Sie sind auf Seite 1von 8

http://julialinahapsari.wordpress.

com/2012/06/12/titrasi-permanganometri/

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah

dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4+ 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2 Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: 1.Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. 2.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ 3.Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2 H2O2 H2O + O2

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan. Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+ Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa

larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis

4.3 Pembahasan : Pada praktikum kali ini yaitu praktikum mengenai Titrasi Redoks atau Redoskimetri. Di mana praktikum redoksimetri kali ini adalah mengenai Permanganometri. Permanganometri ini termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya untuk menentukan kadar atau pun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu berdasarkan reaksi reduksi oksidasi atau redoks, yakni sampel direaksikan dengan larutan yang mempunyai daya mereduksi atau mengoksidasi lebih besar seperti halnya KMnO4 secara titrasi permanganometri tanpa menggunakan indikator atau autoindikator. Titik akhir titrasi ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna larutan menjadi merah jambu. Pada saat asam oksalat kristal yang tak berwarna dilarutkan dengan aquadest (H2O) maka terjadi larutan asam oksalat yang bening atau tidak berwarna (H2C2O4 . 2H2O aq). Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 tanpa bantuan indikator, hal ini karena larutan baku KMnO4 itu sendiri yang berwarna ungu

sudah berfungsi sebagai indikator (autoindikator). Pada awal titrasi larutan KMnO4 yang berwarna ungu akan hilang warnanya setelah direaksikan dengan analat. Menjelang titik akhir titrasi, dengan kelebihan satu tetes KMnO4 menimbulkan warna yang dengan mudah dapat dipakai sebagai penunjuk berakhirnya titrasi yaitu warna merah jambu. Sehingga hanya dengan 0,01 0,02 mL KMnO4 sudah cukup untuk memberikan warna yang tampak dalam 100 mL air (2 4 10-6 M ). Warna pada titik akhir tirasi ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn2+. Pada saat standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan asam oksalat didapat volum titrantnya yaitu: 1,09 mL; 0,90 mL. Sehingga jika dirata-ratakan yaitu, 1,00 mL, hal tersebut dikatakan sebagai titik akhir titrasi. Kemudian titik ekuivalentnya yaitu pada saat timbulnya perubahan warna dari ungu menjadi merah jambu. Dengan kata lain, jumlah ekuivalent titrat sama dengan jumlah ekuivalent titrant. Meskipun senyawa baku sekunder KMnO4 mempunyai kenormalan sebesar 0,1 N, namun hal tersebut belum tentu sesuai atau stabil pada saat pembuatannya dengan penggunaannya. Karena kriteria dari larutan baku sekunder diantaranya tidak stabil nilai Mr nya rendah, sehingga dilakukan standarisasi tujuannya agar pada saat penggunaannya dalam titrasi atau penentuan sampel terhadap normalitas yang digunakan yaitu normalitas hasil standarisasi tersebut.

Ada beberapa faktor yang mampu dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam percobaan kali ini, yaitu : a) Buret yang tidak sesuai rekomendasi

Buret yang direkomendasikan dalam titrasi permanganometri ini adalah buret coklat. Karea apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah jambu. b) Penyimpanan larutan baku sekunder yang tidak sesuai rekomendasi Di dalam penyimpanan larutan baku sekunder KMnO4 diusahakan tidak dalam wadah atau tempat yang tembus sinar, hal ini mengacu pada keadaan point a. sehingga alangkah baiknya jika larutan baku sekunder KMnO4 yang telah dibuat disimpan dalam botol coklat tutup kaca atau botol coklat tutup Teflon.

Gambar. Botol coklat tutup kaca & Botol coklat tutup Teflon c) Kesalahan pada saat mengukur suhu Pada saat mengukur suhu utamanya pada saat mengukur suhu analat, rentan terjadi kesalahan jika belum seutuhnya mengetahui tujuan pengukuran suhu tersebut. Banyak praktikan mengukur suhu analat tersebut langsung pada saat api di bawahnya menyala, atau juga bahkan disentuhkan langsung dengan dasar tempatnya (Erlenmeyer). Karena jika kita mengukur suhu analat pada saat api di bawah masih menyala maka bukanlah analat yang diukur melainkan shu apinya yang diukur. Kemudian jika mengukur suhu analat dikontakan atau disentuhkan langsung pada tempatnya (dinding labu Erlenmeyer) maka hal ini sangat salah, karena yang diukur jelas bukan suhu analat tetapi suhu dinding dari labu

Erlenmeyer tersebut. Hal-hal yang demikian tersebut mampu membuat suhu yang diharapkan pada analat tidak optimal.

d) Penambahan titrant yang terlalu lambat Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 khususnya, yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 2H2O2 2O + O2

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilakukan. e) Penamabahan titrant yang terlalu cepat Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 khususnya, yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ (2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O Kemudian pada saat penentuan kadar Besi pada sampel FeSO4 . 7H2O, untuk perlakuan serta perubahan-perubahan yang terjadi juga sama layaknya pada saat standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan asam oksalat. Namun yang paling

penting pada saat dilakukannya titrasi permanganometri ini yaitu sampel dioksidasi oleh KMnO4 dari Fe2+ menjadi Fe3+ yang mana pada saat titik akhir titrasi terjadi perubahan warna menjadi merah jambu.

Das könnte Ihnen auch gefallen