Sie sind auf Seite 1von 8

Tujuan ANC : Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal Cara ANC yang baik : Timbang berat badan Tekanan Darah Tinggi Fundus Uteri (TFU) TT lengkap (imunisasi) Tablet Fe minimal 90 paper selama kehamilan Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan Hemodelusi Tanda pasti kehamilan : Pada perabaan di bagian perut dirasakan adanya bagian-bagian janin Terasa gerakan janin. Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan terdengar detak jantung janin. Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin. Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin. Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang: Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus. Cara mengukur usia kehamilan Hari pertama haid terakhir Di sini, daur haid yang jadi patokan. Berdasarkan tanggal itu, dokter memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele, yakni

(hari+7), (bulan3), (tahun+1). Contohnya, bila haid terakhir tanggal 1 Juni 2003, diperkirakan persalinan tanggal 8 Maret 2004. Gerakan janin Pada kehamilan pertama, gerakan janin mulai terasa sesudah usia kehamilan 18-20 minggu. Pada kehamilan ke-2 dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu. Memasuki trimester ke-3 usia kehamilan, gerakan janin akan semakin kuat dan sering. Namun, tak jarang janin justru kurang aktif bergerak. Tinggi puncak rahim Pada pengukuran ini, dokter akan meraba puncak rahim (fundus uteri) yang menonjol di dinding perut. Di sini, usia kehamilan dihitung dengan 3 cara yang dimulai dari tulang kemaluan. Memakai satuan cm Kalau jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36 cm, dan ini menunjukkan usia kehamilan 36 minggu. Menggunakan 2 jari tangan Jika jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar, setiap penambahan 2 jari berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu. Bila jarak tadi sudah di atas pusar, setiap penambahan 2 jari sama dengan bertambahnya usia kehamilan 4 minggu. Membandingkan tinggi puncak rahim dan tinggi pusar Kalau sama-sama tinggi, ini berarti usia kehamilan mencapai 5 bulan. Tinggi puncak rahim yang melewati pusar dan hampir di tengah-tengah dada menunjukkan usia kehamilan sudah sekitar 7 bulan. Jika tinggi puncak rahim sudah mencapai dada, dapat dipastikan usia kehamilan 9 bulan. Ultrasonografi (USG) USG dapat menentukan usia kehamilan dan memperkirakan waktu kelahiran si kecil berdasarkan gambar janin yang muncul pada layar monitor dengan bantuan transducer Taksiran berat badan janin TBBJ=(TFU 13) 151 + 1030 gram Pemeriksaan Leopold Manuver Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara: Wajah pemeriksa menghadap kea rah ibu Palpasi fundus uterus Tentukan bagian janin yang ada pada fundus Manuver Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi material, dengan cara: Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu. Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen. Palpasi janin di antara dua tangan. Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas. Manuver Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:

Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu. Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus. Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin. Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala. Manuver Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara: Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu. Palpasi janin di antara dua tangan. Evaluasi penurunan bagian presentasi. His adekuat Adanya fundal dominant kontraksi uterus pada fundus uteri. Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis. Adanya intensitas kontraksi yang maksimal. Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his. Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering. Lama His berkisar antara 40-60 detik Bishop score Kurva Friedman primigravida dan multigravida Kala dalam persalinan Kala I In partu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka ( dilatasi ) dan mendatar ( effacement ). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 yaitu : Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat , sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 8 jam. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 sub fase : Periode akselerasi : berlangsung 2 jam , pembukaan menjadi 4 cm. Periode deselerasi maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap Kala II Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira kira 2-3 menit sekali. Kepala telah turun ke PAP sehingga terjadilah tekanan pada otot otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala yang diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1,5 jam 2 jam dan pada multi 0.5 jam 1 jam.

Kala III Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus akan teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat , dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul His pelepasan dan pelepasan plasenta. Dalam waktu 5 10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya terjadi atau berlangsung 5 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya disetai pengeluaran darah kira kira 100 -200 cc. Kala IV Adalah kala pengawasan selama 1 2 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu dan keadaan janin. Pada ibu darah yang keluar harus diukur sebaik baiknya , kehilangan darah pada persalinan bisa disebabkan karena pengelupasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata rata pada keadaan normal persalinan jumlah perdarahanya adalah sekitar 100 300 cc. Bila perdarahan sudah mencapai lebih dari batas itu sudah dikatakan abnormal dan harus segera dicari penyebabnya. Pada kala ini ada 7 pokok penting yang harus di perhatikan atau diperiksa : Kotraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukanlah massage dan berikan uterus tonika : methergen, ermetrin dan pitosin. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa Vesika urinaria : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh BAK kalau tidak bisa pasang kateter. Luka luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak. Placenta dan selaput ketuban harus lengap. Keadaan umum ibu : TD, suhu, RR, nadi Bayi dalam keadaan baik. Pertolongan persalinan normal Alat yang diperlukan Episiotomy : Menggunting perineum untuk melebarkan lingkaran lobang liang sanggama, sehingga memudahkan/mempercepat persalinan Macam : Episiotomi median Disini perineum diincisi dari komisura posterior sepanjang garis tengahg ke bawah menuju muskularis spincter ani. Episiotomi mediolateral Varian ini juga dimulai pada komisura posterior tetapi kemudian diteruskan agak ke lateral. Episiotomi lateral Dimulai pada sisi komisura posterior, episiotomi lateral berjalan ke arah tuberositas iskii. Tanda plasenta sudah lepas : Perubahan bentuk dan tinggi fundus Tali pusat memanjang Semburan darah mendadak dan singkat

Faktor faktor yang mempengaruhi plasenta : Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks ; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus ; serta pembentukan constriction ring Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa ; implantasi di cornu ; dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik ; pemberian uterotonik yang tidak tepat wakunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plaenta ; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus. Apgar score sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran Appearance (warna kulit) 0 Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat 1 Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan 2 Warna kulit seluruh tubuh normal Pulse (denyut jantung) 0 Denyut jantung tidak ada 1 Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit 2 Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti Grimace (respon refleks) 0 Tidak ada respon terhadap stimulasi 1 Wajah meringis saat distimulasi 2 Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi Activity (tonus otot) 0 Lemah, tidak ada gerakan 1 Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan 2 Bergerak aktif dan spontan Respiration (pernapasan) 0 Tidak bernapas 1 Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak teratur 2 Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur Interpretasi 7-10bayi normal 4-6agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lender yang menyumbat jalan nafas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas 0-3sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Partus normal Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Partus spontan Perdarahan post partum Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir Abortus ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500gram Berdasarkan jenis tindakan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: abortus spontan abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). abortus provokatus abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu : Abortus provokatus terapeutik / artificialis Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik : Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien. Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama. Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat. Abortus provokatus kriminalis Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini. Secara klinik abortus dapat diklasifikasikan menjadi : Abortus imminens

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Abortus insipiens Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit. Abortus inkomplit Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus komplit Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu. Abortus tertunda (missed abortion) Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang mati tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga adanya pengaruh hormone progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Abortus habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus. Abortus infeksiosa, abortus septic Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Abortus servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis. Menorrhagia periode menstruasi yang berlangsung tujuh hari atau lebih, di mana kehilangan darah bulanan adalah dua kali lebih tinggi seperti pada perdarahan biasa kehilangan lebih dari 80 mL darah pada setiap siklus menstruasi Metrorrhagia perdarahan di luar waktu haid yang bisa disebabkan kelainan organik atau kelainan fungsional dan tidak ada hubungannya dengan masa haid karena terjadi diantara dua haid Mioma uteri tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya Factor predisposisi Ca.cervic uteri Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.

Sering berganti-ganti pasangan seksual. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun. Melahirkan banyak anak. Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar). Defisiensi vitamin A,C,E. Pemakaian pil KB

Das könnte Ihnen auch gefallen