Sie sind auf Seite 1von 10

Modul 4

Modul 4
Rangkaian Penyesuai (1) Rangkaian Penyesuai (1)
Rangkaian Penyesuai atau Matching Network umumnya dilengkapkan pada sisi trans-
miter maupun penerima. Fungsi yang pertama adalah melakukan kondisi resonansi pada
satu frekuensi kerja tertentu. Seperti uraian pada modul-modul sebelumnya, bahwa pada
keadaan resonansi, semua impedansi masukan, keluaran maupun beban, akan bersifat
resistif yang dikenal dengan sebutan dynamic resistance.
Fungsi yang kedua adalah melakukan penyesuaian impedansi antara satu sumber dan
bebannya yang umumnya tidak sama (matched). Sumber dapat merupakan penguat
tahap sebelumnya, dan beban dapat berbentuk penguat tahap berikutnya atau memang
berbentuk beban, yaitu satu sistem antena. Sementara, pada sisi penerima, antena dapat
berlaku sebagai sumber, dan tahap penguat RF sebagai bebannya.
Pada dua kondisi tersebut secara bersama-sama, resonansi dan matching, maka akan
terjadi satu transfer daya yang maksimum pada beban resistif. Kedua kondisi tersebut
dilakukan berurutan, yaitu, yang pertama adalah kondisi resonansi yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai faktor kualitas Q efektif yang cukup, sehingga membatasi sinyal pada
bandwidth yang semestinya. Sementara proses matching dilakukan untuk mendapatkan
transfer daya yang maksimum. Penempatan rangkaian penyesuai pada satu sistem ditun-
jukkan pada Gbr-1.
Gbr-1 Rangkaian matching
(a) Sebelum dipasang, (b) sesudah terpasang.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 1
Z
1
R
S
Z
1
=

R
S
Z
1
R
S
B
e
b
a
n
R
S
B
e
b
a
n
M
a
t
c
h
i
n
g

N
e
t
w
o
r
k
( a ) ( b )
Pada kasus transmiter dan antena misalnya, pengaturan resonansi akan menghasilkan
nilai Q efektif yang cukup, sehingga semua harmonik yang dihasilkan penguat akhir
transmiter dicegah untuk sampai ke antena, disamping menghilangkan semua unsur re-
aktif yang dimiliki impedansi. Sementara pengaturan yang kedua dilakukan untuk men-
dapatkan kesesuaian impedansi antara impedansi output penguat akhir tersebut dengan
impedansi antena beserta feedernya yang umumnya sebesar 50 resistif.
Beberapa rangkaian kombinasi LC dapat menjadi matching network, empat diantaranya
adalah, single-tuned transformer, L-section, dan -section, seperti ditunjukkan pada
Gbr-2.
Gbr-2 Rangkaian matching
(a) transformer match, (b) L-match dgn L seri,
(c) L-match dgn C seri, (d) -match.
Pada Gbr-2(a) sampai (d) nampak adanya R
S
dan R
L
, yang masing-masing adalah impe-
dansi atau resistansi sumber dan resistansi beban, yang tidak sama besarnya. Khusus
untuk bentuk -section, resistansi beban dinyatakan dengan R
L
yang berarti sama.
Di bidang microwave dan pita frekuensi VHF, stub-tuner dan quarterwave transformer
mempunyai fungsi yang sama dengan rangkaian matching tersebut diatas. Stub-tuner
adalah saluran transmisi dengan jenis yang sama dengan saluran utamanya yang ditam-
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 2
R
S
R
L
'
L
C
1
C
2
C
1
L
1
L
2
M
R
S
R
L
R
S R
L
L ( = X
2
)
C ( = X
1
)
R
S R
L
L ( = X
1
)
C ( = X
2
)
( a )
( b ) ( c )
( d )
bahkan secara paralel dengan saluran utama pada titik dengan jarak tertentu dari beban.
Sedang quarterwave transformer adalah saluran sepanjang yang disisipkan diantara
ujung saluran transmisi utama dengan bebannya yang tidak match. Jenis saluran trans-
misinya mempunyai impedansi karakteristik yang berbeda dengan saluran utamanya.
Dinamakan transformer karena transformasi impedansinya mirip dengan transformasi
dari sekunder ke primer sebuah trafo. Kedua cara melakukan matching terakhir ini dilu-
kiskan pada Gbr-3.
Gbr-3 Rangkaian matching
(a) Trafo , (b) Short circuited stub tuner.
4.1. Transformer match
Bentuk rangkaian transformer mirip dengan rangkaian penala double tuned yang telah
dibahas pada modul sebelumnya. Dalam keadaan resonansi, beban yang dirasakan oleh
sumber adalah R
D
, yang besarnya dituliskan kembali pada rumus (4-1).
R
D
=
s p
D
Q Q k
R
2
1+
----------------------------------------- (4-1)
dimana : R
D
= resistansi dinamis rangkaian tuning primer
k = faktor kopling kumparan primer-sekunder
Q
p
= faktor kualitas kumparan primer
Q
s
= faktor kualitas kumparan sekunder
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 3
Z
S
Z
O
1 / 4
Z '
O
Z
S
Z
O Z
L
Z
L
l
1
l
2
Z
O
( a )
( b )
Sementara faktor kualitas rangkaian dilihat dari sisi sumber, Q
p
, adalah,
Q
p
=
s p
Q Q k
2
p
1
Q
+
------------------------------------- (4-2)
Tetapi karena pengaruh kondisi match, maka faktor kualitas total termasuk karena
adanya R
S
, maka faktor kualitas tersebut menjadi,
Q
eff
= Q
p
------------------------------------- (4-3)
4.2. L-Match
Rangkaiannya ditunjukkan pada Gbr-2(b) dan (c) yang berbeda dari posisi komponen L
dan C. Kedua posisi itu kemudian diberi tanda X
1
dan X
2
. Untuk Gbr-2(b), X
1
adalah
komponen C, sementara pada Gbr-2(c), X
1
adalah komponen L. Rangkaian ini sering
digunakan untuk rangkaian matching pada output transmiter ke feeder beserta ante-
nanya.
Cabang input yang dapat berbentuk C atau L, dinamai Z
1
. Sedang cabang seri yang
akhirnya dibebani R
L
yang resistif menjadi satu impedansi pengganti dengan notasi Z
2
,
besarnya sama dengan (R
L
+ jX
2
). Secara keseluruhan bila dilihat dari sisi transmiter,
maka admitansinya adalah,
Y = j
1
1
X
+
2
2
2
X R
R
L
L
+
- j
2
2
2
2
X R
X
L
+
-------------------- (4-4)
Pada keadaan resonansi, bagian imajiner admitansi rumus (4-4) tersebut menjadi nol,
sehingga,
-
1
1
X
=
2
2
2
2
X R
X
L
+

atau, R
L
2
+ X
2
2
= - X
1
X
2
------------------------------------ (4-5)
sehingga pada keadaan resonansi, nilai admitansi kemudian menjadi,
Y
res
=
2
2
2
X R
R
L
L
+
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 4
= -
2 1
X X -
L
R
dan karena itu,
R
D
= -
L
R
X X
2 1
-----------------------------------------
(4-6)
Dengan memasukkan nilai X
1
dan X
2
sebenarnya, maka,
R
D
=
L
R C
L
.
---------------------------------------------- (4-7)
Faktor kualitas efektif rangkaian adalah sama dengan nilai Q dari cabang yang mengan-
dung beban R
L
, yaitu,
Q =
L
R
X
2

Tetapi karena keadaan match, maka nilai tersebut menjadi setengahnya, yaitu,
Q
eff
= Q -------------------------------------------------(4-8)
Bila kita tulis kembali rumus (4-5), yaitu dalam keadaan resonansi untuk menentukan
nilai frekuensi resonansinya, sebagai berikut,
R
L
2
+ X
2
2
=
C
L
atau, X
2
2
=
C
L
- R
L
2
Untuk X
2
= L, frekuensi resonansi tertentu dari hubungan,

O
2
=
LC
1

,
_

L
CR
L
2
1
=
LC
1

1
1
]
1

,
_

2
1
D
L
R
R
------------------------------- (4-9)
Bila dalam keadaan resonansi, maka R
S
dapat disubstitusikan ke R
D
, sehingga nilai in-
duktansi komponen L-section tersebut tertentu dari,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 5
L
eff
=
2
1

,
_

S
L
R
R
L
-------------------------------------- (4-10)
Dengan cara yang sama, bila X
2
= -
C
1
, maka,
C
eff
= C
1
1
]
1

,
_

2
1
S
L
R
R
----------------------------------- (4-11)
Dalam prakteknya, kedua nilai X
1
dan X
2
adjustable. X
2
diatur untuk mendapatkan nilai
faktor Q yang diperlukan guna memberikan ratio impedansi yang tepat, dan kemudian
pengaturan X
1
dilakukan untuk mendapatkan keadaan resonansi, yaitu menghilangkan
nilai-nilai reaktansi rangkaian. Pada sebuah pemancar misalnya, yaitu pada penguat
akhir yang kelas-C, pengaturan dilakukan dengan melihat meter arus outputnya (arus
kolektor transistor). X
2
diatur secara kontinyu untuk mencapai nilai arus pada mak-
simumnya. Kemudian diatur X
1
untuk mendapatkan sebaliknya, yaitu nilai minimumnya
yang menunjukkan dalam keadaan resonansi.
4.3. Match
Rangkaiannya ditunjukkan pada Gbr-2(d). Pada sisi output nampak bahwa, kapasitor C
2
terpasang paralel dengan R
L
, sehingga kombinasi itu dapat menjadi satu beban baru, Z
L
,
bagi bentuk L-section seperti Gbr-2(b). Beban baru tersebut adalah,
Z
L
=
' 1
'
L
L
Q
R
+
- j
2
1
'
L
L L
Q
Q R
+
= R
L
- j R
L
Q
L
dimana, Q
L
=

C
2
R
L
------------------------------------------ (4-12a)
= faktor kualitas di cabang beban R
L
.
R
L
=
' 1
'
L
L
Q
R
+
------------------------------------------ (4-
12b)
X
2
= L - jR
L
Q
L
------------------------------------------ (4-12c)
Rangkaian ekivalen baru tersebut ditunjukkan pada Gbr-4, dimana X
2
terdiri dari dua
komponen seperti dinyatakan pada rumus (4-12c).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 6

Gbr-4 Rangkaian ekivalen L-section utk. -section
dengan beban baru Z
L
.
Selanjutnya didefinisikan Q
1
, yaitu faktor kualitas di sisi sumber, yang merupakan
faktor kualitas rangkaian dilihat dari sisi sumber. Nilai Q
1
didefinisikan seperti rumus
(4-13) sebagai berikut,
Q
1
=
1
X
R
S
---------------------------------------------- (4-13)
Karena keadaan matched, maka R
S
= R
D
, dan dari rumus (4-6) dapat diturunkan
menjadi,
X
2
= - Q
1
R
L
---------------------------------------------- (4-14)
Substitusi rumus (4-13) dan (4-14) pada rumus (4-5) diperoleh,
S
L
R
R '
=
2
1
2
1
1
Q
Q
L
+
+
---------------------------------------------
(4-15)
Karena keadaan matched tersebut, maka resistansi dinamik efektif rangkaian menjadi
setengah dari R
D
atau setengah dari R
S
. Oleh karena itu faktor kualitas efektif rangkaian
juga menjadi Q
1
, yaitu,
Q
eff
=
2
1
C R
O S

---------------------------------------------
(4-16)
Untuk menentukan frekuensi resonansi dapat dilakukan dengan pendekatan yang baik
dengan merangkaikan komponen, L, C
1
, dan C
2
secara seri, dimana,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 7
R
S
R
L
L
C 1 ( = X
1
)
R
L
Q
L
X
2
C
2
=
) 1 (
2
2
L
L
Q
Q
+
---------------------------------------------- (4-17)
Pengaturan kondisi rangkaian dilakukan dengan mengatur nilai C
2
sedemikian sehingga
diperoleh impedansi yang sesuai (matched), dan diikuti dengan pengaturan C
1
sedemi-
kian sehingga diperoleh keadaan resonansi, yang pada dasarnya sama dengan seperti
diuraikan diatas.
___________________________
Contoh Soal
4-1. Satu -section match digunakan untuk melakukan matching satu transmiter de-
ngan impedansi output sebesar 4 k, ke saluran kabel koaksial yang dibebani an-
tena dengan frekuensi kerja 12 MHz. Dengan penambahan -section tersebut, di-
harapkan nilai Q efektif sebesar 20. Hitung nilai C
1
, C
2
, dan L yang diperlukan ?
Solusi
a). Menghitung C
1

Dari rumus (4-16), maka nilai C
1
=
O S
eff
x R
Q

2
=
6
10 12 2 4000
20 2
x x x x
x

= 133
pF
b). Menghitung C
2
Q
1
= 2Q
eff
= 40
Dari rumus (4-15),
Q
2
L
=
1
]
1

+ ) 1 (
2
1
'
Q
R
R
S
L
- 1 =
1
]
1

+ ) 40 1 (
4000
75
2
- 1 = (5,39)
2
Q
L
= 5,39
Dari rumus (4-12a),
C
2
=
L O
L
R
Q

=
75 10 12 2
39 , 5
6
x x x
= 953 pF
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 8
c). Menghitung L
Komponen C
1
, C
2
, dan L, dalam keadaan seri.
C
1
= 133 pF
C
2


= C
2

2
2
1
L
L
Q
Q
+
= 953 x
2
2
39 , 5 1
39 , 5
+
= 921 pF
C
eff
= C
1
seri C
2
=
921 133
921 133
+
x
= 116 pF
L =
eff
C
2
1

=
12 2 6
10 116 ) 10 4 , 75 (
1

x x x
= 1,52 H
4-2. Rangkaian penguat Gbr-5 di-
samping, menggunakan transfor-
mer dengan L
S
= 500 H dan
faktor kopling 0,01. Resistansi
koil diabaikan. Bila resistansi
output penguat 500 dan mem-
punyai bandwidth 10 kHz pada
frekuensi kerja 250 kHz, ten-
tukan : (a) induktansi primer yang diperlukan untuk membuat match penguat ter-
sebut; (b) kapasitansi C
S
; (c) nilai resistansi beban bila faktor kopling dari primer
diabaikan ?
4-3. Satu transmiter 10 MHz dengan resistansi output sebesar 5 , akan dibuat match
dengan saluran transmisi (feeder) 50 dengan menggunakan rangkaian L-section
match. (a) Yang manakah rangkaian yang cocok untuk itu dari keduanya ?
Mengapa ?; (b) Tentukan nilai L dan C yang diperlukan; (c) Berapakah nilai fak-
tor Q efektif rangkaian ?
4-4. ransmiter pada soal 4-2 dimatch dengan -section match dengan faktor Q efektif
25. Tentukan nilai L, C
1
, dan C
2
yang diperlukan ?
____________________________________
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 9
V
i n
L
p
R
L
L
s
C
s
G b r - 5 P e n g u a t t r a n s f o r m e r
Daftar Kepustakaan
1. Johnson, Walter C.; Transmission Lines and Networks, McGraw-Hill Co.,
Singapore, 1986.
2. Kennedy, George; Electronic Communication Systems, McGraw-Hill Co.,
Singapore, 1988.

3. Roddy, Dennis & Coolen,John; Electronic Communications, Prentice-Hall of
India Ltd, New Delhi, 1981.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB HIDAYANTO DJAMAL
ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI 10

Das könnte Ihnen auch gefallen