Sie sind auf Seite 1von 24

Material Teknik

STRUKTUR ATOM DAN IKATAN

2.1 KARAKTERISTIK LOGAM Sebelum mempelajari dasar-dasar fisika logam, kita terlebih dahulu harus mempunyai gambaran yang jelas tentang golongan kualitas keadaan logam. Sering terbayang oleh kita bahwa logam adalah sesuatu yang mempunyai kilauan tinggi, konduktivitas listrik serta panas y ang baik, dapat ditempa, dan ulet. Diantara sesama logam sendiri variasi perbedaan sifat teryata sangat besar. Untuk mengambarkan perbedaan mencolok antara perilaku logam yang satu dengan yang lain orang cukup membandingkan masing-masing dengan ulet serta mudahnya timbal (lead) ditempa pada suhu kamar, serta kekerasan dan kerapuhan tungsten pada suhu sama. Sifat yang paling sering dianggap mencirikan logam adalah konduktivitas listrik atau konduktivitas termalnya yang tinggi. Sebagai contoh, logam konduktor listrik yang paling baik adalah tembaga sedangkan yang paling buruk adalah timbal, padahal kehambatan (resituvity) timbal hanya dua belas kali kehambatan tembaga. Sangat besarnya perbedaan konduktivitas antara logam dan non logam adalah karena pada logam yang mengalami beda potensial elektron-elektron dapat bergerak bebas, sementara pada bahan non logam tidak demikian. Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik dasar logam harus dipelajari dari struktur elektronnya, atau dengan kata lain pengkajian material teknik harus dimulai dari pemahaman struktur atom-atom yang membentuknya. 2.2 ATOM Dalam gambaran sederhana oleh Rutherford, atom terbentuk atas inti bermuatan positif pembawa sebagian besar massa atom, dengan elektron-elektron yang bergerak mengitarinya. Ruterford mengatakan bahwa elektron-elektron mengitari inti dalam orbit melingkar sehingga gaya sentrifugal semua elektron tepat

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

Material Teknik

sama dengan gaya tarik elektrostatik antara inti yang bermuatan positif dan elektronelektron yang bemuatan negatif. Guna menghindari kesulitan dalam pemahaman akibat adanya hokum elektrodinamika yang disini menyatakan bahwa elektronelektron yang berevolusi harus terus-menerus melepaskan energi berupa radiasi elektromagnetik, maka Bohr dalam tahun 1913 terpaksa menyimpulkan bahwa dari semua orbit yang mungkin, hanya orbit-orbit tertentu saja yang boleh ditempati oleh electron. Orbit-orbit khusus itu diandaikan mempunyai sifat luar biasa, yakni bahwa bila sebuah elektron berada dalam salah satu orbit tersebut, radiasi tak akan terjadi. Kumpulan orbit-orbit stabil tadi dicirikan menurut kritiria yang menyatakan bahwa momentum sudut elektron-elektron dalam orbit dihitung mengunakan rumus nh /
2 , dengan h konstanta Planck dan n bilangan bulat (n = 1, 2, 3, ). Dengan cara

ini Bohr berhasil memberikan penjelasan yang memuaskan tentang spektrum garis atom hydrogen, sekaligus membangun batu pijakan untuk teori atom modern. Ketika selanjutnya teori atom dikembangkan oleh de Broglie, Schodinger dan Heienberg, orang yang menyadari bahwa hukum-hukum klasik tentang dinamika partikel tidak dapat diterapkan terhadap partikel-partikel dasar (fundamental particles). Dalam dinamika klasik, sudah menjadi prasyarat bahwa posisi dan momentum suatu partikel diketahui secara tepat, namun dalam dinamika atom bila posisi partikel secara pasti, maka besaran yang lain (momentum) tidak dapat ditentukan. Dalam kenyataan, ketidak pastian tentang posisi dan momentum partikel kecil harus kita akui, akan tetapi hasil kali derajat ketidakpastian masing-masing besaran tadi dapat kita hubungkan dengan nilai konstanta Planck (h = 6.6256 x 10-34 Js). Di alam makroskopik ketiddakpastian ini terlalu kecil untuk dapat diukur, namun bila kita melakukan sesuatu terhadap gerak elektron yang mengelilingi inti atom, penerapan prinsip ketidakpastian (Uncertainty Principle-istilah yang diperkenalkan oleh Heisenberg) penting sekali. Akibat menganut Prinsip Ketidakpastian ini, kita tak boleh lagi membayangkan elektron sebagai sesuatu yang bergerak dalam orbit tetap mengelilingi inti. Kita harus memandang gerak elektron sebagai fungsi gelombang. Dengan fungsi ini kita hanya mungkin mendapatkan elkctron yang energinya tertentu saja diruang disekitar inti. Situasi menjadi lebih rumit bila kita memperhitungkan kenyataan bahwa elektron bukan hanya bergerak mengitari inti, namun juga

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

Material Teknik

berpusing pada porosnya sendiri. Sebagai konsekuensi, untuk menyatakan gerak elkctron disebuah atom kita tidak lagi mengunakan integer tunggal n, seperti pada teori Borh. Sekarang kita harus menyatakan keadaan elektron mengunakan empat buah bilangan. Bilangan-bilangan yang dikenal sebagai bilangan-bilangan kuantum ini adalah n, l, m dan s, dimana n merupakan bilangan kkuatum pertama (principal quantum number), l bilangan kuantum orbit (orbital quantum number), m bilangan kuantum dalam (inner quantum number) dan s bilangan kuantum spin (spin quantum number). Prinsip dasar lain teori kuantum modern untuk atom adalah Prinsip Pengecualian Pauli (Pauli Exclusion Principle) yang yang menyatakan bahwa dalam sebuah atom tidak ada dua elektron yang bias memiliki perangkat bilangan kuantum persis sama. Jika kita ingin memahami cara membuat Tabel Periodik menurut struktur elektronik atom-atom berbagai unsure, kita harus memperhatikan kebermaknaan keempat bilangan kuantum tadi, sekaligus batasan harga-harga numeric yang dapat dimiliki masing-masing. Bilangan kuantum yang paling penting adalah bilangan kuantum utama, karena inilah yang paling berperan dalam penentuan energi elektron. Bilangan kuantum utama dapat memiliki harga bilangan bulat mulai dari n = 1, yang menyatakan energi paling rendah. Elektron dengan n = 1 paling stabil, dan kestabilan berkurang dengan naiknya harga n. Elektron yang bilangan kuantum utamanya n dapat mempunyai bilangan kuantum orbital bernilai bulat antara 0 dan (n - 1). Jadi jika n = 1, l harus 0, sementara bila n = 2, l = 0 atau 1, dan bila n = 3, l = 0, 1, atau 2. bilangan kuantum orbital menyatakan momentum sudut elektron ketika mengitari inti, dan ini mnentukan sesuatu yang dalam mekanika nonkuantum disebut bentuk orbit. Untuk suatu harga n, elektron dengan l paling rendah akan mempunyai energi paling rendah, sehingga semakin tinggi harga l makin besar ula energinya. Dua bilangan kuantum yang lain, yaitu m dan s berturut-turut menyatakan orientasi orbit elektron diseputar inti dan orientasi arah spin elektron. Untuk suatu harga l, sebuah elektron boleh mempunyai bilangan kuantum dalam m bernilai bulat dari +l sampai l, termasuk 0. jadi untuk l = 2, m bisa mempunyai harga-harga +2, +1, 0, -1, dan 2. Elektro-elektron dengan harga-harga n dan l yang sama tetapi berbeda dalam harga-harga m mempunyai energi yang sama besar, asalkan tidak dipengaruhi suatu medan magnet. Bila ada medan magnet, energi elektron-elektron

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

Material Teknik

dengan harga-harga m berbeda akan berubah sedikit, seperti yang tampak dari terpisahnya garis-garis spektrum pada efek Zeeman. Untuk sebuah electron yang mempunyai harga-harga n, l dan m sama besar, bilangan kuantum spin s-nya boleh memiliki harga +
1 2

atau 1 . Kenyataan bahwa harga tesebut bukan bilangan bulat 2

untuk sementara ini tidak perlu dirisaukan; yang perlu kita ingat hanyalah bahwa dua elektron dalam sebuah atom dapat mempunyai harga-harga n, l dan m yang sama, serta bahwa kedua elektron tadi akan berpusing dengan arah berlawanan. Hanya dibawah pengaruh medan magnet saja energi dua elektron dengan spin berlawanan akan berbeda. 2.3 TATANAMA KEADAAN ELEKTRON DI SEBUAH ATOM Sebelum membahas cara membuat susunan berkala unsur-unsur menurut strktur elektronika atom-atomnya, kita perlu menjabarkan dahulu system tatanama (nomeklatur) yang memungkinkan dijelaskanya keadaan elektron-elektron dalam sebuah atom. Karena energi sebuah elektron hanya ditentukan harga-harga bilangan kuantum utama dan orbital, maka kedua bilangan kuantum ini saja yang perlu diperhatikan dalam nomenklatur kita. Bilangan kuantum utama ditampilkan atau diekspresikan sebagaimana adanya, namun bilangan kuantum orbital dinyatakan dengan huruf. Huruf-huruf ini, yang diturunkan dari kebiasaan diawal perkembangan spektroskopi, adalah s, p, d, f yang berturut-turut menyatakan bilangan-bilangan kuantum orbital l berharga 0, 1, 2 dan 3. (s = sharp, p = principal, d = diffusi, f = fundamental). Bila bilangan kuantum utama n = 1 maka l harus sama dengan nol, dan elektron dalam keadaan demikian dinyatakan dengan simbol 1s. disini bilanga kuantum dalam tidak boleh memiliki harga yang lain dari m = 0, namun harga bilangan kuantum spin-nya (s) boleh +
1 2

atau 1 . Jadi, dapat disimpulkan bahwa 2

dalam sebuah atom hanya dua elektron yang boleh memiliki keadaan 1s, dan elektron-elektron itupun berpusing dalam arah berlawanan. Dengan kata lain bila n =1, hanya s keadaan yang terjadi dan keadaan-keadaan itu hanya dapat dimiliki oleh dua buah elektron. Begitu kedua keadaan 1s terisi penuh, keadaan energi paling rendah berikutnya harus memiliki harga n = 2. Disini l boleh mempunyai harga 0 atau 1, dan karena itu elektron-elektron bias dalam keadaan entah 2s atau 2p. Energi

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

10

Material Teknik

sebuah keadaan 2s lebih rendah dari energi dalam keadaan 2p, oleh sebab itu keadaan 2s akan terisi lebih dahulu. Di sini pun, hanya dua electron bias berada dalam keadaan 2s, dan untuk keadaan-keadan s ini selalu demikian, tidak peduli berapapun harga bilangan kuantum utamanya. Electron-elektron dalam keadaan p dapat memiliki harga-harga m = +1, 0, -1, dan elektron-elektron yang memiliki masing-masing dari harga tersebut dapat memilikidua harga bilangan kuantum spin. Ini memungkinkan adanya enam buah elektron dalam setiap keadaan p sebagaimana tampak lebih jelas dalam table 2.1.
Tabel 2.1 Alokasi keadaan pada tiga kulit kuantum yang pertama

Kulit 1

n 1

l 0 0

m 0 0 +1 0 -1 0 +1 0 -1

s
+

Nomer Keadaan Keadaan 2, 1 s Keadaan 2, 2 s Keadaan 6, 2 p Keadaan 2, 2 s

1 0 1

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 2
1 2

1 2 1 2
1 2

Keadaan 6, 2 p

+2 +1 0 -1 -2

1 2

1 2
1 2

Keadaan 10, 3 d

1 2

Tidak ada lagi elektron yang dapat ditambahkan ke dalam keadaan n = 2 sesudah keadaan-keadaan 2s dan 2p-nya terisi. Elektron-elektron berikutnya harus menempati keadaan denga n = 3 yang energinya lebih tinggi. Disini muncul kemungkinan adanya l berharga 0, 1 dan 2, sehingga disampuing keadaan-keadaan s

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

11

Material Teknik

dan p, keadaan-keadaan dengan d dengan l = 2 kini bias terjadi. Bila l = 2, m bias memilki harga-harga +2, +1, 0, -1, -2 dan masing-masing dapat ditempati dua elektron dengan spin berlawanan, sehingga total keadaan d mungkin adalah 10. Akhirnya bila n = 4, l bias mempunyai harga dari 0 hingga 4, dan bila l = 4, dapat dibuktikan bahwa kita akan mendapatkan 14 keadaan 4f. 2.4 TABEL PERIODIK Atom paling sederhana adalah atom hidrogen, yang mempunyai proton tunggal sebagai intinya, dan karena itu hanya sebuah elektron yang dapat mengitarinya supaya atom itu tetap netral. Bila atom hydrogen ini bebas, yaitu dalam keadaan energi paling rendah, elektronnya akan berada dalam keadaan 1s. Untuk helium, yang intinya terdiri atas dua proton dan dua neutron, massa atomnya akan empat kali lebih besar dari hidrogen, tetapi karena muatan inti (nuclear charge) sematamata hanya ditentukan oleh banyaknya proton, maka hanya dua elektron yang berkitar di orbitnya. Kedua elektron ini kakn mempunyai energi paling rendah bila masing-masing menempati keadaan 1s. atom berikutnya, lithium, yang mempunyai tiga muatan inti, hanya dapat menempatkan dua elektronnya dalam keadaan 1s, sedangkan elektron ketiga harus masuk ke keadaan 2s yang energinya sedikit lebih tinggi. Begitu seperangkat keadaan untuk kuantum utama tertentu terisi, elektronelektron dalam keadaan demikian disebut membentuk selapis kulit yang rapat, dan dalam mekanika kuantum begitu suatu kulit terisi, energi dari kulit tersebut turun ke harga yang demikian rendahnya sehingga elektron-elektron bias berada dalam keadaan mantap sekali. Oleh sebab itu, lithium mempunyai dua elektron yang terikatsekali ke intinya dan sebuah electron di keadaan 2s yang sangat kurang terikat. Elektron ini, yang sering disebut electron valensi, dapat dilepaskan dengan mudah, dan karena itu lithium dapat membentuk ion dengan muatan positif satu, dan bervalensi satu. Elektron 2s yang terletek disebelah luar ini denga demikian tergolong bebas. Berilium mempunyai muatan inti empat, karena itu elektron-elektronnya akan menempati keadaan-keadaan 1s dan 2s, sementara keenam keadaan 2p dengan energi lebih tinggi tetap kosong. Dalam enam atom berikutnya, yang bermuatan inti dari lima hingga sepuluh, keadaan 2p ini akan cepat terisi, dan pada usur dengan muatan

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

12

Material Teknik

sepuluh (neon) semua keadaan tersedia yang memiliki bilangan kuantum utam 1 dan 2 terisi sehingga atom itu memiliki dua lapis kulit yang rapat. Seperti dalam kasus helium, elektron-elektron berada dalam keadaan energi rendah dan dari sini tidak dapat dipindahkan dengan mudah. Akibatnya, seperti helium, neon tidak mudah membentuk ion dan karena itu tidak dapat berperan serta dalam reaksi-reaksi kimia. Dalam susunan berkala unsur-unsur, tiap kali sebuah atom mendapatka cukup elektron untuk merapatkan kulitnya, unsur yang terbentuk bersifat nonreaktif, dan unsur-unsur ini disebut gas mulia (inert gases).
Tabel 2.2 Tabel Periodik Unsur

Dengan mekanisme yang sama, atom-atom dengan muatan inti atau nomor atom antara sebelas dan delapan belas akan membentuk kulit ketiga yang memiliki n = 3 dengan mengisi keadaan-keadaan 3s dahulu, kemudian 3p. bukan tidak mungkin orang berpikir bahwa sesudah argon yang bernomor atom Z = 18, atom-atom akan mempunyai electron keadaan 3d. ternyata yang terjadi bukan demikian karena kebetulan saja energi elektron di keadaan 4s lebih endah dibandingkan keadaan 3d. akibatnya, pada kalium (potassium) yang mempunyai Z = 19 elektron-elektron berenergi tinggi keadaan s, dan unsure ini memiliki sifat kimia lebih menyerupai natrium(sodium) dan litium yang juga mempunyai elektron-elektron tunggal di keadaan s. Kalsium dengan Z = 20 memiliki dua elektron di keadaan 4s yang dengan

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

13

Material Teknik

demikian terisi penuh, sehingga scandium yang mungkin diharapkan memiliki elektron berenergi paling tinggi di keadaan 4p, ternyata menemukan bahwa energi elektron lebih rendah bila ditempatkan di keadaan 3d yang sampai kini dibiarkan kosong karena energinya lebih tinggi dibandingkan keadaan 4s. Sesudah skandium, unsur-unsur berikutnya meneruskan proses pengisian keadaan 3d, yang menjadi penuh pada unsur seng (Zn). Bagaimanapun, proses pengisian keadaan 3d ini ternyata tidak sederhana. Dalam atom-tom bebas, diketahui bahwa ketika keadaan 3d diisi, elektron-elektron mula-mula menempati lima keadaan yang sesuai dengan kelima harga bilangan kuantum dalam m dan elektron-elektron tadi semuanya mempunyai bilangan spin sama (kaidah Hund). Apabila kelima keadaan itu telah terisi, energi elektron-elektron turun sehingga dari segi energi bagi khrom lebih menguntungkan andaikata sebuah elektron yang seharusnya menempati keadaan 4s digunakan untuk melengkapi kelima keadaan 3d. Itu sebabnya khrom hanya mempunyai sebuah elektron 4s dan lima elektron 3d. Proses serupa terjadi pada pada tembaga. Di sini sebuah dari elektron-elektron 4s digunakan untuk melengkapi kesepuluh keadaan 3d, yang dengan demikian merapatkan kulit ketiga dan mendapatkan reduksi energi elektron yang lumayan untuk kulit ini. Unsur-unsur dari scandium hinga tembaga, yang keadaan-keadaan 3d-nya terisi dengan cepat, doikenal sebagai unsur-unsur trnsisi. Pada tujuh unsur sesudah tembaga proses pengisian keadaan 4s dan 4p tidak begitu lancar, dan kripton, yang keadaan-keadaan 4s serta 4p-nya terisi penuh, termasuk kelompok gas mulia. Pada kelompok unsur berikutnya, dari rubidium hingga xenon, terjadi proses pengisian seperti terdahulu, yaitu 5s dahulu, baru kemudian 4d dan akhirnya 5p. Keadaan 4f untuk sementara belum terisi karena mempersyaratkan energi lebih tinggi ketimbang keadaan-keadaan 5s, 4d, 5p dan 6s. Baru sesudah lanthanium, dari segi energi sudah pada tempatnya mengisi keempat belas keadaan 4f. Kelompok unsur yang dalam tabel periodik terletak antara lanthanium dan hafnium ini dikenal sebagai unsur tanah jarang. Setelah keadaan-keadaan 4f terisi, unsur-unsur berikutnya hingga gas mulia radon, mulai mengisi keadaan 5d dan akhirnya 6p. Unsur-unsur yang tersisa, lagilagi mengisi keadan s terlebih dahulu, yaitu keadaan-keadaan 7s dan proses selanjutnya sama dengan pada kelompok logam sebelumnya. Bagaimanapun, dari

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

14

Material Teknik

unsur-unsur diatas untuk saat ini hanya enam unsur yang betul-betul terdapat di alam, yang lainnya belum ditetapkan apakah termasuk kelompok unsur tanah jarang atau tidak. Dengan cara ini kita dapat membuat skema untuk menjelaskan unsur-unsur seperti tampak pada tabel 2.2. Di sini angka dibawah simbol kimia tiap unsur menyatakan nomor atom. Baris horizontal menyatakan periode, sementara kolom vertikal menyatakan kelompok atau grup. Di sini jelas bahwa tiap periode diakhiri dengan sebuah unsur gas mulia, yang semua keadaan elektronya untuk harga bilangan kuantum utama tertentu telah terisi, dan bahwa unsur-unsur di suatu kelompok mana pun memiliki elektron di kulit luar dalam konfigirasi yang sama. 2.5 PERILAKU KIMIA DAN IKATAN LOGAM Perilaku kimia unsur-unsur dapat dijelaskan menurut tingkat stabilitas yang timbul ketika kulit-kulit elektron terisi. Pada gas mulia yang kondisi mantapnya terdapat pada setiap atom, sulit sekali memindahkan sebuah elektron dari kulit terluar yang berisi untuk menghasilkan ion bermuatan positif. Demikian pula, sulit sekali menambahkan sebuah elektron ke kulit terluar yang terisai penuh untuk menghasilkan ion bermuatan negatif. Oleh sebab itu, gas mulia, yang tidak mudah diubah menjadi ion, tidak dapat membentuk senyawa kimia. Unsur-unsur yang mempunyai sedikit elektron di luar kulit terluar dapat dengan mudah melepaskan elektron-elektron tersebut untuk membentuk ion positif (kation). Di pihak lain, unsur-unsur yang mempunyai cukup banyak elektron di luar kulit terluar dengan mudah mau menerima beberapa elektron lagi untuk membentuk kulit baru, dan dengan demikian membentuk ion negatif (anion). Sebagai contoh, lithium, natrium, dan kalium yang mempunyai sebuah elektron paling luar (elektron valensi) di keadaan s, bila melepaskan elektron itu akan membentuk ion bermuatan positif satu. Unsur-unsur disebut unsur-unsur univalent (bervalensi satu). Sebaliknya, khlor, brom dan iodium masing-masing kekurangan sebuah electron untuk membentuk kulit terluar terbaru, dan bila kekurangan tersebut terpenuhi, ion-ion bermuatan negatif satu yang terjadi akan mantap sekali. Afinitas kimia antara natrium dan khlor dengan demikian dapat dijelaskan secara mudah sebagai pemberian electron terluar dari atom natrium kepada atom khlor, yang akibat

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

15

Material Teknik

kejadian tersebut keduanya sama-sama memiliki struktur electron dengan kulit luar terisi penuh, dan kedua ion bermuatan berlawanan yang terbentuk akan saling rangkul akibat gaya tarik elektrostatik. Ini juga menjelaskan terjadinya ikatan ion atau ikatan ikatan heteropolar.

Gambar 2.1 Gambaran skematik (a) ikatan kovalen dan (b) ikatan logam

Unsur-unsur dibagian kiri Tabel Periodik cenderung membentuk ion positif, dan mempunyai valensi yang makin ke kanan makin besar, mulai dari grup I. Dengan demikian pula, unsur-unsur di sebelah kanan cenderung membentuk ion negatif, dan dalam hal ini, valensi menigkat dari kanan ke kiri. Situasi yang menarik terjadi pada unsur-unsur yang kulit terluarnya hanya terisi separuh, misalnya karbon, yang menurut teori dapat membentuk ikatan ion-ion bervalensi empat entah bermuatan positif atau negatif. Pada kenyataannya unsur-unsur semacam itu, meskipun kadangkadang membentuk ikatan dengan unsur lain, lebih sering membentuk jenis ikatan lain yang disebut ikatan kovalen atau ikatan homopolar. Dalam ikatan jenis ini atomatom yang bersebelahan secara bersama mengunakan elektron valensi mereka sedemikian rupa sehingga tiap atom seolah-olah memiliki kulit terluar penuh meskipun tidak purna waktu. Dalam ikatan kovalen, atom-atom lebih suka memberika sebuah elektron saja untuk dipakai bersama dengan tetangga masing-masing, separti tampak dalam Gambar 2.1 (a) dan karena itu, banyaknya ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur sama dengan (8 N) di mana N adalah banyaknya elektron diluar kulit terluar yang

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

16

Material Teknik

penuh. Ciri penting lain pada ikatan kovalen adalah bahwa elektron-elektron yang dipakai bersama berada dalam keadaan-keadaan s dan p. Jadi karbon, yang mempunyai empat buah electron terluar, dapat membentuk ikatan kovalen dengan empat atom karbon lain. Dalam intan, yang pada hakikatnya adalah karbon padat, tiap karbon dikelilingi empat atom lain yang secara simetrik terletak di sudut-sudut sebuah tetrahedron beraturan. Dengan cara ini kita dapat menyusun jaringan atomatom karbon tiga dimensi. Zat padat yang ikatannya ionik atau kovalen, mempunyai elektron-elektron yang tidak dapat bermigrasi dengan bebas meskipun berada di bawah pengaruh suatu gaya gerak listrik (e.m.f), karena itu bersifat isolator. Seperti telah kita ketahui, karakteristik atom paling penting adalah kemampuannya menghantarkan listrik, dan karena itu tidak boleh berikatan ionik atau kovalen. Semua unsur yang jelas menunjukan karakteristik logam dikelompokan di bagian selah kiri Tabel Periodik seperti pada table 2.2. Semua atom unsur logam mempunyai elektron di luar kulit penuh dalam jumlah yang sedikit. Ini berlaku untuk semua unsur di subkelompok I, II dan III, untuk unsur-unsur di ketiga kelompok transisi, dan untuk unsur-unsur tanah jarang. Pada logam, elektron-elektron terluar pada dasarnya bergerak dengan bebas di seluruh bahan, karena itu kita membayangkan logam sebagai susunan ion bermuatan positif yang berembesi awan elektron. Lihat Gambar 2.1 (b). ikatan di dalamnya terutama disebabka oleh tarik-menarik antara ion-ion positif dan elektronelektron bebas. Salah satu akibat paling penting dari bentuk ikatan ini adalah bahwa gaya ikat (bonding force) tidak mengikuti arah yang tertentu dan karena itu ion-ion akan mengelompok menurut bentuk geometric yang paling ekonomis. Bagaimanapun, perlu diingat bahwa apabila dua ion saling mendekati, di antara keduanya juga terjadi gaya tolak menolak, dan gaya ini membatasi derajat keekonomisan dalam pengelompokannya, sehingga sesunguhnya ion-ion logam dapat dipandang sebagai bola-bola yang keras. Ini pula sebabnya masalah struktur kristal logam sangat dapat dipandang sebagai masalah pengepakan sejumlah bola berukuran sama.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

17

Material Teknik

2.6 SUSUNAN ATOM DALAM LOGAM Ion logam sangat kecil dan diameternya hanya beberapa kaliu 10-10 mm, atau kurang dari nanometer. Dengan demikian satu millimeter kubik logam diperkirakan mengandung 1022. Di atas telah dibahas bahwa ion-ion dalam logam padat tidak tersusun secara acak, namun seolah-olah dipak secara beraturan. Pada kebanyakan logam, ion-ion mengelompok sedemikian rupa sehingga volume yang dibutuhkan sedikit mungkin. Pada semua logam, termasuk yang ion-ionnya agak renggang, penataan ion-ion ternyata mengikuti mengikuti suatu pola tertentu, dan karena struktur logam dicirikan menurut satuan (unit) pola sederhana yang disebut sel struktur, yang kalau diulang-ulang secara beraturan di seluruh bagian badan logam akan menentukan posisi semua ion dalam kristal logam bersangkutan. Kita mengenal dua cara penataan bola-bola berukuran sama yang memungkinkan volume minimum. Kedua cara itu adalah penataan kubus pusat sisi atau face-centerd cubic arragement (f.c.c) dan penataan heksagonal susunan rapat atau closed-paccked hexagonal arragement (c.p.h). Sel-sel struktur pada kedua cara penataan diatas dapat dilihat dalam Gambar 2.2(a) dan 2.2(b). Sel struktur lain lagi yang tampak pada Gambar 2.2(c) adalah cara pengepakan. Cara pengepakan bola ini dikenal sebagai penataan kubus pusat ruang atau body-centered cubic arragement (b.c.c).

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

18

Material Teknik

Gambar 2.2 Susunan atom dalam (a) struktur kubik pusat muka, (b) struktur closedpackedheksagonal, dan (c) struktur body-centred cubic

Untuk menetapkan secara lengkap struktur suatu logam, kita perlu mempelajari struktur kristal dan ukuran (dimensi) sel strukturnya. Banyaknya besaran yang dibutuhkan untuk menentukan suatu sel struktur bergantung pada derajat keteraturan geometrik yang ditunjukan oleh sel. Jadi, dalam sel-sel struktur kubus kita hanya perlu mengukur panjang salah satu rusuk, sementara pada sel heksagonal kita perlu mengetahui panjang a dan c seperti dalam Gambar 2.2(b). bagaimanapun, jika struktur yang ideal adalah susunan rapat, kedua besaran a dan c harus memiliki perbandingan c/a = 1,633. Dalam struktur logam, perbandingan c/a, yang sering disebut nisbah menyumbu (axial ratio), tidak pernah tepat 1,633, dan karena itu struktur logam tidak betul-betul tersusun secara rapat; untuk seng misalnya, c/a = 1,86 dan untuk titanium, c/a = 1,58. Besaran yang menunjukan ukuran sel struktur itu disebut parameter kisi (lattice parameter).

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

19

Material Teknik

Pengetahuan tentang penetapan kisi memungkinkan kita menghitung jari-jari atom (r) logam berdasrkan asumsi bahw atom-atom itu berbentuk bola dan masingmasing salling kontak. Perlu di ketahui bahwa dalam struktur kubus pusat sisi (f.c.c) r = a 2 / 4 , dan dalam struktur kubus pusat ruang (b.c.c) r = a 3 / 4 , denga a

( )

( )

parameter kisi. Karena besaran-besaran a dan r sangat kecil, sudah menjadi kelaziman untuk mengukurnya dalam nanometer (10-9 m). Sebuah konsep yang penting sehubungan denga struktur kristal ini adalah bilangan koordinasi, yang didefinisikan sebagai banyaknya atom berjarak terdekat sama dari sebuah atom mana pun dalam struktur kristal. Jadi, dalam struktur kubus pusat ruang seperti pada Gambar 2.2(c), dengan mudah dapat dilihat bahwa atom di pusat kubus dikekilingi oleh delapan buah atom yang berjarak sama yang terletak di sudut-sudut kubus, dan bilangan koordinasi disini adalah 8. Lain halnya dengan Gambar 2.2(a), mungkin anda tidak langsung menyadari bahwa bilangan koordinasi di struktur kubus pusat sisi seperti ini adalah 12. Agaknya cara yang paling mudah untuk membayangkan ini adlah denga menempatkan dua sel kubus pusat sisi berdampingan dan memperhatikan atom-atom disekeliling atom yang menjadi pusat sisi bersama. Pada struktur heksagonal susunan rapat dengan perbandingan ideal c/a = 1,633, bilangan koordinasi juga 12 seperti yang mudah terlihat bila kita menumpukan dua sel dan memilih atom di pusat bidang bersama sebagai titik acuan. Bidang ini sering disebut bidang basal. Bidang dengan susunan atom paling padat dalam struktur heksagonal susunan rapat yang paling ideal adalah bidang basal, dan mamiliki tatanan atom yang sama seperti pada bidang paling padat dalam struktur kubus pusat sisi*. Baik struktur heksagoanl susunan rapat maupun kubus pusat sisi merupakan dua metode pengepakan bola yangsama bagusnya; perbedaan di antara keduanya hanyalah pada cara penumpukan bidang susunan rapat masing-masing. Gambar 2.3 memperlihatkan cara atom-atom dalam suatu bidang susunan rapat.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

20

Material Teknik

Gambar 2.3 Susunan atom dalam bidang close-packed, (b) posisi dua bidang close-packed, dan (c) stacking bidang seksutif

Ketika menumpukan atau mengandengkan bidang atom yang kedua, bidang atom pertama mungkin ditempatkan entah dengan posisi B atau C, yang betul-betul merupakan kedudukan setara. Bagaimanapun, begitu atom pertama ditempatkan di salah satu dari duakedudukan, semua atom lain di bidang kedua harus berada di kedudukan serupa. Ini tidak lain karena kedudukan-kedudukan bersebelahan untuk tipe-tipe B dan C terlalu dekat untuk ditempati keduanya dalam lapisan yang sama. Sampai di sini kita belum menjumpai perbedaan antara struktur heksagonal susunan rapat dan kubus pusat sisi. Perbedaan baru timbul ketika lapisan ketiga diletakan. Dalam peletakan lapisan ketiga, dengan mengandaikan bahwa kedudukankedudukan tipe B telah digunakan untuk membentuk lapisan kedua, seperti dalam Gambar 2.3, atom-atom dapat menempati kedudukan- kedudukan A atau C. kalau kedudukan A yang dipilih, maka atom-atom di lapisan ketiga akan langsung di atas lapisan pertama, dan struktur yang terbentuk adalah heksagonal susunan rapat, sedangkan jika kedudukan C yang dipilih, kejadiannya tidak demikian dan struktur yang berbentuk adalah kubus pusat sisi. Jadi, struktur heksagonal susunan rapat terdiri atas lapisan-lapisan atom tersusun rapat yang ditumpuk dengan urutan ABABAB atau ACACAC. Struktur kubus pusat sisi memiliki cara penumpukan dengan urutan ABCABCABC sehingga atom-atom di lapisan keempat terletak langsung di atas atom-atom lapisan pertama.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

21

Material Teknik

Tabel 2.3 Struktur kristal beberapa logam biasa pada suhu ruang

Tabel 2.3. memperlihatkan struktur kristal yang dianut oleh sejumlah logamlogam pada temperatur kamar. Beberapa logam ternyata menganut lebih dari satu struktur kristal, yang masing-masing hanya stabil pada temperatur tertentu. Contoh paling baik untuk gejala yang disebut polimorfisme ini adalah seperti yang ditunjukan oleh besi, yang berstruktur kubus pusat ruang pada temperatur-temperatur di bawah 910o C serta di atas 1400o C, namun berstruktur kubus pusat sisi bila di antara 910o C dan 1400o C. contoh lain yang umum antara lain adalah titanium dan zirconium yang berubah dari kubus susunan rapat ke kubus pusat ruang berturut-turut pada temperatur 882o C dan 815o C. timah putih berubah dari struktur kubus (kelabu) menjadi tetragonal (putih) pada suhu 13,2o C. uranium dan plutonium juga menganut beberapa struktur kristal. Plutonium, khususnya, tergolong kompleks karena memiliki enam struktur kristal di antara suhu kamar dan titik leburnya pada 640o C.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

22

Material Teknik

2.7 ELEKTRON-ELEKTRON DALAM KRISTAL LOGAM

Kalau kita membayangkan atom-atom dikumpulkan dan ditata membentuk struktur kristal, maka ketika jarak antara atom-atom terdekat mendekati jarak antar atom yang khas pada logam, elektron-elektron terluar tidak lagi mengacu ke atomnya masing-masing. Begitu electron-elektron terluar tidak lagi terikat ke atomnya masing-masing melainkan bergerak bebas di seluruh logam, maka menurut Prinsip Kekecualian Pauli, elektron-elektron tadi tidak dapat memprtahankan perangkat bilangan kuantum yang sama seperti masih merupakan bagian dari atom-atom. Akibatnya, elektron-elektron bebas tidak lagi bisa memiliki lebih dari dua elektron dengan spin berlawanan untuk suatu energi tertentu. Energi-energi elektron bebas itu didistribusikan ke suatu rentang yang terus meningkat sejalan proses pembentukan logam oleh atom-atom. Jika atom-atom dimaksudkan untuk membentuk struktur logam yang mantap, energi purata (mean energi) elektron-elektron bebas harus lebih rendah disbanding energi tingkat elektron ketika atom-atom masih bebas. Gambar 2.4 memperlihatkan pelebaran tingkat atomatik sejak atom-atom masih mulai berhimpun dengan yang lain, serta penurunan energi elektron-elektron sebagai akibatnya. Besar penurunan energi purata elektron-elektron terluar inilah yang menentuka kemantapan logam. Dalam hal ini, yang disebut jarak keseimbangan (equilibrium spacing) antara atom-atom dalam suatu logam adalah jarak yang apabila dikurangi lagi akan menyebabkan bertambahnya gaya tolak-menolak ion-ion positif yang saling didekatkan itu, sehingga gaya tolak-menolak tadi akan lebih besar dibanding penurunan energi elektron purata yang disebabkannya.
Gambar 2.4 Perluasan tingkatan energi atomik dalam logam

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

23

Material Teknik

Dalam struktur metalik, elektron-elektron bebas dengan demikian harus dianggap menempati serangkaian tingkat energi distrik (unik) dengan selang yang sangat rapat. Tiap tingkat energi atomik yang mengurai menjadi sebuah pita memiliki banyak tingkat energi yang sama dengan banyaknya N atom dalam sepotong logam. Seperti yang dinyatakan sebelum ini, suatu tingkat energi tidak boleh ditempati oleh lebih dari dua elektron dengan spin berlawanan. Oleh sebab itu, setiap pita paling banyak hanya dapat memiliki 2N elektron. jelaslah, dalam keadaan energi paling rendah suatu logam, semua tingkat energi rendah telah terisi. Sela energi antara tingkat-tingkat yang berturuttan tidak tetap melainkan mengecil sejalan dengan naiknya tingkat energi. Dari segi kerapatan keadaan elektron N (E) ini biasanya dinyatakan sebagai fungsi energi E. Besaran N(E)dE menginformasikan banyaknya tingkat energi dalam suatu ionterval energi dE yang sangat kecil, dan untuk elektron bebas besaran ini membentuk fungsi parabola energi seperti yang tampak dalam Gambar 2.5. Karena setiap tempat hanya dapat ditempati dua electron, energi electron yang menempati suatu tingkat energi rendah tidak dapat diperbesar kecuali bila diberi tambahan energi yang cukup untuk melompat ke tingkat kosong di bagian pita sebelah atas. Lebar energi pita-pita umumnya sekitar 5 atau 6 elektron volt*, karena ini cukup besar energi yang dibutuhkan oleh logam untuk mengeksitasikan elektronnya yang berada di tingkat bawah. Energi sebesar itu tidak tersedia pada temperatur normal, dan hanya elektron dengan energi mendekati yang terdapat pada bagian atas pita (disebut tingkat atau permukaan Fermi) dapat dieksitasikan sehingga karena itu hanya sedkit elektron bebas pada logam yang dapat ambil bagian dalam proses-proses thermal. Energi pada tingkat Fermi EF bergantung pada banyaknya electron N per unit volume V, dapat dihitung denga rumus (h2/8m) x (3N V)2/3.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

24

Material Teknik

Gambar 2.5 (a) Kepadatan tingkatan energi terhadap energi; (b) Pengisian tingkatan energi oleh electron pada temperatur mutlak nol. Pada temperatur tertentu beberapa electron tereksitasi secara termal ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang berhubungan dengan Emaks, seperti diperlihatkan pada kurva patah pada (a)

Elektron pada suatu pita metalik harus dianggap bergerak terus-menerus dalam struktur dengan energi yang ditentukan oleh tingkat pada pita yang didudukinya. Dalam mekanika kuantum gerak elektron ini dapat dipandang sebagai gelombang dengan panjang gelombang yang ditentukan oleh energi elektron bersangkutan menurut rumus de Broglie.

= h / mv

(2.1)

dengan h konstanta Planck, m massa dan v kecepatan elektron yang sedang bergerak. Makin besar energi electron, makin tinggi momentum mv-nya, dan karena itu makin kecil panjang gelombang pada fungsi gelombang terhadap geraknya. Karena gerak electron yang mempunyai aspek miring gelombang ini, elektron-elektron yang bergerak dapat menimbulkan efek difraksi seperti pada gelombang optik. Lebih dari itu, tatanan atom-atom yang beraturan pada kisi logam dapat bertindak sebagai kisi difraksi tiga dimensi, sebab atom-atom di situ bermuatan positif dan karena itu berinteraksi dengan elektron-elektron bergarak. Pada panjang gelombang terntentu, yang ditentukan oleh jarak atom-atom pada kisi metalik, elektron-elektron akan mengalami efek difraksi yang kuat. Ini menyebabkan elektron-elektron dengan energi sesuai panjang gelombang tersebut tidak mampu bergerak bebas di dalam struktur. Akibatnya, dalam pita-pita elektron, tingkat-tingkat energi tertentu tidak dapat ditempati dan karena ini terjadi sela-sela energi yang menyebabkan spektrum-spektrum energi dalam suatu pits tidak kontinu.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

25

Material Teknik

Interaksi elektron-elektron bergerak denga ion-ion logam yang terdiri terdistribusi pada suatu kisi bergantung pada panjang gelombang elektron-elektron serta jarak antar ion dalam arah gerak elektron. Karena jarak antar ion bergantung pada arah kisi, panjang gelombang elektron-elektron yang mengalami difraksi oleh ion-ion juga akan bergantung pada arah kisi tersebut. Energi kinetik sebuah electron bergeak merupakan fungsi panjang gelombang yang hubungannya adalah sebagai berikut

E = h 2 / 2mv 2

(2.2)

dan karena kita berkepentingan dengan energi-energi electron, lebih baik bila efekefek interaksi dibahas menurut kebalikan panjang gelombang. Besaran yang berbanding tebalik dengan panjang gelombang ini disebut bilangan gelombang dan diberi notasi k.

Gambar 2.6 Gambaran skematik zona Brillouin dalam logam, (a) direproduksi dari Extractive and Physical Metallurgy of Plutonium, seizin American Institute of Metallurgical Engeneerrs

Dalam mengambarkan interaksi-interaksi elektron kisi orang lazim mengunakan diagram vektor. Di situ arah vektor menyatakan arah lintasan elektron bergerak dan harga (magnitude) vektor menyatakan bilangan gelombang elektron. Vector-vektor ini mengambarkan elektron-elektron berenergi yang, karena efek difraksi, tidak dapat menembus kisi, dan karena itu membentuk permukaan tiga dimensi yang disebut zona Brillouin. Gambar 2.6(a) memperlihatkan zona Brillouin untuk sebuah kisi kubus pusat sisi. Daerah ini terbentuk dari bidang-bidang datar yang sesungguhnya sejajar dengan bidang-bidang pada kisi yang terpisah paling

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

26

Material Teknik

jauh, dalam hal ini bidang {111} dan {200}. Inilah cirri umum untuk zona Brillouin yang berlaku untuk semua kisi. Untuk suatu arah dalam kisi, kita dapat menganggap bentu energi elektron sebagai fungsi bilangan gelombang. Hubungan antara kedua besaran tadi nila mengunakan persamaan 2.2 adalah

E = h 2 k 2 / 2m

(2.3)

yang bias membentuk hubugan parabolic seperti tampak dalam Gambar 2.6(b). akibat adanya zona Brillouin di harga k tertentu, tergantung arah kisinya, maka ada suatu rentang harga energi yang tidak dapat diambil oleh elektron. Ini menghasilkan distorsi berbentuk kurva E-k di sekitar harga kritis k yang pada gilirannya menyebabkan adanya serangkaian sela energi (energi gap), yang tidak dapat ditempat oleh elektron. Efek ini dalam kurva E-k tampak berupa sebuah garis menerus (Gambar 2.6(b)). Adanya distorsi pada kurva E-k, akibat adanya zona Brillouin, direfleksikan denga kurva kerapatan keadaan vs energi berlawanan berbentuk parabola, tetapi bentuknya tidak demikian bila ada interaksi akibat zona Brillouin, seperti pada Gambar 2.7(a). Garis putus-putus menyatakan kurva N(E)-E untuk elektron-elektron bebas ketika efek zona Brillouin tidak ada dan garis penuh digunakan untuk kurva yang dipengaruhi zona Brillouin. Total banyaknya elektron yang dibutuhkan untuk mengisi daerah elektron yang dibatasi oleh garis penuh dalam Gambar 2.7(a) adalah 2N, dengan N total banyaknya atom dalam logam. Jadi, zona Brillouin akan terisi bila tiap atom dalam logam menyumbangkan dua buah elektron ke pita energi. Jika atom-atom logam menyumbangkan lebih dari dua elektron per atom, elektronelektron lebihan itu harus ditempatkan ke zona kedua atau yang lebih tinggi. Dalam Gambar 2.7(a) kedua zona tadi dipisahkan oleh sebuah sela energi, namun pada logam sesungguhnya tidak harus demikian, jadi dua zona bias saja saling tumpang-tindih sehingga pada kurva N(E)-E msela energi seperti itu tidak tampak. Keadaan tumpang-tindih timbulk karena energi di daerah terlarang bervariasi terhadap arah kisi dan seringkali tingkat energi dibagian atas zona pertama memiliki harga lebih tinggi untuk suatu arah disbanding tingkat energi paling rendah di bagian bawah jurva N(E)-E, yang mengambarkan jumlah tingkat-tingkat energi di semua arah dengan demikian tertutup rapat. (Gambar2.7(b)).

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

27

Material Teknik

Gambar 2.7 Gambaran skematik zona Brillouin

2.8 LOGAM DAN ISOLATOR

Ketika suatu bahan mengalami medan magnet, agar penghantaran listrik dimungkinkan, elektron-elektron di bagian atas pita harus mampu meningkatkan energi sehingga aliran aliran elektron dalam arah potensial, yang pada hakekatnya adalah arus listrik, bias terjadi. Apabila sela energi antara dua zona seperti dalam Gambar 2.7(a) memang ada, dan bila zona rendah sudah cukup elektronnya, maka mungkin saja elektron di situ meningkatkan energi dengan cara melompat ke tingkat yang kosong, asalkan ada medan listrik dan kekuatan medan itu cukup besar untuk membuat elektron di bagian atas pita yang isi mampu melompati sela energi. Dengan demikian, konduksi pada logam terjadi karena banyak elektron per atom tidak cukup untuk mengisi pita energi sampai ke kedudukan sela energi. Pada tembaga misalnya, elektron-elektron valensi 4s hanya mengisi separuh dari pita s terluar. Pada logam lain, misalnya Mg, pita valensi tumpang-tindih dengan pita energi lebih tiggi dan elektron-elektron dekat tingkat Fermi dengan demikian bebas untuk pindah ke keadaan kosong di pita lebih tinggi. Bilamana pita valensi terisi penuh sementara pita yang setingkat lebih tinggi, yaitu yang terpisah oleh sela energi, betul-betul kosong, maka bahan bersangkutan bias tergolong isolator atau semikonduktor. Kalau sela itu beberapa electron volt, misalnya 7 eV pada intan, diperlukan medan listrik luar biasa

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

28

Material Teknik

tinggi untuk memindahkan elektron ke pita lebih tinggi dan bahan bersangkutan isolator. Kalau sela kecil, misalnya 1 2 eV seperti pada silikon, maka energi thermal mungkin sudah memadai untuk mengeksitasikan beberapa elektron ke pita lebih tinggi serta menciptakan tempat-tempat kosong dalam pita valensi; dalam hal ini bahan tergolong semikonduktor. Pada umumnya, pita energi paling rendah yang tidak terisi elektron secara penuh disebut pita konduksi, sedangkan pita yang berisi elektron-elektron valensi disebut pita valensi. Pada konduktor pita valensi juga bertindak sebagai pita konduksi. Keadaan electron untuk contoh-contoh bahan degan valensi berbeda-beda dapat dilihat dalam Gambar 2.7(c). Meskipun semua logam boleh dikatakan tergolong penghantar listrik yang baik, ternyata masing-masing menunjukan kehambatan (resistivity) yang beragam. Penyebab keragaman ini bermacam-macam. Kehambatan logam ditentukan oleh kerapatan keadaan elektron-elektron paling kuat di bagian atas pita, dan bentuk kurva N(E)-E di situ. Kehambatan juga bergantung pada derajat penyebab elektron-elektron oleh ion-ion logam yang bergetar kaena panas, dan oleh atom-atom takmurnian (impurity atom) atau cacat-catat pada logam.
Soal-soal

1. Uraikan struktur atom menurut Rutherfort danBohr! 2. Jelaskan garis-garis spektrum pada efek Zeeman! 3. Uraikan dan gambarkan ikatan ion, hidrogen dan ikatan logam! 4. Ion-ion dalam logam padat tidak tersusun secara acak, namun seolah-olah dipak secara beraturan. Pada kebanyakan logam, ion-ion mengelompok sedemikian rupa sehingga volume yang dibutuhkan sedikit mungkin. Uraikan dan gambarkan mengapa ikatan logam penting dipelajari! 5. Uraikan apa yang dimaksud bilangan kuantum dan spin elektron! 6. Apa yang dimaksud dengan pita valensi dan pita konduksi?

Daftar Pustaka
1. Mangonon. P.L, 1999 . The Principles of materials Selection for Engineering Design, Printice-Hall International,Inc. Hal- 29 -81. 2. Smallman R.E. dan R.J. Bishop,1999. Metalurgi Fisik Moderen dan Rekayasa Material Erlangga. Jakarta.

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

29

Material Teknik

3. Smith William F.,1999, Principles of Material Science and Enginering, Mc -Granhill Book Company, New York 4. Surdia Tata.,1989 Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradian Paramita, Jakarta 5. .............., Properties and Selection : Ferrous Materials, Vol. 1 , Metals Hanbook, 10th ed, ASM. 6. ..............,Properties and Selection : Irons ans Steels , Vol. 1 , Metals Hanbook, 9th ed, ASM. 7. Kern R.F. ans M.E. Suess, 1979, Steel Selection, John Wiley & Sons. 8. Asfahani, 1995, High Performance Structural Stell, Conference Proceedings published by ASM International. 9. ............, 1994, Properties and Selection of tool Materials, ASM

Bab 2 Struktur Atom dan Ikatan

30

Das könnte Ihnen auch gefallen