana siswa memahami dan menguasai materi dengan memperoleh nilai yang baik. Padahal, tuntutan KBK maupun KTSP pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered) artinya siswa yang aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui fasilitator guru. Dalam UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab 2 pasal 3, mengemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

John Dewey seorang pakar pendidikan dan seorang filosof merumuskan pendidikan secara pragmatis adalah Education to promote growth yang artinya perlu mengembangkan kemampuan bertindak secara cerdas dan ilmiah dalam memecahkan masalah kehidupan (Dewey: 2004: 15). Sementara Whitehead dalam Eddy Yusnadar (24: 41) bahwa Culture is activity to thought and receptiveness to beauty and humane feeling. Tujuan pendidikan ialah pengembangan intelektual yang berarti pengembangan diri sendiri untuk dapat memecahkan permasalahan yang timbul dalam hidupnya di masyarakat global ini. Raths (1986: 1) mengungkapkan dalam we want our students to be able to think for themselves, to be selfdirecting, considerate, and thoughtful. Hal ini sejalan dengan UU RI No 20 Tahun 2003 bahwa berpikir adalah salah satu cara untuk belajar dimana siswa dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungannya. Untuk dapat hidup bermasyarakat, perlu dikembangkan ranah afeksi dan ranah psikomotor. Guru sibuk untuk mengajar dengan cara menstransfer ilmu di kelas agar intelektual siswa bertambah namun karena siswa jenuh dan bosan sehingga menjadi sia-sia. Kecerdasan tidak bertambah karena siswa tidak pernah diajak ke arah proses berpikir, sehingga sulit dibayangkan masa depan mereka ditengahtengah masyarakat global. Memperhatikan masalah di atas nyatalah betapa pentingnya pendidikan yang berlandaskan logika, iman, dan akhlak yang seimbang. Proses pembelajaran yang bagaimana yang dapat mengajak siswa untuk berpikir? Model pembelajaran seperti apa yang mengembangkan potensi siswa untuk berpikir?

Kajian Pustaka
Model Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga siswa mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar. Siswa tidak belajar pada batasan tatap muka di kelas saja tetapi lebih luas lagi seperti belajar menggunakan bahan cetak,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

57

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

program televisi, audio, dll. Peranan guru sebagai teman, motivator, fasilitator, dan penuntun. Secara aktif siswa terlibat baik berpikir maupun bertindak dalam sebuah pengalaman yang dapat memberi makna bagi hidupnya di masyarakat. Pembelajaran merupakan kegiatan gabungan unsur-unsur yang berkaitan dengan media pembelajaran, psikologi pembelajaran dan pendekatan/model pembelajaran yang digunakan. Keberhasilan pembelajaran itu tergantung dari tiga (3) aspek tersebut. Di sinilah peranan guru sangat diperlukan dan konsep menstranfer ilmu tidak lagi berlaku namun lebih mengajak siswa mengarah pada proses berpikir. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi kreatif dan kritis dalam menghadapi berbagai masalah di masyarakat. Model pembelajaran adalah sebuah kerangka berpikir untuk mengarahkan seorang guru untuk merancang, melaksanakan, dan membimbing sehingga terjadi interaksi belajar mengajar yang lebih terarah. Menurut Joyce, et al , (2009), model pembelajaran memiliki lima karakteristik yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Sintaks mencakup tahapan mengajar suatu model; sistem sosial mencakup situasi dan norma yang berlaku; prinsip reaksi menggambarkan pola kegiatan bagaimana seharusnya seorang guru memberi respon pada siswa; sistem pendukung meliputi media yang digunakan dalam berinteraksi dengan siswa di kelas; dampak instruksional menselaraskan antara hasil belajar dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai; dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dicapai dari hasil kegiatan belajar mengajar. Seorang guru sebaiknya menggunakan tahapan dalam mengajar dan memperhatikan sistem sosial dan sistem pendukung yang diperlukan saat mengajar. Dalam hal ini, arena kelas merupakan sistem sosial yang tidak hanya memperhatikan dampak instruksional tetapi juga dampak pengiring. Berpikir Berpikir menurut Costa (1988: 43) dan Rajendran (2010:18), adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengeta58
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

huan. Dalam proses itu terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran serta kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar yang membentuk suatu pemikiran dan penalaran. Dalam berpikir siswa dituntut menggunakan data, prinsip, dan logika untuk menentukan sebab akibat dan menarik kesimpulan. Siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan gagasan pemecahan masalah (Dahar, 1998: 45). Berpikir dapat terjadi karena ada sebuah masalah yang harus dipecahkan, oleh karena berpikir itu selalu berubah sejalan informasi yang sudah diterima siswa. Proses berpikir berkaitan dengan tingkah laku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikirnya. Produk-produk berpikir seperti pikiran, pengetahuan, alasan, serta proses yang lebih tinggi seperti penilaian dapat juga dihasilkan. Kaitan kompleks dikembangkan melalui berpikir ketika digunakan sebgai bukti dari waktu ke waktu. Kaitan-kaitan ini dapat dihubungkan pada struktur yang terorganisasi dan diekspresikan oleh pemikir dalam beragam cara. Jadi berpikir adalah suatu upaya kompleks dan reflektif yang disertai dengan pengalaman kreatif. Pembelajaran adalah proses berpikir, artinya pengetahuan bukan datang dari luar akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitifnya. Menurut Costa (1988:56) dalam proses pembelajaran dikatagorikan menjadi tiga jenis yaitu teaching of thinking, teaching for thinking dan teaching about thinking. Teaching of thinking lebih menekankan pada proses berpikirnya sedangkan teaching for thinking menekankan pada bagaimana proses berpikir itu muncul saat belajar sedangkan teaching about thinking menekankan pada cara metode mengajar apa yang dapat memotivasi untuk berpikir. Keterampilan Berpikir Menururt Nicherson dalam Costa (1988:44) dan Rajendra (2010: 19 jenjang keterampilan berpikir dikemukakan oleh Taksonomi Bloom untuk domain kognitif seperti tertera pada Tabel 1. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Tabel 1: Kaitan Keterampilan Berpikir dengan Domain Taksonomi Bloom Jenjang Keterampilan berpikir Keterampilan Dasar Berpikir Menggunakan berpikir rendah Bersifat rutin Mengahafal informasi yang diterima Mengurutkan konsep, menerapkan rumus Mendeskripsikan, membandingkan, merangkum, mengubungkan, menerapkan, memberi contoh memecahkan masalah Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Menggunakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi Menginterpretasi, menganalisis, atau memanipulasi informasi Mengkritik tentang informasi, ide atau pendapat. Membuat kesimpulan Membuat perkiraan, mengajukan pemecahan masalah, mencipta, membuat pilihan, mengungkapkan pendapat, membuat keputusan dan menghasilkan ssesuatu yang baru. 1. Domain Kognitif Bloom (1956) Pengetahuan Mengingat apa yang dipelajari Memahami Mengerti informasi yang diterima Aplikasi Menerapkan informasi yang diterima dalam bentuk produk atau ilmu pengetahuan Analisis Menguraikan informasi secara detail Sintesis Menggabungkan informasi-informasi yang diterima menjadi sebuah kesimpulan Evaluasi Membuat keputusan dari hasil analisa dan kriterian yang ditentukan

2.

3.

4.

5.

6.

aktif pemikir. Proses berpikir ini bertahap dari pola berpikir tingkat paling rendah hingga pola berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi berpikir dasar dan berpikir kompleks (Presseisen dalam Costa, 1985:44). Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. (Costa, 1998:45 ). Ada 10 aktivitas berpikir yang terdapat dalam proses berpikir dasar yaitu adalah sebagai berikut. a. Menghafal: pengetahuan yang menggunakan nalar/pikiran. b. Membayangkan: menciptakan hasil karya dapat berupa tulisan, gambar dari hasil imajinasi. c. Mengelompokkan: mengolong-golongkan objek berdasarkan kriteria tertentu.

d.

e.

f. g.

h.

i.

Menggeneralisasikan: mencari suatu pola yang teratur dari beberapa objek yang diamati. Membandingkan: mencari persamaan dan perbedaan dari objek-objek yang ada berdasarkan kriteria yang ada. Mengevaluasi: menuliskan sesuatu dengan mengemukakan alasan yang relevan. Menganalisis: mencari suatu pola keteraturan melalui cara mengklasifikasikan, membandingkan atau menggeneralisasikan. Mensintesis: melalui aspek mengklasifikasi, menggeneralisasikan, membandingkan, dan mengevaluasi untuk mencari suatu pola keteraturan yang baru. Mendeduksi: menghubungkan antara konsep-konsep dan fakta-fakta yang terjadi untuk dicarikan suatu pemecahannya.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

59

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

j.

Menyimpulkan: keterpaduan kegiatan berpikir dasar secara keseluruhan. Proses berpikir dasar adalah menemukan hubungan, menghubungkan sebab akibat, mentransformasikan, mengklasifikasi, dan memberi kualifikasi. Sedangkan proses berpikir kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir tingkat tinggi. Dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Costa, 1985:45). a. Pemecahan masalah menggunakan dasar proses berpikir tinggi untuk memecahkan kesulitan yang diketahui atau yang didefinisikan, mengumpulkan fakta tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi tambahan yang diperlukan, menyimpulkan atau mengusulkan alternatif pemecahan dan mengujinya untuk kelayakan secara potensial mereduksi menjadi taraf penjelasan yang lebih sederhana dengan menghilangkan pertentangan serta melengkapi pengujian pemecahan masalah untuk menggeneralisasikan. b. Pengambilan keputusan menggunakan dasar proses berpikir untuk memilih respon yang terbaik di antara beberapa pilihan, mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam lingkup topik, membandingkan keuntungan dan kerugian dari alternatifalternatif pendekatan, menentukan informasi tambahan yang diperlukan, menentukan respon yang paling efektif dan dapat mempertimbangkannya. c. Berpikir kreatif menggunakan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menentukan ide atau hasil yang asli, estesis dan konstruktif yang berhubungan dengan pandangan dan konsep dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan prespektif asli pemikir. d. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan 60
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

logis, memahami asumsi bias yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan menyakinkan.

Pembahasan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituil agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Oemar Hamalik dalam Eddy Yusnandar, 2004: 42). Untuk mewujudkan pendidikan seutuhnya maka proses mendidik dan membelajarkan perlu dilakukan di dalam proses kegiatan belajar dari bayi hingga sampai akhir hayat. Artinya pendidikan informal, formal dan non formal akan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak. Lingkungan keluarga adalah proses pembelajaran pertama yang diperoleh anak dalam kehidupannya sehingga keluarga memiliki peranan penting. Bagaimana peran orang tua mendidik anaknya akan membentuk suatu kompetensi dasar bagi anak itu untuk dibawa ke lingkungan sekolah dan masyarakat. Seperti yang tertuang dalam empat pilar pendidikan UNESCO bahwa manusia akan belajar sepanjang hayat oleh karena itu belajar tidak hanya berorientasi pada produk tetapi proses belajar (learning to think) . Belajar itu tidak sekedar mendengar dan melihat teapi lebih mengarah pada berbuat (learning by experiences). Manusia hidup bermasyarakat mulai dari kehidupan dalam keluarga, sekolah selanjutnya lingkungan oleh karena itu harus membentuk jati menjaga dirinya (learning to be) dan bekerja sama dengan orang lain (learning to live together). Pendidikan adalah sepanjang hayat bukan saja pada masa anak-anak atau masa dewasa yang kuliah karena ijazah yang diperlukan dalam dunia kerja namun lebih mendalam lagi untuk memperbaiki kualitas hidup yang semakin kompetetif di zaman IT ini. Mempersiapkan genarasi muda tentu berbeda dengan abad

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

sebelumnya karena perbedaan kondisi dunia. Pendidikan tidak hanya dilakukan formal saja tetapi non formal dan informal. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas guru harus jeli dan kreatif dalam memilih model, metode, dan media pembelajaran yang dapat mengembang-kan keterampilan berpikir dan berbuat. Untuk memancing siswa berpikir maka dapat disusun pembelajaran bagaimana siswa memecahkan permasalahan. Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan pekerjaan. PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah sebagai sumber belajar. Sebelum siswa mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para siswa menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut. Metode PBL merupakan bagian dalam pembelajaran kontekstual dan guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. Atau dengan kata lain, pembelajaran berbasis pada masalah harus relevan dengan materi yang dipelajari. Guru menjelaskan tujuan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat aktif pemecahan masalah yang dipilih, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Setelah itu guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman. Kegiatan selanjutnya mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja. (http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm) Guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran. Menurut Costa (1988:20-21) guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak untuk berpikir (teaching for thinking). Guru

memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Saat guru membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, terampil, nilai, cara berpikir dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri kondisi tersebut sebenarnya sudah membelajarkan siswa untuk belajar. Cara guru menuangkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut model pembelajaran menurut Joyce (2009:29). Ada empat model pembelajaran secara umum yaitu: kelompok model memproses informasi, kelompok model sosial, kelompok model personal dan kelompok model sistem perilaku. Artinya, dalam membelajarkan siswa tidak hanya proses bagaimana informasi itu diterima melainkan faktor perilaku dan sosial sangat penting untuk menajdikan manusia seutuhnya. Contoh kegiatan proses informasi dengan penyelidikan lebih dulu (berpikir induktif) baru diperkenalkan sebuah konsep baru pada siswa. Kegiatan kerja kelompok melalui bertukar pikiran dan diskusi selain membelajarkan bagaimana proses informasi diterima siswa melalui pasangan (pair) tetapi bagaimana bersosialiasi dengan teman untuk bekal nanti bisa bermasyarakat. Tulisan ini membahas model pembelajaran untuk memproses informasi karena berkaitan dengan mengajak siswa untuk berpikir. Model ini menekankan caracara untuk meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah dan menghasilkan solusi, mengembangkan konsep dan bahasa untuk menstransfer solusi/data tersebut. Ada beberapa model dapat dilihat pada Tabel 2. Beberapa hambatan berpikir dapat terjadi saat proses kegiatan belajar mengajar seperti: kurangnya motivasi, kurang ketekunan, sering menunda, takut gagal, tergantung oleh orang lain, khawatir ide yang disampaikan dikritik oleh orang lain, malu jika idenya tidak sebaik orang lain diungkapkan (Rajendran , 2010: 31). Pembelajaran di Kelas Rendah Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas rendah adalah pembelajaran untuk jenjang TK hingga kelas 3 SD. Implementasi model
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

61

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

Tabel 2: Model Pembelajaran Berpikir Model-model Berpikir induktif Pengembang Hilda Taba Pengertian Membelajarkan siswa mencari dan mengolah informasi, membuat dan menguji hipotesis yang menggambarkan hubungan antar data Membelajarkan konsep dengan menyajikan informasi yang tersusun dan terencana dari sebuah topik Membelajarkan siswa tidak hanya melek huruf (menulis dan membaca) tetapi juga dapat mendengar dan mengucapkan kosa kata yang dikembangkan Siswa dibawa kedalam proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis data, serta memeriksa hipotesis dan teori juga dibantu merefleksikan tujuan konstruksi pengetahuan Strategi menghafal dan mengasimilasikan informasi sehingga membantu siswa menguasai konsep yang menarik untuk dipelajari. Memecahkan masalah dan menuliskan berbagai aktifitas serta memperoleh perspektif baru dalam membuat topik dari berbagai mata pelajaran. Siswa dapat kerja kolaboratif, berfikir kreatif, rasa persahabatan diantara siswa Belajar melalui ceramah, membaca dan media lain untuk semua mata pelajaran

Penemuan konsep

Jerome Bruner

Induktif gambarkata

Miliy Calhoun

Penelitian ilmiah

Joseph Schwab

Menemonik (bantuan memori) Sinektik

Michael Pressley Wiliiam Gordon

Advanc e organizer

David Ausubel

pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti: kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Bermain menurut Yacub (2000: 11) adalah kegiatan secara alamiah pada anak tanpa dipaksa oleh apa dan siapa serta dapat menimbulkan rasa senang tanpa mengharap kan apa-apa. Kegiatan bermain dapat membantu siswa untuk memahami dan mengungkap dunia melalui berpikir dan perasaan. Kegiatan bermain dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah kegiatan yang memberi kesenangan dan kepuasan melalui berbagai aktifikan yang dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Yang termasuk dalam bermain aktif adalah bermain bebas dan 62
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

spontan, konstruktif, hayal atau peran, mengumpulkan benda-benda (mengoleksi), melakukan penjelajahan (eksplorasi), permainan olah raga, musik dan melamun. Bermain pasif adalah kegiatan tanpa disertai kegiatan aktif dari dirinya. Misalnya menonton film atau mengamati anak melakukan sesuatu. Bermain pasif hampir tidak ada dampaknya terhadap perkembangan fisik motorik siswa, namun bermain pasif dapat mengembangkan sumber pengetahuan dan inspirasi, menambah perbendaharaan kata dan pemahaman sehingga mampu berkomunikasi, mempengaruhi perkembangan watak atau perkembangan pribadi anak, mengatasi masalah gejolak emosi, dan dapat memanfaatkan sesuatu dalam membuat hasil karya baru. Berbagai kegiatan bermain pasif antara lain membaca,

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

menonton film, aktifitas nyata, mendengar berbagai hiburan melalui radio, CD dalam bentuk musik atau drama. Proses bermain sambil belajar dikelas tentu menggunakan alat permainan. Alat permainan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: alat permainan sederhana yang diperoleh dari alam (contoh batu, biji, buah, tanah liat, dll), alat permainan yang dibuat secara manual (contoh mobil-mobilan dari kayu, papan congklak, alatalat masak), alat permainan yang dibuat dari pabrik (contoh mobil-mobilan remote, boneka yang bisa bicara, games). Menurut Sujiono (2009:140-145) tedapat berbagai model pembelajaran yang dapat diplih sesuai dengan kondisi dan situasi yang berbeda seperti: (a) model kelas berpusat pada anak yaitu: menggunakan konsep sentra sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; model keterampilan hidup yaitu membelajarkan siswa pada dimensi kehidupan setuhnya dengan mengahadapkan pada kehidupan nyata; (b) model BBCT (Beyond Center and Circle Time ) yaitu kegiatan siswa berpusat pada sentra main sebagai pusat minat anak serta dilengkapi standar prosedural operasional (SOP) yang baku ; (c) model bermain kreatif berbasis kecerdasan majemuk yaitu;menggabungkan konsep pembelajatran terpadu, sentra dan pindah kelas (moving class); (d) model pembelajaran holistik yaitu: menggabungkan beberapa konsep dengan dikaitkan dalam sebuah tema yang menjadi minat siswa . Pembelajaran di Kelas Tinggi Yang dimaksud dengan pembelajaran di kelas tinggi yaitu pembelajaran untuk jenjang kelas 4 SD hingga jenjang SMA bahkan perguruan tinggi. Implementasi model pembelajaran yang memahirkan berpikir di kelas dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan seperti: belajar sambil bekerja (Learning by doing). John Dewey (2004: 22) mengungkapkan bahwa semua pengalaman adalah jejak menuju ke arah pancaran dunia yang belum dikunjungi. Artinya, perlu pengalaman untuk dapat mengetahui dan mengerti sesuatu. Bekerja artinya adanya kegiatan berpikir dan bertindak dalam mencari solusi dari permasalahan yang ditemui.

Rajendra (2000: 69-75) mengemukan berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk memahirkan keterampilan berpikir di kelas seperti: belajar melalui kerja kelompok, belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa, cognitive coaching (melatih berpikir), membelajarkan berpikir induktif, membelajarkan berpikir deduktif, melatih penyelidikan. Belajar melalui kerja kelompok adalah pembelajaran peer teaching siswa secara kelompok terlibat menyelesaikan sebuah masalah. Hal positif yang diambil dari sistem pembelajaran ini adalah siswa dapat belajar dari teman sehingga terjadi interaksi koperatif , persaingan, membangun percaya diri, terampil menganalisis dan membuat keputusan. Belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran seperti bahasa, matematika, IPA, IPS dan lain-lain yang dikaitkan dengan sebuah tema yang sesuai dengan minat anak sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu diperhatikan antara lain pemilihan tema, mendesain keterpaduan materi pelajaran, mendesain pembelajaran di kelas dan meningkatkan keberanian siswa untuk menunjukkan hasil karyanya. Cognitive coaching (melatih berpikir) adalah sebuah kegiatan yang melibatkan siswa untuk berpikir baik sebelum, saat proses maupun sesudah pembelajaran. Hal positif yang dapat diambil dari pembelajaran ini adalah siswa terampil memecahkan masalah dan akan timbul rasa kebanggaan dan kepuasan. Membelajarkan berpikir induktif adalah siswa diajak untuk berpikir dari hal-hal yang ditemui dalam kehidupannya baik itu objek, kejadian ataupun fenomena. Dari sini guru dapat meminta siswa menganalisis dan mengeneralisasi konsep sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Tahap kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: guru merencanakan, menunjukkan, menganalisis, membuat kesimpulan dan penutup. Membelajarkan berpikir deduktif adalah pembelajaran yang digunakan jika guru sulit untuk mengilustrasikan materi karena terlalu konsep melalui penemuan. Umumnya guru memegang peranan penting dalam penyediaan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

63

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

informasi baru. Guru akan menghubungkan pembelajaran baru dengan pembelajaran sebelumnya. Tahap kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: guru memperkenalkan rumus atau konsep, menjelaskan selanjutnya mengklarifikasi. Melatih penyelidikan adalah guru mengajak siswa berperan sebagai peneliti dimana siswa harus dapat menjawab permasalahan yang ditemuainya melalui hipotesa, perkiraan, mengumpulkan data, menganalisa dan membuat kesimpulan. Menurut Rustaman (2009: 8.1-8.5) model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai implementasi kegiatan di kelas untuk membangun pengetahuaannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah. Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal yang diperoleh selama

sendiri tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuannya sendiri melaluli berpikir. Setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda namun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menggali gagasan siswa, memberikan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan serta merefleksikannya secara eksplisit. Menurut Gerlach (1980: 241-246), media belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran di atas antara lain: gambar, tape recording, gambar bergerak, televisi, benda nyata, benda buatan atau artifisial, program komputer. Contoh media yang dapat digunakan untuk memahirkan keterampilan berpikir adalah Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser (Rajendran, 2010: 160-169).

Tabel 3: Fase- Fase Model Pembelajaran Fase-fase Pembelajaran Model I Siklus belajar Explorasi II Pengenalan konsep III Pengenalan konsep Tantangan Pertanyaan Siswa Elisitasi Elisitasi IV Aplikasi Refleksi VI -

Pembelajaran Persiapan Fokus Generatif Pembelajaran Persiapan Ekplorasi Interaktif Clis Orientasi Restrukturisasi Restrukturisasi

Aplikasi Refleksi Aplikasi Refleksi

Pembelajaran Orientasi Kooperatif

berinteraksi dengan kegiatan lingkungan saat proses belajar mengajar. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengubah konsepsi siswa yaitu peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, pentingnnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan serta mengkaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di kelas. Tabel 3 menunjukkan lima model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme yang masing-masing memiliki kekhasannya 64
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

Six Thinking Hats adalah topi berwarna untuk membedakan tipe berpikir seperti warna topi putih untuk mengidentifikasi kenyataan, topi hitam untuk mengevaluasi hal-hal negatif, topi kuning untuk menfokuskan hal-hal positif, topi merah untuk melihat topik dari segi estetika dan emosional. Topi hijau membutuhkan kreatifitas dan berpikir tingkat lanjut tentang topik yang dibahas, terakhir topi biru merefleksikan dan mengambil kesimpulan. Think Pair Share yaitu pembelajaran melalui kerja kelompok untuk memecahkan masalah

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

dalam bentuk pertanyaan, ide, atau isu dengan cara diskusi. Fish Bone adalah salah satu cara untuk mengorganisasi informasi atau ide guna memecahkan masalah. Hal positif dan negatif dapat dituangkan dengan bantuan gambar tulang ikan. Diagram Venn untuk mendeskripsikan dan membandingkan beberapa karakteristik seperti kejadian alam, manusia atau mahluk hidup, ide atau gagasan. Positive Minus Interesting (PMI) adalah sebuah cara mengajak siswa untuk berpikir dari sisi alasan, pandangan, pengambilan keputusan tentang suatu topik melalui kegiatan kerja kelompok atau individu. Graphic Organizers adalah cara siswa untuk menuliskan topik atau ide secara runtun dengan menggunakan tabel. Guru diharapkan dapat memilih media yang tepat dan dapat mengembangkan media pembelajaran sesuai

dengan kondisi sekolahnya. Kesimpulan Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan keterampilan berpikir. Kegiatan berpikir adalah kegiatan manipulasi mental siswa untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu wujud usaha sadar guru untuk mengembangkan keterampilan berpikir dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam mengembangkan model pembelajaran perlu disadari bukan saja segi intelektual saja melainkan iman dan tindakan sebagai dampak pengiring dari dampak instruksional yang terjadi, untuk menjadikan manusia yang seutuhnya. Guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran artinya guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak untuk berpikir (teaching for thinking). Guru memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir melalui berbagai kegiatan yang direncanakan. Banyak model pembelajaran namun dalam memilih model tersebut perlu diperhatikan jenjang pendidikan, usia, pengalaman serta

kultur sosial siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan di jenjang kelas rendah seperti: (a) model kelas berpusat pada anak; (b) model keterampilan hidup; (c) model BBCT (Beyond Center and Circle Time ); (d) model bermain kreatif berbasis kecerdasan majemuk; (d) model pembelajaran holistik. Model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas tinggi seperti: belajar melalui kerja kelompok, belajar menggunakan tema yang menarik minat siswa, cognitive coaching (melatih berpikir), membelajarkan berpikir induktif, membelajarkan berpikir deduktif, melatih penyelidikan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru memerlukan media yang dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa seperti: Six Thinking Hats, Think Pair Share, Fish Bone, Venn Diagram, Positive Minus Interesting dan Graphic Organiser. Melalui berbagai model pembelajaran berpikir diharapkan siswa tidak menghafal saja untuk ulangan namun mengarahkan pada proses pengalaman bagaimana siswa hidup dalam masyarakat. Siswa harus kreatif, cakap, berilmu, mandiri dan tanggungjawab. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupannya dengan cermat dan tanggungjawab. Seperti yang tertuang dalam UU RI No 20 Tahun 2003 mewujudkan manusia yang berakhlak, berilmu

dan beradab. Saran


Jika keadaan memungkinkan, guru hendaknya mencoba model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir yang sudah ada. Guru hendaknya tidak mudah putus asa dan seharusnya lebih termotivasi, apalagi dalam proses sertifikasi guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas yang selanjutnya disusun menjadi sebuh laporan yang dapat disebarluaskan pada guru lain melalui acara seminar atau pelatihan guru. Dalam memilih model pembelajaran tersebut hendaknya guru cermat dengan dampak instruksional dan dampak pengiring yang akan terjadi. Oleh karena itu sebaiknya dikaji terlebih dahulu pengalaman siswa, status sosial siswa, keterampilan berpikir apa yang harus
Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

65

Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir

dikembangkan sesuai usia dan pengalaman siswa, serta analisis konsepnya. Hal ini membantu guru dengan cara kolaborasi dengan guru lain sehingga bisa saling berdiskusi.

Daftar Pustaka
Costa.L, Arthur. (1988).Developing minds. Virginia: ASCD Dahar, Ratna. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga. Dewey, John. ( 2004). Experience and education. Jakarta: Teraju Depdiknas. (2006). Standar pendidikan nasional. Jakarta: Puskur Djaali. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Gerlach, Vernon. (1980) Teaching and media. USA: Prentice Hall Hill, Winfred. (2009). Theory of learning. Bandung: Nusa Media Himpunan Peraturan Perundang-undangan. (2009). Undang-undang sisdiknas. Bandung: Fukus media Hergenhahn, B.R. (2010). Theories of learning. Jakarta: Kencana Predana Media Group Joice, Bruce, dkk. (2009). Models of teaching. Cetakan ke-8: Yogyakarta: Pustaka Pelajar Panen, P. (2009). Belajar dan pembelajaran 1. Jakarta: Universitas Terbuka

Raths, Louis, dkk. (1986). Teaching for thinking. New York: Teachers College Rajendran, N.S. (2010). Higher order thinking skills. Tanjung Malim Perak: Universiti Pendidikan Sultan Idris Rustaman, Nuryani. (2009). Materi dan pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka Sudirjo, Encep. (2010). Model pembelajaran inovatif berbasis konsep sekolah ramah anak. Jurnal Pendidikan Dasar Eduhumaniora. Vol 2. No.1. Bandung: UPI Cibiru Sujiono, Yuliani. (2009). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Indeks Tim Redaksi. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-4 eidi ke III. Jakarta: Balai Pustaka. Yusnandar, Eddy. (2000). Filsafat sebagai dasar dalam pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 2 no.2. Bandung: UPI (http://alveean.wordpress.com/2008/10/24/ empat-pilar-pendidikan-menurutunesco/ diunduh 28 September 2011. (http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/ pbl/pbl.htm) diunduh 15 Mei 2012 (http://edukasi.kompasiana.com/2011/11/ 01/cooperative-learning). Diunduh 15 Mei 2012

66

Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012

Das könnte Ihnen auch gefallen