Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
A. Latar Belakang Masalah Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta di antara jumlah populasi yang mengalami gangguan ginjal berada dalam tahap gagal ginjal kronis. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan timbulnya gangguan psikiatri pada pasien (Cohen et al., 2004). Kondisi ini bisa terjadi pada kasus gagal ginjal akut maupun yang kronis. Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia
dipersepsikan sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial orang yang mengalaminya. Akan tetapi petugas kesehatan sering kali cenderung memisahkan aspek biologis dari aspek psikososial yang dialami pasien (Leung, 2002). Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan timbul perasaan marah dalam dirinya. (Harvey S, 2007). Penelitian oleh para profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial tempat pasien gagal ginjal tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi fisik pasien (Leung, 2002).
B. Rumusan Masalah Apakah yang dimaksud gagal ginjal kronis? Bagaimanakah asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis?
C. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan bagaimanakah asuhan keperawatannya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
B. Etiologi Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626) Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain: Infeksi misalnya pielonefritis kronik Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan
kongenital
dan
herediter
misalnya
penyakit
ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefronnefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefron nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368) Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
D. Manifestasi Klinik 1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369): a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. 2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). 3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut: a. Sistem kardiovaskuler Hipertensi Pitting edema
b. Sistem Pulmoner Krekel Nafas dangkal Kusmaull Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Perdarahan saluran GI Ulserasi dan pardarahan mulut Nafas berbau ammonia
e. Sistem Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Pruritis Kulit kering bersisik Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar
E. Pemeriksaan Penunjang Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut: 1. Pemeriksaan laboratorium Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. 2. Pemeriksaan USG 3. Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. 4. Pemeriksaan EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit.
F. Pencegahan Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
G. Penatalaksanaan 1. Dialisis (cuci darah) 2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih) 3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat 4. Transfusi darah 5. Transplantasi ginjal
A. Pengkajian 1. Identitas Klien - Nama - Usia - Jenis Kelamin - Suku/ bangsa - Agama - Pendidikan - Pekerjaan - Alamat : Tn. A : 59 : Laki-laki : Bali/Indonesia : Hindu : S1 : PNS : Jl. Gelatik
2. Riwayat kesehatan sekarang Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius. a. b. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan
urinasi; faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya. c. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur. d. Pola eliminasi 1) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output. 2) Kaji perubahan warna urin. 3) Kaji adanya darah dalam urin.
4) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi. 5) Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi. 6) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence; inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda neurologik yang disebabkan oleh gangguan kandungkemih. 7) Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak Pola nutrisi metabolik Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol,
minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan. 2) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal. 3) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang
mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan. 4) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi status cairan. 5) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal . 3. Riwayat kesehatan masa lalu a. 1) Riwayat infeksi traktur urinarius Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani
infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat. 2) Adanya gejala panas atau menggigil. 3) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil
pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius b. Riwayat keadaan berikut ini : 1) Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
2) Nokturia dan sejak kapan dimulainya. 3) Penyakit pada usia kanak-kanak (strep throat, impetigo, sindrom nefrotik). 4) Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin. 5) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes
mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak). c. Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan,
sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau iritasi; penggunaan kontrasepsi. d. Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual. e. f. Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan. Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
g. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga a. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
(polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alports / nephritis herediter). b. Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga
5. Riwayat kesehatan social a. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti
phenol dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang
lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal. b. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan
aktivitas fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin. c. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis
setelah mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh. d. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko
terjadi batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.
6. Pengobatan a. b. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin. Phenazopyridine (pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat
mengubah warna urin. c. d. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan
neurology dan musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi secara normal.
7. Pola persepsi kognitif a. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan
normal pasien. b. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.
B. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik a. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
b. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh c. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang ditemukan 1. Inspeksi a) Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat. b) Mulut c) Wajah d) Abdomen Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan. Stomatitis, napas bau amonia Moon face Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsi renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang. e) Meatus urinary Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary. Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan meatus urinary. 2. Palpasi a) Ginjal 1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan. 2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.
3)
Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital. Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis. 4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas. 5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan b) Kandung kemih Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus. 3. Perkusi a) Ginjal 1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa. 2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),
lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan. 3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan Jika kandung kemih penuh maka akan
teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis. b) Kandung kemih 1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus. 2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis. 4. Auskultasi Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
2.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut: a. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. b. Pemeriksaan USG Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. c. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit.
C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Faktor resiko meliputi: Ketidakseimbangan cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik. Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia). Akumhulasi toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
2. Resiko tinggi terhadap cidera. Faktor resiko meliputi: Penekanan produksi/sekresi eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler. 3. Perubahan proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea, amonia), asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatic pada otak. 4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit. Factor resiko meliputi: Ganguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati perifer). 5. Resiko tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral. Factor resiko meliputi: Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan. Iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif, kurang
terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. 7. Ketidakpatuhan b/d Sistem nilai pasien: Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya. Perubahan mental; kurang/menolak sistem pendukung/sumber. Kompleksitas, biaya, efek samping terapi.
D. Intervensi dan Rasional 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung Faktor resiko meliputi: Ketidakseimbangan cairan mempengarui volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik. Gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia). Akumhulasi toksin (urea), klasifikasi jaringan lunak (deposit Ca+ fosfat).
Kriteria Hasil : mempertahankan curah jantung dengan TD dan frekuensi jantung dalam batas normal; nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian. Intervensi Mandiri Rasional S3/s4 dengan tonus muffled,
Auskultasi bunyi jantung dan paru. takikardia, frekuensi jantung tidak Evaluasi adanya edema perifer/kongesti teratur, takipnea, gemerisik, mengi, vaskular dan keluhan dispnea dan edema/ distensi jugular
menunjukan ggk.
Kaji adanya/derajat hipertensi: awasi td: Hipertensi bermakna dapat terjadi perhatikan perubahan postural, contoh karena duduk, berbaring, berdiri. gangguan pada sistem
aldosteron
renin-angiotensin
umum,hipertensi ortostatik dapat tejadi sehubungan dengan defisit cairan, respons terhadap obat anti hipertensi, atau tamponade
perikardial uremik.
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan Hipertensi dan gjk kronis dapat lokasi, radiasi. Beratnya (skala 0-10) dan menyebabkan apakah tidak menetap dengan inspirasi pasien dalam dan posisi terlentang. ggk im,kurang dengan lebih dealisis
Evaluasi
bunyi
jantung
friction rub), td, nadi perifer, pengisian paradoksik, penyempitan tekanan kapiler, kongesti vaskuler, suhu, dan nadi, penurunan/tak adanya nadi sensori/mental. perifer. Distensi jugular nyata,
pucat , dan penyimpangan mental cepat menunjukan tanponade, yang merupakan kedaruratan medik. Tindakan/intervensi Kaji tingkat aktivitas, respons
terhadap aktivitas.
Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap Kelelahan dapat menyertai gjk juga aktivitas. anemia.
Kolaborasi
Ketidak
seimbangan
dapat
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh: mengganggu konduksi elektrikal Elektrolit (kalium, natrium, kalsium, dan fungsi jantung. magnesium), bun;
Foto dada
tahanan
vaskular
prazozin (minipress), kaptopril (capoten), sistemik dan/atau pengeluaran renin klonodin (apresoline). (catapres), hidralazin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu mencegah GJK dan/ atau IM
Bantu dalam perikardiosentesis sesuai Akumulasi cairan dalam kandung indikasi. perikardial dapat mempengaruhi pengisian jantung dan kontraktilitas
miokardial
mengganggu
curah
Siapkan dialisis
Penurunan
ureum
toksik
dan
2. Resiko tinggi terhadap cidera. Faktor resiko meliputi: Penekanan produksi/sekresi eritropoietin; penururnan produksi dan SDM hidupnya; gungguan factor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler. Kriteria Hasil : tak akan mengalami tanda/gejala pendarahan,
mempertahankan/menunjukkan perbaikan nilai laboratorium. Intervensi Mandiri Perhatikan kelelahan keluhan ,kelemahan. peningkatan Dapat menunjukan anemia , dan Observasi respos jantung untuk memperRasional
takikardia, kulit/ membran mukosa pucat, tahankan oksigenasi sel. dispenia, dan nyeri dada. Rencanakan aktifitas kelelahan. pasien untuk menghindari
Anemia
dapat
menyebabkan
mental, prilaku.
orientasi,
dan
respons
Evaluasi
respons
terhadap
aktivitas, Anemia
menurunkan dan
oksigenasi
meningkatkan
Bantu sesuai kebutuahan dan buat jadwal kelelahan , sehingga memerlukan untuk istirahat. intervensi , perubahan aktivitas dan istirahat.
contoh
darah dapat
Observasi pendarahan terus menerus dari Pendarahan daat terjadi dengan tempat penusuakan . Pendarahan/area mudah karena kerapuhan
ekmosis karena trauma kecil. Peteke; kapiler/gangguan pembekuan dan pembengkakan mukosa , sendi atau membran dapat memperburuk anemia. gusi,
contoh
pendarahan
epitaksis berulang, hematemosis, melena dan urin merah/berkabut. Hematemesis sekresi gi/darah feses Stres dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan gi.
Berikan elektrik;
sikat
gigi
halus, jarum
resiko
gunakan
vaskular.
Kolaborasi Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh Uremia : hitung darah lengkap: sdm, hb/ht: (contoh peningkstsn
smonis, ures, atau toksin lain) menurunkan produksi eritropoetin dan menekan produksi sdm dan waktu hidupnya. Pada gagal jinjal kronis, hemoglobin dan hematokrit biasanya rendah tetapi diretensi; contoh pasien tidak menunjukan gejala sampai hb dibawah 7.
Penekanan pembentukan trombosit dan ketidakadekuatan kadar faktot III dan VIII mengganggu
pembekuan dan potensial resiko perdarahan. Catatan: pendarahan dapat menjadi suli teratasi pada tahap akhir penyakit.
Kadar PT
Konsumsi menurunkan
protrombin kadar
abnormal dan
serum
mengganggu pembekuan. Kolaborasi Berikan darah segar, SDM kemasan Diperlukan bila pasien menunjukan sesuai indikasi. gejala anemia simtomatik, SDM kemasan biasanya diberikan pasien kelebihan cairan bila atau
darah yang disimpan. Berikan Sediaan obat besi, sesuai asam indikasi,contoh: folat(Folvite); Berguna untuk memperbaiki gejala anemia sehubungan dengan
sianokobolamin (Betalin).
kekurangan nutrisi /karena dialisis. Catatan diberikan : Besi dengan tidak ikatan boleh fosfat
karena munurunkan absorpsi besi. Simetidin (Tagamet); Ranitidin (Zantac); Diberikan secara profilatik untuk antasida menurunkan/menetralkan asam
Hemastitik/penghambat
fibrinolisis, Menghambat
pendarahan
yang
Pelunak feses (Colace); Laksatif bulk Mengejan terhadap feses bentuk (Metamucil). keras meningkatkan pendarahan
mukosa/rektal.
3. Perubahan proses berpikir b/d perubahan fisiologis; akumulasi toksin (contoh urea, amonia), asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatic pada otak. Kriteria Hasil : meningkatkan tingkat mental basanya, mengidentifikasi cara untuk mengkompensasi gangguan kognitif/deficit memori. Intervensi Mandiri Kaji luasnya gangguan dan kemampuan Efek sindrom uremik dapat terjadi orientasi. dengan kekacauan/peka minor dan berkembang perubahan kepribadian Rasional
berpikir,
memori,
atau
ketidakmampuan informasi
untuk dan
mengamisilasi
Pastikan dari orang terdekat, tingkat Memberikan perbandingan untuk mental pasien biasanya. mengevaluasi perkembangan/
perbaikan gangguan.
Berikan orang terdekat informasi tentang beberapa perbaikan dalam mental status pasien. mungkin diharapkan dengan
perbaikan kadar BUN, elektrolit, dan pH serum yang lebih normal. Berikan lingkungan tenang dan izinkan Meminimalkan menggunakan kunjungan. televisi, radio dan lingkungan kelebihan untuk rangsangan menurunkan
sensori/peningkatan
kekacauan saat mencegah devripasi sensori. Orientasikan lingkungan, kembali orang, dan terhadap Memberikan sebagainya. membantu kenyataan. petunjuk dalam untuk
pengenalan
Hindarkan kenyataan secara singkat, Konfrontsasi potensial membuat ringkas, dan jangan menantang dengan reaksi pemikiran yang tak logis perlawanan ketidak dan dapat
meninbulkan pasien
percayaan
dan
meningkatkan
Komunikasikan
informasi/instruksi Dapat
membantu dan
menurunkan meningkatkan
Tanyakan pertanyaan ya/tidak. Ulangi kemungkinan bahwa komunikasi penjelasan sesuai keperluan. akn dipahami/diingat.
Buat jadwal teratur untuk aktivitas yang Membantu dalam memprtahankan diharapkan. orientasi kenyataan dan dapat
menurunkan takut/kekacauan.
Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak Gangguan tidur dapat mengganggu mengganggu periode tidur. kemampuan kognitif lebih lanjut.
Kolaborasi Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh: Perbaikan BUN/kreatinin,elektrolit serum, kadar ketidakseimbangan peningkatkan/ dapat
mempengaruhi kognitif/mental.
Perbaikan
hipoksia
saja
dapat
memperbaiki kognitif.
Obat-obatan
secara
normal
didetoksifikasi dalam ginjal akan mengalami akumulasi, kekacauan. waktu paruh/efek memperburuk
Penyimpangan proses pikir nyata dapat menunjukan memburuknya azotemia dan kondisi umum,
meningkatkan homeostatis.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit. Factor resiko meliputi: Ganguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensasi(neuropati perifer). Kriteria Hasil : mempertahankan kulit utuh, menunjukkan prilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan/cidera kulit. Intervensi Mandiri Insfeksi kulit terhadap perubahan warna, Menandakan torgor, vaskuler. Perhatikan kemerahan, buruk/kerusakan ekskoriasi. Observasi terhadap ekimosis, menimbulkan purpura. dikubitus/infeksi. area yang sirkulasi dapat Rasional
pembentukan
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau dan membran mukosa. hidrasi berlebihan sirkulasi yang dan
mempengaruhi
integritas jaringan pada tingkat seluler. Inspeksi area tergantung terhadap edema. Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek. Ubah posisi dengan sering; gerakan Menurunkan tekanan pada edema, pasien dengan perlahan; beri bantalan jaringan pada tonjolan tulang dengan kulit domba, untuk pelindung siku/tumit. dengan perfusi buruk iskemia. aliran vena
menurunkan
Peninggian balik
meningkatkan statis
terbatas/pembentukan edema. Biarkan perawatan kulit. Batasi Soda kue, mandi dengan tepung
dari
pada
sabun. mungkin
salep
diinginkan untuk menghilangkan kerimg, robekan kulit. Pertahankan linen kering, bebas keriput. Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.
Meskipun masalah
mengalami berkenaan
dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa, mis., kristal fosfat (berkenaan dengan
ketidaknyamanan
lembab dan dingin untuk memberikan dan menurunkan resiko cedera tekanan (daripada garukan) pada area dermal. pruritus. Pertahankan kuku pendek;
Anjurkan menggunakan pakaian katun Mencegah iritasi dermal langsung longgar. dan meningkatkan evaporasi
Kolaborasi Berikan matras busa/flotasi Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membram mukosa oral. Factor resiko meliputi: Kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan. Iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia. Hasil : mempertahankan integritas membram mukosa,
Kriteria
Rasional
kesempatan
untuk
kekeringan
mulut
Berikan perawatan mulut sering/cuci Membran mukosa dapat menjadi dengan larutan asam asetik 25%; berikan kering dan pecah-pecah. Perawatan permen karet, permen keras, mint mulut menyejukkan, melumasi, dan membantu mulut, menyegarkan yang sering rasa tak
menyenangkan karena uremia dan keterbatasan Pencucian membantu pembentukan mengubah urea. Anjurkan higiene gigi yang baik setelah Menurunkan pertumbuhan bakteri makan dan pada saat tidur. Anjurkan dan potensial terhadap infeksi. Flos menghindari floss gigi. gigi dapat melukai gusi, masukan dengan asam oral. asetik
menimbulkan perdarahan. Anjurkan pasien menghentikan merokok Bahan ini mengiritasi mukosa dan dan menghindari produk/pencuci mulut mempunyai lemon/gliserin alkohol. yang efek mengeringkan,
Kolaborasi Berikan obat-obatan sesuai indikasi, mis., Dapat antihistamin: kiproheptadin (periaktin). diberikan untuk
menghilangkan gatal.
6. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan kognitif, kurang
terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan untuk tindakan. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup yang perlu.
Berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi Mandiri Kaji ulang proses penyakit atau prognosis Memberikan dan kemungkinan yang akan dialami dimana dasar pengetahuan membuat Rasional
pasien
dapat
Kaji
ulang
pembatasan
askep
diet, Pembatasan
fosfat
merangsang untuk
paratiroid
unggas, jagung, kacang) dan magnesium pergeseran kalsium dari tulang (contoh,produk polongan). gandum, polon- (osteodistrofi akumulasi ginjal), magnesium dan dapat
mengganggufungsi neurologis dan mental. Diskusikan masalah nutrisi lain, contoh Metabolit yang terakumulasi dalam pengaturan masukan protein sesuai darah menurunkan hampir secara keseluruhan dari katabolisme
proporsinya.
Dorong
pemasukan
kalori
Diskusikan
terapi
obat,
termasuk Mencegah
komplikasi
serius,
tambahan kalsium dan ikatan posfat, contoh penurunan absorbsi fosfat contoh antasida aluminium hidroksida ( dari traktus GI dan pengiriman amfogel, antasida basalgel) dan menghindari kalsium untuk mempertahankan
magnesium
milanta,maalox,gelusil).
Tekankan pentingnya membaca semua Ini sulit untuk mempertahankan label produk ( obat dan makanan) dan keseimbangan elektrolit bila
tidak meminum obat tanpa menanyakan pemasukan oksigenus bukan faktor pada pemberi perawatan. dalam pembatasan diet, contoh hiperkalsemia dapat di akibatkan oleh penggunaan suplemen rutin dalam peningkatan kombinasi pemasukan dengan diet
makanan yang di perkaya kalsium dan obat mengandung kalsium. Kaji ulang tindakan untuk mencegah Menurunkan pendarahan, contoh penggunaan sikat dengan resiko perubahan sehubungan faktor jumlah
gigi halus, pencukur elektrik; hindari pembekuan/penurunan konstipasi, menghirup hidung keras, trombosit.
Instruksikan dalam observasi diri dan Insiden hipertensi meningkat pada pengawasan TD, termasuk jadwal GGK, sering memerlukan
istirahat
sebelum
mengukur
TD, penanganan
dengan
obat
anti
hipertensi, perlu untuk observasi ketat terhadap efek pengobatan, contoh respon vaskular terhadap obat.
Waspadakan tentang terpajan pada suhu Neuropati eksternal panas/salju. ekstrim, contoh
perifer
dapat
terjadi
elektrolit/asam-basa),
Buat
program
latihan
rutin,
kemampuan individu; menyelingi periode tonus otot dan kelenturan sendi. istirahat dengan aktivitas. Menurunkan dengan resiko sehubungan ( termasuk dan
imobilisasi
demineralasasi
tulang)
mencegah kelemahan.
hasrat/penampilan seksual. Identifikasi memerlukan contoh; tanda/gejala evaluasi medik yang segera,
Demam perubahab
derajat
rendah,
menggigil, Depresi
sistem
imun,
anemia,
karakteristik
Kebas/kesemutan
pada
neuropati perifer. Pembengkakan sendi/nyeri tekan, Hiperfosfatemia dengan pergeseran dapat mengakibatkan
deposisi kelebihan fosfat kalsium sebagai klasifikasi dalam sendi dan jaringan lunak. Gejala pada tulang rangka sering terlihat sebelum
gangguan pada fungsi organ Sakit kepala, penglihatan kabur, edema Dugaan periorbital/sakral, mata merah. terjadinya/kontrol
pemasukan
cairan,
(Colace) dan laksatif bult (Metamuci) penggunaan produk ikatan fosfat tetapi menghindari produk magnesium sering mengakibatkan (susu magnesia). yang tidak responsif non konstifasi terhadap medikal.
intervensi
7. Ketidakpatuhan b/d Sistem nilai pasien: Ansietas Keyakinan kesehatan, pengaruh budaya. Perubahan mental; kurang/menolak sistem
Kriteria Hasil : Menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan pemahaman program, Berpartisipasi dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan, Membuat pilihan pada tingkat kesepian berdasarkan informasi yang akurat, Mengidentifikasi/menggunakan sumber dengan tepat. Intervensi Mandiri Yakinkan persepsi/pemahaman Memberikan kesadaran bagaimana memandang penyakitnya Rasional
sendiri dan program pengobatan dan membantu dalam memahami masalah pasien.
Tentuksn
sistem
nilai
terapi dengan
mungkin pola
tidak hidup
sosial/budaya, dan rasa tanggung jawab/peran pasien. Dengarkan/mendengar dengan aktif pda Menyampaikan keluhan/ pernyataan pasien. keyakinan individu dan pesan masalah,
pada
kemampuan situasi
mengatasi
Identifikasi mengidikasikan
perilaku kegagalan
yang Dapat
memberikan
informasi
untuk tentang alasan kurangnya kerja sama dan memperjelas area yang memerlukan pemecahan masalah.
Kaji
tingkat
ansietas,
kemampuan Tingkat
ansietas
berat
mempengaruhi kemampuan pasien mengatsi situasi. Meskipun pasien secara internal termotivasi ( rasa kontrol internal), pasif cenderung
menjadi
pasif/tergantung
pada
Pasien dapat menolak kenyataan kondisi fisik/proses penyakit kronis takdapat berkabung pulih; dapat tahap proses
menunjukan
kemerahan, tingkat laku kasar atau perilaku menolak. Evaluasi pasien pendukung/sumber yang Adanya sistem pendukung adekuat digunakan oleh pasien. Anjurkan pilihan membantu pasien untuk mengatasi yang tepat. kesulitan penyakit lama.
Kaji perilaku memberikan perawatan Pendekatan kesehatan pada pasien/perilaku. dapat yang
yang
membuat
menjauhkan
menurunkan
kemungkinan
meningkatnya pengaruh. Terima pilihan/titik pandangan pasien, Pasien seolah-olah hal ini tampak menjadi membuat merusak diri. sendiri, dan mempunyai keputusan penerimaan hak untuk /pilihan dapat
memberikan rasa kontrol, yang akan membantu pasien melihat lebih dengan jelas konsekuensi pilihan.
Buat tujuan bertahap dengan pasien; Bila pasien telah berpartisipasi modifikasi program sesuai dalam menyusun tujuan, rasa
keperluan/kemungkinan.
dengan/bekerja
dengan
program
seperti yang dibuat. Buat sistem pengawasan diri, contoh TD, Memberikan penimbangan; memberikan salinan memampukan rasa pasien kontrol, untuk
laporan laboratorium.
Berikan
umpan
balik
positif
harga partisipasi
diri, dalam
program selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA