Sie sind auf Seite 1von 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

KORELASI BERBAGAI LEVEL PREBIOTIK UBI JALAR KUNING (Ipomea batatas L.) DAN PROBIOTIK Lactobacillus casei PADA PEMBUATAN SUSU FERMENTASI SINBIOTIK
(The Correlation of Different Levels of Yellow Sweet Potatoes (Ipomea batatas L.) Prebiotic and Lactobacillus casei Prebiotic in Producing Synbiotic Fermented Milk)
IZA AYU SAUFANI
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang Kampus Limau Manis, Padang 25163

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the correlation between prebiotic of yellow sweet potatoes (Ipomea batatas, L) and prebiotic of Lactobacillus casei to the number of lactic acid bacteria, and protein and water content of symbiotic fermented milk. This study used a yellow sweet potatoes extract as the source of prebiotic and a starter of L. casei as the source of probiotic. The symbiotic fermented milk was made from the combination of prebiotic and probiotic in pasteurized milk as a substrate. The experimental design was based on Randomized Group Design with a factorial of 4 x 3 consisting prebiotic levels of yellow sweet potatoes (0, 5, 10, and 15%) and probiotic levels of L. casei (1.5, 2.5, and 3.5%). The results indicated that the interaction of prebiotic (yellow sweet potatoes) and probiotic (L. casei) affected significantly (P < 0.05) the number of lactic acid bacteria, where the highest effect was found in 15% prebiotic and 3.5% probiotic. The use of prebiotic (yellow sweet potatoes) and probiotic (L. casei) was significantly affecting the protein content in symbiotic fermented milk (P < 0.05), but did not affect the water content (P > 0.05). The highest protein content was found from the combination of 5% prebiotic and 2.5% prebiotic. It was concluded the yellow sweet potatoes could induce the growth of L. casei which is important to improve the quality of symbiotic fermented milk. Key Words: Prebiotic, Probiotic, Synbiotic, Yellowish Cassava, Lactobacillus casei ABSTRAK Penelitian in bertujuan untuk mengetahui korelasi prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik Lactobacillus casei (L. casei) terhadap jumlah bakteri asam laktat, kadar protein dan kadar air susu fermentasi sinbiotik. Penelitian ini menggunakan ekstrak ubi jalar kuning sebagai sumber prebiotik, dan starter L. casei sebagai sumber probiotik. Susu fermentasi sinbiotik dibuat dari kombinasi prebiotik dan probiotik dengan susu pasteurisasi sebagai media (substrat). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial 4 3 dengan faktor pertama berbagai level prebiotik ubi jalar kuning (0, 5, 10 dan 15%) dan faktor kedua berbagai level probiotik L. casei (1,5, 2,5 dan 3,5%). Interaksi prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik L. casei memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah Bakteri Asam Laktat (P < 0,05), dan paling banyak terdapat pada pemberian 15% prebiotik ubi jalar kuning dan 3.5% probiotik L. casei. Pemakaian prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik L. casei berpengaruh nyata terhadap kadar protein susu fermentasi sinbiotik (P < 0,05), namun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air (P > 0.05). Kadar protein tertinggi diperoleh dari kombinasi 5% prebiotik ubi jalar kuning dan 2,5% probiotik L. casei. Disimpulkan bahwa ubi jalar kuning dapat mendukung pertumbuhan L. casei yang sangat menentukan kualitas susu fermentasi sinbiotik. Kata Kunci: Prebiotik, Probiotik, Sinbiotik, Ubi Jalar Kuning, Lactobacillus casei

745

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

PENDAHULUAN Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dapat dilakukan melalui pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsifungsi fisiologis, terbukti tidak membahayakan bagi kesehatan. Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan pangan fungsional yang menggunakan mikroorganisme dalam makanan seperti probiotik, yaitu bakteri hidup salah satunya Lactobacillus casei (L. casei) yang bila dikonsumsi akan menimbulkan efek positif bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Adapun jenis pangan fungsional probiotik yang telah dikembangkan adalah susu dan olahan fermentasinya. Disamping pangan probiotik, pendiversifikasian produk susu fermentasi, dapat melalui pengembangan produk pangan fungsional dengan mengintegrasikan antara probiotik dan prebiotik atau pangan sumber prebiotik menjadi produk sinbiotik. Prebiotik adalah nondigestible food ingredient (komponen pangan yang tidak dapat dicerna oleh enzimenzim pencernaan) yang mempunyai pengaruh baik terhadap host dengan cara menstimulir secara selektif pertumbuhan satu jenis atau lebih bakteri penghuni kolon. Contoh pangan prebiotik yaitu kedelai, akar dahlia dan ubi jalar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik L. casei terhadap jumlah Bakteri Asam Laktat, kadar protein dan kadar air susu fermentasi sinbiotik. MATERI DAN METODE Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: ekstrak ubi jalar, susu sapi, inokulum L. casei, MRS broth, larutan pepton 0.1 %, selenium, H2SO4, NaOH, indikator metil merah dan aquades. Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, autoclave, lemari pendingin, Quebec colony counter, beaker glass, tabung Erlenmeyer,

petridish, tabung reaksi, gelas ukur, mikropipet, blue tip, jarum ose, batang pengaduk, labu Kjeldhal, alat destruksi, alat destilasi, alat titrasi, cawan porselen, penjepit cawan, eksikator, oven dan termometer. Pembuatan media MRS agar. Setelah semua peralatan dibersihkan dan disterilkan, maka MRS agar (Merck) ditimbang dalam erlemeyer sebanyak 68,2 g/1000 ml aquades. Selanjutnya larutan diaduk dengan magnetik stirrer sampai homogen. Medium dipanaskan di atas kompor listrik sampai mendidih dengan hati-hati agar medium tidak melimpah dari erlemeyer. Selanjutnya, dilakukan sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit, tekanan 15 lb. Terakhir medium didinginkan sampai suam-suam kuku dan dituangkan di dalam petridish yang telah disterilkan satu hari sebelumnya. Setelah medium membeku, disimpan dalam posisi terbalik. Pembuatan starter susu fermentasi. Susu sapi sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam beaker glass dan dipasteurisasi pada suhu 63C selama 30 menit. Setelah dipasteurisasi didinginkan sampai suhu 37C. Setelah itu, single colony diambil dari petridish dengan jarum ose. Dimasukkan ke dalam susu untuk di inokulasi. Selanjutnya dihomogenisasi dengan magnetic stirrer selama 1 jam. Beaker glass dapat ditutup dengan aluminium foil, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 2 x 24 jam. Pembuatan susu fermentasi sinbiotik. Susu sapi segar dipasteurisasi pada suhu 63C selama 30 menit sehingga bakteri patogen mati. Susu didinginkan hingga suhu 37C. Selanjutnya susu dibagi ke dalam 12 beaker glass dan ditambahkan ekstrak ubi jalar sesuai dengan konsentrasi perlakuan (0%, 5%, 10%, 15% dari volume susu sapi). Selanjutnya dilakukan homogenisasi dengan cara pengadukan dan di inkubasi dengan starter L. casei sesuai perlakuan (1,5%, 2,5%, 3,5% dari volume susu sapi). Susu sapi fermentasi diperam 2 hari dan siap untuk dianalisis. Parameter yang diukur. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah jumlah bakteri asam laktat (BAL) dengan metode total plate count melalui pour method, uji kadar protein secara Spektofotometer dan uji kadar air dengan metode oven.

746

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah bakteri asam laktat susu fermentasi Pemakaian berbagai level prebiotik dan probiotik berinteraksi mampengaruhi jumlah BAL yang dihasilkan (P < 0,01). Ditinjau dari pemakaian ekstrak ubi jalar kuning pada berbagai taraf pemakaian starter L. casei ternyata sampai pada pemakaian ekstrak ubi jalar kuning 10% dan pemakaian starter L. casei 3,5% tidak terjadi peningkatan jumlah BAL yang dihasilkan (P > 0,05). Hal ini diduga karena jumlah atau konsentrasi starter 1,5% sampai 3,5% belum jauh berbeda. LAW (1997) menyatakan inokulasi starter yang digunakan pada susu fermentasi berkisar antara 2 5%. Hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh MUHIDIN et al. (2001) bahwa inokulum ragi 1,5 g/kg, 3 g/kg dan 4,5 g/kg menunjukkan fluktuasi jumlah mikroba yang hampir sama pada semua perlakuan fermentasi kulit umbi kayu. Tetapi pada taraf 15% ekstrak ubi jalar kuning ternyata penambahan starter meningkatkan jumlah BAL yang dihasilkan (P < 0,05). Semakin tigginya konsentrasi starter yang digunakan, maka semakin banyak pula glukosa yang diperoleh dari hasil perombakkan laktosa susu. Dimana glukosa merupakan substrat utama dalam pertumbuhan L. casei. 80 Jumlah BAL (107 CFU/ml) 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2

Sama halnya yang dinyatakan dalam SCRIBD (2009) bahwa pada proses fermentasi, glukosa adalah substrat utama untuk pertumbuhan biomassa sel Saccharomycess cereviceae. Ditinjau dari efek L. casei dalam berbagai taraf pemakaian ekstrak ubi jalar kuning, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah BAL (P < 0,05) seiring meningkatnya pemakaian ekstrak ubi jalar kuning. Dalam hal ini terlihat bahwa ketersediaan nutrisi yang cukup sangat mendukung perkembangan BAL pada susu fermentasi. Konsentrasi nutrisi menentukan pertumbuhan mikroorganisme, pada umumya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. Dalam SCRIBD (2009) memaparkan bahwa pada fase pertumbuhan dipercepat dimana mikroba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Menurut FACHRI (2009), komposisi dalam membuat sinbiotik yaitu 1 5 g oligosakarida tiap 108 1 011 sel probiotik seperti Lactobacillus, Bifidobacterium dan Propionibacterium. Sedangkan sinbiotik yang dibuat GUO (2005), untuk menghasilkan 104 CFU dibutuhkan 50 mg 10 g mannanooligosakarida dan 20 25 g fruktooligosakarida. Sedangkan perlakuan 5% ekstrak ubi jalar pada berbagai taraf starter L. casei belum terjadi peningkatan jumlah BAL secara nyata

B1 B2

3 Faktor A (%)

Gambar 1. Rataan jumlah bakteri asam laktat ( 107 CFU/ml)

747

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

(P > 0,05), peningkatan baru terjadi pada taraf 15% ekstrak ubi jalar. Hal ini karena jenis jalar kuning terdiri dari oligosakarida yang tidak dapat langsung digunakan sebagai karbohidrat di dalam ubi jalar kuning berbeda dengan karbohidrat susu sapi. Karbohidrat ubi sumber karbon oleh starter. SARI et al. (2008) menyatakan karbohidrat susu kedelai yang terdiri atas golongan oligosakarida tidak dapat digunakan sebagai sumber energi maupun sumber karbon oleh kultur starter, sehingga jika kedelai langung diinokulasi dengan starter dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 45C tidak menghasilkan perubahan, baik pH maupun kekentalannya. Korelasi yang terjadi antara prebiotik ubi jalar dan probiotik L.casei ini adalah meningkatkan ketahanan bakteri atau stationary phase dari L. casei dalam susu fermentasi. Menurut MICHWAN (2007) bahwa oligosakarida yang tidak dicerna seperti rafinosa, fruktooligosakarida, galaktosillaktosa, iso maltooligosakarida atau transgalaktosiloligosakarida (TOS) telah diketahui dapat meningkatkan jumlah Bifidobacterium dan BAL lainnya. Selanjutnya LUTHANA (2008) menyatakan penggunaan prebiotik dapat melindungi probiotik selama pengolahan dan penyimpanan. Penambahan prebiotik pada sari wortel meningkatkan jumlah sel bakteri Bifidobacterium bifidum DSM 20215 hingga 106 CFU/ml selama penyimpanan.

Penambahan 3% prebiotik oligosakarida pada yoghurt yang mengandung bakteri Lactobacillus rhamnosus dan Lactobacillus casei sebagai probiotik, menyebabkan viabilitas bakteri probiotik tidak barubah pada umur simpan sepuluh minggu, dan setelah pengujian daya cerna secara in vitro, jumlah bakteri probiotik pada yoghurt yang ditambahkan prebiotik memiliki perbedaan yang signifikan terhadap jumlah bakteri probiotik yoghurt kontrol. Jumlah bakteri probiotik tidak berubah dari saat penyimpanan hingga setelah pencernaan secara in vitro untuk yoghurt yang ditambahkan prebiotik, sementara jumlah bakteri probiotik yoghurt yang digunakan sebagai kontrol ditemukan menurun hingga 26%. Ditegaskan COLLIN (1999) dalam SUDARMO et al. (2009) bahwa keuntungan dari kombinasi prebiotik dan probiotik dalam bahan pangan adalah meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini. Kadar protein susu fermentasi Kadar protein susu fermentasi nyata dipengaruhi oleh interaksi antara pemakaian prebiotik ubi jalar kuning dengan pemakaian

8 7 Jumlah BAL (107 CFU/ml) 6 5 4 3 2 1 B1 B2 B3

3 Faktor A (%)

Gambar 2. Rataan kadar protein (%)

748

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

probiotik L. casei (P < 0,05). Ditinjau dari pemakaian prebiotik ubi jalar kuning pada berbagai taraf pemakaian probiotik L. casei bahwa tanpa pemakaian prebiotik ubi jalar 0,05). Sedangkan pada pemakaian 10 15% prebiotik ubi jalar terjadi penurunan kadar protein seiring meningkatnya pemakaian probiotik L. casei. Hal ini karena dengan peningkatan probiotik L. casei maka semakin tinggi pula kemampuan bakteri dalam menghidrolisis protein. Dalam HARLEY dan PRESCOTT (1993) bahwa casein dalam susu dan protein dari ubi jalar akan didegradasi menjadi asam amino oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri. Menurut SURONO (2004) bahwa BAL akan menghidrolisis protein secara bertahap, yaitu tahap pertama melibatkan enzim proteinase menghasilkan peptidase dan tahap kedua dilanjutkan oleh aktivitas peptidase menghasilkan asam amino. Ditinjau dari taraf pemakaian probiotik L. casei dalam berbagai taraf prebiotik ubi jalar kuning ternyata pemakaian prebiotik ubi jalar kuning meningkatkan kadar protein susu fermentasi (P < 0,05), dimana kadar protein tertinggi dihasilkan pada pemberian 5% prebiotik ubi jalar kuning. Susu fermentasi yang mengalami penambahan prebiotik ubi jalar akan mendapat tambahan asam amino esensial. Sehingga dengan kombinasi protein asal susu dengan protein nabati ubi jalar akan meningkatkkan protein susu fermentasi ini. Menurut WINARNO (1991) bahwa mengkombinasikan dua buah protein yaitu protein bermutu rendah seperti protein nabati dengan protein bermutu tinggi seperti pada protein hewani, akan menghasilkan mutu protein lebih tinggi dari pada salah satu protein tersebut. WIDIASTOETY dan PURBADI (2003) menyatakan bahwa kandungan asam amino esensial ubi jalar relatif tinggi yaitu asam amino valin. Dimana asam amino esensial perlu dihadirkan melalui bahan makanan karena protein esensial tidak dapat dihidrolisis oleh tubuh. Sama halnya dengan substrat prebiotik lainnya, seperti kedelai. Berdasarkan RATNAWATI et al. (1999) bahwa di dalam susu kedelai sudah terdapat peptida yang dapat dipecah oleh peptidase Streptococcus thermophilus menjadi peptida rantai pendek. Sehubungan dengan peningkatan penambahan prebiotik ubi jalar kuning yang digunakan, maka terjadi penurunan kembali

kuning, peningkatan probiotik L. casei tidak terjadi perbedaan kadar protein yang dihasilkan (P > 0,05). Peningkatan kadar protein baru terjadi pada perlakuan 5% ubi jalar kuning (P < kadar protein (dari kombinasi 5% ubi jalar dan 1,5% L. casei hingga 15% ubi jalar dan 3,5% L. casei). Hal ini karena dalam pembuatan susu fermentasi yang berkadar protein terbaik diperlukan kombinasi ekstrak ubi jalar kuning dan starter L. casei yang tepat. Didalam ubi jalar kuning terkandung nilai gizi karbohidrat lebih tinggi dari pada protein, sehingga penggunaan 10% dan 15% prebiotik tidak begitu memperlihatkan pengaruh yang nyata dari pada pemakaian 5% prebiotik. WINARNO (1991) menyatakan, nilai biologik dari bahan makanan dapat meningkat bila dibuat campuran yang tepat. Kadar air susu fermentasi Kadar air susu fermentasi menunjukkan bahwa interaksi pemakaian prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik L. casei berpengaruh tidak nyata (P > 0,05). Efek mandiri pemakaian prebiotik ubi jalar kuning menunjukkan bahwa pemakaian berbagai level prebiotik ubi jalar memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P > 0,05) terhadap kadar air susu fermentasi. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa prebiotik ubi jalar kuning yaitu 77,46%. Penurunan kadar air sejalan dengan semakin bertambahnya konsentrasi prebiotik ubi jalar kuning, diduga karena dengan penambahan prebiotik ubi jalar kuning berarti peningkatan sumber karbon (C) dalam substrat susu fermentasi yang mempengaruhi ketersediaan oksigen. Menurut SOEKARTO (1996) dalam SUMANTI et al. (2003), konsentrasi karbon yang terlampau tinggi pada medium dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena adanya tekanan osmotik yang dapat mengakibatkan plasmolisis dan penghambatan sintesis enzim-enzim pada rantai respirasi. Dengan demikian kemampuan probiotik L. casei untuk melakukan metabolisme yang menghasilkan uap air menjadi berkurang. Dilihat pada efek mandiri probiotik L. casei bahwa peningkatan kadar air sehubungan dengan peningkatan pemakaian konsentrasi probiotik L. casei. Meningkatnya kadar air selama fermentasi disebabkan karena probiotik

749

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

L. casei yang diinokulasikan pada susu fermentasi melakukan metabolisme yang mengeluarkan uap air. Hal ini sesuai dengan pendapat BUCKLE et al. (1987) bahwa metabolisme mikroorganisme umumnya diikuti dengan pelepasan air. Sama halnya dengan RAHMAN (1989) dalam SUMANTI et al. (2003) bahwa proses metabolisme secara aerobic ini, oksidasi terhadap substrat berlangsung sempurna sampai terbentuk CO2 dan H2O. Ditinjau dari pemakaian prebiotik ubi jalar kuning terhadap pemakaian probiotik L.casei bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemakaian prebiotik ubi jalar kuning yaitu 88,45%. Semakin meningkatnya konsentrasi probiotik L. casei yang digunakan maka akan terjadi penurunan kadar air. Demikian juga ditinjau pada pemakaian probiotik L. casei terhadap prebiotik ubi jalar kuning, dimana semakin bertambahnya konsentrasi prebiotik ubi jalar kuning digunakan maka semakin rendah kadar air yang diperoleh pada susu fermentasi. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya konsentrasi prebiotik dan probiotik berarti total padatan akan bertambah. Pertambahan total padatan substrat akan menurunkan kadar air produk. Selain dari pada itu, kondisi asam yang terbentuk akibat fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam laktat, sehingga ada protein yang dirombak dan terbentuk koagulan atau denaturasi protein. Koagulan yang terjadi akan mengakibatkan air dalam jaringan substrat keluar dari sel. Efek lainnya dapat di perhatikan dari tekstur yang di peroleh, dimana tekstur menjadi lebih kental. Menurut ILMININGTYAS et al. (2000), denaturasi koloidal protein mengakibatkan koagulasi sehingga air keluar dari tubuh ikan dan mengerut. KESIMPULAN Pemakaian prebiotik ubi jalar kuning dan probiotik L. casei dapat meningkatkan kualitas dari susu fermentasi sebagai makanan fungsional terhadap keseimbangan mikroflora di usus manusia. Kehadiran prebiotik dapat mempertahankan daya simpan susu fermentasi sebagai pangan probiotik, yang terlihat dari meningkatkan jumlah BAL susu fermentasi ini.

Kadar protein tertinggi susu fermentasi maka diperoleh dari kombinasi 5% prebiotik ubi jalar kuning dan 2,5% probiotik L. casei, dimana kombinasi ini menghasilkan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari pada susu sapi segar.
DAFTAR PUSTAKA BUCKLE, K.A., R.A. EDWARDS, G.H. FLEET dan M. WOTTON. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta. FACHRI, B.A. 2009. Prebiotik dan probiotik. Artikel Pascasarjana Jurusan Teknik Kimia. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. GUO, P. 2005. Composition containing probiotics and polysaccharides and methods of use. Jurnal Patent Application Publication. United States. Pub. No. US 2005/0186188 A1. Appl. No. 10/782,482. HARLEY, J.P. dan L.M. PRESCOTT. 1993. Laboratory Exercises In Microbiology. Second Edition. Wm. C. Brown Publishers, United States. ILMININGTYAS, D., S. HADIWIYOTO, D. WISESA dan S. NARUKI. 2000. Pembentukan fraksi-fraksi protein selama fermentasi peda. J. Agrosains 13(1): 1 17. LAW, B.A. 1997. Microbiology and Biochemistry of Cheese and Fermented Milk. Second Edition. Blackie Academic & Professional, an imprint of Chapman & Hall, London. LUTHANA, Y.K. 2008. Prebiotik. http://yongkikastan yaluthana.wordpress.com/2008/12/18/prebio tik/. (14 April 2009). MICHWAN, A. 2007. Prebiotik dan probiotik. http://ardiansyah.multiply.com/journal/item/ 22. (24 September 2008). MUHIDDIN, N.H., N. JULI dan I.N.P. ARYANTHA. 2001. Peningkatan kandungan protein kulit umbi kayu melalui proses fermentasi. JMS 6(1): 1 12. RATNAWATI, L.S., M. ADNAN dan R. INDRATI. 1999. Fraksinasi protein susu kedelai selama fermentasi yoghurt. J. Agrosains. 12(1): 25 34. SARI, A.P., P.A. PRIANA, K. WIDIYANA, A. SANJAYA dan H. ANDREAS. 2008. Yoghurt kedelai (soy max) produk inovatif sebagai minuman antikanker bagi masyarakat. Karya Ilmiah. Universitas Negeri Semarang, Semarang. SCRIBD. 2009. Fermentasi. http://www.scribd.com/ doc/9739014/FERMENTASI. (9 Juni 2009).

750

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

SUDARMO, S.M., R.G. RANUH, P. SOEPARTO dan L.S. DJUPRI. 2009. Kontribusi prebiotik pada formula untuk pemeliharaan ekosistem mikrobiota normal pada susu. Artikel. Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. Soetomo/Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. SUMANTI, D.M., C. TJAHJADI, M. HERUDIYANTO dan T. SUKARTI. 2003. Mempelajari Mekanisme Produksi Minyak Sel Tunggal dengan System Fermentasi Padat Pada Media Onggok-Ampas Tahu dengan Menggunakan Kapang Aspergillus terreus. Laporan Penelitian Dasar. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung.

SURONO, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya, Jakarta. WIDIASTOETY, D. dan PURBADI. 2003. Pengaruh bubur ubi kayu dan ubi jalar terhadap pertumbuhan plantlet anggrek dendrobium. J. Hortikultura. 13(1): 1 6. WINARNO, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

751

Das könnte Ihnen auch gefallen