Sie sind auf Seite 1von 32

Assalamualaikum wr wb

SKENARIO 2 RUAM MERAH SELURUH TUBUH

KELOMPOK : KETUA :Rifah Hazmar SEKRETARIS : Sulastri ANGGOTA : Putri Handalasakti A Siti Miftahul Jannah Riris Rizani Dewi Rizkiyah Juniarti Ratnasati Thirafi Prastito Vilona Afrita Zilmi

B-17 1102012245 1102012286 1102012216 1102012280 1102012248 1102012252 1102012229 1102012294 1102012302

SKENARIO 2
RUAM MERAH DI SELURUH TUBUH Seorang ibu membawa anak perempuan usia 3 tahun ke RS dengan keluhan keluar ruam merah di seluruh tubuh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah, nyeri menelan, muntah, nafsu makan menurun dan buang air besar lembek 2-3 x/ hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, takikardia atau suhu 38,5. Ditemukan ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium didapat leukopenia. Dokter mendiagnosis pasien menderita campak dan menyarankan pasien untuk dirawat inap di RS.

SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang virus morbilli rubeola LO 1.1 Morfologi Virus morbilli rubeola LO 1.2 Klasifikasi Virus morbilli rubeola LO 1.3 Replikasi Virus morbilli rubeola LI 2. Memahami dan menjelaskan tentang campak LO 2.1 Pengertian Campak LO 2.2 Etiologi Campak LO 2.3 Epidemiologi Campak LO 2.4 Patogenesis dan Patofisiologi Campak LO 2.5 Maninfestasi Campak LO 2.6 Diagnosis Campak LO 2.7 Diagnosis Banding Campak LO 2.8 Tatalaksana Campak LO 2.9 Komplikasi Campak LO 2.10 Prognosis Campak

LO 1.1 Morfologi Virus morbilli rubeola


Virus Campak / Virus Rubeolla -virus RNA beruntai tunggal -Famili : Paramyxovirus -genus : Morbillivirus -menginfeksi : manusia (virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). -bentuk : spheris, pleomorphic, mempunyai sampul (envelope) diameter 100-250 nm. -terdiri : -nukleocapsid (helix dari protein RNA) -sampul dengan tonjolan pendek dipermukaan(pepfomer) -hemaglutinin (H) peplomer :bulat -fusion (F) peplomer :bel (dumbbell-shape) -Berat molekul dari single stranded RNA adalah 4,5 X 10.

Virus campak terdiri 6 protein structural: 3 tergabung dalam RNA :


-nukleoprotein (N) -polymerase protein (P) -large protein (L)

3 protein berhubungan dengan membran sampul virus:


-glycosylated protein : bagian dalam lipid bilayer -CD46 (complement regulatory protein) : tersebar luas di jaringan primata -> sebagai resptor glikoprotein H -Glikoprotein H dan F
Glikoprotein H -> adsorbsi virus pada resptor host. Glikoprotein F -> fusi virus pada sel host, penetrasi virus dan hemolisis.

LO 1.2 Klasifikasi Virus morbilli rubeola

LO 1.3 Replikasi Virus morbilli rubeola

siklus hidup virus ada 5 macam : 1.Attachment : Ikatan khas antara viral capsid proteins dan spesifik reseptor dipermukaan sel inang -> menyerang sel inang yang spesifik 2.Penetration : Virus masuk ke sel inang menembus secara endocytosis atau melalui mekanisme lain 3.Uncoating : Proses terdegradasinya viral kapsid oleh enzim viral atau host enzymes yang dihasilkan oleh viral genomic nudwic acid 4.Replication : Replikasi virus(Litik atau Lisogenik)
daur litik: virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi daur lisogenik: virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut membelah.

5.Release : Virus dilepaskan dari sel inang melalui lisis

1. Perlekatan, penetrasi, dan pelepasan selubung virus

Dengan demikian, paramiksovirus dapat melewati internalisasi melalui endosom

2. Transkipsi, translasi serta replikasi DNA

Paramiksovirus mengandung genom RNA untai negative(tidak bersegmen) Transkrip messenger RNA dibuat di dalam sitoplasma sel oleh polymerase RNA virus. Tidak dibutuhkan primer eksogen dengan demikian tidak bergantung pada fungsi inti sel. mRNA lebih kecil daripada genom (masing-masing mewakili sel tunggal) Sekuens regulasi transkripsional pada gen membatasi awal dan akhir transkripsi sinyal Posisi relative gen terhadap ujung 3 genom berkaitan dengan efisiensi transkipsi transkrip paling banyak dihasilkan oleh sel terinfeksi, berasal dari gen NP, (terletak paling dekat dengan ujung 3 genom) lebih sedikit berasal dari gen L (terletak di ujung 5) Glikoprotein virus disintesis dan mengalami glikosilasi di dalam jalur sekresi Kompleks protein polymerase virus (protein P dan L) juga berperan untuk replikasi genom virus Untuk berhasil mensintesis cetakan antigenom rantai positif intermedia, kompleks polymerase harus mengabaikan sinyal terminasi yang tersebar pada perbatasan gen, seluruh panjang genom progeny kemudian dikopi dari cetakan antigenom

3. Maturasi -Virus matang membentuk tonjolan dari permukaan sel -Nukleokapsid progeny terbentuk di dalam sitoplasma -bermigrasi ke permukaan sel. -Mereka ditarik ke suatu tempat di membrane plasma yang bertaburan duri glikoprotein HN dan F0 virus -Protein M penting dalam pembentukan partikel, mungkin membentuk hubungan antara selubung virus dan nukleokapsid -Saat penonjolan, sebagian besar protein pejamu dikeluarkan dari membrane -Jika terdapat protease sel pejamu yang sesuai, protein 0 di dalam membrane plasma akan diaktivasi oleh pembelahan -Protein fusi yang teraktivasi kemudian akan menimbulkan fusi membrane sel di sekitarnya -menghasilkan pembentukan sinsitium yang besar -Pembentukan sinsitium adalah respons yang umum terhadap infeksi paramiksovirus -Inklusi sitoplasma asidofili secara teratur dibentuk -Virus campak menghasilkan inklusi intranukleus

LO 2.1 Pengertian Campak


-Campak : suatu penyakit akut yang sangat menular -Nama lain : rubeola, morbilli , atau measles -disebabkan oleh virus : morbili (campak) - Infeksi : lewat udara (airborne)

(Behrman.R.E. et al, 1999)

LO 2.2 Etiologi Campak


-Campak (measles atau rubeola) disebabkan oleh virus campak -Virus campak : virus RNA mempunai satu antigen -Struktur mirip virus penyebab parotitits epidemis dan parainfluenza -Virus campak mudah hancur pada sinar ultraviolet -Virus campak bertahan beberapa hari temperatur 0 dan selama 15 minggu pada sediaan beku -Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati -diisolasi dalam biakan embrio manusiai -menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam -Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif ditemukan pada sekret nasofaring, darah, dan air kencing (dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar) -akan kehilangan inefektifitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari -Perubahan sitopatik : tampak dalam 5-10 hari terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear -Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul

LO 2.2 Epidemiologi Campak


Campak penyakit endemic di banyak Negara terutama di Negara berkembang Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan kematian 1-3 kasus per 1000 orang Campak masih ditemukan di Negara maju Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun - Mulai tahun 1963 campak menurun drastis - pada tahun 1998 hanya ditemukan kurang dari 100 kasus Di Indonesia campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986 KLB masih terus dilaporkan : - KLB di Pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12% - KLB di provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=15%) - KLB di Palembang, Lampung dan Bengkulu pada tahun 1998 -Semarang pada tahun 2003 masih terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0%

Sebelum penggunaan vaksin campak


menyerang anak yang berusia 5-10 tahun

Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977)


menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan

Penelitian di rumah sakit selama tahun 1984-1988


campak paling banyak terjadi pada usia balita kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20.3%) bayi (17,6%) anak usia 1 tahun (15.2%) usia 3 tahun (12,3%) usia 4 tahun (8,2%)

Adapun faktor risiko terjadinya campak yaitu :


Anak-anak dengan imunodefisiensi, (HIV/AIDS, leukemia, atau dengan terapi kortikosteroid)
Perjalanan atau kunjungan ke daerah endemi campak atau kontak dengan pendatang dari daerah endemi Bayi yang kehilangan antibodi pasif dan tidak diimunisasi Faktor risiko yang memperberat penyakit campak sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang serius, yaitu :
Malnutrisi Imunodefisiensi Defisiensi vitamin A

LO 2.3 Patogenesis dan Patofisiologi Campak


Morbili virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan (tempat virus melakukan multiplikasi local) kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional (tempat terjadinya multiplikasi yang lebih lanjut) Viremia primer menyebarkan virus kemudian bereplikasi di dalam system retikuloendotelial Viremia sekunder berkembang biak di permukaan epitel tubuh bereplikasi di dalam limfosit tertentu membantu peyebaran ke seluruh tubuh Sel multinukleus raksasa dengan inklusi intraseluler terlihat di dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh

- Kejadian yang digambarkan diatas terjadi pada masa inkubasi, yang khasnya terjadi selama 8-12 hari tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu pada orang dewasa - Selama fase prodromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama ruam, virus terdapat di dalam air mata, secret nasal, dan tenggorokan, urin, serta darah - Ruam makulopapular yang khas muncul sekitar 14 hari ketika antibodi yang bersirkulasi terdeteksi, viremia menghilang, dan demam mereda - Ruam terjadi akibat interaksi sel imun T dengan sel yang terinfeksi virus di dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu

Keterlibatan system saraf pusat

sering terjadi pada campak Ensefalitis simtomatik terjadi pada sekitar 1:1.000 kasus karena virus yang infeksius jarang ditemukan di dalam otak di duga reaksi autoimun adalah mekanisme yang menyebabkan komplikasi ini Sebaliknya, ensefalitis badan inklusi campak yang progresif dapat timbul pada pasien dengan gangguan imunitas selular Virus yang aktif bereplikasi terdapat di dalam otak umumnya dalam bentuk penyakit yang fatal

( Jawetz. Et al, 2007)

Patofisiologi
Jika mengenai saluran cerna menyebabkan diare karena ada bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Jika mengenai saluran napas pilek dan batuk, jika mengenai konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis Jika virus menyebar di kulit dan sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit

LO 2.4 Maninfestasi Campak

Gejala penyakit campak dikatagorikan dalam 3 stadium : Stadium masa inkubasi :

berlangsung sekitar 10-12 hari Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari hari infeksi dan kemudian menurun selama 24 jam atau sekitarnya munculnya gejala demam ringan hingga sedang batuk yang makin berat, koryza, peradangan mata munculnya entema atau bercak koplik(bercak putih pada mukosa pipi)
demam tinggi timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan dimulai dari belakang telinga dan kemudian menyebar ke leher, muka, tubuh dan anggota gerak suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit mereda Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas

Stadium masa prodromal:

Stadium akhir:

Dua hari kemudian :

LO 2.5 Diagnosis Campak

Diagnosis laboratorium -Deteksi antigen

Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam sekret respirasi dan urine Antibodi terhadap nucleoprotein bermanfaat karena protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, sekret pernapasan, serta urin diambil selama masa demam karena sumber yang sesuai untuk isolasi virus Virus campak tumbuh lambat efek sitopatik yang khas raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi terbentuk dalam 7-10 hari

- isolasi dan identifkasi virus

- Serologi

Pemastian serologi bergantung pada peningkatan titer antibody 4x lipat antara serum fase akut dan fase konvalensi terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam specimen serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam ELISA, uji HI, dan tes Nt semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibody campak, walaupun ELSIA merupakan metode yang paling praktis

LO 2.6 Diagnosis Banding Campak

Rubella
Massa prodromal demam ringan,batuk,flu,lemas 1-4 hari sebelum timbulnya kemerahan Karakteristik erupsi kulit eksantema pada rubella berwarna merah muda mulai timbul di leher dan muka dan menyebar keseluruh tubuh lebih cepat dari campak, biasanya dalam 24-48 jam sudah menyeluruh Tanda patognomonik pembesaran kelenjar getah bening khususnya pada daerah belakang telinga dan oksipital sangat menunjang diagnose rubella Hasil uji laboratorium penemuan virus pada isolasi usap tenggorok, peningkatan kadar antibody membantu penegakkan diagnosis rubella. Gambaran darah tepi biasanya normal atau leukopenia.

Demam skarlatina Massa prodromal Kelainan kulit biasanya timbul pada 12 jam pertama sesudah demam, batuk dan muntah. Gejala prodromal ini dapat berlangsung selama 2 hari. Tanda patognomonik lidah berwarna merah strawberry serta tonsillitis eksudativa atau membranosa sangat spesifik untuk menegakkan diagnosis penyakit ini Hasil uji laboratorium menemukan streptococcus hemolithicus grup A pada biakan usap tenggorok, terjadi peningkatan kadar titer antistreptosilin

Reseola infantum Massa prodromal


demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas terjadi sebelum timbulnya kemerahan pada kulit penderita Roseola infantum diikuti dengan penurunan demam secara drastic menjadi normal

Karakteristik erupsi kulit


penyakit ini sering disebut campak mini tampilannya yang sangat mirip Kelainan kulit pada eksantema subitum bersifat dikskrit makulopapular(merah tua dan timbul didaerah dada dan menyebar ke muka dan ekstremitas) tidak adanya bercak koplik, menyerang bayi dan anak usia 1-2 tahun

Tanda patognomonik
ruam terbentuk setelah demam tinggi selama 3 hari, kejang, ciri khasnya penderita terlihat seperti mengantuk, ruam tidak hiperpigmentasi : lesi ringan

Hasil uji laboratoriumtik:


Hematologik 24 jam terjadi leokositosis isolasi virus di saliva

LO 2.7 Tatalaksana Campak

Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)
Istirahat Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.

Medikamentosa :
Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

Pencegahan

Program Pengembangan Imunisasi (PPI), Imunisasi dasar di Indonesia yang wajib diberikan : Imunisasi campak :
anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun pencegahan yang paling efektif Vaksin campak berasal dari virus hidup yang dilemahkan Pemberian vaksin : subkutan dalam atau intramuscular dengan dosis 0,5 cc Pemberian imunisasi campak 1x akan memberikan kekebalan selama 14 tahun pengendalian penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% perwilayah secara merata selama bertahun-tahun

diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR)


pada usia 12-15 bulan Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun Pencegahan dengan isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak (IDAI, 2004)

Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh : Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibody ibu. Antibody itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan , pangangkutan atau penggunaan diluar pedoman

LO 2.9 Komplikasi Campak

Laringitis akut Bronkopneumonia Ensefalitis SSPE (Subacute Sclerosing Panenchephalitis) Otitis media Enteritis Konjungtivitis System kardiovaskular Diare Black measles

LO 2.9 Prognosis Campak

Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi Prognosis buruk bahkan mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis Komplikasi hebat biasanya terjadi pada orang dewasa

DAFTAR PUSTAKA
Behrman. Kliegman. & Arvin. 1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed15, vol. 2. Jakarta : EGC http://books.google.co.id (Akses pada tanggal 9 april 2013) http://viralzone.expasy.org (akses pada tanggal 10 April 2012) Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI). 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed. 2. Hal 109-117. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jawetz, Melnick, Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Ed. 23.Hal: 572-576. Jakarta:EGC Widoyono.2011. PENYAKIT TROPIS : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Ed. 2. Hal: 88-91. Jakarta: Erlangga

terimakasih
PBL B17

Wassalam

Das könnte Ihnen auch gefallen