Sie sind auf Seite 1von 33

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I Diajukan Sebagai Remedial Ujian Tengah Semester 3 Tahun Akademik 2011 / 2012

Oleh
Iqbal Radetyo Pranisa Syifadelima Abiyyu S W Muhammad Irfan Jundullah Handoyo Isti Wibowo 1110096000001 1110096000010 1110096000014 1110096000029 1110096000023

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/2012 1433 H

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Praktikum Kimia Anorganik I. Diharapkan Modul Praktikum ini dapat membantu para praktikan yang ingin mempraktikan ilmu Kimia Anorganik I. Penulis menyadari bahwa Modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Modul Praktikum ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Modul Praktikum ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Ciputat, 06 Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Percobaan I .. Percobaan II ..

1 2 3 4 8

Percobaan III .. 14 Percobaan IV . 19 Percobaan V .. Percobaan VI .. 25 28

Percobaan I Korosi Besi


I.

Tujuan
Mengamati perubahan/perkaratan besi Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi

II.

Dasar Teori
Korosi merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang

disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya pengrusakan logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada percobaan ini akan diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimianya.

Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan diudara terbuka untuk beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melihat oksigen :

Fe(s) + O2

Fe2O3

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gasgas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.

Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.

III. IV.

Alat dan Bahan Alat Gelas piala 250 ml Cawan Petri Batang pengaduk Penanggas air Paku
Bahan

Larutan NaCl Agar-agar K3(Fe(CN)6) Fenolftalin Larutan HCl Cara Kerja


Disediakan 6 paku beton berukuran sama besar, dibersihkan Dimasukkan paku beton kedalam masing-masing cawan petri

Dituangkan hasil adonan agar-agar panas sebanyak 35 mL kedalam masing masing cawan Petri hingga menutupi seluruh paku

Dimasukkan satu bungkus agar-agar + aquadest 210 mL kedalam gelas piala 250 mL dipanaskan diatas penangas air

Ditambahkan 3,6 mL K3(Fe(CN)6), HCl, NaCl, NaOH,PP di masing-masing cawan petri

Diamati dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1jam, 2jam, dan 24 jam

V.
Waktu

Hasil Pengamatan
Agar-agar (kontrol) Kontrol Fenolftalein (PP) + Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5 M Kontrol+ NaCl 0,5M Kontrol + NaOH 0,5M Kontrol + HCl 0,5 M

Tabel Perlakuan Terhadap Paku Beton Berukuran Sama

30 menit 1 jam 2 jam 24 jam Urutan terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan.

VI.

Pertanyaan

1. Apa tanda-tanda telah terjadi proses redoks pada percobaan ini? 2. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi! 3. Sebutkan reagen-reagen apa saja yang dapat meleburkan logam Fe? 4. Senyawa apa saja yang terdapat pada besi komersial?

Percobaan II Sifat Kimia Senyawa Klor


I. II. Tujuan Mengetahui kelarutan dan stabilitas garam klorida Mempelajari pembentukan kompleks logam transisi dengan ion klorida Dasar Teori Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasimelalui warna dan sifatnya. Misalnya Cl: berupa gas kuning kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non-polar. Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O2 dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen tidak stabil karena cenderung mengalami auto-oksidasi atau auto-reduksi, proses ini disebut dengan disporposionasi: 2Cl2(aq) + 2H2O(l) HClO(aq) + 2HCl(aq) Pada reaksi tersebut Cl2 mengalami reaksi redukasi dan reaksi oksidasi. Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat. Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi. Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.

Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+ dan Hg+ berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan. Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom. Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClOmerupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO -berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO -adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl- mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugat dari HCl kuat. Ion klorida membentuk endapan dengan ionion Ag+, Pb+, dan Hg2+, berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan. III. 1. 2. 3. 4. Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. NaCl 0.1 M AgNO3 0.1 M NH3 6 M CuSO4 0.1 M Lakmus merah dan biru NaOCl 5% NaOH 6 M KI 0.1 M KBr 0.1 M Alat dan Bahan Alat Pipet tetes Rak tabung reaksi Gelas ukur tabung reaksi

10. 11. IV. 1. a.

n-heksana atau petroleum eter HCl pekat Cara Kerja Ion Klorida (Cl-) Kelarutan dan kestabilan garam klorida

Dimasukkan 1 mL NaCl + 1mL AgNO3 kedalam tabung reaksi

Diaduk larutan hingga merata dan ditambahkan sejumlah volume yang sama NH3 6M

Diaduk campuran agar endapan yang terbentuk larut kembali

Ditambahkan HNO3 6M sedikit berlebih dan diaduk

Diamati perubahan yang terjadi

b.

Kompleks logam transisi dengan ion Cl-

2 mL CuSO4 0,1 M + 2 mL HCl pekat dimasukkan kedalam tabung reaksi

Diencerkan campuran dengan 5mL aquadest . Diamati yang terjadi

Ditambahkan 3mL HCl pekat kedalam AgNO3 0,1M

Dimasukkan 1 mL NaCl + 1mL AgNO3 kedalam tabung reaksi Diaduk beberapa menit agar endapan larut kembali Diencerkan campuran dengan 5mL aquadest . Diamati yang terjadi

2. a.

Ion Hipoklorit (ClO-) Reaksi Lakmus

Diteteskan larutan NaOCl 5% pada kertas lakmus merah dan biru

Diamati perubahan warna yang terjadi

b.

Reaksi dengan AgNO3

1mL AgNO3 0,1M + 3mL NaOCl

Diamati endapan yang terbentuk

Ditambahkan HNO3 6M

Dibandingkan dengan campuran NaOH 6M dengan AgNO3

Diamati perubahan yang terjadi

c.

Daya Oksidasi

2 mL KI 0,1 M dan 1 mL n-heksana (dikerjakan di ruang asam)

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan beberapa tetes larutan NaOCl 5% sambil diaduk.

Dicatat perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana

Dihindari kelebihan NaOCl karena dapat menghilangkan warna I2 yang terbentuk dan produk awal akan teroksidasi menjadi ClO- terhadap larutan KI, KBr serta larutan yang telah diasamkan

V. 1. a. (i) (ii) (iii) b. (i) (ii) (iii) (iv)

Hasil Pengamatan Ion Klor (Cl-) Kelarutan dan stabilitas garam klorida NaCl + AgNO3 (i) + NH3 (ii) + HNO3 Kompleks logam transisi dengan ion ClCuSO4 + HCl (i) + H2O AgNO3 + HCl (iii) + H2O

2. a. (i) (ii) b. (i) (ii) (iii) (iv) c. (i) (ii) (iii) (iv) VI. 1) 2) 3)

Ion Hipoklorit (ClO-) Lakmus NaClO + lakmus merah NaClO + lakmus biru Reaksi dengan AgNO3 NaOCl + AgNO3 (i) + HNO3 NaOH + AgNO3 (iii) + HNO3 Daya Oksidasi ion ClOKI + C6H12 + NaClO KBr + C6H12 + NaClO (i) + HCl (ii) + HCl Pertanyaan : Tuliskan contoh-contoh senyawa klor dengan bilangan oksidasi Cl (-1,0,+1,+3,+4,+5,+7) dan sebutkan kegunaannya kalau ada. Bagaimana cara membuat larutan pemutih NaClO secara komersial? Tuliskan reaksinya. Bagaimana caranya zat pemutih dapat membuat pakaian kelihatan lebih putih?

Percobaan III Pembuatan Garam Mohr


I. II. Tujuan Membuat garam mohr atau besi (II) ammonium sulfat (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O Menentukan banyaknya air kristal dalam garam mohr hasil percobaan Dasar Teori Ada dua bijih besi yang terpenting yaitu :hematit (Fe 2O3) dan magnetit (Fe3O4).Dan garam besi (II) yang terpenting adalah garam besi (II) sulfat yang dibuat dari pelarutan besi atau besi (II) sulfida dengan asam sulfat encer,setelah itu larutan disaring, lalu diuapkan dan mengkristal menjadi FeSO4.7H2O yang bewarna hijau.Dalam skala besar garam ini dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara yang mengandung air. Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO dalam larutan. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama. Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat digambarkan sebagai M2Fe(SO4)6H2O, dimana M merupakan simbol dari logam-logam, seperti K, Rb, Cs dan NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.

Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, ang dibuat dengan jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan garam mohr. Garam mohr dibuat dengan mencampurkan kedua garam sulfat dari besi (II) dan ammonium, dimana masingmasing garam dilarutkan samapi jenuh dan pada besi (II) ditambahkan sedikit asam. Pada saat pendinginan hasil campuran pada kedua garam di atas akan diperoleh kristal yang berwarna hijau kebiru-biruan dengan bentuk monoklin. Garam mohr tidak lain adalah garam rangkap besi (II) ammonium sulfat dengan rumus molekul (NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)26H2O . Garam mohr, besi ammonium sulfat, merupakan garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat dengan rumus molekul [NH4]2[Fe][SO4]26H2O. Garam mohr lebih disukai dari pada besi (II) sulfat untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah terpengaruh oleh oksigen bebas di uadara/ tidak mudah teroksidasi oleh udara bebas dibandingkan besi (II). Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. III. Alat dan Bahan Alat Gelas piala Gelas ukur Neraca Bahan Serbuk besi atau paku Asam Sulfat 10 % Ammonia pekat

IV. 1.

Prosedur Kerja Larutan A


Dilarutkan 3,5 gram serbuk besi ke dalam 50ml asam sulfat 10% Dipanaskan sampai hampir semua serbuk besi larut,disaring larutan ketika masih panas

Ditambahkan sedikit asam sulfat pekat pada filtrat kemudian diuapkan larutan hingga membentuk kristal di permukaan larutan Larutan B Dinetralkan 50 mL H2SO4 10% dengan ammonia pekat

Diuapkan larutan (NH4)2SO4 hingga jenuh

2.

Larutan A dan B
Dicampurkan larutan A dan larutan B ,kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal bewarna hijau muda(dalam es batu)

Dilarutkan kembali dengan dalam sedikit air panas untuk mendapatkan garam mohr yang murni.

Dibiarkan menkristal lagi,kemudian ditimbang garam mohr yang didapat .

Ditentukan tingkat kemurniaan kristal dengan meggunakan kadar Fe dalam larutan mohr.

V. 1.

Hasil Pengamatan Larutan A No Perlakuan 1. Dilarutkan 3,5 gr besi dalam 100 ml H2SO4 10%,dipanaskan. 2. 3. Disaring larutan ketika masih panas Ditambahkan asam sulfat pada filtrat Hasil Pengamatan

2.

Larutan B No Perlakuan 1. Dinetralkan 50 ml H2SO4 10% dengan amoniak Diuapkan larutan Hasil pengamatan Larutan bening (sampai pH = 7)

3.

Larutan A dan B
No 1. 2. 3. Langkah Kerja Dicampurkan larutan A dan B ketika masih panas Dipisahkan larutan dengan endapan yang terbentuk dengan kertas saring Ditimbang kristal yang diperoleh Berat garam mohr yang di dapat dari percobaan sebesar : .. gram Hasil Pengamatan

VI.

Perhitungan Massa kertas saring (b) Massa hasil penyaringan (a) Massa garam Mohr Massa besi (Fe) BM besi (Fe) BM garam Mohr = .. gram = .. gram =ab = .. gram = . gram = 55,85 gram/mol = 392 gram/mol

mol Fe = mol garam Mohr = massa Fe / BM Fe = .............mol

Massa garam Mohr (teori)

= mol garam Mohr x BM garam Mohr = .gram

Kemurnian kristal

=
= ..gram

VII. 1. 2. 3.

Pertanyaan Apa tujuan penambahan sulfat pada filtrat? Apa fungsi dari garam mohr? Tulis semua reaksi yang terdapat pada percobaan ini!

Percobaan IV Tembaga (II) Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Berhidrat
I. Tujuan Mempelajari pembuatan tembaga (II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat. II. Dasar Teori Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. C mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana Cu(I) dan Cu(II) terbentuk, yaitu membuat (C dari C ) cukup banyak pada larutan air, C akan berada dijaga sangat sangat kecil dan pada banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua ). Dispropordionasi ini akan menjadi sempurna. Dilain pihak jika C rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). C tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987 : 350). Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga melebur pada 103 Cu/ C C. karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan ), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan

adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229). Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu( O .

Reaksi ion C

dengan

pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya.

Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH (Sugiarto, 2003 : 569). Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulit teroksidasi superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat dan S , di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya = oksigen. Kestabilan realatif kepro dan kopri diartikan dengan potensial Cu*= 0,52Vdan C

0,153V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam Kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau kebiruan yang ditulis [Cu( antara berbagai Kristal hidratnya adalah sulfat biru CuS CuS .5 .5 O . Di O yang paling lazim.

O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat yang berwarna putih. Penambahan ligan

menyebabkan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Syukri, 1999 : 321). III. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. Alat dan Bahan Alat Gelas piala 250 ml Gelas ukur Corong Corong Buncher Batang pengaduk Kaca arloji Bahan CuS N Eter .5 15 N 4. 5. 6. (N Alkohol 95% Aquadest

IV. 1.

Cara Kerja Tembaga (II) Ammonium Sufat Hidrat

Ditimbang masing-masing 5 gram CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4

Dilarutkan dalam 12 ml air panas dalam gelas piala, kemudian ditutup dengan kaca arloji.

Didinginkan, lalu disaring Kristal yang terbentuk dan dikeringkan diudara terbuka diatas kertas saring

Rendemen dihitung

2.

Tembaga (II) tetra amin Sulfat Hidrat

Ditimbang 6,25 gram CuSO4.5H2O, dan dihaluskan

Endapan ditimbang, dihitung rendemen.

Dilarutkan dengan 6 ml H2O dan 10 ml NH4OH pekat.

Kemudian dicuci dengan alkohol.

Ditambahkan 10 ml alkohol 95% sedikit demi sedikit.

Endapan dicuci dengan campuran NH4OH pekat dengan alkohol

Didiamkan sebentar, kemudian didinginkan dalam penanggas es.

Endapan disaring

V. 1. No. 1.

Hasil Pengamatan Pembuatan Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Langkah Percobaan Ditimbang (NH4)2SO4 CuSO4.5H2O Hasil Pengamatan dan massa CuSO4.5H2O = .. gram; kristal berwarna biru muda. massa (NH4)2SO4 = ... gram; kristal berwarna hijau muda.

2. 3.

Dilarutkan dalam 12 ml air panas Kristal disaring, dikeringkan, dan warna Kristal yang terbentuk= ... ditimbang. Massa kristal yang terbentuk = . gram

2. No. 1. 2. 3.

Pembuatan Tembaga (II) tetra amin sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O Langkah Percobaan Ditimbang CuSO4.5H2O Dilarutkan dalam H2O ditambahkan sedikit demi sedikit alkohol Hasil Pengamatan Massa CuSO4.5H2O = gram Warna campuran =

Ditambahkan NH4OH, kemudian Warna larutan dan endapan = .

4.

Endapan disaring; dicuci dengan Warna endapan yang disaring = . campuran larutan NH4OH dan alkohol.

5.

Endapan ditimbang.

yang

telah

kering massa endapan + kertas saring = gram

VI. 1. 2. 3.

Pertanyaan Apa tujuan pencucian dengan menggunakan eter? Apa jenis garam yang dihasilkan dari percobaan ini ? Bedakan antara garam kompleks dengan garam sederhana?

Percobaan V Ekstraksi Dengan Cara Reduksi


I. Tujuan Mengetahui cara ekstraksi unsur logam dari oksida menggunakan karbon atau senyawa karbon sebagai pereduksi. II. Dasar Teori Secara termodinamika reaksi berlangsung spontan bila nilai perubahan energi bebas Gibbs (G) negatif. Nilai G dihitung dengan menggunakan rumus : G = [ G0 (C, oksida C)] - [ G0 (logam, oksida logam)] Harga G0 dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan rumus : G0 = - R T ln K Sehingga agar G negatif maka harga G0 (logam, oksida logam) harus selalu lebih besar dari G0 (C, oksida C). Teori ini sudah disederhanakan dalam bentuk diagram yang disebut diagram Ellingham. Suhu minimal agar reaksi redoks berlangsung spontan adalah dimana terjadi perpotongan grafik antara C, oksida Karbon dengan logam, oksida logam: (C, COx) dengan (M, Moy).
i. ii. iii. iv.

M(s) + O2 (g) C(s) + O2 (g) C(s) + O2(g) CO(g) + O2 (g)

MO(s) CO2(g) CO(g) CO2(g)

Gambar : Diagram Ellingham untuk pembahasan reduksi bijih logam. Perhatikan G0 paling negatif pada bagian atas diagram.

III.

Alat dan Bahan Alat : Magnet Cawan porselin Furnace Neraca Bahan : CuO Karbon (arang)

IV. 1. 2.

Cara Kerja Dicelupkan magnet ke dalam serbuk CuO dan ke dalam serbuk karbon. Perhatikan apakah karbon dan CuO ditarik oleh magnet. Disiapkan campuran 10 gram CuO dengan 5 gram karbon dalam cawan porselin. Dimasukkan campuran tersebut ke dalam furnace dan dipanaskan pada suhu 250 oC Bila suhu 250 oC sudah berlangsung selama 30 menit, dipindahkan cawan dan dimatikan furnace. Didinginkan campuran dan kemudian dicelupkan magnet ke dalam campuran ini. Diamati apakah ada zat yang ditarik pada magnet.

V. VI. 1. 2. 3. 4.

Hasil Pengamatan Serbuk CuO ? Serbuk C (arang aktif) ? Campuran CuO dan C ? Pertanyaan Jelaskan apakah C dan CuO bersifat paramagnetik ? Logam apa yang tertarik pada magnet dalam percobaan kali ini ? Berdasarkan diagram Ellingham, jelaskan mengapa campuran dipanaskan di atas suhu 2500 C? Tuliskan reaksi reduksi CuO dengan C !

Percobaan VI Sintesis NaOH I. II. Tujuan Mempelajari cara sintesis NaOH Menetukan kadar NaOH yang terbentuk Dasar Teori Natrium hidroksida (NaOH), yang juga dikenal sebagai soda kaustik dan termasuk golongan alkali tanah, adalah kaustik logam dasar. NaOH digunakan di banyak industri, terutama sebagai basa kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen juga sebagai pembersih kotoran yang diproduksi di seluruh dunia pada tahun 1998 adalah sekitar 45.000.000 ton. Natrium hidroksida adalah bahan dasar umum di laboratorium kimia. NaOH sangat mudah larut dalam air dengan membebaskan panas, natrium hidroksida Murni adalah padatan putih, dalam bentuk pelet, serpih, butir dan sebagai 50% larutan jenuh Ini adalah higroskopis dan mudah menyerap air dari udara, sehingga harus disimpan dalam kedap udara kontainer. NaOH juga larut dalam etanol dan methanol meskipun kemampuan kelarutan dalam pelarut lebih rendah daripada hidroksida kalium. NaOH tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar lainnya, sodium hidroksida cair juga basa kuat, tetapi terbatas pada suhu tinggi yang diperlukan. Sebuah natrium hidroksida larutan akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. NaOH sering disebut dengan istilah soda kaustik, dibuat dengan cara : a. Mereaksikan logam Na dengan air : 2Na(s) + H2O(l) NaOH(aq) + H2(g) Cara ini penuh resiko karena logam Na bersifat eksplosif.

b. Di industri NaOH dibuat dengan cara : Kaustifikasi garam natrium karbonat NaCO3(aq) + Ca(OH)2(aq) 2NaOH(aq) + CaCO3(s)

Elektrolisa garam NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq) Katoda : 2H2O(l) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g) Anoda : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e-

Soda kaustik banyak dimanfaatkan untuk keperluan : III. Blenching Dyeing Penyulingan minyak Industri sabun dan kertas Pemurnian bauksit Industri Al Pembuatan sutera tiruan Pembuata zat warna seperti alizarin Alat dan Bahan Alat : Gelas piala 250 ml, 50 ml Corong Kertas saring Buiret Kertas lakmus Batang pengaduk Cawan porselin Spatula Labu erlenmeyer Statif Hot plate Kaca arloji, neraca

Bahan : 5.3 gram Na2CO3 3 gram CaO HCl Indicator PP

IV.

Cara Kerja

CaO dibuat dengan cara CaCO3 dipanaskan dalam furnace selama 10 menit pada suhu 15000C

3 gram serbuk CaO ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala 50 ml.

Dihitung konsentrasi NaOH yang dihasilkan dalam percobaan ini.

Ditambahkan sedikit demi sedikit aquades hingga campuran berupa bubur.

Dilakukan titrasi dengan HCl yang telah distandarisasi untuk mengetahui konsentrasi NaOH.

Dalam gelas piala lain dimasukkan 5,3 gram Na2CO3 dan 50 ml air lalu .

Bubur Ca(OH)2 ditambahkan ke dalam larutan Na2CO3, didihkan selama beberapa

Ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH ke dalam larutan CuSO4 dan dipanaskan terbentuk endapan hitam CuO

V.

CaCO3 dibiarkan mengendap, kemudian Hasil Pengamatan disaring, filtrat merupakan NaOH

Dilakukan pengujiian dengan kertas indikator, dicatat pOH

No. 1. 2. 3.

Langkah Kerja CaO ditambahkan aquades sedikit demi sedikit. Ca(OH)2 dimasukkan ke dalam larutan Na2CO3 sambil didihkan

Hasil Pengamatan

Endapan disaring, filtrat diuji pH=. dengan kertas indikator pH. Filtrat adalah NaOH.

4. 5.

Filtrat 10

NaOH ml

ditambahkan (NaOH)

CuSO4 sambil dipanaskan filtrat ditambahkan dengan indikator pp, dititrasi dengan HCl 0,1 M. VI. Perhitungan dan Reaksi Teoritis CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq) Mol Ca(OH)2 = mol CaO =

Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(aq) 2NaOH(aq) + CaCO3 Mol Na2CO3 = Mol NaOH = 2 x mol Na2CO3 = .. mol [OH-] = pOH = pH = ..

Konsentrasi NaOH berdasarkan percobaan NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

VII. 1. 2. 3. 4.

Pertanyaan Jelaskan sifat-sifat logam Na ! Bagaimana cara pembuatan NaOH dalam bentuk padat atau pellet ? Jelaskan sumber-sumber batu gamping dan apa fungsinya ? Tulis semua reaksi yang terlibat dalam reaksi di atas !

~~~~~

Das könnte Ihnen auch gefallen