Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Salah satu contoh injeksi suspensi adalah Injeksi Suspensi Estradiol. Formula standar Injeksi Suspensi Estradiol menurut Handbook of Pharmaceutical Manufacturing dalam 1 mL mengandung Estradiol 0.5 mg, Na CMC 1 mg, Natrium Fosfat 1 mg, NaCl 9 mg, Benzalkonium Klorida 50% 1:10, Api qs dan Buffer qs. Data Preformulasi 1. Estradiol Benzoat
a. b. c. d.
Bentuk: Bubuk kristal Rasa: tidak berasa Bau: Tidak berbau Warna: Putih Kelarutan: larut air, Praktis 1:28 tidak dalam
alkohol, larut dalam aseton, sedikit larut dalam minyak sayur Titik Lebur: 173oC dan 179oC Kestabilan: tempat Simpan di
tertutup
bersuhu
osteoporosis. Pada pria bisa digunakan dalam pengobatan Nama Lain: -oestradiol Sifat Kimia: Rumus Molekul : C18H24O2 Berat Molekul : 272.4 Sifat Fisika: Organoleptis: kanker prostat Kontra Indikasi: ibu Penderita hamil,
hipersensitivitas, Interaksi
phenobarbital,
carbamazepine
dan
dapat efek
yang
menyatakan
pengaruh
meyebabkan estradiol
estradiol pada sel target. Dosis: 0.5-2 gr sekali pakai Sterilisasi Estradiol: Tidak tahan pemanasan, dengan Sterilisasi Filtrasi 2. Carboxymethylcellulose (Na CMC) Sodium
eritromisin, ketoconazole,
claritromisin,
Dismenore, ovarium, kanker Sifat Kimia: Rumus C14H10Cl2NNaO2 Berat Molekul: 318.1 Sifat Fisika: Organoleptis: a. Bentuk: Serbuk granul b. Rasa: Tidak berasa c. Bau: Tidak berbau d. Warna: Putih Kelarutan: Praktis tidak larut aseton, etOH, eter dan Molekul:
vaginitis, kanker
payudara, nyeri dada, infark miokard, stroke. Penggunaan: Intra muskular Farmakokinetik: Bioavaibility: 97-99% Metabolisme: Hati Half-life: 13-17 jam Ekskresi: Urin dan keringat Farmakodinamik: masuk ke sel Estradiol bebas dan target
berinteraksi
dengan
reseptor sel sitoplasma. Setelah reseptor estrogen telah terikat ligan, estradiol dapat masuk ke inti sel target, dan mengatur transkripsi menyebabkan RNA. dengan mRNA gen, yang
temperatur Fungsi: Suspending Agent Konsentrasi: 0.25-1% Sterilisasi: Autoklaf 3. Sodium Chloride (Na+ Cl-) Sifat Kimia: Rumus Molekul: NaCl
ribosom
Berat Molekul: 58.44 Sifat Fisika: Organoleptis: a. Bentuk: Serbuk kristal b. Rasa: Asin (rasa garam) c. Bau: Tidak berbau d. Warna: Tidak berwarna Kelarutan: 1:28 dalam air,1:2.8 dalam air (100oC) agak sukar larut dalam etOH, 1:10 dalam gliserin Fungsi: Controlled flocculation of suspensions Konsentrasi: < 1% Sterilisasi: A atau D 4. Benzalkonium Klorida
Kelarutan:
Sangat
mudah
larut dalam air dan etOH 95%, bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter Fungsi: Pengawet, anti mikroba Konsentrasi: 0.01% Sterilisasi: Autoklaf TINJAUAN FORMULASI Formulasi awal suspensi estradiol : Estradiol 125 mg Na CMC 25 mg Benzalkonium klorida 0.05% NaCl 45mg Aqua Pro Injection ditambahkan hingga 100%. Formulasi tersebut dibuat untuk 5 ml sediaan suspensi injeksi estradiol. Injeksi ini digunakan secara intra muscular,
Sifat Kimia: Rumus Molekul: CGH5ClI2N(CH3)2RCI Berat Molekul: 372.028 Sifat Fisika: Organoleptis: a. Bentuk: Serbuk amorf b. Rasa: Sangat pahit c. Bau: Aromatis d. Warna: kekuningan Putih, putih
biasanya memberi efek depo sebagai obat kontrasepsi. Estradiol memiliki kelarutan yang sangat buruk dalam air, yaitu praktis tidak larut dengan air, terdapat dua pilihan bentuk sediaan yang cocok adalah bentuk suspensi dan bentuk emulsi (dengan pembawa minyak) yang bertujuan untuk
bentuk suspensi untuk injeksi estradiol yang diharapkan estradiol akan terdispersi
sempurna dalam sediaan suspensi sehingga dosis yang diberikan pada saat penggunaan akan tepat. Dosis estradiol dalam sekali pakai berkisar antara 0.5-2 mg, dan dalam buku Handbook of Pharmaceutical konsentrasi
merupakan sediaan multi doses (digunakan berulang) maka sangat dibutuhkan adanya antimikroba untuk menjaga agar sediaan tidak ditumbuhi mikroba dan tetap stabil selama penyimpanan. volume Untuk kecil sediaan (SPVK),
Manufacturing Formulation
parenteral
estradiol dalam sediaan adalah 1 mg per ml. Sehingga dalam itu dosis 125 mg dalam 5ml diubah menjadi 5 mg dalam 5 ml. Na CMC pada formulasi ini berfungsi sebagai suspending agent. Suspending agent diperlukan untuk membentuk suatu basis suspensi yang diharapakan mampu mendispersikan zat khasiat (estradiol) dengan sempurna sehingga diperoleh dosis yang tepat. Konsentrasi Na CMC yang
konsentrasi benzalkonium
klorida yang
dianjurkan adalah 0.01% , namun karena pemikiran penggunaan berulang, maka konsentrasi benzalkonium yang digunakan pada formulasi ini tetap 0.05%. selain itu, karena Estradiol benzoat memiliki efek depo, maka jarak pemakaian antara yang satu dengan yang berikutnya cukup lama, sehingga penyimpanan sisa yang belum digunakan harus tetap terlindung dari cemaran mikroba. Pada umunya NaCl dalam formulasi injeksi berfungsi sebagai agen pengatur tonisitas agar memiliki tonisitas yang sama atau hampir sama dengan tonisitas tubuh. Namun, karena formulasi ini merupakan SPVK tidak dibutuhkan adanya pengatur tonisitas, pengatur tonisitas dibutuhkan untuk SPVB. Sediaan yang akan dibuat dalam formulasi ini merupakan bentuk suspensi, maka NaCl pada formulasi ini berfungsi sebagai Controlled flocculation of suspensions (pengendali flokulasi pada suspensi) yang mampu mengendalikan flokul-flokul pembentuk suspensi tetap stabil sehingga sediaan yang ada juga akan tetap stabil. Konsentrasi yang dianjurkan
diperbolehkan untuk sediaan injeksi adalah 0.05-0.75%, jika dilihat pada formulasi diatas menunjukkan Na CMC yang
dianjurkan, sehingga tidak perlu adanya perubahan konsentrasi Na CMC yang digunakan dalam formulasi ini. Benzalkonium klorida berfungsi sebagai antimikroba. Anti mikroba sangat
sediaan yang berbasis air merupakan tempat yang sangat cocok untuk
pertumbuhan mikroba, selain itu sediaan suspense estradiol yang akan dibuat ini
untuk
NaCl
sebagai
Controlled
Proses
pembuatan
injeksi
suspensi
flocculation of suspensions adalah 1%, pada formulasi ini NaCl yang digunakan adalah 0.9% yang berarti masih masuk dalam rentang konsentrasi NaCl sebagai Controlled flocculation of suspensions berarti tidak perlu adanya perubahan kosentrasi NaCl yang digunakan pada formulasi ini. Berdasarkan tinjauan formulasi di atas, maka dapat disimpulkan formulasi yang tepat untuk suspensi injeksi estradiol adalah sebagai berikut : R/ Estradiol Na CMC Benzalkonium klorida NaCl API ad Benzoat 5 mg 25 mg 0.05% 45mg 100%.
Estradiol benzoat ini dibuat dengan cara kerja yang aseptis, dimana semua alat dan bahan yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu, dan sediaan jadi tidak perlu disterilkan lagi. 1. Penyiapan Alat Dan Bahan Seluruh dibungkus alat yang digunakan kertas roti
dengan
kemudian alat-alat presisi disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit sedangkan untuk alat-alat non presisi disterilisasi di oven pada suhu 1700C selama 30 menit, dan semua bahan yang perlu disterilkan, disterilkan terlebih dahulu menggunakan metode yang sesuai dengan masing-masing sifat bahan tersebut. 2. Formulasi
METODE PENELITIAN Sediaan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah laminar air flow, gelas beker, gelas ukur, pipet, erlenmeyer, lumpang timbangan dan alu, cawan spatula, penguap, batang yang akan dibuat pada praktikum kali ini adalah injeksi Estradiol benzoat yang dimasukkan kedalam vial 5 ml dengan kekuatan sediaan 1 mg per ml. Pembuatan injeksi Estradiol benzoat dilakukan secara aseptis di dalam laminar air yaitu CMC, flow. 3. Pembuatan Injeksi Estradiol Injeksi Estradiol Benzoat yang di buat sebanyak 2 vial dengan volume 1 vial
analitik,
pengaduk, kaca arloji, dan pinset. Bahan-bahan Estradiol yang benzoat, digunakan Na
5 ml yang mengandung 5 mg estradiol benzoat. Pembuatan injeksi Estradiol benzoat antara lain : Pertama siapkan aqua pro injeksi dengan cara mendidihkan aquabidest selama 30 menit dalam wadah tertutup kaca arloji. yang Kemudian masih bebaskan di
Masukan kedalam gelas ukur, tambahkan aqua pro injeksi hingga volume 35 ml lalu di aduk hingga homogen. Isikan kedalam vial steril yang telah dikalibrasi dengan menggunakan spuit. Pasang tutup karet dan aluminium, ketatkan dengan penekuk bibir alumunium.
oksigen
terdapat
dalamnya dengan mendidihkan lagi selama 10 menit dan mengganti tutup kaca arloji dengan sumbat kapas. Sterilkan terlebih dahulu semua alat-alat yang akan digunakan, dan timbang bahanbahan yang akan digunakan (Estradiol benzoat, Na CMC , Benzalkonium klorida, NaCl ) Selanjutnya poses pembuatan suspensi Estrasiol dimulai dengan memasukan Na CMC kedalam lumpang lalu kembangkan Na CMC dengan cara mendispersikannya dahulu dengan air dingin lalu dilarutkan dan dikembangkan dengan air hangat hingga berwarna bening, dan terbentuk pasta. (M1) Dalam wadah yang berbeda larutkan Benzalkonium klorida dan NaCl dengan aqua pro injeksi, lalu masukan kedalam pasta Na CMC, gerus hingga homogen. Masukkan estradiol benzoat yang telah digerus dalam mortir sebelumnya dan masukan kedalam pasta Na CMC, gerus hingga terbentuk suspensi yang homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dibuat sediaan injeksi suspensi Estradiol benzoat
sebanyak 2 vial dengan volume setiap vialnya 5 ml dengan kekuatan sediaan injeksi suspensi Estradiol benzoat 1 mg per ml. sediaan injeksi Estradiol benzoat dibuat dalam bentuk suspensi karena kelarutan yang sangat buruk dalam air, dengan dibuat dalam bentuk suspensi ini diharapkan terdispersi estradiol sempurna benzoat dalam akan sediaan
suspensi sehingga dosis yang diberikan pada saat penggunaan akan tepat.
Dalam proses pembuatan injeksi suspensi Estradiol Benzoat dibuat dengan cara kerja yang aseptis yang bertujuan untuk menjaga stabilitas Estradiol benzoat yang
merupakan hormon yang tidak tahan panas, dan untuk menjaga kestabilan sediaan suspensi yang terbentuk karena apabila dipanaskan dikhawatirkan suspensi
yang terbentu akan rusak dan kestabilan bahan akan terganggu. Sediaan ini termasuk bentuk sediaan kental. Untuk memenuhi vial dengan volume 5 ml diperlukan volume pengganti sebanyak 0,5 ml sebagai pengganti volume yang hilang selama pemindahan , yang didasarkan pada persyaratan dalam
dan
mengandung
Estradiol
Benzoat 5 mg. 2. Sediaan injeksi suspensi Estradiol dibuat dengan cara kerja aseptis. 3. pH sediaan Injeksi Estradio
benzoat 6. 4. Sediaan Injeksi Estradiol Benzoat terdispersi sempurna dan tidak ada partikel yang melayang. SARAN Disarankan pada setiap praktikan yang akan melakukan praktikum ini untuk melakukan pengkajian praformulasi yang lengkap sebelum melakukan responsi dan praktikum.
Farmakope Indonesia jilid III untuk cairan kental 5 ml. Sehinga volume sediaan yang dimasukan kedalam vial adalah 5,5 ml. Sediaan dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan spuit, dimasukkan ke dalam vial tanpa menyentuh mulut dan dinding vial. Penampilan injeksi suspensi Estradiol Benzoat terdispersi homogen, serta tidak ada partikel yang melayang. pH sediaan 6, pengukuran pH dapat menggunakan pH indikator universal. Injeksi suspensi
DAFTAR PUSTAKA Sulistiawati, Farida dan Suryani Nelly. 2009. Formulasi Sediaan Steril. Jakarta : Lembaga Hidayatullah. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Penelitian UIN Syarif
Estradiol digunakan secara intramuscular karena dharapkan efek yang diberikan berlangsung lama didalam tubuh, karena estradiol merupakan obat kontasepsi yang mampu memberi efek depo.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa : 1. Injeksi Estradiol Benzoat yang dibuat sebanyak 2 vial volume 5 ml
Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi keempat. 1995. Departemen Indonesia. Kesehatan Republik
Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Indonesia. Niazi, Sarfaraz K, 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Kesehatan Repiblik
Formulations, Second Edition, Newyork Rowe, R. C., Sheckey, P. J., Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical