Sie sind auf Seite 1von 3

Thought Insertion: Keyakinan bahwa beberapa pikirannya adalah bukan miliknya dan telah ditanamkan ke dalam pikirannya oleh

kekuatan dari luar

Camellia Vita. 2010. Waham Secara Klinik. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/3/10E00570.pdf.txt (diakses 10 November 2013)

Jenis Waham Adapun jenis-jenis waham menurut Maramis (2009), Stuart dan Sundeen ( 1998), dan Keliat (2006) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Waham agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. b. Waham kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. c. Waham somatik: klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. d. Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. e. Waham nihilistik: klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. f. Waham bizar 1. Sisip pikir: klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan 2. Siar pikir: klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

Keliat B.A., Panjaitan R.U., Helena N. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC Maramis Willy F., Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press Stuart Gail Wiscart dan Sundeen Sandra J. 1998. Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC

Interpretasi pemeriksaan status mental 1. Halusinasi auditorik Halusinasi merupakan presepsi sensorik yang salah yang tidak ada hubungannya dengan rangsangan luar yang nyata (tanpa objek yang nyata); bisa merupakan penafsiran waham dari pengalaman halusinasi tersebut (Nuhriawangsa, 2011). Halusinasi yang sering terjadi pada gangguan persepsi sensori adalah halusinasi akustik atau auditorik. Halusinasi ini sering berbentuk: a. Akoasma b. Phonema : suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan dengan jelas : suara-suara yang berbentuk suara jelas yang berasal dari manusia

sehingga klien merasa seperti mendengar suara tertentu 2. Thought Insertion Merupakan suatu bentuk waham pengendalian yang berarti pasien berkeyakinan bahwa beberapa pikirannya adalah bukan miliknya dan telah ditanamkan ke dalam pikirannya oleh kekuatan dari luar (Camellia, 2010). 3. Insight (tilikan diri) Derajat 1 Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit. Tilikan dibagi dalam enam derajat, yaitu: a. Derajat 1 : Penyangkalan penyakit sama sekali b. Derajat 2 : Agak menyadari bahwa meraka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya c. Derajat 3 : Sadar bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada factor eksternal, atau pada factor organic

d. Derajat 4 : Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien e. Derajat 5 : Disebut juga tilikan intelektual, yaitu pasien menerima bahwa dirinya sakit dan bahwa gejala atau kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan f. Derajat 6 : Disebut juga tilikan emosional sesungguhnya, yaitu kesadaran emosional tentang motif dan perasaan di dalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya, yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam perilaku (Kaplan dan Sadock, 2010) Pada skenario pasien menunjukkan adanya insight derajat 1 yang menunjukkan bahwa pasien melakukan penyangkalan sama sekali terhadap penyakitnya.

Nuhriawangsa Ibrahim. 2011. Symtomatologi Psikiatri. Surakarta: UNS Press Kaplan Harold I., Sadock Benjamin J., Grebb Jack A. 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, p: 438 Camellia Vita. 2010. Waham Secara Klinik. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/3/10E00570.pdf.txt (diakses 10 November 2013)

Das könnte Ihnen auch gefallen