Sie sind auf Seite 1von 9

HISTOLOGY OF RESPIRATORY SYSTEM

David B. Fankhauser, Ph.D., Professor of Biology and Chemistry University of Cincinnati Clermont College, Batavia OH 45103
This page has been accessed times since 30 April 2002. File "Respiratory_Histology.htm" was last modified on 08 May 2009.
16 April 1990, rvsd, 21 Apr 94, 27 Mar 95, 20 Apr 95, 23 Mar 96, 1 Apr 97, 29 Mar 98, 28 Mar 00, 28 Mar 01, 23 Mar 02

bronchiole 100x

edge of lung alveoli 400x

Examine the following slides and illustrate the views, labeling the specified features. The page numbers (VE) are in di Fiore's Atlas of Normal Histology, 9th Ed:
Trachea, c.s., Slide 5 (H 2430), VE: p. 243, 40x Layers: 1) (pink)pseudostratified ciliated columnar epithelium and lamina propria 2) (bluish-purple) tracheal rings, composed of hyaline cartilage 3) (pink) adjacent layers of perichondrium 4) (bluish) another layer of hyaline cartilage 5) (pink) adventitia: connective tissue surrounding the trachea Trachea, c.s., Slide 5 (H 2430), VE: p. 243, 400x: pseudostratified ciliated columnar epithelium cilia goblet cell basement membrane lamina propria tracheal glands: secrete mucus mucous alveoli: large pale blue-gray cytoplasm, nuclei at periphery Here is a labeled view of ducts of tracheal glands (lined with simple cuboid) tracheal histology. perichondrium hyaline cartilage chondrocytes

bronchus: VE: p. 247, at 40x: This overview shows the bronchus embedded in a field of aveoli.

bronchus: find one with noted features, VE: p. 247, at 100x: alveoli bronchus or bronchiole: significance or characteristics: mucosal folds pseudostratified ciliated columnar epithelium lamina propria connective tissue underlying mucous membrane smooth muscle forms a smooth pink ring outside mucosa adventitia often filled with lymphoid tissue Here is a labeled view of lymph node nuclei numerous, stained blue-purple pulmonary artery thick walled a bronchus. pulmonary vein thin walled, collapsed, if present bronchus: VE: p. 247, at 400x: mucosal folds are clear pseudostratified ciliated columnar epithelium is more distinct lamina propria connective tissue underlying mucous membrane smooth muscle forms a smooth pink ring outside mucosa Lung, l.s., Slide 4 (H 2460), page 245 & 247: at edge of lung: at 400x visceral pleura mesothelium covering the surface of the lung alveoli blood vessel (hard to spot, incorporated into alveolar wall, look for RBCs.) respiratory bronchiole, if present (lined with cuboid epithelium) Here are some images of lung pathologies (all about 100x): Emphysema Pneumonia Tuberculosis Here is a directory of the images with other magnifications of the specimens. Lung, l.s., Slide 4 (H 2460), page 245 & 247: at edge of lung: at 600x Look carefully and you can see erythrocytes in the lower right of the alveolus. Here is a labeled view of the edge of the lung.

HIDUNG (NASAL)
Nasal dibentuk oleh os nasal, processus frontalis maxillae,

bagian nasal os frontalis, cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago nasi ala nasi major dan minor. Otot hidung tersusun dari M. Nasalis dan M. Depresor septi nasi. Perdarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang A. Facialis, A. Dorsalis nasi(cabang A. Ophtalmica) dan A. Infraorbitalis(cabang A. Maxilaris interna). Pembuluh baliknya menuju V. Facialis dan V. Ophtalmica. Persarafan otot-otot hidung oleh N. Facialis; kulit pada sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung oleh cabang infratrochlearis dan nasalis eksternus N. Ophtalmicus; kulit pada sisi lateral di[persarafi oleh cabang infraorbitalis N. Maxilaris.
Hidung terdiri dari:

Nares Nasi, adalah 2 pintu masuk yang ada pada bagian inferior
hidung bagian luar.

Alae Nasi, biasa disebut cuping hidung/sayap hidung. Septum Nasi, adalah sekat pemisah antara rongga hidung kiri dan
kanan, dan kedua rongga ini akan berkesinambungan di posterior dengan nasopharinx melalui choana(apertura nasi posterior). Tersusun atas lamina perpendicularis ossis ethmoidale, os vomer, cartilago septi nasi.

Vestibulum Nasi
Berada di belakang nares anterior, terdapat vibrissae, kelenjar

keringat dan kelenjar sebasea. Tersusun dari epitel berlapis gepeng. Pada bagian superior dorsal dibatasi limen nasi. Concha Nasalis

Berada pada dinding lateral cavum nasi.Terbagi menjadi 3 bagian yang diselingi oleh meatus nasi:

Concha Nasalis Superior, terdiri dari epitel olfaktorius yang terdiri dari 4 macam sel yaitu sel olfaktorius, sel penyokong/sustentakuler, sel basal, dan sel sikat. Concha Nasalis Media, dilapisi oleh epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet.

Concha Nasalis Inferior, dilapisi oleh epitel yang sama


dengan Concha Nasalis media, namun pada lapisan epitelnya terdapat plexus venosus/sweel bodies yang berdinding tipis sehingga mudah berdarah.

Meatus Nasi Superior, terdapat muara sinus ethmoidalis


posterior.

Meatus Nasi Media, ke arah anterior berkesinambungan


dengan atrium meatus nasi medius, pada bagian cranialnya terdapat agger nasi. Pada sisi lateral terdapat bulla ethmoidalis yang dibagian bawahnya terdapat hiatus semilunaris. Pada bagian inferiornya terdapat prosesus uncinatus ethmoidalis, dan kearah anterosuperior menjadi infundibulum ethmoidale(muara sinus etmoidale anterior)

Meatus Nasi Inferior, berisi muara ductus nasolacrimalis. Regio Penghidu


Tersusun dari sel olfaktorius. Berada disebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung, meluas ke setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha tersebut

Regio pernafasan
Tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, terdapat juga glandula nasalis dan noduli limfatisi. Lamina propria bersatu dengan periosteum/perikondrium membentuk membrana Schneider. Dimulai dari cavum nasi hingga ke nasopharynx.

Sinus Paranasalis
Tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamian propria melekat pada peritoneum. Terdiri dari 4 sinus dengan letak yang berbeda, yaitu sinus maxilaris, sinus ethmoidale, sinus sphenoidale, sinus frontalis
LEARNING ISSUE HISTOLOGI HIDUNG
. Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu : 1. Bagian kaudal dorsum nasi. 2. Bagian kranial dorsum nasi. Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dengan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh os nasalis kanan & kiri dan prosesus frontalis ossis maksila. Septum Nasi Fungsi septum nasi antara lain menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum nasi. Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu : 1. Bagian anterior septum nasi. Dorsum nasi (batang hidung).Septum nasi.Kavum nasi.Dorsum Nasi (Batang Hidung)

2. Bagian posterior septum nasi. Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan yaitu kartilago quadrangularis. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer. Kelainan septum nasi yang paling sering kita temukan adalah deviasi septi. Kavum Nasi Ada 6 batas kavum nasi, yaitu : 1. Batas medial kavum nasi yaitu septum nasi. 2. Batas lateral kavum nasi yaitu konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi medius, meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi inferior. 3. Batas anterior kavum nasi yaitu nares (introitus kavum nasi). 4. Batas posterior kavum nasi yaitu koane. 5. Batas superior kavum nasi yaitu lamina kribrosa. 6. Batas inferior kavum nasi yaitu palatum durum. Sinus Paranasalis Ada 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu : Golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinus maksilaris. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis.

Ostia golongan anterior sinus paranasalis berada di meatus nasi medius. Ostia golongan posterior sinus paranasalis berada di meatus nasi superior. Pus dalam meatus nasi medius akan mengalir ke dalam vestibulum nasi. Pus dalam meatus nasi superior akan mengalir ke dalam faring. Daftar Pustaka Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000.

1. Struktur anatomi Hidung luar terbentuk oleh tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan menyempitkan rongga hidung, menonjol pada garis di antara pipi dengan bibir atas; struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas, kubah tulang, yang tidak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago, yang sedikit dapat digerakkan; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang paling mudah digerakkan. Rongga hidung (cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Lubang depan cavitas nasi disebut nares anteriror dan lubang belakangnya disebut nares posterior (choanae) yang menghubungkan cavitas nasi dengan nasofaring. Tepat di belakang nares anterior terdapat vestibulum yang dilapisi rambut dan kelenjar sebasea. Tiap cavitas nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial adalah septum nasi. Bagian terluar dari septum dilapisi oleh kelenjar mukosa. Dinding lateral mempunyai empat buah concha yakni concha inferior, chonca media, chonca superior, dan chonca suprema. Di antara concha dan dinding lateral hidung terdapat meatus. Dinding inferior merupakan dasar dari rongga hidung dan dibentuk oleh os maxilla dan os palatum. Dinding superior dibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika. Bagian bawah dari rongga hidung mendapat pendarahan dari a. maxilaris interna. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Vena hidung memiliki nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior, sedangkan bagian lain mendapat persarafan sensoris dari n. maxilla. Rongga hidung dilapisi oleh dua jenis mukosa, mukosa olfaktori dan mukosa respiratori. Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga udara hidung; jumlah, bentuk, ukuran, dan simetrinya bervariasi. Secara umum diberi nama, sinus maxillaris, sfenoidalis, frontalis, dan ethmoidalis. 2. Struktur histology Epitel organ pernafasan yang biasa berupa toraks bersilia, bertingkat palsu, berbeda-beda pada berbagai bagian hidung, bergantung pada tekanan dan kecepatan aliran udara, demikian pula suhu, dan derajat kelembaban udara. Mukoa pada ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui internum masih dilapisi oleh epitel berlapis torak tanpa silia, lanjutan dari epitel kulit vestibulum. Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel menjadi toraks bersilia pendek dan agak ireguler. Sel-sel meatus media dan inferior yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang dan tersusun rapi. Lamina propria dan kelenjar mukosa tipis pada daerah dimana aliran udara lambat atau lemah. Jumlah kelenjar penghasil secret dan sel goblet, yaitu sumber dari mucus, sebanding dengan ketebalan lamina propria. Terdapat dua jenis kelenjar mukosa pada hidung, yakni kelenjar mukosa respiratori dan olfaktori. Mukosa respiratori berwarna merah muda sedangkan mukosa olfaktori berwarna kuning kecoklatan. Silia, struktur mirip rambut, panjangnya sekitar 5-7 mikron, terletak pada permukaan epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah aliran lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak secara lambat.

3. Fisiologi Hidung Jalan napas Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya. Alat pengatur kondisi udara (air condition-ing) Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara Penyaring udara Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan silia. Sebagai indra penghidu Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius.

Untuk resonansi udara Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya. Turut membantu proses berbicara Refleksi nasal.

Das könnte Ihnen auch gefallen