Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
The inhibition activity of essential oil and crude extract of nutmeg seed’s
(Myristica fragrans Houtt and Myristica fattua Houtt) on the growth of
Xanthomonas campestris Oammel from broccoli (Brassica oleracea var. italica)
Abstract. The aims of this research were to study the inhibition activity of essential oil and crude extract of nutmeg seed
(Myristica fragrans and M. fattua) on growth of Xanthomonas campestris which is pathogen to broccoli (Brassica oleracea
var. italica), to find out the best concentration of those substances to prevent X. campestris and to compare the inhibition
activity of both substances on growth of X. campestris. The essential oil of nutmeg seed (M. fragrans and M. fattua) was
obtained by Stahl distilation, while crude extract of the nutmeg seeds was extracted by metanol method. The method of
this research was the disk diffusion method on nutrien agar. Paper disk was prestreaked on agar medium with X.
campestris to be tested. Each petri disk was placed 5 paper disk dropped with the essential oil and the crude extract of
the nutmeg seed in concentrations of 100%, 10%, 1% respectively, while for the comparison, the bactericide Agrept
0,2% was used. The parameters measured were the inhibition zone from the essential oil and the crude extract of the
nutmeg seeds. The result of the analysis indicated that the essential oil of M. fragrans effectively inhibited X. campestris
starting at concentration of 1%, the essential oil of M. fattua effectively inhibited X. campestris at concentration of 10%
and the crude extract of M. fragrans effectively inhibited X. campestris at concentration of 100%. The crude extract of M.
fattua was not effective on inhibiting the growth of X. campestris.
distilasi, adapun ekstrak kasar didefinisikan sebagai menjadi serbuk. Selanjutmya serbuk akan didistilasi
hasil proses ekstraksi dengan pelarut organik dengan metanol untuk menghasilkan minyak atsiri
(Setyawan, 2002, komunikasi pribadi). dan diekstraksi dengan metanol pula untuk
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh menghasilkan ekstrak kasar.
Supriadi et al. (1999) minyak atsiri memiliki daya Penyulingan minyak atsiri. Penyulingan
antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak minyak atsiri dilakukan dengan proses distilasi.
kasarnya, hal ini kemungkinan karena senyawa aktif Distilasi dimulai dengan memasukkan 100 g serbuk
dalam minyak atsiri lebih banyak dibanding dalam biji pala ke dalam labu yang telah diisi metanol
ekstrak kasar. Minyak atsiri merupakan salah satu 80%, kemudian dipanaskan selama 5-6 jam pada
produk metabolisme sekunder, yang dihasilkan dari suhu 800C hingga minyak atsiri menguap sempurna.
berbagai jaringan tanaman. Mengacu pada Minyak atsiri yang diperoleh disimpan dalam botol
Kurniawati (1998) penelitian tentang minyak atsiri gelap pada suhu 40C. Minyak atsiri diencerkan
saat ini banyak diarahkan untuk memanfaatkannya dengan melarutkan 1 ml minyak atsiri ke dalam 99
sebagai antimikroba penyakit yang disebabkan oleh ml metanol 80% untuk konsentrasi 1%, melarutkan
bakteri atau jamur. 1 ml minyak atsiri ke dalam 9 ml metanol 80%
Salah satu tanaman yang tergolong rempah- untuk konsentrasi 10% dan tanpa penambahan
rempah dan penghasil minyak atsiri adalah tanaman metanol 80% untuk konsentrasi 100%, sehingga
pala, khususnya biji pala baik jenis Myristica didapatkan konsentrasi akhir 1%, 10%, 100% (v/v)
fragrans Houtt maupun Myristica fattua Houtt. yang akan digunakan dalam uji aktivitas
Menurut Stahl (1985) biji pala mengandung minyak penghambatan bakteri (Supriadi et al., 1999).
atsiri yang terdiri dari miristisin dan monoterpena- Pembuatan ekstrak kasar. Sebanyak 1 g
monoterpena lain. Selanjutnya dinyatakan, serbuk biji pala masing-masing dilarutkan dalam 1
kandungan minyak atsiri biji pala berkisar antara 5- ml metanol absolut, dikocok agar tercampur sem-
15%. Mengacu pada Praptosuwiryo (2001) minyak purna kemudian dibiarkan selama 24 jam. Serbuk
atsiri biji pala diketahui memiliki aktivitas sebagai yang telah tercampur disaring dengan vacum borner
bakterisida. dan diambil filtratnya. Filtrat diencerkan dengan
Tujuan penelitian ini adalah (i) menguji aktivitas melarutkan 1 ml ekstrak kasar ke dalam 99 ml
penghambatan minyak atsiri dan ekstrak kasar biji metanol 80% untuk konsentrasi 1%, melarutkan 1
M. fragrans dan M. fattua terhadap pertumbuhan ml ekstrak kasar ke dalam 9 ml metanol 80% untuk
bakteri X. campestris, (ii) menemukan konsentrasi konsentrasi 10% dan tanpa penambahan metanol
efektif penghambatan minyak atsiri dan ekstrak 80% untuk konsentrasi 100%, sehingga didapatkan
kasar biji M. fragrans dan M. fattua terhadap konsentrasi akhir 1%, 10%, 100% (v/v) yang akan
pertumbuhan bakteri X. campestris, serta (iii) digunakan dalam uji aktivitas penghambatan bakteri
membandingkan aktivitas penghambatan minyak (Supriadi et al., 1999).
atsiri dan ekstrak kasar biji M. fragrans dan M. Isolasi bakteri X. campestris. Bakteri X.cam-
fattua terhadap pertumbuhan bakteri X. campestris. pestris diisolasi dari tanaman brokoli sakit. Brokoli
dicuci dengan akuades steril, kemudian dipotong-
potong batang dan massa bunganya. Koloni bakteri
BAHAN DAN METODE yang terdapat dalam batang dan massa bunga di-
suspensikan ke dalam akuades steril dan ditumbuh-
Bahan dan Alat kan di medium nutrien agar. Koloni-koloni yang
Bahan yang digunakan adalah tanaman brokoli sesuai dengan sifat dari bakteri X.campestris di-
yang diambil dari Kopeng Salatiga, biji pala jenis pisahkan secara goresan sehingga diperoleh biakan
Myristica fragrans Houtt dan Myristica fattua Houtt murni. Koloni-koloni bakteri X.campestris yang
yang didapat dari Kebun Raya Bogor, medium tumbuh kemudian diidentifikasi (Jutono, 1973).
nutrien agar, akuades, metanol 80%, alkohol, Identifikasi bakteri. Identifikasi dilakukan
spiritus, Agrept 0,2%. Peralatan yang digunakan dengan mengamati adanya koloni berbentuk bulat,
adalah blender elektrik, cawan petri, tabung reaksi, cembung, berwarna kuning yang tumbuh di
seperangkat alat destilasi stahl, vortex mixer, medium. Untuk mengamati morfologi sel bakteri
autoclave, vacum borner, pipet, batang gelas, X.campestris dilakukan pewarnaan Gram. Morfologi
bunsen, inkubator, kapas, seperangkat alat bakteri yang didapatkan, diamati secara
kromatografi GC dan GC-MS, gelas ukur, mikroskopis dan diidentifikasi berdasarkan Bergey’s
erlenmeyer, timbangan, kompor listrik, gelas benda, Manual of Determinative Bacteriology edisi 9 tahun
mikroskop, jarum ose, pisau, alumunium foil, kertas 1994 (Buchanan dan Gibbons, 1994). Uji biokimia
steril bulat φ 6 mm. terhadap bakteri X. campestris yang dilakukan
adalah uji katalase dan uji fermentasi terhadap
Cara kerja laktosa.
Pembuatan serbuk biji pala. Biji pala yang Penghambatan X. campestris oleh minyak
masih terbungkus tempurung berumur 5 bulan atsiri dan ekstrak kasar biji pala. Pengujian
dicuci bersih dengan akuades. Biji pala dijemur di aktivitas penghambatan bakteri dari minyak atsiri
bawah sinar matahari tidak langsung dengan dan ekstrak kasar biji pala secara in vitro dengan
ditutupi kain hitam selama 2 minggu. Tempurung menggunakan “Disk Diffussion Method” (Jacquelyn,
biji dipisahkan, untuk mengambil bijinya. Biji pala 1999).
dipotong-potong 2 mm, kemudian diblender hingga
22 Biofarmasi 1 (1): 20-24, Pebruari 2003
akseptor hidrogen yang mengalami reaksi reduksi Aktivitas substansi antibakteri dari minyak atsiri
oleh dua elektron yang menghasilkan hidrogen dan ekstrak kasar biji M. fragrans dan M. fattua
peroksida (H2O2). Selanjutnya menurut Hadioetomo memberikan hasil positif yaitu dengan terbentuknya
(1993) hidrogen peroksida sesungguhnya bersifat zona jernih di sekitar kertas cakram. Daya difusi
racun dan dapat merusak berbagai gugus fungsi dari substansi antibakteri ke dalam medium agar
biomolekul. Dari hasil penelitian diketahui, X.cam- menentukan penghambatan terhadap bakteri X.
pestris mampu membentuk gelembung-gelembung campestris. Menurut Davidson dan Parish (1989,
oksigen. Hal ini menunjukkan kemampuannya untuk dalam Djaafar et al., 1996) ukuran zona jernih
menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah tergantung pada kecepatan difusi senyawa-senyawa
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen, antibakteri pada medium agar, yang mana semakin
sehingga tidak bersifat racun. cepat difusi senyawa-senyawa antibakteri ke dalam
Sedangkan hasil uji fermentasi terhadap laktosa medium agar, maka semakin luas zona
menunjukkan bahwa X. campestris tidak bersifat penghambatan yang terbentuk.
fermentatif, terbukti dengan tidak terbentuknya gas
pada tabung Durham setelah inkubasi pada suhu Kandungan kimia
370C. Hal ini sejalan dengan penelitian Jovanoic et Adanya penghambatan minyak atsiri dan ekstrak
al. (1997) yang menyatakan bahwa isolat X. kasar biji M. fragrans dan M. fattua terhadap bakteri
campestris dari tanaman kubis mempunyai tipe X. campestris disebabkan aktivitas senyawa-
metabolisme glukosa bersifat oksidatif. senyawa antibakteri yang terkandung dalam biji
tersebut. Hasil analisis kromatografi gas (GC)
Penghambatan pertumbuhan X. campestris minyak atsiri dan ekstrak kasar biji M. fragrans dan
Pengukuran luas zona penghambatan M. fattua menunjukkan adanya berbagai jenis
menunjukkan adanya perbedaan penghambatan komponen kimia (data tidak ditunjukkan). Adapun
terhadap X. campestris dengan pemberian minyak hasil analisis kromatografi gas spektrometri massa
atsiri dan ekstrak kasar biji M. fragrans dan M. (GC-MS) minyak atsiri biji M. fragrans menunjuk-
fattua (Tabel 2.). kan adanya enam senyawa dominan(Tabel 3.).
Tabel 2. Luas zona penghambatan minyak atsiri dan Tabel 3. Komponen kimia dari minyak atsiri biji M.
ekstrak kasar biji M. fragrans dan M. fattua terhadap X. fragrans yang teridentifikasi.
campestris asal tanaman brokoli.
No. RT Jenis Senyawa Area (%)
M. fragrans M. fattua
Konsentrasi 1. 16,030 miristisin 0,26
(%) minyak ekstrak minyak ekstrak
2. 18,148 bergamol 0,62
atsiri kasar atsiri kasar
3. 20,067 safrol 1,37
0 0a 0a 0a 0a
4. 22,857 α-terpineol asetat 0,21
1 116,7 b 40,29 a 63,84 a 41,34 a
5. 26,030 eugenol 0,27
10 150,45 b 75,36 a 133,70 b 61,75 a
6. 28,206 metil eugenol 0,26
100 401,65 d 235,76 c 221,10 c 73,79 a
Total 6,04*)
*) kadar pelarut metanol dan minyak atsiri berkadar
Minyak atsiri biji M. fragrans mulai konsentrasi rendah 93,06%.
1% sudah menunjukkan aktivitas penghambatan
yang nyata terhadap kontrol. Sedangkan pada Menurut Praptosuwirya (2001) biji pala memiliki
konsentrasi 10% dan 100% menunjukkan aktivitas bakterisida karena adanya kandungan
penghambatan yang lebih besar. Minyak atsiri biji senyawa miristisin, senyawa hidrokarbon terpena,
M. fattua juga menunjukkan aktivitas dan turunan fenilpropana. Hal ini juga diungkapkan
penghambatan pada semua konsentrasi, tetapi oleh Agusta (2000) yang menyatakan bahwa
berdasarkan taraf signifikansi DMRT 5%, komponen minyak atsiri biji pala antara lain
konsentrasi 1% tidak menunjukkan pengaruh yang senyawa miristisin dan safrol. Stahl (1985)
nyata terhadap kontrol. Aktivitas penghambatan menyatakan bahwa minyak atsiri biji pala terutama
yang ditunjukkan pada minyak atsiri biji M. fattua terdiri dari miristisin, safrol, eugenol, isoeugenol,
efektif pada konsentrasi 10% dan 100%. hidrokarbon terpena, dan turunan fenilpropana.
Berdasarkan hasi pengukuran luas zona peng- Aktivitas penghambatan yang ditunjukkan oleh
hambatan, ekstrak kasar biji M.fragrans diketa- minyak atsiri biji M. fragrans, minyak atsiri biji M.
hui efektif hanya pada konsentrasi 100%. Pada fattua, ekstrak kasar biji M. fragrans dan ekstrak
konsentrasi 10% dan 1%, zona penghambatannya kasar biji M. fattua dapat disebabkan oleh adanya
berturut-turut lebih kecil dan tidak menunjukkan aktivitas kerja gabungan dari senyawa miristisin,
pengaruh yang nyata terhadap kontrol. Ekstrak bergamol, safrol, α-terpineol asetat, eugenol, dan
kasar biji M. fattua dalam berbagai konsentrasi metil eugenol yang terdapat di dalamnya, sehingga
kurang efektif menghambat pertumbuhan X. menunjukkan aktivitas penghambatan yang efektif.
campestris. Luas zona penghambatan yang Mengacu pada Jawetzs et al. (1982) aktivitas kerja
ditunjukkan pada konsentrasi 100%, 10% dan 1%, gabungan dari beberapa senyawa antibakteri dapat
dengan signifikasi DMRT 5% hasilnya tidak berbeda lebih efektif dibandingkan dengan daya kerja
nyata terhadap kontrol. masing-masing senyawa. Namun dimungkinkan
juga, senyawa-senyawa antibakteri yang memiliki
24 Biofarmasi 1 (1): 20-24, Pebruari 2003