Sie sind auf Seite 1von 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa dan jaringan limfonodular didinding faring. Jaringan yang terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Klasifikasi faringitis terdiri dari faringitis akut dan kronis, faringitis akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat) umum disebut radang tenggorok. Radang ini menyerang lapisan mukosa (selaput lendit) dan sub mukosa faring. Sedangkan faringitis kronis adalah apabila radangnya sudah berlangsung dalam waktu lama dan biasanya tidak disertai gejala yang berat. Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anakanak dan kehidupan dewasa. Tanda dan gejala yang sering muncul pada faring adalah nyeri tenggorok dan nyeri menelan, tonsil menjadi berwarna merah dan membengkak, mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah), demam, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala gelaja sistemik akan muncul : Lesu dan lemah, nyeri pada sendi sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga, peningkatan jumlah sel darah putih. Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi aktivitasnya.

1.2. TUJUAN Tujuan dari referat ini adalah untuk mengetahui secara pasti definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis dari faringitis.

1.3 MANFAAT Memperluas wawasan mahasiswa kedokteran mengenai faringitis Membantu mahasiswa kedokteran untuk mendiagnosis suatu kelainan yang berhubungan dengan Telinga, Hidung dan Tenggorok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Faringitis Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa dan jaringan limfonodular dinding faring. Jaringan yang terlibat antara lain nasofaring, orofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

Gambar 1. Inflamasi pada Faring

2.2 Epidemiologi Faringitis Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin. Di USA, faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak dari pada pada dewasa. Sekitar 15 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun. Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes. Sedangkan, penyebab

virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi. 2.3 Etiologi Faringitis Beberapa penyebab dari faringitis yaitu : a) Virus Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu : - Rhinovirus - Coronavirus - Virus influenza - Virus parainfluenza - Adenovirus - Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2 - Coxsackievirus A - Cytomegalovirus - Virus Epstein-Barr - HIV b) Bakteri Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu :

Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut

Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.

Streptokokus grup C dan G Neisseria gonorrheae Corynebacterium diphtheriae Corynebacterium ulcerans Yersinia enterocolitica Treponema pallidum

c) Penyebab faringitis yang bersifat noninfeksi, yaitu GERD, merokok, dan alergi. Alergi menyebabkan hiperplasia limfoid, obstruksi nasal, dan keluarnya mukus hidung yang dapat mengiritasi faring. 2.4 Faktor Resiko Faringitis Cuaca dingin dan musim flu Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui udara Merokok, atau terpapar oleh asap rokok Infeksi sinus yang berulang Alergi 2.5 Tanda dan Gejala Klinis Faringitis Tanda dan gejala yang sering muncul pada faringitis adalah: a. Nyeri tenggorok dan nyeri menelan. b. Demam. c. Tonsil menjadi berwarna merah dan membengkak. d. Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah).

e. Pembesaran kelenjar getah bening di leher. Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala gelaja sistemik akan muncul : Lesu dan lemah, nyeri pada sendi sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit. 2.6 Patofisiologi Faringitis penularan terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian odem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering, dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi pembuluh diding darah menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarana kuning, putih atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih kelateral menjadi meradang dan membengkak sehingga timbul radang pada tenggorokan atau faringitis. 2.7 Klasifikasi Faringitis Berdasarkan lama berlangsungnya faringitis adalah : a. Faringitis akut adalah radang akut yang mengenai mukosa faring dan jaringan limfenodular didinding faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptkokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa faring dan tonsil berwarna merah, malaise, nyeri tenggerokan, kadang

disertai demam dan batuk. Faringitis ini terjadi masih baru dan belum berlangsung lama. b. Faringitis kronik, adalah radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, hanya terasa ada sesuatu yang menjanggal ditenggerokan. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan yang berdebu, menggunakan suara yang berlebihan, menderita batuk kronik, dan kebiasaaan mengkomsumsi alkohol dan tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 2 yaitu : a) Faringitis kronik hiperplastik : Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang beriak. Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan

tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular. b) Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan

tenggorokan kering dan tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

Berdasarkan agen penyebab : Faringitis virus Biasanya tidak ditemukan nanah ditenggorokan. Demam ringan atau tanpa demam. Jumlah sel darah putih normal atau sedikit meningkat. Kelenjar getah bening normal atau sedikit membengkak. Tes apus tenggorokan hasil negative Untuk strep throat pada biakan dilaboratorium tidak tumbuh bakteri.

Gambar 2. Faringitis Virus

Faringitis bakteri Biasanya ditemukan nanah dutenggorokan. Demam ringan sampai sedang. Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang. Kelenjar getah bening mengalami pembengkakan ringan sampai sedang. Tes apus tenggorokan meberikan hasil positif. Bakteri tumbuh pada biakan dilaboratorium.

Gambar 3. Faringitis Bakteri

2.8 Diagnosis Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, dan penyakit imunokompromis. Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan THT. 2.9 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dapat berupa : a. Kultur swab tenggorokan : merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 48 jam untuk mendapatkan hasilnya. b. Pemeriksaan darah lengkap.

10

2.10 Penatalaksanaan Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-

0,3mg/kgBB/IM sekali. Pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumurkumur dengan menggunakan air hangat atau antiseptik. Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti. Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.

11

2.11

Diferential Diagnosa Tonsilitis Akut Abses Peritonsil Stomatitis

2.12

Prognosis Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan

faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu. 2.13 Pencegahan

Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, demam atau flu. Mencuci tangan secara teratur Tidak merokok, atau mengurangi paparan asap rokok

12

BAB III PENUTUP

5.1. Kesimpulan Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa dan jaringan limfonodular didinding faring. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin. Di USA, faringitis terjadi lebih sering pada anak-anak dari pada pada dewasa. Sekitar 15 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun. Tanda dan gejala yang sering muncul pada faring adalah nyeri tenggorok dan nyeri menelan, tonsil menjadi berwarna merah dan membengkak, mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah), demam, pembesaran kelenjar getah bening di leher. Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala gelaja sistemik akan muncul : Lesu dan lemah, nyeri pada sendi sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga, peningkatan jumlah sel darah putih. Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi

13

aktivitasnya. Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

5.2. Saran Diharapakan pemberian saran yang bermanfaat bagi penambahan wawasan dalam penulisan referat faringitis.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Acerra JR. 2012. Pharyngitis in Emergency Medicine [internet]. [diperbarui 6 Mei 2012; diakses 5 Februari 2013]. Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199 2. Ballenger JJ. 1991. Disease of the oropharynx. In Ballenger JJ. Ed. Disease of the Nose. Throat, Ear, Head and Neck. 14th ed. Philadelphia, London : Lea & Febiger. Hal: 243-58. 3. Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E. et al. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. Philadelphia: McGraw-Hill 5. Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC 6. Soepardi, Efianty Arshad, et. al. 1997. Buku ajar ilmu penyakit TelingaHidung-Tenggorokan. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 7. Thibodeau GP. 2003. Anatomy and physiology, 5th ed. Louise Mosby. 8. Weing BM, Kornblut AD. 1993. Pharyngitis. In: Bailey BJ and Pillsburry III HC. Eds. Head and Neck Surgery-Otalaryngologi Vol.I Philadelphia: JB Lippincott Company. Hal:551-67.

Das könnte Ihnen auch gefallen