Sie sind auf Seite 1von 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN OBAT ANTIDIARE



Disusun Oleh :
Adiba Hasna Ramadhani 260110110057 Data Pengamatan dan
Perhitungan
Rey Hagai Yheri 260110110058 Editor
Anggy Luthfi Reynaldy 260110110059 Pembahasan Prosedur
Tazkia Farhany Suwandiman 260110110060 Tujuan & Prinsip
Melani 260110110061 Teori Dasar
Nitya Nurul Fadilah 260110110062 Grafik & Pembahasan
Tubagus Akmal 260110110064 Prosedur
Maharani D H K 260110110065 Pembahasan Hasil


LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
PENGUJIAN OBAT ANTIDIARE

I. Tujuan
Mahasiswa mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat
menghambat diare dengan metode transit intestinal.

II. Prinsip
Efek obat antidiare dalam menghambat gerak peristaltik usus dapat
ditandai dengan terhambatnya aliran tinta cina yang melewati usus.

III. Teori Dasar
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan
atau setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya, normalnya 100 200 ml per tinja. Buang air besar encer
tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Muscthler, 1991).
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air
besar. Diare yang disebabkan oleh masalah kesehatan biasanya jumlahnya sangat
banyak, bisa mencapai lebih dari 500 gram/hari. Orang yang banyak makan serat
sayuran, dalam keadaan normal bisa menghasilkan lebih dari 500 gram, tetapi
konsistensinya normal dan tidak cair. Dalam keadaan normal, tinja mengandung
60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90% (Alfan, 2010).
Beberapa faktor penyebab diare :
- Faktor infeksi : karena adanya infeksi pada saluran pencernaan maupun diluar
alat pencernaan
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab diare yang utama pada anak meliputi infeksi enternal sebagai
berikut :
1. Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2. Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
3. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya
- Faktor Malabsorsi : malabsorsi karbohidrat disakarida
- Faktor makanan: Makanan yang basi, makanan yang mengandung beracun
atau karena alergi terhadap makanan tertentu.
- Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (stress) faktor ini cenderung terjadi
pada orang-orang dewasa dan jarang terjadi pada anak dan balita (Muhtaram,
2013).
Selain faktor-faktor diatas kondisi-kondisi dibawah ini memungkinkan
sebagai penyebab diare :
Irritable bowel syndrome : Adanya perubahan gaya hidup terutama dalam hal
pola makan sehingga menyebabkan kram, kembung, diare, dan
ketidaknyamanan pada perut (saluran pencernaan) dan menimbulkan iritasi
pada usus besar
Penyakit usus inflamasi : Berkurangnya kemampuan penyerapan nutrisi pada
makanan yang terjadi dalam sistem pencernaan manusia karena adanya
gangguan seperti perdangan pada usus.
Penyakit Celiac : Ketika orang-orang dengan penyakit ini, sistem kekebalan
tubuh mereka menyerang lapisan usus mereka. Gluten adalah protein yang
ditemukan dalam gandum.
Kondisi lain seperti diabetes, Hipertiroid dan gangguan pankreas juga dapat
menjadi penyebab diare (Muhtaram, 2013).
Gejala klinik diare pada umumnya adalah:
1. Fase prodromal (Sindrom Pradiare), antara lain: perut terasa penuh,
mual,muntah, keringat dingin, pusing.
2. Fase diare, antara lain: diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi,
asidosis, syok, mules, kejang, dengan atau tanpa panas, pusing.
3. Fase penyembuhan, antara lain: diare makin jarang, mules berkurang,
penderita merasa lemas atau lesu (Tjay, 2007).
Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi
bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut
oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari
90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar
(colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa-
sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat
diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali
sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat (Karzung, 2002).
Diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus,hingga pelintasan
chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Diare viral dan diare akibat enterotoksin pada
hakikatnya sembuh dengan sendirinya sesudah lebih kurang 5 hari setelah sel-sel
epitel mukosa yang rusak diganti oleh sel-sel baru. Hanya pada infeksi oleh
bakteri invasif perlu diberikan suatu obat kemoterapeutik yang bersifat
mempenetrasi baik ke dalam jaringan, seperti amoksisilin dan tetrasiklin, sulfa
usus dan furazolidon (Tjay, 2007).
Obat paling sering diberikan dengan cara oral. Walaupun beberapa obat
yang digunakan secara oral dimaksudkan larut dalam mulut, sebagian besar obat
yang digunakan secara oral adalah ditelan. Dibandingkan dengan cara-cara
lainnya, cara oral dianggap paling alami, tidak sulit, menyenangkan dan aman
dalam hal pemberian obat. Hal-hal yang tidak menguntungkan pada pemberian
secara oral termasuk respon obat yang lambat (bila dibandingkan dengan obat-
obat yang diberika secara parenteral) kemungkinan absorpsi obat yang tidak
teratur, yang tergantung pada faktor-faktor seperti perbaikan yang mendasar,
jumlah atau jenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat
olehreaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna (Ansel, 2005).
Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang
dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat
sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu
menormalkankeseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi
normal kembali (Ansel,2005).
Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan
penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas
kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah
minumobat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas
salurancerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Ansel,2005).
Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid
denganreseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam (Ansel,2005).
Cara kerja obat : Loperamid merupakan antispasmodik, dimana
mekanisme kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Secara in vitro pada
binatang, loperamide menghambat motilitas atau perilstaltik usus dengan
mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Secara in
vitro dan padahewan percobaan, loperamide memperlambat motilitas saluran
cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada
manusia,Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamid
menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan
menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit(Ansel,2005).

IV. Alat dan Bahan
Alat :
1. Sonde
2. Jarum pentul
3. Pinset
4. Gunting bedah
5. Papan
6. Koran
7. Mencit

Bahan :
1. Tinta cina
2. Loperamid dosis 1 dan 2
3. PGA 2%
Gambar alat







Jarum Pentul Pinset






Mencit

V. Prosedur
Pertama-tama berat mencit ditimbang, kemudian dikelompokkan secara
acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi larutan
PGA 2%, kelompok uji loperamid dosis I dan kelompok uji loperamid dosis II.
Pada t = 45 menit, semua kelompok mencit diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g
mencit, secara oral. Kemudian pada t = 60 menit, semua hewan uji dikorbankan
dengan cara dislokasi tulang leher. Lalu mencit dibedah, dan bagian ususnya
dikeluarkan secara hati-hati sambil diregangkan. Usus yang sudah diregangkan
kemudian diukur :
a. Panjang usus yang dilalui tinta cina dari pilorus sampai ujung akhir
(berwarna hitam)
b. Panjang seluruh usus dimulai dari pilorus sampai rektum
Rasio normal jarak yang ditempuh marker (tinta cina) terhadap panjang usus
seluruhnya diukur. Hasil pengamatan disajikan dalam tabel dan dibuatkan
grafiknya. Kemudian hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan dievaluasi
secara statistik dengan metode ANAVA dan students test.

VI. Data Pengamatan
PERLAKUAN BERAT
BADAN
KELOMPOK
PANJANG
USUS
USUS
TERMARKER
RASIO RATA-
RATA
Kontrol 1. 16,3
2. 15,5
3. 17,7
1. 38
2. 15,5
3. 45
1. 11
2. 43
3. 28,5
1. 0,289
2. 0,1976
3. 0,63
0,37
Loperamid
dosis I
1. 10,8
2. 16,4
3. 14,3
1. 39
2. 41
3. 41,5
1. 12
2. 11
3. 15
1. 0,308
2. 0,268
3. 0,361
0,3097
Loperamid
dosis II
1. 13,3
2. 19,8
3. -
1. 39
2. 39
3. -
1. 7
2. 12,5
3. -
1. 0,179
2. 0,32
3. -
0,245



0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
PGA 2% Loperamid dosis I Loperamid dosis II
R
a
s
i
o


Pengujian Efek Anti Diare Kelompok
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III




0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
R
a
s
i
o


Pengujian Efek Anti Diare Kelompok
PGA 2%
Loperamid dosis I
Loperamid dosis II
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
PGA 2% Loperamid I Loperamid II
R
a
s
i
o

r
a
t
a
-
r
a
t
a

Obat yang digunakan
Pengujian Efek Anti Diare
Rasio rata-rata


VII. PERHITUNGAN
Volume pemberian obat
PGA:


Loperamid I:


Loperamid II:



Volume pemberian tinta cina
Mencit I:


Mencit II:


Mencit III:


% Inhibisi Peristaltik Usus



0
20
40
60
80
100
120
Loperamid I Loperamid II
%

I
n
h
i
b
i
s
i

Obat Uji
Daya Inhibisi Obat Uji terhadap Diare
% Inhibisi
Loperamid I:

106,5%
Loperamid II:

61,93%

ANAVA
1. Model Linear



ij i ijk
Y c t + + =
Y
ij
= Daya hambat mencit (panjang tinta yang dihasilkan) yang mendapat obat
ke-I ulangan ke-j terhadap asam asetat 0,7%
= rataan umum
t
i
= pengaruh obat ke-i
c
ijk
= pengaruh galat dari obat ke-i ulangan ke-j
2. Hipotesis
H
0
: t
1
= t
2
= t
3
= 0
Tidak ada pengaruh jenis obat terhadap panjang tinta cina dalam usus
mencit.
H
1
: paling sedikit ada satu i dimana t
1
= 0
Ada pengaruh jenis obat terhadap panjang tinta cina dalam usus mencit.

Kelompok Kontrol Negatif Loperamid I Loperamid II
I 0,289 0,308 0,179
II 0,197 0,268 0,32
III 0,630 0,361 -
Total 1,116 0,937 0,499
Rata-rata 0,372 0,312 0,249
3. Analisis Ragam
a. Faktor Koreksi


b. Sum of Square Total
SStTot = FK Y
t
i
ri
j
ij

= = 1 1
2

FK Y
t
i
ri
j
ij

= = 1 1
2


c. Sum of Square Treatment (SSTreat)
SSTreat= FK
r
Yi
t
i i

=1
2
.

FK
r
Yi
t
i i

=1
2
.



d. Sum Square of Eror (SSE)
SSE = SSTot - SSTreat
= -0,0175=0,1191795
e. Degree or Freedom (df)
dfTotal = N - 1
= 8 - 1 = 7
df Treat = t 1
= 3 - 1 = 2
db Error = df Total df Treat
= 8 - 2= 6
f. Mean of Square Treatment (MSTreat)



g. Mean of Square Eror (MSE)



h. F hitung (Fhit)



Source of
Variance
Df Sum of
Squares
Mean of
Square
F
hitung
F
0.05(2,6)

Treatment 2 5,79
Error 5 0,1191795
Total 7 -


Kesimpulan :
F
tabel
= 5,79
Terima H
0
jika F
hitung
< F
tabel

0,36709 < 5,79 Terima H
0

Kesimpulan: Setiap obat memiliki pengaruh sama.
Efek PGA = Efek Loperamid I = Efek Loperamid II
VIII. Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul Pengujian Efek Anti Diare memiliki tujuan,
yaitu setelah melakukan percobaan kali ini, mahasiswa diharapkan mengetahui
sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan
oleh metode transit intestinal. Metode transit intestinal berlandaskan pada nisbah
jarak usus yang ditempuh oleh marker dalam waktu tertentu terhadap panjang
usus keseluruhan hewan uji yang pada percobaan kali ini adalah mencit.
Pada pengujian efek anti diare ini hewan uji yang digunakan adalah mencit
putih yang dipuasakan 18 jam sebelum percobaan dan minum tetap diberikan.
Bahan dan obat yang digunakan pada pengujian ini adalah Loperamid HCl dengan
dosis yang berbeda, tinta cina, dan suspensi PGA 2%. Dosis dari Loperamid HCl
yang digunakan, yaitu 0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL. Alat-alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah alat bedah, alas atau meja bedah, sonde oral mencit,
dan penggaris.
Langkah yang dilakukan untuk mengawali percobaan adalah dengan
menimbang mencit yang digunakan. Berat badan mencit ini perlu diketahui
sebelum dilakukan proses pengujian karena berat badan dari mencit ini akan
mempengaruhi dosis obat yang akan diberikan pada mencit. Setelah diketahui
berat badan masing-masing mencit, mencit dikelompokkan secara acak menjadi 3
kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan PGA 2%, kelompok uji
Loperamid HCl dengan dosis rendah (24 mg/mL),dan kelompok uji Loperamid
HCl dengan dosis tinggi (48 mg/mL). Masing-masing zat dan obat diberikan
secara per oral. Zat dan obat diberikan secara per oral karena yang akan diuji
adalah mengenai anti diare yang berkaitan dengan proses pencernaan sehingga
pemberian zat dan obat diberikan secara per oral.
Setelah semua mencit diberikan zat dan obat, pada saat memasuki menit
ke 45, semua hewan uji diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g mencit, secara per oral.
Pemberian tinta cina ini berfungsi sebagai marker pada usus mencit untuk
mengetahui efek dari pemberian obat anti diare. Tinta cina ini nantinya akan
mewarnai usus mencit dengan warna hitam. Pada percobaan kali ini yang
digunakan adalah tinta cina bukan norit. Hal ini dikarenakan walaupun tinta cina
dan norit memiliki warna hitam yang bisa digunakan sebagai marker, tetapi norit
termasuk obat anti diare. Norit memiliki efek anti diare seperti bahan obat uji,
yaitu Loperamid HCl. Dengan demikian kerja dari norit dan Loperamid HCl ini
sinergis maka dapat saja mengganggu hasil pengujian obat anti diare Loperamid
HCl. Oleh karenanya digunakan tinta cina yang memiliki warna hitam dan tidak
memiliki efek atau kerja yang sinergis dengan Loperamid HCl sebagai marker.
Setelah masuk menit ke 65, semua mencit dikorbankan dengan cara
dislokasi tulang leher. Setelah didislokasi, hewan uji dibedah di atas meja bedah
dengan menggunakan peralatan bedah yang disediakan. Pertama-tama setelah
didislokasi, setiap tangan dan kaki mencit direnggangkan agar kulit pada bagian
abdomen menegang. Selanjutnya dilakukan pembedahan yang dimulai dengan
membedah bagian bawah yang dilanjutkan ke bagian atas. Setelah berhasil
dibedah, usus dari mencit yang menjadi hewan uji dikeluarkan secara hati-hati.
Usus mencit yang telah dikeluarkan diregangkan untuk diukur panjangnya.
Panjang seluruh usus diukur dari pilorus sampai rektum. Panjang usus yang dilalui
tinta cina dihitung mulai dari pilorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam.
Setelah berhasil diukur panjang usus keseluruhan dan panjang usus yang dilalui
tinta cina, dilanjutkan dengan menghitung rasio normal jarak yang ditempuh
marker terhadap panjang usus seluruhnya.
Hasil-hasil dari pengamatan yang tadi diperoleh disajikan dalam bentuk
tabel dan kemudian dibuat dalam grafik. Setelah itu, untuk evaluasi hasil
pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare, jangka
waktu berlangsung diare, bobot feses dapat dievaluasi masing-masing secara
statistik dengan metode anava dan Students test.
Dari hasil pengukuran menggunakan penggaris, diperoleh data bahwa
panjang usus mencit kontrol negatif dari pilorus sampai rektum atau panjang usus
seluruhnya adalah 38cm dan panjang usus termarker yang ditandai dengan warna
hitam dari tinta cina adalah 11cm, sehingga diperoleh rasio antara panjang usus
termarker dan usus seluruhnya adalah 0,289. Pada mencit uji I yaitu mencit
dengan loperamid dosis rendah, panjang usus seluruhnya 39cm, panjang usus
termarker 12cm, sehingga rasionya adalah 0,308. Terakhir, pada mencit uji II,
yaitu mencit dengan loperamid dosis tinggi, diperoleh data panjang usus
seluruhnya 39cm, panjang usus termarker 7cm, sehingga rasionya adalah 0,179.
Data ini selanjutnya digunakan untuk menghitung presentase inhibisi peristaltik
usus dari obat antidiare yaitu loperamid. Loperamid merupakan obat antidiare
yang memiliki khasiat obstipasi kuat dengan mengurangi peristaltik usus.
Presentase inhibisi peristaltik usus merupakan kemampuan suatu obat
dalam menghambat gerak peristaltik usus. Rumus untuk menghitung presentase
inhibisi adalah:




Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh daya inhibisi pada mencit
uji I adalah 106,57% sedangkan daya inhibisi pada mencit uji II adalah 61,94%.
Hasil ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya hubungan antara dosis dan
daya inhibisi adalah berbanding lurus, semakin tinggi dosis obat maka semakin
besar daya inhibisinya dan begitu pun sebaliknya. Sedangkan dalam praktikum
kali ini diperoleh hasil bahwa loperamid dosis rendah memiliki daya inhibisi lebih
tinggi daripada loperamid dosis tinggi.
Hal ini disebabkan kesalahan pada saat pengukuran panjang usus mencit.
Seharusnya pengukuran panjang usus dilakukan dari pilorus sampai rektum.
Namun, pada praktikum kali ini pengukuran hanya dilakukan dari pilorus sampai
usus buntu. Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan pada penghitungan rasio dan
berdampak pula pada penghitungan daya inhibisinya.
Pada pengujian efek antidiare, berdasarkan grafik, dimana sumbu x
adalah jenis obat yang diberikan, dan sumbu y adalah rata-rata rasio panjang usus
yang dilalui tinta cina dan panjang usus seluruhnya, diketahui bahwa Loperamide
I (dosis rendah )memberikan jumlah rata-rata rasio paling tinggi yakni rasio rata-
rata 0.3097 dengan kelompok kontrol negatif pada posisi kedua yakni rasio rata-
rata 0.289 dan loperamide II (dosis tinggi) dengan jumlah rasio panjang tinta cina
terhadap panjang seluruh usus mencit yang paling sedikit yakni 0.245. Hal ini
bertentangan dengan teori karena pada percobaan efek antidiare, Loperamide
adalah obat antidiare yang menghambat peristaltik usus . Mencit yang diberi obat
Loperamide secara peroral pada dosis I seharusnya memiliki rasio lebih kecil
dibandingkan mencit dengan control negative PGA 2%. Sehingga dapat dikatakan
semakin besar dosis loperamide yang diberikan, semakin sedikit tinta cina yang
melalui usus mencit, sehingga seharusnya rasionya semakin kecil. Lalu, pada
grafik persentase inhibisi antara loperamide I dan Loperamide II dimana sumbu x
adalah jenisobat uji dan sumbu y adalah persentase inhibisi, tidak sesuai dengan
seharusnya. Karena seharusnya loperamide II yang memiliki dosis lebih besar
seharusnya lebih besar pula persentase inhibisinya yang ditandai dengan panjang
tinta cina yang lebih sedikit dibanding dengan pemberian obat loperamide I. Pada
hasil percobaan, persentase inhibisi loperamide I adalah 106.57% dan Persentase
inhibisi loperamide II adalah 61.93%. Persentase inhibisi ini menunjukan
kemampuan Loperamide dalam menginhibisi tinta cina yang diberikan secara
peroral.

IX. Kesimpulan
1. Efektivitas obat antidiare dalam menghambat penyakit diare dengan metode
intestinal dapat diketahui.
2. Dosis obat loperamid mempengaruhi penghambatan tinta cina dalam usus
mencit.
3. Efek setiap obat antidiare dalam percobaan yaitu loperamid I dan Loperamid II
memberikan efek yang sama


DAFTAR PUSTAKA

Alfan. 2010. Obat Antidiare. Available online at
http://panmedical.com/2010/04/09/0bat-anti-diare/ [accessed on April 6, 2013].
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta: University of Indonesia Press.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik 2 Edisi VIII. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Muhtaram, Al. 2013. Penyebab Diare. Available online at http://www.metris-
community.com/penyebabdiare/ [accessed on April 6, 2013].
Muscthler, E. 1991. Dinamika Obat terjemahan M. B. Widianto dan A. S. Ranti.
Bandung: ITB.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.

Das könnte Ihnen auch gefallen