Sie sind auf Seite 1von 7

Biofarmasi 1 (2): 58-64, Agustus 2003, ISSN: 1693-2242

 2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Potensi Penghambatan Minyak Atsiri dan Ekstrak Kasar Rimpang


Lempuyang (Zingiber spp.) terhadap Pertumbuhan Fusarium
oxysporum Schlecht f.sp. cubense

Potential inhibition of essential oils and crude extract of Zingiber species to the
growth of Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense

PURWANTI, SURANTO♥, RATNA SETYANINGSIH


Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 57126.

Korespondensi: ssuranto@mipa.uns.ac.id. Tel./Faks. +62-271-663375.

Diterima: 22 Juli 2002. Disetujui: 11 Maret 2003.

Abstract. The aims of this research were (1) to investigate the potency of essential oil and crude extract of rhizome
lempuyang pahit (Zingiber amaricans Vahl.), lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) and lempuyang wangi (Zingiber
aromaticum L.) in preventing growth of F. oxysporum f.sp. cubense (2) to determine the proper concentration of
essential oil and crude extract in preventing the growth of F. oxysporum f.sp. cubense. Essential oil of rhizome Zingiber
spp. was separated by Stahl destilation with methanol solvent. Crude extract was made by soaking the powder of
Zingiber spp. in methanol absolute and then filtered by paper disk. Several compounds of rhizome Z. amaricans Vahl.
were analysed by GC-MS. Potential inhibition of essential oil and crude extract were examined using disk diffusion
method at concentration of 1%, 10%, and 100% respectively, while methanol absolute was used as control and Benlate
fungicide was used for comparison. The result showed that essential oil and crude extract of Z. amaricans Vahl. and Z.
zerumbet L. were able to inhibit the growth of F. oxysporum f.sp. cubense. Essential oil Z. amaricans Vahl. were also able
to inhibit the growth of F. oxysporum f.sp. cubense at lowest concentration of 1% while the Z. zerumbet L. at
concentration 10%. Crude extract Z. amaricans Vahl. and Z. zerumbet L. were able to prevent the growth of F.
oxysporum f.sp. cubense even at concentration of 100%.

Key words: Zingiber spp., potential inhibition, F. oxysporum f.sp. cubense.

PENDAHULUAN memuaskan dan dengan sterilisasi lahan tetapi


pelaksanaannya juga sangat sulit dan mahal untuk
Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan buah kebun skala luas. Penanggulangan penyakit ini
yang banyak mengandung karbohidrat, vitamin dan termasuk sangat sulit karena terbatasnya varietas
mineral. Buah tropis ini cukup populer di Asia tanaman pisang yang tahan. Hingga kini baru
Tenggara, bahkan di dunia. Kebijakan pemerintah diketahui tiga varietas tanaman pisang yang tahan
untuk meningkatkan ekspor nonmigas dan melaku- terhadap Fusarium yaitu pisang nangka, pisang
kan diversifikasi bahan pangan memberi peluang susu, dan pisang giant cavendish (Soenarjono,
pengembangan komoditas pisang. Akhir-akhir ini 1999). Selain ketiga varietas tersebut, semua
terdapat kecenderungan penanaman pisang secara pisang rentan terhadap penyakit layu Fusarium.
komersial dan luas, dalam bentuk perkebunan Oleh karena itu, perlu diupayakan cara alternatif
(Widyaningsih dkk., 1998). yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
Salah satu kendala untuk meningkatkan mutu layu Fusarium pada tanaman pisang tersebut.
dan produksi tanaman pisang adalah serangan Salah satu cara alternatif yang sedang
penyakit cendawan Fusarium oxysporum Schlecht dikembangkan adalah pemanfaatan minyak atsiri
f.sp. cubense yang menyebabkan penyakit layu dan ekstrak kasar tumbuhan sebagai bahan
pada tanaman pisang. Penyakit ini lebih berbahaya antimikroba. Supriadi dkk. (1999) mencatat adanya
dari pada penyakit-penyakit pisang lainnya seperti potensi antibakteri beberapa tanaman rempah dan
virus kerdil (bunchy top virus), penyakit layu oleh obat terhadap isolat Ralstonia solanacearum yang
bakteri Pseudomonas solanacearum, dan penyakit menyerang tanaman jahe. Hasil penelitian tersebut
darah oleh Xanthomonas celebence, karena sampai menunjukkan bahwa minyak atsiri kayu manis
sekarang fungisida di pasaran belum mampu (Cinnamomum zeylanicum), cengkeh (Syzygium
mengatasi penyakit yang disebabkan Fusarium ini aromaticum L.) dan lempuyang gajah (Zingiber
(Soenarjono, 1999). Cendawan patogen ini dapat zerumbet L.) mempunyai efektivitas penghambatan
menurunkan produksi tanaman pisang, baik dalam terhadap pertumbuhan R. solanacearum pada medi-
kuantitas maupun kualitas (Djajati dkk., 1998). um sucrose peptone agar (SPA). Dari penelitian
Usaha-usaha untuk mengendalikan penyakit layu tersebut juga ditunjukkan bahwa ekstrak kasar
Fusarium telah banyak dilakukan di antaranya temu kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) mem-
dengan rotasi tanaman tetapi hasilnya kurang punyai daya antibakteri paling tinggi dibandingkan
PURWANTI dkk. – Penghambatan Zingiber pada Fusarium oxysporum 59

dengan ekstrak gambir (Uncaria gambir), kunyit memastikan adanya cendawan F. oxysporum f.sp.
(Curcuma domestica Val.), dan temu lawak cubense.
(C.xanthorrhiza Roxb.). Lempuyang merupakan
salah satu tanaman rempah-rempah penghasil Identifikasi F. oxysporum f.sp. cubense
minyak atsiri. Minyak atsiri lempuyang telah banyak Identifikasi dilakukan dengan pengamatan secara
digunakan sebagai pestisida nabati oleh para petani. makroskopis dan mikroskopis. Hasil yang diperoleh
Karena selain mudah didapat, minyak atsiri dicocokkan dengan buku identifikasi Bessey (1979)
lempuyang juga lebih murah dibandingkan dengan dan Gandjar dkk. (1999). Setelah cendawan F.
minyak atsiri lainnya (Kardinan, 2000). Oxysporum f.sp. cubense teridentifikasi, selanjutnya
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji ditumbuhkan sebagai biakan murni.
potensi penghambatan minyak atsiri dan ekstrak
kasar rimpang lempuyang gajah (Z. zerumbet L.), Pembuatan serbuk rimpang lempuyang
lempuyang pahit (Z. amaricans Vahl.), dan Rimpang lempuyang pahit, lempuyang gajah,
lempuyang wangi (Z. aromaticum L.) terhadap dan lempuyang wangi dicuci bersih dan diiris tipis
pertumbuhan cendawan F. oxysporum f.sp. cubense dengan ketebalan 2-3 mm, kemudian dijemur di
serta menetapkan konsentrasi minyak atsiri dan bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam
ekstrak kasar rimpang lempuyang pahit (Z. selama 4 hari. Rimpang yang telah kering dibuat
amaricans Vahl.), lempuyang gajah (Z. zerumbet serbuk dengan blender elektrik, kemudian disimpan
L.) dan lempuyang wangi (Z. aromaticum L.) yang dalam wadah tertutup untuk mengurangi
tepat untuk menghambat pertumbuhan cendawan penguapan minyak atsiri. Serbuk akan digunakan
F. oxysporum f.sp. cubense. untuk membuat minyak atsiri dan ekstrak kasar.

Penyulingan minyak atsiri lempuyang


BAHAN DAN METODE Sebanyak 50 gram serbuk rimpang lempuyang
ditambah 100 ml pelarut metanol absolut kemudian
Waktu dan tempat penelitian dimasukkan dalam alat destilasi dan dipanaskan
Penelitian dilaksanakan pada awal bulan Oktober selama 6 jam pada suhu 80° C. Hasil destilasi
2001 sampai Februari 2002, di Laboratorium Pusat ditampung dalam labu erlenmeyer. Minyak atsiri
MIPA UNS Surakarta. yang tertampung dipisahkan dari pelarut dengan
cara dipanaskan dengan suhu 80° C selama 10
Bahan dan alat menit. Minyak atsiri yang diperoleh disimpan dalam
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini botol gelap, ditutup rapat dengan alumunium foil
meliputi: lempuyang pahit (Zingiber amaricans dan disimpan pada suhu 4°C.
Vahl.), lempuyang gajah (Z.ingiber zerumbet L.),
lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.) masing- Pengujian dengan metode difusi cawan
masing berumur kurang lebih 12 bulan yang diambil (Disk Diffusion Method)
dari kebun produksi air mancur Karangpandan, Pengujian minyak atsiri rimpang lempu-
medium potato dextrosa agar (PDA), isolat yang. Potongan kertas saring steril berdiameter 6
Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense, mm dicelupkan dalam minyak atsiri dengan
metanol, akuades steril, kloramfenikol, lactophenol konsentrasi 100%, 10%, dan 1% dalam metanol
cotton blue, kapas, fungisida Benlate dan alkohol. absolut. Sebagai kontrol digunakan metanol absolut
Alat yang digunakan adalah: seperangkat alat dan pembanding fungisida Benlate dengan
destilasi Stahl, seperangkat alat kromatogafi gas konsentrasi 0,01 g/ 20 ml air (b/v) (Supriadi dkk.,
(Hewlet Pacard 5890 Series II), seperangkat alat 1999). Potongan kertas saring steril berdiameter 6
gas chromatograph – mass spectrometry (GCMS) mm yang telah dicelupkan dalam minyak atsiri
(Shimadzu QP-5000), blender elektrik, kertas saring kemudian diletakkan pada cawan petri yang telah
steril berdiameter 6 mm, inkubator, timbangan dituangi medium PDA dan 1 ml suspensi cendawan
elektrik (Mettler Toledo AT 400), hot plate (KIKA F. oxysporum f.sp. cubense (Dalmadiyo, dkk.,
Labortechnik), mikroskop, kamera mikrofotografi 2000). Satu cawan diisi dengan lima kertas saring
(NIKON ECLIPSE E 400). steril yang diletakkan secara terpisah dengan jarak
satu sama lain ± 3 cm. Masing-masing perlakuan
Cara kerja ditempatkan dalam inkubator (29°C). Pengamatan
Isolasi F. oxysporum f.sp. cubense penghambatan pertumbuhan cendawan dilakukan
Cendawan F. oxysporum f.sp. cubense diisolasi dengan cara mengukur diameter zona penghamba-
dari tanaman pisang kepok (Musa paradisiaca L. tan di sekeliling kertas saring. Diameter zona peng-
var. nomalis) yang terserang penyakit layu hambatan merupakan diameter daerah di sekeliling
Fusarium. Isolasi dilakukan dengan cara membelah kertas saring yang tidak ditumbuhi cendawan F.
batang semu pisang, lalu koloni cendawan di oxysporum f.sp. cubense (Jacquelyn, 1999).
dalamnya diinokulasi ke medium PDA steril dengan Pengujian ekstrak kasar rimpang
cara memotong batang semu dengan ukuran 2x2 lempuyang. Serbuk dari ketiga rimpang lempuyang
cm, kemudian diletakkan pada cawan petri yang masing-masing dilarutkan dalam metanol absolut (g
telah dituangi medium PDA steril, yang selanjutnya bahan/ml metanol), dikocok dan dibiarkan 24 jam.
diinkubasikan selama 4 hari pada suhu 29°C. Ekstrak kemudian disaring, diambil filtratnya dan
Koloni-koloni yang tumbuh diidentifikasi untuk dibuat konsentrasi 100%, 10%, dan 1% dalam
60 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 58-64

metanol absolut. Sebagai kontrol digunakan spektrometri massa yang terdapat pada bank data
metanol absolut dan pembanding fungisida Benlate National Institute Standart of Technology (NIST)
dengan konsentrasi 0,01 g/ 20 ml air (b/v) Library yang memuat 62.340 senyawa yang
(Supriadi dkk., 1999). Potongan kertas saring steril diketahui.
berdiameter 6 mm dicelupkan dalam masing-
masing larutan tersebut kemudian diletakkan pada Analisis data
cawan petri yang telah dituangi medium PDA dan 1 Penelitian ini menggunakan rancangan acak
ml suspensi cendawan F. oxysporum f.sp. cubense lengkap (RAL). Data yang telah diperoleh dianalisis
(Dalmadiyo dkk., 2000). Satu cawan diisi dengan dengan uji F taraf 5% dan 1%, kemudian jika
lima kertas saring steril yang diletakkan secara terdapat perbedaan nyata, dilanjutkan dengan
terpisah dengan jarak satu sama lain ± 3 cm. Duncan’s multiple range test (DMRT) taraf 5 % dan
Masing-masing perlakuan ditempatkan dalam 1% (Gomez dan Gomez, 1995).
inkubator (29°C). Pengamatan penghambatan Data hasil penelitian yang berupa senyawa-
pertumbuhan cendawan dilakukan dengan cara senyawa penyusun minyak atsiri dan ekstrak kasar
mengukur diameter zona penghambatan di sebanyak 61 senyawa dibuat dalam bentuk biner (0
sekeliling kertas saring. Diameter zona dan 1). Senyawa yang hadir diberi nilai 1 sedangkan
penghambatan merupakan diameter daerah di senyawa yang tidak hadir diberi nilai 0. Untuk
sekeliling kertas saring yang tidak ditumbuhi mengetahui kadar suatu komponen senyawa
cendawan F. oxysporum f.sp. cubense (Jacquelyn, penyusun minyak atsiri, senyawa yang selalu hadir
1999). Diameter zona penghambatan yang dengan kadar ≥ rata-rata diberi nilai 1 sedangkan
diperoleh, dihitung luasnya dengan rumus: yang dibawah rata-rata diberi nilai 0. Selanjutnya
π untuk mengetahui tingkat kesamaan komponen-
L= ( d2 – c2 ) mm2 komponen senyawa penyusun dibuat dendrogram
4 tingkat kesamaan (indeks similaritas) minyak atsiri
dengan: dan ekstrak kasar ketiga spesies lempuyang dengan
L adalah luas zona penghambatan analisis Kluster. Tingkat kesamaan koefisien asosiasi
d adalah diameter zona penghambatan ditentukan secara unweighted pair group methods
c adalah diameter kertas cakram by average (UPGMA) (Sneath dan Sokal, 1973).
π = 3,14

Analisis GC minyak atsiri dan ekstrak kasar HASIL DAN PEMBAHASAN


rimpang lempuyang
Analisis komponen-komponen dalam minyak Isolat F. oxysporum f.sp. cubense
atsiri dan ekstrak kasar dilakukan dengan metode Dari tanaman M. paradisiaca L. var. Nomalis
kromatografi gas (GC). Kondisi operasi pada yang terserang penyakit layu Fusarium dapat
aparatus GC adalah: jenis kolom: HP5 non polar, diisolasi dan diidentifikasi cendawan F. oxysporum
panjang kolom: 30 meter, suhu awal kolom: 120oC, f.sp. cubense yang diketahui berdasarkan
waktu awal: 5 menit, kenaikan: 10oC, suhu akhir karakteristik dari cendawan tersebut. Karakteristik
kolom: 270oC, jenis deteektor: FID, suhu detektor: cendawan F. oxysporum f.sp. cubense isolat M.
270oC, suhu Injektor: 260oC, gas pembawa: paradisiaca var. nomalis dapat dilihat pada Tabel 1.
Helium, total flow: 10, split (Kpa): 60, artenuation:
24, kec. kertas: 1 cm/menit, jumlah injeksi: 1 µl.
Tabel 1. Karakteristik cendawan F. oxysporum f.sp.
Analisis GC-MS minyak atsiri dan ekstrak kasar cubense isolat M. paradisiaca var. Nomalis
rimpang lempuyang
Jenis-jenis komponen yang teridentifikasi, No Macam Sifat Karakteristik Isolat
dianalisis dengan metode kromatografi gas 1. Warna koloni merah muda
spektrometri massa (GC-MS). Kondisi operasi 2. Miselium banyak seperti kapas
aparatus GC-MS adalah: jenis pengion: EI (Elektron 3. Warna miselium putih atau salem
Impack), jenis kolom: DB 1, panjang kolom: 30 4. Warna sebalik koloni kekuningan hingga
meter,suhu kolom: 60oC, waktu awal: 5 menit, keunguan
kenaikan: 10oC, suhu akhir: 280oC, gas pembawa: 5. Bentuk spora
Helium, split (Kpa): 80, suhu injektor: 290oC, suhu mikrokonidium agak memanjang
makrokonidium seperti bulan sabit
detektor: 290oC.
klamidospora semi bulat
6. Ukuran spora
Identifikasi komponen kimia penyusun minyak mikrokonidium 5,0 x 2,2 µm
atsiri lempuyang makrokonidium 20 x 3,0 µm
Hasil kromatogam dari minyak atsiri lempuyang klamidospora diameter 5,0 µm
yang diketahui mempunyai kemampuan membentuk 7. Warna klamidospora hialin
diameter zona penghambatan yang paling besar 8. Pembentukan spora
selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan alat mikrokonidium pada hari ke-4
GC-MS, sehingga dapat diketahui jenis komponen makrokonidium pada hari ke-4
klamidospora pada hari ke-2
penyusun minyak atsiri lempuyang. Hasil yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan kumpulan
PURWANTI dkk. – Penghambatan Zingiber pada Fusarium oxysporum 61

Potensi penghambatan Tabel 2. Potensi penghambatan minyak atsiri rimpang lempuyang pahit, lempuyang
minyak atsiri rimpang gajah dan lempuyang wangi yang ditunjukkan dengan luas zona penghambatan (mm2).
lempuyang
Kontrol Pembanding Konsentrasi (%)
Hasil pengujian potensi No Minyak atsiri
metanol fungisida 1 10 100
penghambatan minyak at-
1. Lempuyang pahit 0a 0a 40,9945b 93,0661c 311,645d
siri rimpang lempuyang pa-
2. Lempuyang gajah 0a 0a 0a 41,8667b 199,5644c
hit, lempuyang gajah, dan 3 Lempuyang wangi 0a 0a 0a 0a 0a
lempuyang wangi disajikan Keterangan: angka diikuti huruf yang sama dalam satu baris menunjukkan tidak beda
pada Tabel 2. Hasil pengu- nyata pada uji DMRT taraf 5 % dan 1 %.
jian potensi penghambatan
dari tiga jenis minyak atsiri
lempuyang terhadap cen- Tabel 3. Potensi penghambatan ekstrak kasar rimpang lempuyang pahit, lempuyang
dawan F. oxysporum f.sp. gajah dan lempuyang wangi yang ditunjukkan dengan luas zona penghambatan (mm2).
cubense menunjukkan ada-
nya perbedaan luas zona Kontrol Pembanding Konsentrasi (%)
No Ekstrak kasar
metanol fungisida 1 10 100
penghambatan dari ma-
1. Lempuyang pahit 0 0 0 0 21,98
sing-masing konsentrasi. 2. Lempuyang gajah 0 0 0 0 21,98
Dari hasil DMRT taraf 5% 3 Lempuyang wangi 0 0 0 0 0
dan 1% terhadap ketiga
jenis minyak atsiri, minyak
atsiri lempuyang pahit
kepolaran yang hampir sama dengan air (Fessenden
menunjukkan potensi penghambatan yang paling
dan Fessenden, 1992). Dengan prinsip hidrodifusi,
tinggi dibandingkan minyak atsiri lempuyang gajah
metanol akan berdifusi mengikat molekul-molekul
dan minyak atsiri lempuyang wangi yang
minyak dan mendorongnya dari kelenjar minyak.
ditunjukkan dengan terbentuknya zona
Tetapi karena tanpa proses destilasi, komponen
penghambatan pada konsentrasi 1%, 10%, dan
senyawa minyak atsiri yang dihasilkannya pun
100%. Potensi penghambatan minyak atsiri
mempunyai kadar yang lebih sedikit.
lempuyang gajah tampak pada perlakuan
Dari hasil kromatografi gas cairan juga
konsentrasi 10% dan 100% sedangkan minyak
ditunjukkan bahwa komponen-komponen senyawa
atsiri lempuyang wangi tidak mampu menghambat
penyusun minyak atsiri terdiri dari senyawa utama
pertumbuhan F. oxysporum f.sp. cubense,
dan senyawa khas. Untuk menentukan komponen
ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona
senyawa utama dan senyawa khas pada minyak
penghambatan pada perlakuan baik pada
atsiri perlu diketahui kadar komponen senyawa
konsentrasi 100%, 10%, maupun 1%.
penyusun minyak atsiri tersebut. Senyawa utama
adalah senyawa yang muncul dengan kadar lebih
Potensi penghambatan ekstrak kasar rimpang
dari 4% dan senyawa khas adalah senyawa yang
lempuyang
muncul dengan kadar kurang dari 4% (Sneath dan
Hasil pengujian potensi penghambatan ekstrak
Sokal, 1973).
kasar rimpang lempuyang pahit, lempuyang gajah,
Kadar masing-masing komponen senyawa pe-
dan lempuyang wangi disajikan pada Tabel 3. Dari
nyusun minyak atsiri dan ekstrak kasar lempuyang
Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa ekstrak ka-
ditunjukkan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 didapatkan
sar lempuyang pahit dan lempuyang gajah mampu
komponen-komponen senyawa penyusun minyak
menghambat pertumbuhan F. oxysporum f.sp.
atsiri lempuyang pahit sebanyak 18 macam
cubense dalam medium PDA, ditunjukkan dengan
komponen, lempuyang gajah sebanyak 8 macam
terbentuknya zona penghambatan pada konsentrasi
komponen, ekstrak kasar lempuyang pahit
100%. Sedangkan ekstrak kasar lempuyang wangi
sebanyak 6 macam komponen dan ekstrak kasar
tidak mampu menghambat pertumbuhan F.
lempuyang gajah sebanyak 2 macam komponen
oxysporum f.sp. cubense ditunjukkan dengan tidak
(data lempuyang wangi tidak tersedia).
terbentuknya zona penghambatan pada perlakuan.
Senyawa utama yang menyusun minyak atsiri
lempuyang pahit terdiri dari senyawa linalool
Komponen kimia minyak atsiri lempuyang
dengan retention time (RT) 5,535 (7,30%),
Hasil kromatografi gas cairan menunjukkan
senyawa α-caryophyllene dengan RT 11.301
bahwa komponen senyawa penyusun minyak atsiri
(4,56%), senyawa pinena dengan RT 13.882
yang diperoleh secara destilasi kadarnya lebih tinggi
(4,05%) dan senyawa norpinena dengan RT 15.800
dari pada komponen senyawa yang diperoleh tanpa
(57,1%). Senyawa utama pada minyak atsiri
proses destilasi. Hal tersebut disebabkan dengan
lempuyang gajah yaitu senyawa dengan RT 13.969
proses destilasi, komponen senyawa pada minyak
(6,54%), senyawa dengan RT 15.965 (68,49%) dan
atsiri dapat terpisahkan secara sempurna
senyawa dengan RT 17.360 (9,21%). Senyawa
berdasarkan titik didih senyawa tersebut.
utama pada ekstrak kasar lempuyang pahit adalah
Sedangkan tanpa proses destilasi yang
senyawa dengan RT 5.455 (8,38%), senyawa
menghasilkan ekstrak kasar, komponen senyawa
dengan RT 11.171 (7,26%), senyawa dengan RT
pada minyak atsiri tidak dapat terpisahkan secara
13.768 (6,15%), senyawa dengan RT 15.597
sempurna karena adanya daya kelarutan minyak
(68,72%), dan senyawa dengan RT 20.000
atsiri dalam metanol. Metanol mempunyai tingkat
62 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 58-64

Tabel 4. Kadar komponen senyawa penyusun minyak (6,15%). Senyawa utama pada ekstrak kasar
atsiri dan ekstrak kasar lempuyang (%)
lempuyang gajah adalah senyawa dengan RT
RT Malp Malg Eklp Eklg 15.455 (5,22%) dan senyawa dengan RT 15.587
3.408 - - - 1,15 * (81,74%).
3.440 - - 1,79 * - Senyawa khas yang menyusun minyak atsiri
3.480 - - - - lempuyang pahit terdiri dari senyawa dengan RT
3.535 9,86 * - - - 4.245, RT 4.987, RT 6.325, RT 6.715, RT 13.492,
3.614 - 23,23 * - - RT 13.711, RT 14.199, RT 14.290, RT 14.532, RT
3.827 - - - - 16.622, RT 17.329, RT 18.191 RT 20.071 dan RT
4.074 - - - -
24.585. Senyawa khas pada minyak atsiri
4.156 - - - -
4.245 1,42 - - -
lempuyang gajah adalah senyawa dengan RT
4.394 - - - - 13.555, RT 15.663, RT 18.684, RT 20.117 dan RT
4.775 - - - - 24.633. Senyawa khas pada ekstrak kasar
4.913 - - - - lempuyang pahit adalah senyawa dengan RT 13.600
4.987 3,04 - - - dan senyawa khas pada ekstrak kasar lempuyang
5.455 - - 8,38 - gajah adalah senyawa dengan RT 15.445.
5.475 - - - - Tingkat persamaan antara komponen-komponen
5.535 (1) 7,30 - - -
senyawa penyusun minyak atsiri dan ekstrak kasar
6.253 - - - -
6.325 1,22 - - -
kedua jenis lempuyang ditentukan dengan indeks
6.539 - - - - similaritas (Tabel 5). Dari Tabel 5 diketahui bahwa
6.715 1,83 - - - nilai indeks similaritas antara minyak atsiri
8.163 - - - - lempuyang pahit dan minyak atsiri lempuyang gajah
11.171 - - 7,26 - adalah sebesar 54,09%. Hal tersebut menunjukkan
11.219 - - - - adanya nilai perbedaan sebesar 45,91%. Nilai
11.301 (2) 4,56 - - - perbandingan tersebut menunjukkan komponen
11.715 - - - -
senyawa penyusun yang khas pada minyak atsiri
12.166 - - - -
13.442 - - - -
lempuyang pahit. Diduga senyawa khas tersebut
13.492 1,1 - - - memberikan pengaruh pada uji penghambatan,
13.555 - 1,42 - - yaitu minyak atsiri lempuyang pahit mampu
13.600 - - 2,79 - membentuk zona penghambatan pada konsentrasi
13.711 2,03 - - - terendah 1%, sedangkan minyak atsiri lempuyang
13.768 - - 6,15 - gajah mampu membentuk zona penghambatan
13.882 (3) 4,05 - - - pada konsentrasi 10%.
13.969 - 6,54 - -
14.199 3,04 - - -
Tabel 5. Indeks similaritas (koefisien persamaan)
14.290 1,31 - - -
komponen senyawa penyusun minyak atsiri dan ekstrak
14.532 1,52 - - -
kasar dari lempuyang pahit dan lempuyang gajah
14.576 - - - -
15.445 - - - 5,22
15.587 - - - 81,74 Malp Malg Eklp Eklg
15.597 - - 68,72 - Malp -
15.663 - 1,68 - - Malg 54,09 -
15.688 - - - - Eklp 57,38 73,77 -
15.800 (4) 57,1 - - - Eklg 63,93 77,05 83,61 -
15.863 - - - -
Keterangan: malg = minyak atsiri lempuyang gajah; eklp
15.965 - 68,49 - -
= ekstrak kasar lempuyang pahit; eklg = ekstrak kasar
16.443 - - - -
lempuyang gajah.
16.622 1,12 - - -
17.329 1,52 - - -
17.360 - 9,21 - -
Nilai indeks similaritas antara minyak atsiri
18.091 - - - - lempuyang pahit dengan ekstrak kasar lempuyang
18.170 - - - - pahit adalah sebesar 57,38% dan nilai indeks
18.191 2,03 - - - similaritas antara minyak atsiri lempuyang pahit
18.684 - 2,93 - - dengan ekstrak kasar lempuyang gajah adalah
19.991 - - - - sebesar 63,93%. Masing-masing nilai persamaan
20.000 - - 6,15 - tersebut menunjukkan adanya kedekatan hubungan
20.071 (5) 2,33 - -
komponen-komponen senyawa penyusun antara
20.117 - 3,75 - -
24.460 - - - -
minyak atsiri lempuyang pahit dengan ekstrak kasar
24.585 2,74 - - - lempuyang pahit dan ekstrak kasar lempuyang
24.633 - 1,12 - - gajah, meskipun dalam uji penghambatan,
kemampuan dari ekstrak kasar lempuyang pahit
Keterangan: *: pelarut (metanol), -: tidak hadir atau < dan ekstrak kasar lempuyang gajah jauh lebih kecil
1% malp = minyak atsiri lempuyang pahit; malg = minyak
atsiri lempuyang gajah; eklp = ekstrak kasar lempuyang
daripada minyak atsiri lempuyang pahit. Hal
pahit; eklg = ekstrak kasar lempuyang gajah; (1): linalool, tersebut disebabkan karena ekstrak kasar
(2): α-caryophyllene, (3): Pinena, (4): Norpinena, (5): lempuyang pahit dan ekstrak kasar lempuyang
1,2-benzene dicarboxylyc acid. gajah diperoleh secara perendaman dan tidak
PURWANTI dkk. – Penghambatan Zingiber pada Fusarium oxysporum 63

secara destilasi sehingga komponen senyawa dibanding yang terkandung dalam minyak atsiri dan
aktifnya tidak dapat terpisah secara sempurna. ekstrak kasar lempuyang jenis lain.
Dari Tabel 5 diketahui nilai indeks similaritas Senyawa lain yang diduga memberikan sifat
antara ekstrak kasar lempuyang pahit dan ekstrak antimikroba adalah α-caryophyllene. Menurut Yanti
kasar lempuyang gajah 83,61%. Nilai tersebut dkk. (2000) senyawa α-caryophyllene adalah
menunjukkan adanya persamaan komponen senyawa sesquiterpen yang mempunyai daya
senyawa penyusun antara ekstrak kasar lempuyang antimikroba yang sangat kuat. Dari hasil
pahit dan ekstrak kasar lempuyang gajah. Adanya kromatografi gas cairan dapat diketahui bahwa
kesamaan tersebut sangat berpengaruh pada uji minyak atsiri lempuyang pahit memiliki kandungan
penghambatan, yaitu keduanya sama-sama senyawa α-caryophyllene lebih tinggi dibanding
membentuk zona penghambatan pada konsentrasi dengan minyak atsiri dan ekstrak kasar lempuyang
ekstrak kasar 100%. jenis lain.
Berdasarkan analisis GCMS, 5 senyawa dengan Menurut Pelczar et al. (1977) mekanisme zat
kandungan terbesar dari minyak atsiri lempuyang antimikroba antara lain menyebabkan kerusakan
pahit disajikan pada Tabel 6, sebagai berikut: dinding sel mikroba dan mempengaruhi
permeabilitas membran sitoplasma sel. Senyawa-
Tabel 6. Komponen kimia penyusun minyak atsiri senyawa antimikroba akan merusak struktur dinding
lempuyang pahit sel dengan cara menghambat pertumbuhan dinding
sel. Mekanisme dari perusakan dinding sel tersebut
Puncak RT Jenis senyawa penyusun yaitu dengan cara melisiskan membran sel yang
1 5.817 Linalool merupakan struktur dinding sel. Fessenden dan
2 11.783 α-caryophyllene Fessenden (1999) mengatakan bahwa membran sel
3 13.492 Pinena merupakan membran yang terbentuk dari protein
4 14.733 Norpinena yang tertanam dan menyatu dengan suatu lapisan
5 21.067 1,2-benzene dicarboxylyc acid rangkap (bilayer) molekul-molekul fosfogliserida
dengan ujung hidrofobiknya yang menghadap ke
dalam dan ujung hidrofiliknya yang menghadap ke
Hasil yang didapatkan dari spektrometri massa luar. Fungsi protein-protein tersebut adalah untuk
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang memungkinkan masuknya air, ion-ion dan senyawa-
terdeteksi adalah senyawa-senyawa dari golongan senyawa termasuk senyawa minyak atsiri. Senyawa
monoterpen, sesquiterpen dan senyawa turunan minyak atsiri dengan konsentrasi yang tinggi akan
benzen. Senyawa linalool, pinena dan norpinena berdifusi dan ditangkap oleh sensor hidrofilik. Kom-
merupakan senyawa golongan monoterpen dengan ponen yang hidrofilik akan mengikat molekul-mole-
jumlah atom C=10. Sedangkan α-caryophyllene kul minyak yang akhirnya menyebabkan lisisnya se-
merupakan senyawa golongan sesquiterpen dengan luruh membran lipoprotein, sehingga menghambat
jumlah atom C=15. Menurut Knobloch dalam pertumbuhan dinding sel. Apabila dinding sel yang
Supriadi dkk. (1999) minyak atsiri umumnya merupakan pelindung bagi sel rusak, maka akan
mengandung senyawa golongan monoterpen dan menyebabkan matinya sel mikroba.
sesquiterpen. Golongan terpen tersebut diketahui Senyawa-senyawa antimikroba juga akan
mempunyai daya antibakteri dan anticendawan bekerja mempengaruhi permeabilitas membran
yang kuat. sitoplasma sel. Membran sitoplasma sel tersebut
Selain senyawa-senyawa dari golongan mono- berfungsi mempertahankan bahan-bahan yang ada
terpen dan sesquiterpen, minyak atsiri lempuyang di dalam sel serta secara selektif mengatur ke luar
pahit juga mengandung senyawa 1,2-benzene masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar.
dicarboxylic acid yang merupakan senyawa turunan Membran sitoplasma juga merupakan tempat terja-
benzen. Menurut Guenther (1987) ada 4 kelompok dinya reaksi enzim (Pelczar et al., 1977). Rusaknya
senyawa pada minyak atsiri yang menentukan sifat permeabilitas membran sitoplasma tersebut akan
minyak atsiri di antaranya adalah turunan benzen mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel.
khususnya n-propil benzen. Senyawa n-propil Jika dinding sel dan membran sitoplasma rusak,
benzen pada minyak atsiri merupakan senyawa maka akan menghambat pembentukan hifa
yang memberi rasa dan bau wangi pada minyak sehingga akan menghambat pertumbuhan
atsiri. cendawan F. oxysporum f.sp. cubense dan akhirnya
menyebabkan kematian cendawan tersebut.
Mekanismenya penghambatan pertumbuhan Pada penelitian ini digunakan fungisida “Benlate”
F. oxysporum f.sp. cubense sebagai pembanding karena fungisida ini telah ter-
Senyawa utama yang diduga bersifat aktif seba- bukti dapat membunuh beberapa species Fusarium.
gai anticendawan dalam minyak atsiri lempuyang Tetapi dalam penelitian ini ternyata fungisida
pahit adalah linalool dan α-caryophyllene. Menurut Benlate tidak mampu menghambat pertumbuhan F.
Sivropolou dalam Yanti dkk. (2000) linalool meru- oxysporum f.sp. cubense penyebab penyakit layu
pakan senyawa golongan monoterpen yang terbukti Fusarium pada tanaman pisang. Kemampuan mi-
bersifat antimikroba. Hasil kromatografi gas cairan nyak atsiri dan ekstrak kasar dari lempuyang pahit
menunjukkan senyawa linalool yang ter-kandung dan lempuyang gajah jauh lebih efektif diban-
dalam minyak atsiri lempuyang pahit lebih tinggi dingkan penggunaan fungisida Benlate tersebut.
64 Biofarmasi Vol. 1, No. 2, Agustus 2003, hal. 58-64

KESIMPULAN Gandjar, I., R.A. Samson, K. van den Vermeulen, A. Oetari


dan I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik
Minyak atsiri maupun ekstrak kasar lempuyang Umum. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik
pahit dan lempuyang gajah dapat menghambat
untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Penerjemah:
pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum Sjamsudin, E. dan J.S. Baharsjah. Jakarta: Penerbit
Schlecht f.sp. cubense. Minyak atsiri lempuyang Universitas Indonesia.
pahit mampu menghambat pertumbuhan cendawan Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri I. Penerjemah: Ketaren,
Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense pada S. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
konsentrasi terendah sebesar 1% dan lempuyang Jacquelyn, G.B. 1999. Microbiology Principles and
gajah sebesar 10%. Ekstrak kasar lempuyang pahit Exploration. Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall
dan lempuyang gajah mampu menghambat Upper Saddle River.
Kardinan, A. 2000. Pestisida nabati, Ramuan dan Aplikasi.
pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya
Schlecht f.sp. cubense pada konsentrasi 100%. Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon
Budidaya dan Manfaatnya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
DAFTAR PUSTAKA Mursito, B. 2000. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan
Tradisional. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Bessey, E.A. 1979. Morphology and Taxonomy of Fungi. Pelzcar, M.J., R.D. Raid and E.C.S. Chan. 1977.
New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD. Microbiology. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill.
Dalmadiyo, G., C. Suhara, Supriyono dan Sudjindro. 2000. Sneath, P.H.A. and R.R. Sokal. 1973. Numerical
Evolusi ketahanan aksesi kenaf (Hibiscus cannabinus Taxonomy. San Francisco: W.H. Freman and Co.
L.) terhadap penyakit layu Fusarium oxysporum Soenarjono, H. 1999. Layu Fusarium, momok bagi
Schlecht. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 6 (4):29- perkebunan pisang. Trubus 358: 70-72.
32. Supriadi, C. Winarni dan Hernani. 1999. Potensi daya
Djajati, Mulyadi, dan Wahyudi. 1998. Pengaruh pemberian antibakteri beberapa tanaman rempah dan obat
dolomit terhadap serangan cendawan Fusarium terhadap isolat Ralstonia solanacearum asal jahe.
oxysporum pada tanaman pisang varietas ambon Hayati 6 (2): 43-46.
kuning di rumah kaca. Prosiding Seminar Nasional IV. Widyaningsih, S., C. Sumardiyono, dan S. Mawardi. 1998.
Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Jateng dan Ketahanan beberapa kultivar pisang terhadap penyakit
DIY: 157-159. layu Fusarium (Fusarium oxysporum Schlecht f. sp.
Fessenden, R. and J.S. Fessenden. 1992. Kimia Organik. cubense). Prosiding Seminar Nasional IV.
Penerjemah: Pudjaatmaka, A.H. Jilid I. Edisi ketiga. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Jateng dan
Jakarta: Erlangga. DIY: 145-148.
Fessenden, R. and J.S. Fessenden. 1999. Kimia Organik. Yanti, R., Suyitno, dan E. Harmayani. 2000. Identifikasi
Penerjemah: Pudjaatmaka, A.H. Jilid II. Edisi ketiga. komponen ekstrak sirih (Piper bettle Linn.) dari
Jakarta: Erlangga. beberapa pelarut dan pemanfaatannya untuk
pengawetan ikan. Agrosains 13 (3): 239-250.

Das könnte Ihnen auch gefallen