Sie sind auf Seite 1von 25

Kasus Patologi Forensik II

PENDAHULUAN
Pembunuhan anak merupakan fenomena yang beragam dengan bermacam kasus dan karakteristik. Pemberitaan mengenai hal tersebut kemungkinan membangkitkan reaksi emosi yang kuat dalam masyarakat. Beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya pembunuhan anak selama ini, diantaranya anak dijadikan korban (human sacrifice), mengontrol jumlah penduduk, menghindari kemelaratan, membatasi jumlah perempuan, menghindari kelahiran cacat, takhayul, dan ilegitimasi. Pembunuhan pada anak menjadi pokok penyelidikan dan publikasi sejak awal pencatatan sejarah. Dimana kasus pertama atas pengabaian dan kekerasan fatal pada anak di laporkan di Modern Times yang disajikan oleh Ambrose Tardieau, seorang ahli forensik Francis dari abad ke-19, yang kemudian diikuti oleh forensik medis United Kingdom dan United States. John Caffey dan Henry Kempe merupakan klinisi yang diakui sebagai perintis penyelidikan terhadap kekerasan anak di United States. Caffey (1946) seorang radiologis Pitsburgh mempublikasikan gambaran pola trauma kepala dan fraktur yang dikenal sebagai parent-infant stress syndrome dan Kempe (1967) menggambarkan pola battered child syndrome yang dilaporkan dalam Journal of the American Medical Association. Di Maio seorang forensik patologi, menggambarkan karakteristik pembunuhan bayi, infan dan anak.

LAPORAN KASUS
Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut. Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

PEMBAHASAN
ASPEK HUKUM Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak sendiri (ps 341, 342), lahir mati kemudian dibuang (ps 181).

ASPEK HUKUM
Pasal 341 KUHP Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum, karena maker mati terhadap anak, dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun. Pasal 342 KUHP Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilna sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun. Pasal 181 KUHP Barang siapa mengubur, menyembunyikan , mengangkut atau menghilangkan mayat dengan maksud hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum penjara selama-lamaya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.

PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
Penemuan dan pelaporan Penyelidikan Penyidikan Pembahasan perkara Penuntutan Persidangan Putusan pengadilan

PEMERIKSAAN TERHADAP MAYAT BAYI


Pemeriksaan luar:
1. Berat badan bayi Bayi cukup bulan >1000 gr Bayi premature/non viable <1000 gr

Pemeriksaan luar
2. Keadaaan kulit Bayi lahir mati terjadi maserasi, tanda-tandanya : warna merah coklat sampai hijau, apabila sudah berwarna hijau menandakan sudah membusuk; Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan; Tulang tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak; Tidak ada gas dan baunya khas pembusukan terjadi lambat karna bakteri masih belum terbentuk.

Pemeriksaan luar
3. Mulut Adakah benda asing yg menyumbat 4. Tali pusat Sudah terputus atau masih melekat; Terpotong rata atau tidak; Apakah sudah terikat atau sudah diberi antiseptic; Apakah ada tanda-tanda kekerasan pada tali pusat; Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi.

Pemeriksaan luar
5. Kepala apakah terdapat suksedaneum apakah terdapat trauma pada kepala 6. Tanda kekerasan perhatikan tanda pembengkakan sekitar mulut dan hidung, serta memar pada mukosa bibir dan pipi tanda pencekikan atau jerat pada leher

Pemeriksaan luar
7. Tanda asfiksia Pada asfiksia tardieus spot pada permukaan paru, jantung,timus dan epiglottis 8. Tulang belakang Apakah terdapat kelainan congenital atau tanda kekerasan

Penentuan Lahir Mati atau Lahir Hidup


TANDA-TANDA MASERASI LAHIR MATI warna merah coklat sampai hijau, apabila sudah berwarna hijau menandakan sudah membusuk kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan tulang tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak tidak ada gas dan baunya khas LAHIR HIDUP

TANDA-TANDA

LAHIR MATI

LAHIR HIDUP

PENGEMBANGAN DADA

iga masih mendatar dan diafragma


masih setinggi iga 3-4 tersembunyi

dada sudah mengembang


diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

paru-paru

masih

paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung Paru berwarna merah muda dan tidak merata dengan pleura tegang

dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada paru-paru berwarna ungu kelabu merata seperti hati konsistensinya padat

Gambaran mozaik karena alveoli

tidak teraba derik udara


pleura yang longgar

telah berisi udara


Gambaran marmer akibat pembuluh darah interstitial berisi darah Konsistensi seperti spons dan teraba derik udara Pengirisan paru dalam air : terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah Berat paru bertambah dua kali karna berfungsinya jantung, paru sirkulasi darah,

TANDA-TANDA

LAHIR MATI

LAHIR HIDUP

UJI APUNG PARU PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK

Negative

Positif Alveoli paru mengembang sempurna dengan obstruktif Tidak terlihat projeksion Pewanaan gomori atau ladewig : serabut retikulin tampak tegang atau tampak emfisema

Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernapas adalah tonjolan yang berbentuk seperti bantal yang akan bertambah tinggi dan dasar menipis sehingga tampak seperti dada dalam kurung club-light

Pada paru yang belum bernapas dan sudah membusuk dengan pewarnaan gomori dan ladewig tampak serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok kelok seperti

rambut yang keriting

PEMERIKSAAN TERSANGKA
1. Tanda-tanda melahirkan Pembukaan pervaginam Perubahan vulva 2. Menilai sudah berapa lama kelahirannya Tinggi fundus uteri : baru lahir sebatas umbilicus, 7hari setelah lahir pertengahan umbilicus dan symphisis, 14 hari setelah lahir tidak teraba, 6 minggu setelah lahir kembali normal.

PEMERIKSAAN TERSANGKA
3. Pemeriksaan kadar prolaktin 4. Pemeriksaan psikis 5. Anamnesis Usia Status Tempat melahirkan

PEMERIKSAAN HUBUNGAN ANTARA SI MAYAT BAYI DENGAN SI IBU


1. Pemeriksaan DNA 2. Pemeriksaan golongan darah

VISUM ET REPERTUM
PROJUSTISIA : Berdasarkan, surat permintaan penyidik, nama:................, NRP:.................., pangkat:.................., jabatan:....................., nomor surat:......................., tanggal surat:........................, maka Tim Kedokteran Forensik di bawah pimpinan doter:.........................., dibantu dokter:.........................., dengan dokter konsultan:.................................., beserta staf dari Universitas Trisakti Jakarta/ Instalasi Kedokteran Forensik RS.......................... pada hari:....................., tanggal:......................, mulai pukul:..................... sampai pukul........................., melakukan pemeriksaan luar dan dalam serta identifikasi di ruang otopsi RS........................, terhadap almarhum/almarhumah. Nama:.....................,umur:........................, bulan/tahun, jenis kelamin:.........................., agama:......................., alamat:................................................................, akibat peristiwa:...................

VISUM ET REPERTUM
Hasil pemeriksaan itu adalah sebagai berikut:

PEMERIKSAAN LUAR DAN IDENTIFIKASI:


Keadaan jenazah Meja otopsi Kaku jenazah Bercak jenazah Pembusukan jenazah Ukuran jenazah/jenazah orok
Berat jenazah Panjang jenazah Ukuran jenazah orok Lingkar kepala:
Fronto occipitale: Mento occipital:

: : : : : :

: : :

Lingkar dada:

VISUM ET REPERTUM
Kepala
Rambut Bagian yang tertutup rambut Dahi Mata kanan Mata kiri Hidung Mulut Dagu Pipi Telinga kanan Telinga kiri : : : : : : : : : : :

Leher Dada Perut Alat kelamin

: : : :

VISUM ET REPERTUM
Anggota atas kanan
Lengan atas : Lengan bawah : Tangan : Lengan atas : Lengan bawah : Tangan : : : : : : :

Anggota atas kiri

Anggota bawah kanan


Paha Tungkai bawah Kaki

Anggota bawah kiri


Paha Tungkai bawah Kaki

Punggung Pantat Dubur Bagian tubuh yang lain

: : : :

VISUM ET REPERTUM
PEMERIKSAAN DALAM:

Setelah kulit dada dibuka Jantung Paru-paru kanan Paru-paru kiri A. Tes apung paru I B. Tes apung paru II C. Tes apung paru III Hati Limpa Ginjal kanan Ginjal kiri Lambung, usus halus, usus besar Kepala Leher Alat-alat dalam yang lain

: : : : : : : : : : : : : : :

VISUM ET REPERTUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Golongan darah : A/B/AB/O Alkohol dalam darah Parasitologi Toksikologi Mikrobiologi Patologi anatomi PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI Odontologi Antropologi DNA KESIMPULAN Saat mati Sebab mati Mekanisme PENUTUP : Positif/Negatif : .............. Jenis: : : :

: : :

: : :

Tanda tangan,

NIP:

KESIMPULAN
Dari kasus diatas karena adanya keterbatasan informasi maka Visum et Repertum belum dapat dibuat. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap mayat bayi dan tersangka untuk memastikan sebab kematian dan mekanisme kematian dari korban.

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. Mulyo,R Cahyono Adi.2006.Perananan Dokter dalam Proses Penegakan Hukum Kesehatan.Universitas Negeri Semarang. Aji,Jati Pulung.2008.Peranan Dokter Forensik dalam Praktek Peradilan Perkara Pidana.Purworejo. Sampurna,Budi.2009.Kedokteran Forensik Ilmu dan Profesi.Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997 Munim A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997 Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000

4.
5. 6.

Das könnte Ihnen auch gefallen