Sie sind auf Seite 1von 1

Kegalauan | ayub.

khan@kaskus Kini ia datang lagi Setelah berpuluh-puluh tahun tak pernah mampir ke dermaga hatiku Kini ia telah berubah wujud, tak lagi seperti dahulu Tak lagi tentang segala ketidakpastian Kini ia mewujud dalam rupa kegalauan Namun, dia tetap dia yang dulu Kegalauan....... Dahulu ia menjadi penghias tidur masa kanak-kanakku Kini ia menari dalam dunia dewasaku Kucari seribu sebab, tak pernah berakhir Namun terkadang aku rindu dgn rasa perih itu Karena ia telah membawaku ke sebuah rumah tak berpintu Kegalauan yang membawa rasa perih Kegalauan pula yang menghantarku menikmati kedekatan denganNya Ingin aku berteriak ke lubang telingaku Inilah cara Dia mendekatkanmu kembali kepadaNya Hijab-hijab keduniawian yang fana masih melambai antara aku dan Dia Hanya satu yang aku rasa Menikmati pedihnya sebuah kegalauan Menikmati bentuk cintaNya yang kurasakan aneh Tetapi taklah aneh bagi jiwa yang berserah diri. Adalah kusadari Puncak sejuta kegalauan Akan terhapus dengan sebuah pertemuan Allahu rabbi, betapa indahnya sebuah pertemuan Maka dengarlah ketika Ia berbisik: Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (per mulaan) Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menja di puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukup an. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. (Adh-Dhuha) Griya Bandung Indah, 19 April 2010 ba'da Isya

Das könnte Ihnen auch gefallen