Sie sind auf Seite 1von 11

Pendahuluan Makhluk hidup yang ada dunia ada beragam jenis bentuknya seperti manusia.

Manusia juga memiliki keragaman salah satunya bisa dilihat dari jenis kelamin yaitu pria dan wanita. Tetapi dalam suatu kasus yang sekarang, terjadi ketidakjelasan antara status jenis kelamin yang dia memiliki. Contohnya dia seorang laki-laki tetap dalam jiwanya dia memiliki jiwa wanita. Selain itu ada kasus yang sebaliknya. Dan ada juga orang memiliki dua jenis kelamin yang tidak jelas apakah status kelaminnya yang sebenarnya. Hal tersebut membuat mereka berbeda dengan yang lainya. Dari kasus di atas menjelaskan bahwa seseorang yang tidak jelas dengan status kelaminnya disebut transgender atau transseksualisme yang merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Transgenderis istilah umum bagi orang-orang yang identitas gender, ekspresi gender, atau Perilaku tidak sesuai dengan yang biasanya terkait dengan seks yang mereka ditugaskan saat lahir (American Psychological Association, 2002). Identitas gender mengacu pada perasaan internal seseorang makna menjadi laki-laki, perempuan, atau sesuatu yang lain. Ekspresi gender merujuk pada cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain melalui identitas jender melalui perilaku, pakaian, gaya rambut, suara, atau karakteristik tubuh. "Trans" kadang-kadang digunakan sebagai singkatan untuk "transgender. Sementara transgender adalah umumnya istilah yang baik untuk digunakan, tidak semua orang penampilan atau perilaku yang merupakan gender tidak sesuai akan mengidentifikasi sebagai orang trans gender. Cara cara orang transgender yang dibicarakan dalam budaya populer, akademisi, dan ilmu pengetahuan selalu berubah, terutama sebagai kesadaran, pengetahuan, dan keterbukaan individu tentang orang-orang transgender dan pengalaman mereka bertambah. Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual. Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir, namun mencakup:

"Tentang, berkaitan dengan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya." "Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deksripsi ini salah atau tidak sempurna bagi dirinya." "Non-identifikasi dengan, atau non-representasi sebagai, gender yang diberikan kepada dirinya pada saat kelahirannya." Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut juga sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (Sex Reassignment Surgery). Dalam DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) III, penyimpangan ini disebut sebagai juga genderdysporia syndrome. Penyimpangan ini terbagi lagi menjadi beberapa subtype meliputi transseksual, aseksual, homoseksual, dan heteroseksual. Tanda-tanda transgender atau transseksual yang bisa dilacak melalui DSM, antara lain: 1. Perasaan tidak nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya; 2. Berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan jenis kelamin lain; 3. Mengalami guncangan yang terus menerus untuk sekurangnya selama dua tahun dan bukan hanya ketika dating stress; 4. Adanya penampilan fisik interseks atau genetik yang tidak normal; 5. Dan dapat ditemukannya kelainan mental semisal schizophrenia yaitu menurut J.P. Chaplin dalam Dictionary of Psychology (1981) semacam reaksi psikotis dicirikan di antaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan pada kehidupan emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.

Pembahasan

Transgender juga merupakan bagian dari budaya. Di belahan Timur Asia dapat ditemukan banyak mitos dan istilah untuk menyebut kelompok transgender ini. Dennis Altman dalam Global Sex mencoba untuk menelusuri sebutan-sebutan kelompok transgender male to female di beberapa Negara. Ia menyebutkan bahwa transgender, terutama kelompok male to female (transman) memiliki banyak variasi yang kompleks. Di Indonesia kaum transgender transman identic dengan sebutan waria, kathoey di Thailand, hassas di Maroko, kocek di Turki, bayot di Filipina, dan kitesha di Luba di sebagian wilayah Congo (Altman, 2007, p. 207). Dilihat dari definisi sosiologi, waria adalah suatu transgender. Maksudnya adalah mereka menentang konstruksi gender yang diberikan oleh masyarakat pada umumnya, yaitu laki-laki atau perempuan saja. Waria menentang konstruksi tersebut, yaitu secara fisik dia laki-laki namun dia berpenampilan perempuan. Peran-peran yang diambil pun peran-peran perempuan. Ruang gerak waria juga masih terbatas, terlebih jika keberadaan mereka masih belum bisa diterima dalam kehidupan social, sehingga kaum ini pun hanya dapat ditemukan dalam kehidupan hiburan seperti ngamen, ludruk, reog atau mereka yang berkutat dalam bidang kecantikan dan kosmetik (Sugeng & Hesti, 2005). Waria adalah seorang pria yang secara psikis merasakan adanya ketidakcocokan antara jati diri yang dimiliki dengan alat kelaminnya, sehingga akhirnya memilih dan berusaha untuk memiliki sifat dan perilaku lawan jenisnya yaitu wanita. Fisik mereka lakilaki namun cara berjalan, berbicara dan dandanan mereka mirip perempuan. Orang yang secara genetik mempunyai potensi penyimpangan ini dan apabila didukung oleh lingkungan keinginannya sangat besar untuk merubah diri menjadi waria. Misalnya ada laki-laki yang tidak percaya diri atau tidak nyaman bila tidak berdandan atau berpakaian wanita. Selain itu, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi yaitu faktor ekonomi. Adapun ciri seorang pria adalah sebagai berikut : a. Memiliki bentuk tubuh seperti pria.contoh : Rahangnya yang kuat,lengannya yang berotot,bentuk paha, dan lain-lain, b. Waria tidak memancarkan PHEROMONE dari dalam tubuhnya seperti pada wanita. c. Waria biasa memekai pakaian yang cenderung seperti wanita,biasanya pakaian sexy untuk menarik perhatian sesama jenisnya. d. Waria tidak mungkin memiliki organ tubuh wanita secara alami (seperti rahim dan payudara) karena hormon tectoseron dalam tubuhnya tidak terbentuknya organ-organ wanita tersebut.

1.

Faktor Penyebab Terjadinya Transgender Adapun penyebab seorang pria menjadi seorang wanita atau waria atau penyebab

terjadinya transgender dapat diakibatkan 2 faktor yaitu a. Faktor bawaan (hormon dan gen) Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu karena ada masalah antara lain dalam susunan kromosom, ketidakseimbangan hormon, struktur otak, kelainan susunan syaraf otak, b. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transseksual karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat Islam.

2. Dampak Menjadi Transgender dan Waria Telah kita ketahui faktor seseorang menjadi transgender yaitu terdiri dari dua faktor yaitu faktor gen atau bawaan dan faktor luar atau lingkungan. Semua itu disebabkan oleh faktor tersebut, karena kita yakin bahwa semua orang yang bersifat trangender atau transeksual tidak menginginkan ini terjadi. Seorang waria pasti berkata bahwa dia tidak meminta di lahirkan sebagai waria dengan mendandani diri seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin yang begitu dalam. ia seolah berhasil melepas beban psikologi yang selama ini masih memberatkannya. Sehingga kita tidak dapat menyalahkan sepenuhnya kepada orang yang mengalami ksus trangender tetapi kita harus bersama-sama menyikapinya dengan baik. Pada umumnya seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap berbeda dan tidak bisa masuk dalam kelmpok yang sama, karena meraka dianggap memiliki perbedaan yang membuat orang memandanya itu tidak layak untuk hidup berdampingan. Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan pembicaraan atau dicemooh oleh masyarakat

sekitar. Bahkan mereka dianggap dapat membawa pengaruh negative untuk lingkungan masyarakat. Seorang transgender yaitu dalam kasus waria msih memiliki kendala seperti diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari pekerjaan. Dan mereka pun juga dianggap samapah masyarakat. Padahal kita ketahui seorang waria itu bisa menjadai penghibur dan memiliki kreatifitas tinggi yaitu dibidang seni.

3. Pandangan Masyarakat Kita ketahui kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasus transgender seperti waria memiliki pandangan negatif, karena meraka menggangap bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir dan itu merupakan larangan agama. Memang ini sangat dilarang oleh agama dan sangat bertentangan apalagi sampai mengubah atau mengoperasi alat kelamin. Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus diperinci persoalan dan latar belakangnya. Dalam dunia kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu: (1) Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki kelamin normal; (2) Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau vagina yang tidak berlubang atau tidak sempurna; (3) Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan vagina) Pertama: Masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin. Ketetapan haram ini sesuai dengan keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional II tahun 1980 tentang Operasi Perubahan/ Penyempurnaan kelamin. Menurut fatwa MUI ini sekalipun diubah jenis kelamin yang semula normal kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis kelamin semula sebelum diubah. Kedua: Operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan bukan penggantian jenis kelamin menurut para ulama diperbolehkan secara hukum syariat. Jika kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan mani baik penis maupun vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau

menyempurnakannya dibolehkan bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini merupakan suatu penyakit yang harus diobati. Ketiga : Apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan juga vagina, maka untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk mematikan dan menghilangkan salah satu alat kelaminnya. Untuk kasus yang pertama itu memang sangat diharamkan agama karena merubah kodrat, tetapi sebagai masyarakat kita jangan sampai menjahu mereka tetapi mengdakan pendekatan untuk perubahan yang terbaik untuk pelaku transgender tersebut. Jangan sampai sebagai warga negara yang memiliki HAM yang sama membunuh hak meraka. Dan lakukan pendekatan kepada mereka dengan pendekatan agama. Serta jangan cemooh mereka yang hendak melakukan perubahaannya, karena latar belakang mereka yang terdahulu. Tetapi pelaku transgender untuk kasus kedua dan ketiga itu doperbolehkan karena demi kesehatan serta penyempurnaan status yang tidak jelas dengan melakukan operasi kelamin. 4. Transgender dan Implikasi Kesehatan Berdasarkan peneliltian yang dilakukan oleh Rekers, dari kurang lebih 70 orang anak laki-laki yang mengalami gangguan identitas gender yang ia jadikan objek penelitian, ia menemukan bahwa tidak dideteksi hal yang sifatnya abnormal secara fisik. Dan tidak ada bukti bahwa pemberian hormon sewaktu seorang wanita mengandung atau adanya ketidakseimbangan hormonal pada diri ibu dapat menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya gangguan identitas gender pada seorang anak.

(www.leaderu.com/jhs/rekers.html.2002). Jadi, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa seseorang yang mengalami gangguan identitas gender tidak mengalami gangguan atau keabnormalan secara fisik. Saat kita merasakan perasaan ketidak cocokkan antara identitas gender yang kita terima sejak lahir dengan tubuh yang kita diami, di dalam masyarakat telah dibuktikan tidak ada kedudukan yang pasti atau peran yang dapat diambil untuk jenis ekspresi gender seperti ini, bahkan suatu konflik biasanya akan menyeruak atau timbul dalam masyarakat tersebut. Hal ini tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang normal dalam masyarakat kita sekarang ini.

(http://www.transgendercare.com/guidence/what_is_gender.htm). Konflik dengan lingkungan, yang berkepanjangan dapat membuat seseorang menjadi stres. Terlebih pada kebanyakan kaum transgender ini,mereka mengalami stres, dikarenakan tekanan dari lingkungan, terutama masyarakat yang masih mendeskritkan mereka. Pemaparan seseorang dengan stres dapat membuat emosi yang menyakitkan, seperti dapat mengalami

gangguan kecemasan. Namun, reaksi seseorang saat mengalami stres berbeda-beda, ada sebagian yang mengalami masalah psikologis yang serius dan ada yang menghadapinya tidak mengalami masalah apapun. Sebagai manusia yang normal, individu transgender dan transseksual memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia normal lainnya. Tetapi,dikarenakan terdapat adanya penyimpangan perilaku yang mereka perlihatkan, mengakibatkan mereka mengalami berbagai bentuk konflik baik yang mereka dapatkan dari pihak keluarga maupun dari segelintir masyarakat dikarenakan sudut pandang yang telah terbentuk selama ini mengindikasikan bahwa kaum mereka merupakan kaum yang selalu terlibat dalam hal negatif, seperti menjadi seorang pekerja seks komersial. Perilaku kaum

transeksual/transgender dalam mencari pertolongan kesehatan relatif sudah mengarah pada perilaku positif, dimana mereka secararutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Baik kepada tenaga kesehatan yang telah disediakan oleh yayasan yang menaunginya maupun kepada dokter umum biasa. Sebuah keadaan psikologis dianggap gangguan mental hanya jika hal itu menyebabkan tekanan yang signifikan atau cacat. Banyak orang transgender tidak menganggap jenis kelamin mereka sebagai hal yang menyedihkan atau membatasi, yang menyiratkan bahwa mengidentifikasi sebagai transgender tidak merupakan gangguan mental. Untuk individu, masalah yang signifikan adalah menemukan sumber daya yang terjangkau, seperti konseling, terapi hormon, prosedur medis, dan dukungan sosial yang diperlukan untuk bebas mengekspresikan identitas gender dan meminimalkan diskriminasi. Banyak hambatan lainnya yang dapat menyebabkan gangguan, termasuk kurangnya suatu penerimaan dalam masyarakat, langsung atau tidak langsung. Pengalaman dengan diskriminasi, atau penyerangan. Pengalaman ini dapat menyebabkan orang transgender banyak menderita kecemasan, depresi, atau gangguan terkait pada tingkat yang lebih tinggi dari pada orang nontransgender. Di Amerika Serikat, pembayaran untuk perawatan kesehatan pengobatan oleh perusahaan asuransi, Medicare, dan Medicaid harus spesifik untuk "gangguan," yang didefinisikan sebagai kondisi dalam International Classification Diseases (ICD) atau the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSMIV). Menurut DSM-IV, orang yang mengalami ketidaksesuaian gender yang terus menerus dapat diberikan diagnosis gangguan identitas gender. Diagnosis ini sangat kontroversial diantara beberapa profesional kesehatan jiwa dan masyarakat transgender. Sebagian berpendapat bahwa diagnosis pathologizes noncongruence gender tidak tepat dan harus dieliminasi. Yang lain berpendapat

bahwa itu adalah penting untuk mempertahankan diagnosis untuk menjamin akses keperawatan (APA, 2011). Individu transgender lebih minoritas daripada populasi lesbian gay dan biseksual. Ada sedikit data yang tersedia, tetapi orang-orang transgender mungkin mengalami peningkatan risiko untuk depresi, percobaan bunuh diri, substansi dan kekerasan antigay. Individu transgender banyak yang mengalami diskrimanasi dalam bekerja diskriminasi. Dalam sebuah studi dari 47 laki-laki HIV positif di Vancouver, semua pria transeksual bekerja di industri perdagangan seks, yang memiliki implikasi kesehatan yang serius. Tingkat infeksi HIV pada perempuan transeksual yang tinggi dan bahkan mungkin melebihi tingkat pada pria gay dan biseksual. Individu transgender menghadapi hambatan banyak untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Takut diskriminasi, ketidakpekaan penyedia, misalnya, dengan menggunakan kata ganti "he" untuk perempuan transeksual, dan alasan keuangan, semua dapat mencegah individu transgender mengakses perawatan kesehatan. Di Ontario, operasi pergantian jenis kelamin bukan layanan yang dicover oleh OHIP (Ontario Health Insurance) Individu transgender mungkin mengalami rasa malu dan kecemasan atas tubuh mereka dan, jika dilihat secara klinis, tidak harus diminta untuk membuka pakaian kecuali benarbenar diperlukan. Hal lain yang penting untuk diingat adalah bahwa stereotip kelelakian atau keperempuanan dari tubuh seseorang bukan merupakan indikasi dysphoria gender yang dialami oleh individu. Di Inggris, jenis kelamin pada akta kelahiran seseorang adalah seks seseorang untuk hidup, bahkan jika seseorang menjalani operasi pergantian jenis kelamin. Transeksual hidup sebagai lawan jenis dan akan berusaha untuk mengubah penampilan luar mereka untuk sesuai dengan identitas batin mereka melalui penggunaan hormon seks dan kemungkinan operasi pergantian. Ada beberapa protokol pengobatan untuk terapi hormonal dan pembedahan untuk individu transeksual. Standar global perawatan the Harry Benjamin International Gender Dysphoria Associations standards, bagaimanapun, mereka dianggap oleh sebagian komunitas transeksual sebagai membatasi. Standar Hukum Kesehatan Perawatan untuk waria tersebut dikembangkan oleh aktivis transgender dan pengacara. Salah satu prinsip-prinsip Standar adalah bahwa transseksualisme sendiri bukanlah gangguan mental atau penyakit medis, dan penekanannya adalah pada aksesibilitas dan kontrol pasien atas keputusan-keputusan. Dalam, Perawatan buku Transgender mereka, Isreal dan Tarver, hadir dalam mendalami pedoman dan rekomendasi untuk kesiapan konsumen untuk terapi hormonal, operasi estetika dan operasi pergantian gonad serta komentar tentang pedoman.

Terlepas dari kenyataan bahwa efek samping dapat terjadi, sebagian besar waria akan transisi tanpa menderita efek samping yang serius. Terapi hormonal juga menyebabkan perubahan fisik dan psikologis yang membuat pasien merasa lebih seperti identitas gender mereka, membatasi morbiditas psikiatri dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebaliknya, menolak untuk mengelola terapi hormon untuk pasien merupakan faktor risiko untuk pengobatan diri dengan hormon yang diperoleh secara ilegal dan penggunaan jarum suntik untuk pengobatan hormone Female To Male transeksual mendapat terapi hormonal dengan testosteron. Pemberian testosteron akan menyebabkan terhentinya menstruasi umumnya dalam bulan pertama, pendalaman suara, peningkatan rambut wajah dan tubuh, peningkatan ukuran klitoris, peningkatan libido, dan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan massa otot. Penting untuk diingat bahwa testosteron tidak akan mengurangi ukuran payudara. Pria transeksual Banyak akan lulus sebagai laki-laki (yaitu terlihat laki-laki ke dunia luar) setelah satu tahun pengobatan, tetapi efek penuh testosteron yang dapat memakan waktu hingga 10 tahun. Beberapa efek samping dari testosteron adalah meningkatnya kulit berminyak, jerawat, berat badan, dan sakit kepala. Risiko kesehatan dari pengobatan testosteron adalah hepatotoksisitas, resistensi insulin, perubahan negatif dalam profil lipid (penurunan HDL dan peningkatan trigliserida) dan homosistein, polisitemia pada mereka yang berisiko karena efek erythropoeitic, dan Sindrom ovarium polikistik mungkin. Ada terus menjadi setidaknya risiko teoritis untuk payudara, ovarium, endometrium dan kanker serviks. Pembedahan termasuk mastektomi bilateral atau sedot lemak, metoidoplasty (membuat penis mikro dengan memutuskan ligamen suspensorium yang mengelilingi klitoris yang membesar) atau Phaloplasti (menggunakan kulit dan transfer jaringan musle dari pangkal paha, lengan atau paha), vaginectomy, histerektomi ditambah salpingo-ooforektomi, scrotoplasty, dan perpanjangan uretra. Untuk perawatan kesehatan lanjutan dari seorang pria transeksual, pedoman skrining standar harus diikuti untuk semua organ yang dimiliki pasien.

5.

Transgender sebagai isu transcultural nursing Hubungan perawat dengan pasien merupakan faktor penting dalam kesejahteraan.

Pasien. "Kesehatan" adalah sebuah konsep holistik yang meliputi fisik, mental, emosional dan kesejahteraan sosial. Sulit bagi perawat untuk memelihara kondisi yang meningkatkan kesehatan jika hubungan pasien dengan perawat didasarkan pada informasi yang keliru, asumsi dan bias.

Perawatan yang kompeten secara budaya didefinisikan sebagai perawatan kesehatan yang sensitif terhadap dan pengetahuan tentang keyakinan kesehatan dan perilaku, risiko epidemiologi dan penyakit, dan hasil pengobatan populasi pasien tertentu. Perawatan budaya yang kompeten, oleh karena itu, mensyaratkan bahwa perawat akan: menyadari keyakinan mereka sendiri dan nilai-nilai dan bagaimana mungkin mempengaruhi perawatan pasien pengetahuan tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien mereka up to date pada pencegahan yang tepat dan praktek promosi kesehatan, dan perawatan yang paling efektif. Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan Masyarakat Massachusetts mendanai proyek yang disebut "Gay, Lesbian, Kesehatan Proyek Akses Biseksual dan Transgender" yang mengembangkan standar praktek untuk perawatan kualitas penduduk LGBT. Standar didasarkan pada penghapusan diskriminasi, penuh dan akses yang sama ke pelayanan perawatan kesehatan bagi semua pasien, penghapusan stigmatisasi dan penciptaan lingkungan perawatan kesehatan di mana semua pasien merasa aman datang "keluar" untuk penyedia pelayanan kesehatan. Salah satu aspek penting dari standar adalah bahwa mereka menangani penjangkauan masyarakat dan promosi kesehatan sehingga mendorong masuknya penduduk LGBT dalam membuat keputusan perawatan kesehatan masyarakat

(http://www.genderandhealth.ca/en/modules). Berikut ini adalah beberapa saran khusus untuk penyedia layanan kesehatan. Bentuk Intake harus inklusif dan non-heterosexist. Daripada menanyakan status perkawinan, bertanya tentang dukungan yang signifikan dalam kehidupan pasien dan meninggalkan ruang bagi seseorang untuk menggambarkan struktur keluarga mereka. Demikian pula lingkungan kantor harus terbuka dan mengundang untuk semua pasien. Kedua perawat dan dokter wawancara harus tidak menghakimi dan non-heterosexist. Fokus pada perilaku bukan orientasi seksual ketika merawat semua pasien. Individu heteroseksual dapat terlibat dalam perilaku berisiko tinggi yang sama sebagai penduduk LGBT, dan banyak individu yang terlibat dalam perilaku berisiko tertentu tidak mengidentifikasi diri sebagai apa pun selain heteroseksual. Anda harus jujur dan menyadari bias Anda sendiri dan prasangka, dan jika Anda merasa tidak dapat memberikan non-menghakimi, perawatan penuh kasih bagi penduduk LGBT, kemudian merujuk pasien ke seseorang yang bisa.

Penerimaan, tidak menghakimi, komunikasi terbuka dan kepercayaan mengarah ke sejarah yang lebih rinci dan akurat. Hal ini pada gilirannya akan mengarah pada perawatan yang lebih baik dan lebih sesuai untuk semua pasien.

Sertakan mitra LGBT pasien dalam perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan Tanyakan orang bagaimana mereka ingin disebut, dan menggunakan kata ganti mencerminkan identitas gender pasien 'daripada seks biologis mereka. Kerahasiaan sangat penting bagi penduduk LGBT yang masih rentan terhadap diskriminasi. Diskusikan masalah kerahasiaan dengan pasien dan tidak mencatat orientasi seksual dalam grafik pasien tanpa persetujuan.

Memiliki kampanye promosi kesehatan inklusif: mencakup individu gay, lesbian, biseksual dan transgender dan keluarga mereka. Jadilah berpengetahuan dalam kebutuhan perawatan kesehatan penduduk LGBT Jadilah heterosexism advokat dan tantangan dan penindasan dari penduduk LGBTI setiap kali Anda melihatnya.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Transgender (http://id.wikipedia.org/wiki/transgender (28/05/2010)) Anugrah. 2010. Proses Seorang Pria Menjadi Waria Ditinjau Dari Teori Pembelajaran Sosial, Konflik Yang Dialami Dan Hambatan-Hambatan Untuk Kembali Normal (http://library.gunadarma.ac.id/index.php ?appid= penulisan&sub=detail&npm=10599023&jenis=s1fpsi (28/05/2010)) Boriel, Vithree. 2010. Hasil Penelitian Tentang Waria (http://farhatunfitriah. blogspot.com /2010/04/hasil-penelitian-tentang-waria.html(28/05/2010)) Budi. 2009. Fenomena Transgender dan Hukum Operasi Kelamin (http://www. generas imuslim.com /fiqih-kontemporer/351-fenomena-transgender-danhukumoperasi-kelamin (28/05/2010)) KOMPAS. 2010. Penyerbuan Pelatihan Wari Waria: Pandang Kami sebagai Saudara (http://regional.kompas.com /read/2010/04/30/20073523/ Waria:.Pandang.Kami.sebagai.Saudara (28/05/2010))

Das könnte Ihnen auch gefallen