Sie sind auf Seite 1von 13

T|~x \|t{

ANALISIS HUBUNGAN PENGGUNAAN PIL KB DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN TOMBARIRI Paul A.T. Kawatu*, Grace E.C. Korompis*, B.H.R. Kairupan**, Gaby G. Langi* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT The hypertension is factor of risk happen the cardiovasculer disease and as the disease of number one killer in the world, including Indonesia. The result of basic health research (Riskesdas) in 2007 showed that the prevalence of hypertension is 31.7 % took the first degree of new communicable disease in Indonesia. The hypertension has multi factorials where one of the factor the risk is used of medicine included pill KB. This research was done to knew the relationship between using of pill KB with hypertension to the growth age of woman working area of Local government Clinic Tanawangko, Tombariri sub-district. This research was analytic observational research with the case control study. The population of research is the growth age of woman in working area of Local government clinic Tanawangko with the sample was 90 people which consist 45 case group and 45 control group. The data took by using sphygmomanometer of liquid and stethoscope. Bivarat analyzes used test of chi square and continued by fishers exact test. The result of this research showed that using of pill KB by the respondent of case group is 22,2 % and control group is 2,2 % and the long of using pill KB < 1 year is 9,1 % respondent and 1 year is 90,9 %. The result of bivariat analyzes showed that there was a relationship between using of pill KB with the hypertension to the growth age of woman in working area of Local government Clinic Tanawangko, Tombariri subdistrict (p=0,000) and the growth age of woman user

of pill KB 17,2 time has risky got the hypertension than WUS which didnt use of pill KB (OR=17,2), there is no relationship between the long of using pill KB with the hypertension to the WUS in working area of Local government Clinic Tanawangko, Tombariri sub-district (p=1,000). The suggestion to the Local Government Clinic in Tanawangko, to socialize the adventage and the lack of every kinds KB programs and prohibit WUS sufferer of hypertension to do not use pill KB as the contraception, and to stop of using pill KB to WUS sufferer of hypertension. The suggestion to the health of government in Minahasa district to socialize to the KB official in every Local government Clinic in order to pay attention and control the blood pressure of WUS acceptor pill KB. Keywords : Using of pill KB, Hypertension ,WUS. ABSTRAK Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan sebagai penyakit pembunuh nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 31,7% menempati urutan pertama penyakit tidak menular di Indonesia. Hipertensi bersifat multifaktorial dimana salah satu faktor risikonya adalah penggunaan obat-obatan termasuk pil KB. Penelitian ini dilakukan untuk BULETIN IDI MANADO |26

mengetahui hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan studi kasus kontrol (case control). Populasi penelitian adalah Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko dengan sampel sebanyak 90 orang yang terdiri atas 45 kelompok kasus dan 45 kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran tekanan darah oleh dokter dan perawat dengan menggunakan sphygnomanometer air raksa dan stetoskop. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pil KB oleh responden kelompok kasus sebanyak 22,2% dan kelompok kontrol sebanyak 2,2% dan lama penggunaan pil KB < 1 tahun sebanyak 9,1% responden dan 1 tahun sebanyak 90,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri (p=0,000) dan wanita usia subur pengguna pil KB 17,2 kali berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB (OR=17,2), dan tidak terdapat hubungan antara lama penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri (p=1,000). Saran kepada Puskesmas Tanawangko agar dapat mensosialisasikan keuntungan dan kekurangan setiap jenis program KB dan melarang WUS penderita hipertensi untuk tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi, dan segera menghentikan pemakaian pil KB pada WUS penderita hipertensi. Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa agar mensosialisasikan kepada setiap petugas KB di masing-masing puskesmas untuk memperhatikan dan mengontrol tekanan darah WUS akseptor pil KB. Kata Kunci : Penggunaan pil KB, Hipertensi, WUS

PENDAHULUAN

Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, dimana hipertensi menempati urutan pertama sebesar 31,7% (Depkes, 2008). Faktor yang mempengaruhi mempengaruhi terjadinya hipertensi atau peningkatan tekanan darah meliputi kelainan gen, faktor gaya hidup seperti obesitas, inaktivitas fisik, konsumsi alkohol tinggi serta faktor makanan, dan penyebab sekunder seperti penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan penggunaan obat-obatan (pil kontrasepsi) (Davey, 2005). Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa 125.574 Wanita Usia Subur (WUS) (30, 53 %) dari peserta KB aktif hingga bulan Desember 2011 menggunakan kontrasepsi pil (BKKBN, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama 12 tahun berturut-turut berisiko terkena hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan wanita yang tidak menggunakan pil KB selama 12 tahun berturutturut di Kabupaten Karanganyar (Sugiharto, 2007). Semua wanita yang telah memasuki usia antara 15 -49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya disebut WUS (Depkes, 2009). Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7% (Depkes, 2008). Hipertensi masuk pada daftar 10 penyakit menonjol berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas di Provinsi
BULETIN IDI MANADO |27

Sulawesi Utara dengan menempati posisi kedua setelah influenza dengan jumlah kasus 20.202 penderita (Dinkes Sulut, 2011). Hipertensi juga menempati urutan tertinggi penyakit tidak menular dengan tingkat kematian yang tinggi di Kabupaten Minahasa, dimana Puskesmas Tanawangko menempati urutan tertinggi penderita hipertensi di Kabupaten Minahasa (Dinkes Minahasa, 2010). Penderita hipertensi di wilayah kerja Puskemas Tanawangko adalah 1.911 dengan pria 927 penderita dan wanita 986 penderita, sedangkan askeptor pil KB berjumlah 608 WUS yang tersebar di 10 Desa di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko (PKM Tanawangko, 2011). Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian apakah terdapat hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko. Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri tahun 2012?

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam rangka upaya pencegahan terhadap hipertensi.

c. Bagi BKKBN Kabupaten Minahasa


Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan agar lebih mensosialisasikan setiap jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugiannya.

d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang penyakit tidak menular khususnya hipertensi. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg (Price dan Wilson, 2005). Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Mansjoer, dkk, 2001). Hipertensi merupakan faktor risiko dengan prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. Terdapat klasifikasi hipertensi berdasarkan World Health Organization (WHO) dan Joint National Commmitte on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII (JNC VII). Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Blood Pressure Levels Normal At Risk (Prehypertension) High Systolic: less than 120 mmHg Diastolic: less than 80 mmHg Systolic: 120139 mmHg Diastolic: 8089 mmHg Systolic: 140 mmHg or higher Diastolic: 90 mmHg or higher

Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri, dengan dua tujuan khusus berikut:

1. Menganalisis hubungan antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri dan mencari besarnya risiko penggunaan pil KB terhadap hipertensi. 2. Menganalisis hubungan lamanya penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Institusi Perguruan Tinggi

Sumber: WHO. 2011. Hypertension, (Online)

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2003

BULETIN IDI MANADO |28

Kategori Normal Prehipertensi

Sistolik (mmHg) 120 120-139

Diastolik (mmHg) 80 80-90 90-99 100

Hipertensi derajat 1 140-150 Hipertensi derajat 2 160

Sumber: Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.

C. Hubungan Pil KB dengan Hipertensi Kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen dan progesteron serta dapat menghambat ovulasi (Mochtar, 1998). Sedikit peningkatan tekanan darah terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi kadang-kadang terjadi pula peningkatan tekanan darah secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat dari peningkatan aktivitas sistem renin-angiostensin-aldosteron. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). Pada penelitian kasus kontrol ini dilakukan dengan cara matching individual. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Wilayah kerja Puskesmas Tanawangko terbagi atasa 10 desa yaitu Sarani Matani, Borgo, Ranowangko, Tambala, Mokupa, Senduk, Poopoh, Teling, Kumuh, dan Pinasungkulan. Penelitian dilaksanakan Februari sampai Mei 2012. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS (1749 tahun) di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko. Pengambilan sampel menggunakan cara nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Jumlah sampel sebesar 90 dengan 45 kasus dan 45 kontrol. D. Variabel Penelitian Variabel bebas (Independen): penggunaan pil KB Variabel terikat (Dependen): hipertensi pada WUS Variabel random: umur, faktor keturunan, dan pekerjaan E. Definisi Operasional 1. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg atau sementara mengkonsumsi obat-obat antihipertensi. Tidak hipertensi apabila tekanan sistolik < 140 mmHg BULETIN IDI MANADO |29

Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol yaitu umur, etnis, faktor keturunan/genetik dan faktor yang bisa diubah/ dokontrol yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres, obesitas, konsumsi garam dan penggunaan obatobatan termasuk pil KB. Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tapi mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi kerusakan yang lebih berat. Karena itu diperlukan manajemen yang tepat dalam upaya pencegahannya. Upaya pencegahan hipertensi meliputi: 1. Pencegahan primordial 2. Promosi kesehatan 3. Proteksi spesifik: kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko 4. Diagnosis dini: screening, pemeriksaan checkup 5. Pengobatan tepat: segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal keluhan 6. Rehabilitasi: upaya perbaikkan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati (Bustan, 2007). B. Penggunaan Pil KB Salah satu metode kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi pil (Handayani, 2010). Kontrasepsi Pil adalah metode kontrasepsi hormonal yang digunakan wanita, berbentuk tablet. Ada tiga macam pil kontrasepsi, yaitu minipil, pil kombinasi, dan pil pascasanggama (Mansjoer, 1999).

2.

3.

4.

5.

6.

7.

dan tekanan diastolik < 90 mmHg atau tidak sementara mengkonsumsi obat antihipertensi. Penentuan hipertensi atau tidak oleh dokter yang bertugas di puskesmas. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Penggunaan pil KB adalah pemakaian pil KB oleh WUS secara rutin sejak pertama kali digunakan sampai saat penelitian dilakukan. Penggunaan pil KB terbagi atas: a. Menggunakan dan tidak menggunakan dengan skala nominal. b. Lama penggunaan pil KB (selang waktu mulai dari pertama kali menggunakan pil KB sampai saat penelitian dilakukan dengan penggunaan secara rutin yang dihitung dalam tahun. Kategori < 1 tahun dan 1 tahun dengan skala nominal). Pil KB adalah metode kontrasepsi hormonal yang digunakan wanita, berbentuk tablet. Pil terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pil kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), minipil dan pil pascasenggama. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 1749 tahun yang sudah menikah. Umur adalah lamanya hidup responden yang diukur dalam tahun dan dihitung sejak waktu dilahirkan sampai pada saat pelaksanaan penelitian. Faktor keturunan artinya memiliki orang tua (ayah, ibu, kakek, nenek, dan saudara kandung) penderita hipertensi. Pekerjaan adalah tugas yang dilakukan sehari-hari yang dibagi atas ibu rumah tangga (IRT), Pegawai Negeri Sipil (PNS), swasta/karyawan dan wiraswasta.

1. Data Primer, meliputi kuesioner yang berisi identitas responden dan pertanyaan mengenai apakah responden sementara mengkonsumsi pil KB dan lamanya mengkonsumsi ditanyakan kepada responden sebagai kelompok kasus (45 responden) dan kelompok kontrol (45 responden). Jadi kuesioner akan dijalankan pada 90 responden. 2. Data Sekunder, meliputi pengambilan daftar 10 penyakit menonjol berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara, pengambilan data hipertensi di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa dan pengambilan data jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Tanawangko serta pengambilan data jumlah akseptor pil KB aktif di BKKBN Provinsi Sulawesi Utara dan Puskesmas Tanawangko. H. Tahapan Penelitian 1. Tahap Persiapan Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan pengurusan surat izin penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang ditujukan ke Puskesmas Tanawangko dan Kecamatan Tombariri. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian meliputi cara mengukur variabel dalam penelitian ini. 1. Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan oleh dokter yang bertugas di Puskesmas Tanawangko pada saat jam kerja puskesmas dan perawat pada saat berkunjung kerumah warga. 2. Pengambilan Data Menggunakan Kuesioner a. Permohonan izin penelitian di Puskesmas Tanawangko dan Kecamatan Tombariri khususnya kesepuluh Desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Tanawangko. b. Pada saat jam pelayanan Puskesmas (08.0011.00) penelitian dilaksanakan di Puskesmas Tanawangko. WUS yang datang ke Puskesmas sebagai pasien hipertensi (kelompok kasus) maupun yang bukan pasien hipertensi atau WUS yang membawa anaknya untuk berobat (kelompok kontrol) ditanyakan pertanyaanpertanyaan yang ada di dalam kuesioner dan diukur tekanan darahnya. BULETIN IDI MANADO |30

F. Instrumen Penelitian Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner dan alat ukur tekanan darah (sphygnomanometer air raksa dan stetoskop). G. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

c. Sebelum pengisian kuesioner, WUS diberikan penjelasan bahwa tujuan dari pengisian kuesioner ini untuk pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unsrat tentang Hubungan antara Penggunaan Pil KB dengan Hipertensi pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. Selanjutnya WUS yang bersedia menjadi responden menandatangani informed consent yang dibagikan. Tekanan darah responden diukur oleh dokter yang sementara bertugas dengan menggunakan sphygnomanometer air raksa dan stetoskop. Hal yang sama dilakukan setiap hari kerja Puskesmas Tanawangko yang terhitung sejak tanggal 22 s/d 31 Maret 2012. d. Pada sore hari (15.00-18.00) penelitian dilaksanakan di Desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas. Terdapat 3 Desa yang dilakukan penelitian secara langsung yaitu Sarani Matani, Ranowangko, dan Tambala. e. Sebelum berkunjung kerumah warga, ditunjukkan surat izin penelitian dari FKM yang telah disetujui oleh Camat Kecamatan Tombariri kepada Kepala Desa. f. Warga yang dikunjungi (WUS) diberikan penjelasan bahwa tujuan dari pengisian kuesioner ini untuk pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unsrat. Selanjutnya WUS ya n g b er s ed ia me nj a d i r e sp o n d e n menandatangani informed consent yang dibagikan. g. Responden ditanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner dan diukur tekanan darahnya oleh perawat dengan menggunakan sphygnomanometer air raksa dan stetoskop. I. Pengolahan dan Analisis Data Setelah penelitian dilaksanakan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan kembali (editing), yaitu untuk memastikan kebenaran data.

2. Pengkodean (coding), merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data. 3. Memasukkan data (processing), yaitu melakukan entri data dari kuesioner ke dalam paket program komputer yaitu Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 19.00. 4. Pembersihan data (cleaning), yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian berdasarkan frekuensi dan distribusinya dengan menggunakan SPSS versi 19. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan pil KB dengan kejadian hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko dengan menggunakan uji statistik kai kuadrat (chi square) dan perhitungan odd ratio (OR) dengan bantuan program SPSS versi 19.

BULETIN IDI MANADO |31

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
Karakteristik Kelompok Kasus n Umur < 21 Tahun 21-35 Tahun > 35 Tahun Tempat Tinggal (Desa) Kontrol % 1 19 25 n 2,2 42,2 55,6 % 8 25 12 n 17,8 55,6 26,7 % 9 44 37 10 48,9 41,1

Ranowangko Sarani Matani Borgo Tambala Senduk Mokupa Poopoh Teling Kumu Pinasungkulan

8 4 2 12 3 6 3 4 2 1 25 4 9 7

17,8 8,9 4,4 26,7 6,7 13,3 6,7 8,9 4,4 2,2 55,6 8,9 20 15,6

5 9 4 15 4 1 2 3 1 1 33 2 7 3

11,1 20 8,9 33,3 8,9 2,2 4,4 6,7 2,2 2,2 73,3 4,4 15,6 6,7

13 13 6 27 7 7 5 7 3 2 58 6 16 10

14,4 14,4 6,7 30 7,8 7,8 5,6 7,8 3,3 2,2 64,4 6,7 17,8 11,1

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga (IRT) Pegawai Negeri Sipil (PNS) Swasta/Karyawan Wiraswasta

Penghasilan Rata-rata Keluarga per Bulan

< Rp. 1.250.000

31

68,9

15

33,3

46

51,1

Rp. 1.250.000

14

31,1

30

66,7

44

48,9

BULETIN IDI MANADO |32

Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan karakteristik umur diketahui bahwa paling banyak responden (48,9%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun, hampir setengah responden berada pada kelompok umur >35 (41,1%) dan hanya 9 responden (10%) yang berada pada kelompok umur <21 tahun. Bisa dilihat bahwa sebgaian besar responden kelompok kasus (55,6%) berada pada kelompok umur >35 tahun dan sebagian besar responden kelompok kontrol (55,6%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1 responden yang paling muda memiliki umur 17 tahun berada pada kelompok kontrol, sedangkan responden tertua berjumlah 3 orang dan berusia 49 tahun berada pada kelompok kasus. Pengelompokan umur responden berdasarkan usia reproduksi, dimana <21 tahun dan >35 tahun merupakan usia reproduksi yang berisiko sedangkan kelompok umur 21-35 tahun termasuk dalam usia reproduksi sehat. Sebagian besar responden kelompok kontrol (55,6%) berada pada kelompok umur 21-35 tahun, sedangkan sebagian besar responden kelompok kasus (55,6%) berada pada kelompok umur >35 tahun. Tingginya kejadian hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (Depkes, 2006). Distribusi responden berdasarkan desa atau tempat tinggal, diketahui bahwa sebagian besar responden (30,0%) berdomisili di Desa Tambala, dan paling sedikit responden (2,2%) berdomisili di Desa Pinasungkulan. Hal ini disebabkan karena Desa Tambala dilakukan pengumpulan data dan pengukuran secara langsung sedangkan Desa Pinasungkulan tidak dilaksanakan pengumpulan data secara langsung dan responden diperoleh dari hasil kunjungan ke Puskesmas Tanawangko. Responden kelompok kasus (26,7%) dan kontrol (33,3%) paling banyak bertempat tinggal di Desa Tambala. Berdasarkan pekerjaan, lebih dari setengah responden sebanyak 58 WUS (64,4%) baik dari kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), 16 responden pekerja

swasta/karyawan (17,8%), 10 responden pekerja wiraswasta (11,1%) dan hanya 5 responden (6,7%) yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pekerjaan yang merupakan tugas yang dilakukan sehari-hari yang dilaksanankan oleh WUS bukanlah merupakan pekerjaan yang ekstrim dan bisa dikatakan hanya sedikit atau tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Ditinjau dari penghasilan rata-rata keluarga per bulan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Utara tahun 2012 (Rp. 1.250.000), menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (51,1%) yang terbagi atas kelompok kasus (68,8%) dan kelompok kontrol (33,4%) memiliki penghasilan rata-rata keluarga per bulan dibawah UMP, hal tersebut sangat berkaitan erat dengan pekerjaan responden. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai IRT yang artinya sebagian besar responden tidak memiliki penghasilan sendiri atau hanya bergantung pada penghasilan suami. Diketahui juga bahwa hampir setengah dari jumlah responden (48,9%) memiliki penghasilan lebih dari UMP, dimana persentase kelompok kasus sebanyak 31,1% dan kelompok kontrol sebanyak 66,7%. B. Hipertensi Tabel 4.2 Distribusi Kelompok Kasus Berdasarkan Lama menderita Hipertensi
Lama Menderita Hipertensi Kasus n <1 Tahun 1 Tahun Jumlah 15 30 45 % 33,3 66,7 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 45 penderita hipertensi, sebagian besar responden (66,7%) telah menderita hipertensi 1 tahun, dan responden yang menderita hipertensi < 1 tahun sebesar 33,3%. Tabel 4.3 Distribusi Kelompok Kasus yang Mengkonsumsi Obat Antihipertensi

BULETIN IDI MANADO |33

Konsumsi Obat Antihipertensi

Kasus n % 40 60 100

Ya Tidak Jumlah

18 27 45

kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas (Anonimous, 2010). Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Program KB yang Sementara Diikuti
Program KB yang Diikuti Kelompok Kasus n Implant Suntik Pil KB Jumlah 3 12 20 25 Kontrol % 12 48 80 100 n 6 33 2 41 % 14,6 80,5 4,9 100 n 9 45 22 76 % 11,8 59,3 28,9 100 Total

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 40% responden kelompok kasus yang sementara mengkonsumsi obat antihipertensi, sedangkan 60% responden tidak sementara mengkonsumsi obat antihipertensi. Hal tersebut berarti bahwa sebagian besar kasus hipertensi tidak ditangani dengan baik. Bila hipertensi tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting (Yusuf, 2008). Jika hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat akan mengakibatkan kematian karena payah jantung, stroke, dan gagal ginjal. Deteksi dini dan perawatan hipertensi yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas, sehingga pemeriksaan darah secara teratur memiliki arti penting dalam perawatan hipertensi (Price dan Wilson, 2005). C. Penggunaan Pil KB Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Program KB
Keikutsertaan Program KB Kelompok Kasus n Ya Tidak Jumlah 38 7 45 Total Kontrol % 84,4 15,6 100 n 41 4 45 % 91,1 8,9 100 n 79 11 90 % 87,8 12,2 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar dari responden (80%) kelompok kasus menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi dan sebagian besar responden (80,5%) yang kelompok kontrol menggunakan suntik sebagai kontrasepsi. Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Pil KB
Penggunaan Pil KB Kelompok Kasus n Ya Tidak Jumlah 20 25 45 Kontrol % 44,4 55,6 100 n 2 43 45 % 4,4 95,6 100 n 22 68 90 % 24,4 75,6 100 Total

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol (87,8%) sementara mengikuti program KB dan sedikit responden (12.2 %) yang tidak mengikuti program KB. Program KB sangat dibutuhkan di Indonesia karena merupakan salah satu alternatif dalam rangka mengatasi permasalahan kependudukan. Pelayanan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah jumlah responden (75,6%) bukan merupakan pengguna pil KB (pengguna pil KB secara rutin), namun terlihat bahwa lebih dari setengah kelompok kasus (44,4%) merupakan pengguna pil KB dan hanya 2 responden (4,4%) kelompok kontrol yang dikategorikan sebagai pengguna pil KB. Tabel 4.7 Distribusi Responden Pengguna Pil KB Berdasarkan Lama Penggunaannya BULETIN IDI MANADO |34

Lama PengKelompok gunaan Pil KB Kasus n 1 Tahun < 1 Tahun Jumlah 18 2 20 Kontrol % 90 10 100 n 2 0 2 % 100 0 100

Total

n 20 2 22

% 9,1 90,9 100

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa dari semua responden yang menggunakan pil KB secara rutin, hampir semua responden (90,9%) menggunakan pil KB secara rutin selama 1 tahun, dan hanya 2 responden (9,1%) yang menggunakan pil KB secara rutin selama 1 tahun. D. Hubungan antara Penggunaan Pil KB dengan Hipertensi Perhitungan menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 19 menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan () 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri (lihat Tabel 4.8). Tabel 4.8 Hubungan antara Penggunaan Pil KB dengan Hipertensi pada WUS
WUS Kasus n (%) Penggunaan Pil KB (+) Penggunaan Pil KB (-) Total 20 (44,4) 25 (55,6) 45 (100) Kontrol n (%) 2 (4,4) 43 (95,6) 45 (100) Total n (%) 22 (24,4) 68 (75,6) 90 (100) p= 17,2 0,000 p value OR

hasil perhitungan manual (OR= ad/bc), dimana OR >1 yaitu 17,2 (batas atas 79,8 dan batas bawah 3,7) maka dapat dikatakan bahwa wanita usia subur pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi. Peningkatan tekanan darah yang berujung pada kejadian hipertensi akibat penggunaan kontrasepsi oral yang salah satunya adalah pil kontrasepsi disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat dari peningkatan sistem renin-angiostensin-aldosteron (Tierney, dkk, 2002). Hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh ketidaktahuan respoden pengguna pil KB bahwa salah satu efek samping dari penggunaan pil KB adalah hipertensi dan responden yang hipertensi masih terus menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi, hal tersebut tidak sesuai dengan pasal 78 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pemerintah bertanggungjawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat (Anonimous, 2010). Hasil penelitian dari Sugiharto (2007) juga menunjukkan terdapat hubungan antara penggunaan pil KB selama 12 tahun berturut-turut dengan hipertensi (p=0,004). Hasil perhitungan odd ratio menunjukkan bahwa WUS pengguna pil KB 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama 12 tahun berturut-turut berisiko terkena hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan orang yang tidak menggunakan pil KB selama 12 tahun berturut-turut (Sugiharto, 2007). Pil KB yang umumnya digunakan di Indonesia adalah pil kombinasi yang banyak mengandung hormon estrogen dan hasil penelitian Internasional yang dilakukan pada wanita 15 tahun di Cina tahun 2010, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hormon estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi oral dengan hipertensi dengan p=0,0001 dan OR=1,38 (Chen, dkk, 2010).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 19 diperoleh nilai OR yang sama dengan BULETIN IDI MANADO |35

Tabel 4.9 Hubungan antara Lama Penggunaan Pil KB dengan Hipertensi pada WUS
WUS Kasus n Pengguna Pil KB 1 Tahun Pengguna Pil KB <1 Tahun Total % Kontrol n % Total n % p value

18 2

90 10

2 0

100 0

2 20

9,1 90,9

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pil KB dengan hipertensi pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri dan WUS pengguna pil KB 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi dari pada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan pil KB dengan hipertensi pada WUS pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. B. Saran 1. Bagi Puskesmas Tanawangko Mensosialisasikan kepada WUS yang mengikuti program KB tentang keuntungan dan kekurangan setiap jenis program KB serta efek sampingnya dan menyarankan agar WUS yang menderita hipertensi tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi dan kepada petugas KB untuk tidak memberikan pil KB kepada WUS dengan Hipertensi. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit hipertensi melalui promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan, sosialisasi, spanduk/ poster) mengenai bahaya hipertensi dengan faktorfaktor risiko yang mempengaruhinya khususnya di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko dan mensosialisasikan kepada setiap petugas KB di masingmasing puskesmas untuk memperhatikan dan mengontrol tekanan darah WUS akseptor pil KB. 3. Bagi BKKBN Kabupaten Minahasa Mensosialisasikan kepada masyarakat pasangan usia subur (PUS) metode-metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugiannya terlebih khusus di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko. 4. Bagi Masyarakat Masyarakat khususnya WUS penderita hipertensi harus terus mengontrol tekanan darah darahnya dan mengkonsumsi obat-obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan resep yang diberikan dokter dan WUS yang akan mengikuti program KB sebaiknya berkonsultasi dengan bidan setempat sebelum memutuskan jenis program KB yang akan dipilih dan apabila ada WUS penderita hipertensi BULETIN IDI MANADO |36

20

100

100

22

100

p= 1,000

Berdasarkan hasil uji Fishers Exact, diperoleh nilai probabilitas yaitu 1.000 (p>0,05) untuk melihat hubungan antara lama penggunaan pil KB dengan hipertensi sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya penggunaan pil KB dengan Hipertensi pada WUS pengguna pil KB diwilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. Apabila diuji dengan menggunakan korelasi spearman untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan pil KB dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, diperoleh hasil bahwa tidak ada korelasi antara lama penggunaan pil KB dengan tekanan darah baik sistolik (p=0,689) maupun diastolik (p=0,723) pada WUS pengguna pil KB di wilayah kerja Puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Ayuningtiyas (2011) terhadap ibu-ibu berusia 17-35 tahun (masih tergolong WUS) di Puskesmas Kartasura yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi pil kombinasi dengan peningkatan tekanan darah (p=0,000), dan menurut Bustan (2007) risiko terkena hipertensi akan meninggi seiring dengan lamanya penggunaan pil KB. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

masih menggunakan pil KB sebaiknya segera dihentikan penggunaannya dan beralih ke kontrasepsi yang lain. 5. Bagi Mahasiswa Menjadi penelitian pembanding apabila ingin melakukan penelitian yang sama dengan variabel atau lokasi yang berbeda dan dapat menjadi landasan penelitian untuk melakukan penelitian lanjutan untuk melihat hubungan antara hipertensi dengan berbagai faktor risiko sehingga bisa dilakukan analisis multivariat. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2010. Undang-undang R.I. Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undangundang R.I. Nomor 44 tentang Rumah Sakit. Bandung: Citra Umbara. Ayuningtyas, EP. 2011. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Pil Kombinasi dengan Peningkatan Tekanan Darah di Puskesmas Kartasura, (Online), (https://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:ui0qjopk4ryj:etd.eprints.ums.ac.i d/16264/1/ judul__abstrak.pdf+kontrasepsi+pil+filetype:pd f, diakses 15 April 2012) Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. C Chen, Y Li, F Chen, H Pan, H Shen, Z Sun, Y Wu, J Zhou, L Ba, J Zhao. 2010. Estrogen Receptor Beta Genetic Variants And Combined Oral Contraceptive Use As Relates To The Risk of Hypertension In Chinese Woman. Pubmed, (online), (http://www.sciencedirect.com/ science/article/pii/S0188440910003061, diakses 15 April 2012) Davey, P. 2002. At a Glance Medicine. Terjemahan oleh Annisa Rahmalia dan Cut Novianty. 2005. Jakarta: Penerbit Erlangga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Panduan Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007-2011. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa, 2010. Profil Kesehatan Minahasa. Tondano. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2011. Profil Kesehatan Sulawesi Utara. Manado. Guyton, Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Irawati Setiawan, Ken Ariata Tengadi dan Alex Santoso. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IDB. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Price S, Wilson L. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi 6. Terjemahan oleh brahm Pendit, Huriawati Hartanto, Pita Wulansari, dan Dewi Mahanani. 2005. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Puskesmas Tanawangko, 2011. Profil Puskesmas Tanawangko. Tombariri. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sani, A. 2008. Hypertension Current Prespective. Edisi Pertama. Jakarta: Medy Crea. Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), (Online), (http://eprints.undip.ac.id/16523/1/ Aris_Sugiharto.pdf, diakses 20 Februari 2012) Tambayong, J. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. BULETIN IDI MANADO |37

Tierney L, McPhee S, Papadakis M. 2001. Diagnosis dan terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Terjemahan oleh Abdul Gofir. 2002. Jakarta: Salemba Medika. Underwood, J. 2000. Patologi Umum dan Sistemik Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. WHO. 2011. Hypertension, (Online),

(http://www.searo.who.int/linkfiles/ non_communicable_diseases_hypertensionfs.pdf, diakses 19 Februari 2012) Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder, (Online), (http:// jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/213087179.pdf, diakses 15 April 2012)

BULETIN IDI MANADO |38

Das könnte Ihnen auch gefallen