Sie sind auf Seite 1von 0

Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)

Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5


1


Case Study
Volume 3 2013 Issue 5

10 Tahun: Mengukur Efektivitas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)di I ndonesia



NOT FOR PUBLIC CIRCULATION WITHOUT WRITTEN AND
EXPLICIT PERMISSION OF THE AUTHOR
















Copyright 2013 Deutsche Asienforschungszentrum. All rights reserved.
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
2


Mengukur Efektivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di I ndonesia


In a state where corruption abounds, laws must be very numerous.
Tacitus


RINGKASAN EKSEKUTIF
Sebuah survei terbaru di Indonesia
1
yang meninjau tingkat korupsi di Indonesia menimbulkan
pertanyaan besar mengapa lembaga seperti KPK dan kasus-kasus korupsi kelas kakap tidak
jua menekan tingkat korupsi?

Menurut survei, 71% dari mereka yang disurvei percaya bahwa korupsi itu lebih jamak
dibanding tahun 2011 dan tidak percaya pada partai politik negara, legislatif, pegawai negeri
sipil, peradilan, dan polisi. Mereka yang disurvei juga menganggap bahwa korupsi telah
meningkat tajam. Jajak pendapat menyatakan, "Sebanyak 86% mengatakan partai-partai
politik di negara ini korup secara spesifik, 89% untuk legislatif, 86% untuk peradilan, dan
79% untuk layanan sipil." Sebuah tren yang lebih mengganggu adalah bahwa media (dijuluki
"Negara Keempat") dianggap tidak lurus di mana 19% penduduk Indonesia curiga dan
percaya media dipengaruhi oleh kepentingan yang kuat, baik dari dalam dan luar negeri
2
.
Sebanyak 68% dari mereka yang disurvei berpendapat pemerintah berkuasa saat ini tidak
efektif dalam menjinakkan korupsi.
Annual Edelman Trust Barometer 2013 menyatakan kepercayaan masyarakat Indonesia
terhadap bisnis mencapai 27 poin lebih tinggi daripada kepercayaan pada pemerintah
3
.
Korupsi dan kebijakan yang adalah salah satu alasan utama hilangnya kepercayaan pada
pemerintah. Demikian juga kepercayaan publik terhadap LSM Indonesia turun menjadi hanya
51% dari tahun sebelumnya
4
.
5
Laporan Edelman menyatakan bahwa LSM di sini adalah
organisasi "barisan depan" yang ceroboh untuk kepentingan pribadi tetapi, memperoleh
dana yang besar dari LSM internasional, jelas ada tantangan besar bagi para LSM agar

1
http://www.irrawaddy.org/archives/39785; Survey lays waste to Indonesias Fight Against Corruption by the
Jakarta Globe, 11 July 2013; accessed on 14 July 2013
2
The 2013 Edelman Trust Barometer shows a drop by 3 % to 77 % from the previous year.
http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761; slide 18;
accessed on 3 May 2013
3
http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761; slide 11
(Indonesian data point); accessed on 26 July 2013
4
http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761;
accessed on 26 July 2013
5
In comparison to the lack in government and officialdom, the Edelman report that academics or experts (69
%), technical expert in the company (67 %) and a person like yourself (61 %) is getting the highest marks in
public perception of being a trusted source and credible spokesperson.
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
3

mampu terlibat dalam masyarakat yang selama ini hubungannya tidaklah baik.
6
Bahkan
organisasi non-pemerintah pro-KPK, Indonesia Corruption Watch (ICW), menyatakan,
bahwa KPK harus konsisten dalam memainkan perannya sebagai mekanisme pemicu
sekaligus sebagai instrumen untuk memulihkan penegakan hukum di Indonesia. Berkaitan
dengan sektor-sektor kasus yang ditangani oleh KPK, mekanisme pemicu tidak mungkin
bekerja atau tidak akan efektif karena masalah penyuapan yang menyangkut para aparat
peradilan.
7
Masyarakat, bagaimanapun, siap untuk terlibat dalam memerangi korupsi. Pada
tahun 2009
8
di salah satu kunjungannya ke media, Presiden Indonesia mengatakan, "Terkait
KPK, saya serius mengingatkan Anda. KPK telah memegang kekuatan yang luar biasa.
Tanggung jawab hanya kepada Tuhan. Berhati-hatilah." Disebut-sebut sebagian masyarakat
KPK memiliki kuasa yang berlebihan
9
,
10
KPK tetap menjadi titik gesekan terus menerus
dalam dunia politik.
Laporan Edelman menyatakan lebih lanjut, "Meskipun ada kebulatan suara yang
menganggap badan-badan pemerintahan tidak lurus, responden tidak merasa haknya hilang.
Sekitar 81% dari mereka yang disurvei percaya bahwa "orang biasa" bisa membuat
perbedaan dalam memerangi korupsi dan 41% mengatakan mereka akan bergabung dalam
gerakan protes." Tapi ini bukan persepsi Indonesia yang unik. Transparency International
11
,
dalam wawancara dengan BBC baru-baru ini, menyatakan bahwa jajak pendapat
menunjukkan korupsi semakin parah.
12
Apakah ini kegagalan dari proses anti-korupsi?
Apakah para pembuat kebijakan di Indonesia, politisi, aparat penegak hukum, dan
masyarakat pada umumnya perlu memikirkan ulang peran lembaga negara? Ini memengaruhi
kinerja pemerintah, profitabilitas ekonomi, dan masyarakat pada umumnya.
Temuan-temuan suram ini memunculkan pertanyaan yang sulit: Jika ternyata korupsi terus
meningkat, apakah lembaga-lembara negara itu efektif dalam pekerjaan mereka? Lagipula,
ICW sendiri menyatakan, Di sisi lain, KPK ... tidak pernah mencoba untuk mengambil

6
http://issuu.com/edelmanapac/docs/trust_in_asia_pacific_germany?e=7100583/2232497; page 26;
accessed on 22 July 2013
7
http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf; KPK Roadmap 2007-2011
Towards More Effective Corruption Eradication; ICW publications; accessed on 30 June 2013
8

http://www.antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Umum/independentreportofUNCACimplementatio
ninindonesiaqatar09.pdf; accessed on 7 June 2013; the conference presenters, most of them activists from the
Indonesian Corruption Watch, a dutch-NGO (HIVOS) sponsored organization quoted, KOMPAS, 25 June 2009,
It is dangerous the big power without control. [referening to the extra-ordinary powers of the KPK]
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/25/0300544/berbahaya.kekuasaan.yang.terlalu.besar.dan.tanpa.
kontrol.
9
http://ikhasu.blogspot.sg/2009/11/kpk-must-be-criminalized.html; 12 November 2009; accessed on 2 August
2013
10
http://www.controlrisks.com/Oversized%20assets/indonesia_whitepaper_2013.pdf; accessed on 1 August
2013
11
http://www.dw.de/siemens-told-to-tread-carefully-by-transparency-international/a-2263565; 7 December
2006; Transparency International, a German based NGO, heavily funded by the German government was itself
at the center of a serious corruption issue involving Siemens;accessed on 20 July 2013;
12
http://www.bbc.co.uk/news/business-23227382; Corruption getting worse, says polls; 9 July 2013; accessed
21 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
4

tindakan hukum terhadap pelaku korupsi yang melibatkan aparat lembaga penegak hukum,
misalnya hakim, jaksa atau polisi. Dengan pendekatan ini, KPK gagal mencapai dua tujuan,
untuk mengaktifkan mekanisme pemicu dan memulihkan penegakan hukum
13
.
Sebuah studi penting pada tahun 1965 menyatakan bahwa kejahatan ekonomi hampir selalu
diabaikan. Federal "Komisi Kriminal" di AS menetapkan bahwa dampak ekonomi dari
kejahatan sebesar hampir 15 miliar USD, sementara mendekati 21 miliar USD dihabiskan
untuk menekan kejahatan (pengeluaran publik, polisi, kejaksaan dan pengadilan, penjara, dan
keamanan swasta). Dengan kata lain, 48 tahun yang lalu, pada tahun 1965, Pemerintah
Federal AS mengalami defisit keuangan dalam upaya untuk melawan kejahatan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah strategi penghukuman yang kita lihat ternyata gagal
adalah strategi yang tepat dan satu-satunya atau jika sudah waktunya untuk
mempertimbangkan dan meninjau peran dan efektivitas KPK dan memperkenalkan model
bersifat sosial yang berbeda, yang bisa menekan korupsi pada skala yang lebih besar
dibanding laporan Transparency International yang sarankan .
Konteks teoritis sering berfokus pada teori sosial, contohnya Teori Negara Kleptokratis
14

(Andreski 1968, Olson 1993, Rose-Ackerman 1997:117). Teori ini berpendapat bagi negara-
negara kuat guna memaksimalkan pendapatannya sendiri, mereka mencapainya dengan
membebankannya kepada masyarakat (Lenski & Lenski: 194). Hal ini juga menyalahkan
mantan Presiden Soeharto dalam konteks keluarga dan antek-anteknya sebagai penyebab dari
semua korupsi di Indonesia. Tak satu pun dari argumen-argumen itu, meskipun secara teoritis
benar, mengatasi masalah spesifik di Indonesia dari kesenjangan pendapatan, kurangnya
kohesi kepemimpinan nasional, dan ketidakpahaman yang tidak mumpuni pada tingkatan
pendapatan terhadapa layanan sipil dan pejabat negara. "Setiap orang harus membayar
seseorang" bukan sekadar frase tetapi merupakan elemen penting dari masyarakat untuk
mendapatkan kemajuan jika pintu masuk tidak dapat dicapai berdasarkan manfaat.

Arifianto "mengidentifikasi aturan yang tidak menguntungkan seperti pembatasan
perdagangan, represi keuangan dan perizinan ekonomi menjadi hambatan yang signifikan
untuk bisnis di Indonesia." Oleh karena itu, pengelakan kondisi ekonomi yang tidak
menguntungkan tidak hanya koneksi kepada kekuasaan tetapi kondisi akan kebutuhan dan
pemikiran akan pelanggaran.
Ada juga kebutuhan untuk individu dalam bisnis untuk memberikan solusi terhadap masalah
menghadapi bisnis. Sebagai contoh, seorang pejabat pajak menggunakan kekuasaannya untuk
menentukan pajak yang terutang kepada negara dengan meminta suap. Pejabat perusahaan
kemudian dipaksa untuk memberikan solusi dan setuju untuk suap guna menghindari
hukuman pinalti yang bisa mencapai 100%. Kedua belah pihak pun masuk ke dalam proses

13
http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf; KPK Roadmap 2007-2011
Towards More Effective Corruption Eradication; ICW publications;(page 14); accessed on 30 June 2013
14
http://people.brandeis.edu/~cerbil/AlexCorruption.pdf; Corruption in Indonesia: Causes, History, Impacts,
and Possible Cures; Alexander Arifianto; accessed on 20 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
5

yang disepakati yang bersifat ilegal, atau penyuapan yang hanya menyangkut kepentingan
pribadi, merupakan hambatan moral yang seharusnya dapat diterapkan oleh kesadaran sosial.
Teori Becker mengenai kejahatan dan hukuman berlaku dalam konteks Indonesia sebagai
realita. Korupsi dalam kantor pajak, polisi, dan sistem peradilan yang dalam dan luas,
menjadikannya budaya, institusional dan sistemik. Harus diakui, meskipun dihindari dalam
studi-studi, korupsi di Indonesia merupakan bagian dari pertahanan institusional. Misalnya,
pejabat Indonesia sederhananya adalah orang-orang miskin dan sebenarnya tidak mampu
jujur. Contoh orang-orang Afrika berlaku pada lingkungan Indonesia di mana negara
memberikan kondisi untuk korupsi. Ekonomi yang tidak seimbang juga mendorong korupsi.
Misalnya, pembayaran kepada seorang polisi dipandang sebagai upah yang pantas karena
berhasil menyelesaikan suatu kasus. Bayaran karena telah mengecap atau mengurus dokumen
resmi dipandang sebagai apresiasi budaya. Ini adalah bagian integral lateral dan vertikal dari
masyarakat Indonesia. Korupsi telah menjadi sebuah industri ekonomi dan karena itu
merupakan lapisan dari struktur masyarakat.
Untuk memberikan contoh perbedaan budaya, orang yang kehilangan dompetnya di
Singapura memiliki probabilitas tinggi untuk menemukan dan mendapatkan asetnya kembali
utuh. Sikap budaya, pendidikan, dan mekanisme berada di tempat yang memungkinkan
anggota masyarakat untuk tetap jujur. Sebagai contoh, banyaknya counter hilang dan
ditemukan menunjukkan bahwa pencari mungkin tidak bergantung pada isi dompet
ditemukan untuk kelangsungan hidup mereka. Di Indonesia tidak ada kondisi ini. Kurangnya
pendidikan sosial, sikap terhadap mengembalikan "menemukan dompet," dan tidak adanya
"sistem kehormatan" (yaitu counter hilang dan ditemukan) menciptakan adanya budaya dan
sistemik kejujuran. Temuan dompet berisi uang dianggap keberuntungan karena sistem tidak
mengizinkan bagi individu untuk dinyatakan maju dalam masyarakat. Meskipun ini adalah
perspektif sosial sederhana, menyentuh pada dasar-dasar masyarakat yang rentan terhadap
korupsi yang menembus semua lapisan negara dan masyarakat.

Bukti menunjukkan bahwa bisnis yang menolak suap ditargetkan oleh petugas pajak dan
lainnya untuk tidak "memahami budaya". Bukti anekdotal lain menunjukkan negara
menggunakan ekstraksi pembayaran dari bisnis untuk mengatasi kegagalan administrasi
untuk mengelola sumber daya negara yang sama. Arifianto lebih lanjut menyatakan, "Bahkan
setelah Indonesia telah meliberalisasi ekonominya, negara masih memainkan peran utama
dalam ekonomi dan perilaku perburuan sewa terus terjadi bahkan ketika perekonomian
liberalisasi" (King 2000; Robertson-Snape 1999).

Ini adalah penyederhanaan kebutuhan dasar lebih sederhana untuk suap-pencari bahwa
kebutuhan dasar manusia sejak "negara" (yaitu majikan) tidak mampu memberikan manfaat
ekonomi kepada pelaku menuntut suap yang akan mengatasi ekonomi mendasar kebutuhan
dan menghindari kebutuhan untuk mencari penghasilan alternatif. Bahkan dengan kenaikan
30% pada awal pendapatan PNS kesenjangan ekonomi antara pegawai negeri dan realitas
pasar tetap terlalu luas margin untuk memungkinkan PNS untuk memenuhi kebutuhan dasar
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
6

untuk bertahan hidupnya. Meskipun secara keseluruhan ekonomi di Indonesia makmur,
pegawai negeri sipil tetap berada di tepi garis kemiskinan.
Negara itu intinya berkontribusi terhadap budaya suap sebagai bagian dari konteks sosial
budaya hubungan hamba-tuan dan paradigma kekuasaan yang menyediakan kehilangan
haknya dengan kekuatan untuk mengamankan penghasilan tambahan sebagai imbalan atas
kebutuhan memeras individu atau perusahaan. Penolakan untuk melakukan hal ini akan
berarti pejabat negara akan disebut "birokrat tidak berhasil" atau "bodoh" (Jakarta Post
2000/11/27). Ini adalah sebuah narasi berdasar studi University of Gothenburg studi berjudul,
The Failure of Anti-Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem.
Narasi yang dijahit dengan prasangka terhadap individu atau perusahaan dan berlaku untuk
campuran beragam membuat percaya dipegang oleh penggagas suap.
Sebuah pandangan umum yang diselenggarakan oleh suap-pencari adalah korban "bisa
membelinya." Seringkali narasi yang lebih rasial disuntikkan seperti "orang Cina kaya."
Ketakutan pembalasan dan kerugian bisnis yang dikenal dan dimanfaatkan oleh suap-pencari
yang mengekstrak suap. Secara keseluruhan, sangat sedikit pejabat dari departemen pajak
telah dituntut untuk manipulasi tersebut.
Sedangkan KPK adalah penegakan, pedang hukuman negara, tapi alat ini semakin dipolitisasi.
Pertanyaan tentang fungsi pencegahan dan efisiensi biaya muncul sebagai suara perlawanan
takut KPK menjadi "Gestapo"-seperti lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
kepentingan domestik dan asing sering mengakibatkan perburuan penyihir dan fitnah
daripada pencegahan dan kontribusi kepada masyarakat. Hal ini menimbulkan pertanyaan
apakah KPK akan segera "memakan kemudaanya sendiri," seperti yang digambarkan oleh
keyakinan pembunuhan kursi KPK sebelumnya dan skandal lain yang melibatkan petugas
dari KPK. Keangkuhan seperti menggambarkan seberapa cepat kekuasaan korup, bahkan di
antara pejabat KPK berjuang melawan korupsi
15
.
Kita harus bertanya apakah aset negara yang ditugaskan ke KPK sedang menyia-nyiakan
untuk memajukan penyebab individu. Setiap kasus menghabiskan biaya negara sekitar 1,5-2
juta USD dengan negara hanya pulih sebagian dari kerugian yang diklaim. Selain itu, kita
harus bertanya apakah Indonesia sekarang melihat bentuk yang lebih canggih dari korupsi
dengan mantan komisaris melayani KPK sebagai anggota dewan beberapa perusahaan,
dengan demikian menimbulkan argumen bahwa KPK hanya lembaga lain yang melayani
kepentingan politik dan tidak rakyat Indonesia.
Baru-baru ini, suara-suara keras muncul di publik menuduh KPK menggunakan dana publik
untuk membayar ICW (Indonesian Corruption Watch)
16
. ICW mengaku menerima bantuan

15
http://en.tempo.co/read/news/2013/07/20/055498154/KPK-To-Arrest-Anas-and-Andi-Mallarangeng-Soon;
KPK To Arrest Anans and Andi Mallarangeng Soon; Tempo.co 20 July 2013; accessed on 21 July 2013
16
http://www.thejakartaglobe.com/news/kpk-brushes-off-house-suspicion-regarding-indonesia-corruption-
watch-funds/; KPK Brushes Off House Suspicion Regarding Indonesia Corruption Watch Funds; 8 July 2013;
accessed on 21 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
7

asing dari entitas seperti Basel Institute on Governance (BIG) dan GIZ Jerman
17
. Bukti Oleh
karena itu menunjukkan berdiri interaksi panjang dengan berbasis Swiss Basel Institute on
Governance memberikan pelatihan dan masukan ke KPK
18
. Transparency International
Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW), Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan, dan Komisi Eropa disebut dalam Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan
(UNODC) publikasi sebagai donor ke KPK, sehingga memberikan suara-suara kritis
kepercayaan.
Basel Institute on Governance menikmati dukungan dana yang besar dari Danzas Foundation
(sebelumnya dikenal sebagai DHL Danzas Air & Ocean dan sekarang DHL Global
Forwarding), yang juga diwakili dalam Dewan Yayasan
19
, UK DFID, Badan Swiss untuk
Pengembangan dan Kerjasama, serta Principality of Liechtenstein. Para penyandang dana
proyek termasuk siapa yang kerja untuk pendanaan LSM
20
, termasuk Wolfsberg Group,
United Nations Global Compact, Bank Dunia, Transparency International, IMF, Interpol, dan
Bank Eropa
21
. Sebuah pencarian cepat dari Basel Institute on Governance menunjukkan situs
rekrutmen reguler dan penempatan ahli asing dengan KPK.

Dalam proyek UNODC kantor Indonesia publikasi tanggal November 2009-November 2012
pendanaan proyek asing oleh Pemerintah Norwegia tercatat di 3.045.350 USD untuk
Penguatan Kapasitas Lembaga Anti-Korupsi di Indonesia. Lembaga-lembaga yang menerima
bantuan keuangan yang tercantum adalah: Kantor KPK, Kejaksaan Agung, Kebijakan
Nasional Indonesia, Mahkamah Agung, Laporan Transaksi Keuangan & Analisis Pusat
(PPATK / PPATK), dan organisasi masyarakat sipil (mitra keenam). Hal ini membuat
organisasi organisasi disponsori asing sejak ICW menerima dana dan terdaftar di dokumen
asing sebagai mitra untuk proses KPK. Pada Juni 2013, PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
menuduh ICW dari sensationalizing pelaporan dan bahwa di balik ICW berdiri LSM asing

17
http://www.baselgovernance.org/index.php?id=450; The Basel Institute on Governance received a grant
from the Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit (GIZ) to provide capacity building
assistance to Indonesias Corruption Eradication Commission (KPK) in support of their prevention work.
Notably, the focus will be on strengthening their capacity to monitor prevention activities on the one hand,
and on developing and implementing a multimedia approach to reach out to communities with corruption
advocacy and education measures on the other hand. The project was officially launched with GIZ and the
Indonesian KPK in November 2012 and a second mission was conducted in January 2013. The programme
continues through May 2013. Accessed on 21 July 2013
18
http://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2010/02/basel-anti-corruption/eng/story.html; Base
Institute on Governance and UNODC conduct Training Needs Assessment of Indonesian Anti- Corruption
Agencies; 17February 2010; the program was funded by the European Union and Norwegian Government;
accessed on 20 July 2013
19
http://www.baselgovernance.org/big/foundation-board/; Dr. Thomas Christ, Managing Director DHL
Logistics (Switzerland) AG: accessed on 22 July 2013
20
http://www.baselgovernance.org/big/funding/; accessed on 15 July 2013
21
http://www.baselgovernance.org/big/partners/
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
8

untuk memperoleh pendanaan luar negeri untuk menutupi biaya operasional. Setelah laporan
atau artikel berita yang diterbitkan ICW menerima dana tersebut
22
.
Ini adalah tuduhan serius yang menggunakan ICW untuk memanipulasi opini publik dan
mendistorsi penyajian fakta. Dalam pertemuan Juli 2011 antara pejabat ICW dan anggota
masyarakat lingkungan dengan link ke militan, penampilan "mengejar bisnis besar dan
menemukan / menciptakan bukti yang sesuai agenda" diciptakan. Hal ini menciptakan
pertanyaan retoris apakah penggunaan ICW itu berkontribusi pada kestabilan industri dan
berangkat dari tujuan mendidik masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia enggan untuk mendukung KPK karena mereka
melihat komisi sebagai pesaing. Perasaan ini adalah hasil dari ketidakefisienan tertanam,
keengganan, dan kegagalan kelembagaan untuk diri mengatur kepolisian korup. Apakah KPK
larutan organik Indonesia untuk masalah serius pemerintahan atau KPK solusi jangka pendek
sebanding dengan Untouchables memerangi sindikat alkohol hanya untuk dihapuskan sejak
larangan pada akhirnya dianggap tidak berkelanjutan? Dengan kata lain, KPK telah berjalan
dengan sendirinya?
Tidak diragukan lagi penuntutan dan keyakinan dari para pejabat korup metode yang
digunakan oleh negara untuk mengekang masalah kriminal. Tetapi negara tidak memiliki
solusi yang komprehensif untuk mengurangi korupsi dapat diterima 5%
23
. Dalam hal ini
peringatan 10 tahun KPK terlihat menjadi kegagalan institusional karena tidak mencapai efek
jera terhadap masyarakat, tidak membangun kepercayaan terhadap institusi negara, dan tidak
mengurangi korupsi. Tentu saja kita mengakui implikasi yang lebih luas dari pernyataan ini.
Solusinya, seperti masalah sosial lainnya, harus melibatkan masyarakat dan harus
memberikan metodologi untuk reformasi dan restitusi serta penegakan hukum. Proses harus
mencakup pendidikan untuk memulai pergeseran perilaku masyarakat yang memicu
kelembagaan, kebijakan, dan perubahan politik.

Catatan Penelitian
KPK dibentuk dengan maksud mengungkapkan membawa perubahan positif dalam upaya
anti-korupsi nasional stagnan. Pemberantasan korupsi adalah dengan tidak berarti sebuah
konsep baru di Indonesia, karena kegiatan-kegiatan anti-korupsi sebenarnya telah ada sejak
1950-an. Sebagai contoh, sebuah operasi militer pada tahun 1957, Tim Pemberantasan
Korupsi pada tahun 1967, pelaksanaan operasi lagi pada tahun 1977, dan Tim Negara

22
http://berita2bahasa.com/berita/01/22182806-fahri-icw-cari-nafkah-di-kpk-agar-masuk-koran-untuk-
dikliping; Fahri: ICW for living at the commission in order to be News; Rizki Saleh, 28 June 2013; accessed on
21 July 2013
23
http://www.ww.uni-magdeburg.de/bizecon/material/becker.1968.pdf; Crime and Punishment: An
Economic Approach; Becker argues that annihilation of crime although possible to be eradicated completely, it
is not economically feasible to be reduced below 5 % as it would be too costly for society outweighing the
benefit; accessed on 20 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
9

Optimasi Penerimaan Pajak pada tahun 1987. Upaya ini tidak sangat efektif di bawah rezim
mantan Presiden Soeharto.
Menentukan keberhasilan KPK biasanya dilakukan dengan memeriksa kasus itu telah
memutuskan untuk mengejar atau mengambil melihat lebih dekat pada pengurangan
keseluruhan korupsi. Dan memang, dengan meninjau kasus komisi memang memiliki
sejumlah kisah sukses. Namun, KPK tidak menangani semua hal mengenai korupsi, seperti
KPK hanya berfokus pada masalah korupsi pejabat tingkat tinggi. Atau sepertinya begitu.
Jelas, tidak dapat mengatasi mereka yang tidak dilaporkan atau kurangnya bukti yang
memberatkan. Pada akhirnya KPK hanya satu aktor institusional di antara banyak dalam
pertempuran melawan korupsi. Apalagi jika efektivitas KPK diukur dalam hal korupsi secara
keseluruhan di Indonesia, gambar itu akan muncul suram. Untuk tujuan kesederhanaan, kita
akan fokus pada kasus-kasus yang ditangani oleh KPK sambil menunjukkan sejumlah
provisos seperti faktor sistemik, sumber daya kelembagaan, dan sistem insentif yang
merugikan.
Kami akan memberikan sejumlah hipotesis pemikiran dan novel itu, mudah-mudahan, tidak
akan ditolak mentah-mentah oleh pembaca cerdas tetapi akan memungkinkan dia / dia untuk
memahami lebih jelas logika korupsi dan bagaimana untuk muncul sebagai pemenang dalam
pertempuran melawan itu.
Laporan ini didasarkan pada wawancara dengan Tama Satria Langkun, Divisi Investigasi dan
Publikasi di Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tanggal 15 Mei 2013 dekstop penelitian.














Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
10




TABLE OF CONTENTS

1. The Komisi Pemberantasan Korupsi, Its Beginnings
2. The Legal Framework & Structures of the KPK
3. Performance of the KPK A Critical Review
4. Corruption Cases Since 1998 Not Involving the KPK
5. Performance of Other State Actors in the Eradication of Corruption
6. Non-State Actors
7. Alternative Approaches to Combat Corruption
8. Conclusion




















Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
11


1. THE KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI, PERMULAANNYA

Posisi dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi / KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi
Indonesia, sesuai dengan UU No 30/2002, secara de facto - tapi tidak de jure - independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun. Tujuan dari KPK sesuai namanya adalah:
memberantas korupsi. Namun, KPK hanya menangani kasus-kasus yang telah menyebabkan
pemerintah kehilangan lebih dari Rp 1 miliar (sekitar 100.000 USD) dan yang melibatkan
pegawai pemerintah.
Dalam menjalankan tugasnya, KPK bekerja sama dengan polisi dan Kejaksaan Agung.
Dengan demikian, pemberantasan - atau lebih realistis memerangi - korupsi bukanlah tugas
KPK saja, lembaga lain juga terlibat. Organisasi non-pemerintah seperti Indonesia Corruption
Watch (ICW), yang menyediakan KPK dengan informasi tentang kasus-kasus korupsi, dan
media massa Indonesia memiliki peran penting seperti pengwasan, whistle blower, dan
lembaga investigasi. Mereka semua mendukung KPK dalam mengungkap korupsi dan
meningkatkan tekanan publik pada sistem hukum untuk berhasil membawa pelaku korupsi ke
pengadilan.
KPK sendiri kekurangan di bidang penyidikan, penuntutan, dan pencegahan. Dibentuk pada
tahun 2002, KPK telah memiliki pasang dan surut dan banyak terus meragukan efektivitasnya.
Tentu saja, sejauh mana KPK dapat dikatakan efektif tergantung pada definisi efektivitas itu
sendiri. Dalam hal kasus KPK telah bekerja pada, ada memang telah sejumlah keberhasilan.
Tapi dalam hal sistem politik Indonesia secara keseluruhan, diragukan apakah instalasi KPK
dan peningkatan mempolitisasi sistem pengaduan telah benar-benar mengurangi praktik
korupsi. Hanya dengan membandingkan jumlah karyawan KPK kepada sejumlah pejabat
pemerintah di seluruh Indonesia, kita dapat mengatakan bahwa pengaruh KPK tentu harus
dibatasi.
Meskipun demikian, karena dipimpin oleh Antasari Azhar, KPK telah memiliki keberanian
untuk mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara dan
bahkan kerabat Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Misalnya, kasus Century, di
mana banyak Demokrat terlibat, dan kasus Bank Indonesia, yang melibatkan Aulia Pohan,
ayah mertua dari putra Presiden SBY. Abraham Samad, yang merupakan KPK kepala ketiga,
telah mencoba untuk membuat jera dengan menerapkan Undang-Undang Pencucian Uang,
yang memungkinkan untuk penyitaan properti.

2. KERANGKA HUKUM & STRUKTUR OF THE KPK
2.1 Struktur Organisasi
KPK adalah lembaga negara yang melaksanakan tugas dan wewenangnya secara independen
dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pemberantasan korupsi. Fungsi dan tugas KPK adalah: koordinasi dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, pengawasan instansi yang
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
12

berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan korupsi, pencegahan korupsi, memantau pelaksanaan hukum
negara. Komisi Pemberantasan Korupsi Peraturan Pemimpin No PER-08/XII/2008,
diterbitkan pada tanggal 30 Desember 2008, menetapkan struktur organisasi.

Chart. 1: Organizational Structure of the KPK

Chairman Councilman
Deputy
Prevention Board
Deputy
Enforcement Board
Deputy
Information & Data
Board
Deputy
Internal Supervision & Public
Report Board
(PPIM)
General Secretary
Deputy Secretary
Prevention Board
Directorate for
Registration &
Inspection for state
officials wealth
disclosure forms
(LHKPN)
Directorate of
Gratification
Directorate of
Education & Public
Service
Directorate of
Research &
Development
Deputy Secretary
Enforcement Board
Directorate of
Investigation
Directorate of Re-
Investigation
Directorate of
Prosecution
Work Unit of
Coordination &
Supervision
Task Forces
Task Forces
Task Forces
Deputy Secretary
Information & Data
Board
Directorate of
Information & Data
Processing
Directorate of
Development
Networks
Interagency
Commission &
Instance
Directorate of
Monitoring
Secretary Deputy of
PPIM
Directorate of
Internal Supervision
Directorate of Public
Report
Planning & Financial
Bureau
Human Resources
Bureau
Legal Bureau
Public Relation
Bureau
General Bureau
Chairman
Secretariat



Untuk mengisi setiap staf tingkat jabatan organisasi, KPK dibantu oleh tim konsultan
independen. Anggota tim ini biasanya direkrut dari lembaga pendidikan seperti Universitas
Indonesia untuk pemilihan kandidat awal. Seleksi awal terdiri dari tiga langkah: tes psikologi
dan pengetahuan umum, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara dengan orang-
orang yang lolos dari FGD. Setelah diperiksa, calon lanjutkan ke wawancara akhir. Jika
berhasil, calon akhirnya harus menjalani izin medis.

Proses rekrutmen dijelaskan di atas juga berlaku untuk pemilihan kandidat di tingkat
pimpinan. Perbedaannya adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Panitia Seleksi
(Panitia Seleksi - Pansel KPK) perlu - menurut UU No 30 Tahun 2002 Pasal 30 Ayat 2 -
untuk memilih calon ketua KPK. Presiden memilih 13 orang untuk menjadi anggota KPK
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
13

Pansel. Panitia seleksi ini bertanggung jawab langsung kepada presiden. Komposisi Pansel
KPK mewakili pemerintah dan masyarakat juga. Dari sisi masyarakat, mereka bisa menjadi
akademisi, hakim pensiunan, pensiunan polisi, atau politisi.

Tugas Panitia Seleksi KPK termasuk menerima aplikasi, seleksi calon, dan penyampaian
hasil kepada presiden. Setelah Panitia Seleksi KPK menerima pelamar, proses selanjutnya
adalah pemeriksaan administrasi. Hasilnya diterbitkan di media agar publik memiliki
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang calon saat mereka melanjutkan melalui
tahap administrasi. Langkah berikutnya adalah proses klarifikasi, penulisan makalah di
tempat, dan penilaian profil. Langkah terakhir adalah konfirmasi oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Proses seleksi di DPR adalah sedikit rumit, sebagai kepala potensi KPK
akhirnya bisa menangani kasus-kasus korupsi yang melibatkan para politisi yang sangat yang
menempatkan dia di kantornya.

KPK tidak menyimpan penyidik sendiri pada staf. Melainkan detik penyidik dari polisi dan
kantor kejaksaan. Kurangnya peneliti proprietary telah memberikan kontribusi untuk
ketidakmampuan KPK untuk memaksimalkan tindakannya. Pada 2012, dengan revisi
Peraturan Pemerintah (PP) No 63/2005 tentang Sumber Daya Manusia (SDM) PP No
103/102, yang disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
akhir Desember 2012, KPK memperoleh kebebasan untuk melakukan rekrutmen penyidik
sendiri. Dengan PP, independensi KPK dalam pengadaan penyidik sudah disetujui dan KPK
tidak lagi tergantung pada lembaga peradilan lainnya seperti Polri dan Kejaksaan Agung.
Tahun ini KPK merekrut penyidik sendiri dalam sebuah program yang disebut "Indonesia
Memanggil," sebuah program lowongan kerja tahunan yang dilakukan oleh KPK.

Dalam melakukan tugasnya, KPK bergantung pada kepastian hukum, transparansi,
akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK juga menyediakan untuk warga
informasi tentang dugaan korupsi yang terjadi di sekitar mereka. Kasus tersebut termasuk
yang melibatkan aparat penegak hukum, pejabat negara, dan lain-lain sehubungan dengan
tindakan korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau pejabat negara dan
kerugian keuangan negara paling sedikit Rp 1 miliar.

Jika KPK menentukan kasus memenuhi persyaratan yang diuraikan di atas, ia memiliki
kekuatan dan hak untuk menyelidiki dan menuntut dugaan korupsi. Hal ini juga dapat
membangun sistem pelaporan, meminta informasi tentang kegiatan korupsi kepada instansi
terkait, dan meminta instansi terkait untuk mencegah laporan korupsi.

Banyak yang mengkritik kemampuan KPK untuk melaksanakan tugas dan mengatakan itu
overacts dalam menindaklanjuti kasus. Pandangan ini biasanya diungkapkan oleh tersangka
korupsi, pengacara para tersangka, dan politisi dari partai yang anggotanya terlibat dalam
kasus korupsi. Salah satu contoh adalah sejumlah politisi dan pengacara yang menyarankan
bahwa hukum KPK perlu direvisi sehingga KPK diperlukan untuk mengamankan surat
perintah dari hakim sebelum menekan percakapan telepon orang yang diduga korupsi. Ini
adalah masalah krusial karena penyadapan atau ekstraksi informasi elektronik tanpa surat
perintah dari hakim akan menimbulkan tuduhan bahwa KPK sedang digunakan untuk tujuan
politik dan telah menjadi negara dalam negara. Bahwa beberapa berkuasa yang
merekomendasikan hukum KPK direvisi merupakan indikasi kemampuan KPK untuk bekerja
secara efektif dan independen untuk menyelidiki korupsi.

Jumlah ini KPK karyawan - termasuk penyidik - puncak pada 750. Mantan ketua Komisi
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
14

Independen Anti Korupsi (ICAC) di Hong Kong, Bertrand de Speville, pernah berkomentar
bahwa KPK komprehensif bisa menuntut kasus korupsi hanya jika itu cukup tenaga kerja.
Dengan lebih dari 5 juta PNS, 500.000 petugas polisi, dan lebih dari 200 juta warga, adalah
mustahil untuk pertempuran - apalagi memberantas - korupsi di Indonesia dengan hanya 750
orang. Hong Kong, dengan populasi 25 juta, mempekerjakan 1.300 staf ICAC. Dalam rangka
untuk membuat kemajuan yang signifikan, KPK memerlukan setidaknya 2.500 pekerja dan
kebutuhan untuk melakukan penyesuaian, termasuk untuk menyelidiki setiap kasus korupsi
yang dilaporkan oleh masyarakat dan untuk membuka kantor perwakilan di 33 negara
provinsi.

Tama Satria Langkun, staf Divisi Investigasi dan Publikasi di Indonesia Corruption Watch
(ICW), menggemakan kata-kata dari pejabat Hong Kong dengan menunjukkan bahwa jumlah
penyidik KPK jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah kasus korupsi dan KPK menerima
setidaknya 30 laporan dugaan korupsi dalam satu hari. Tama menambahkan kurangnya
sumber daya manusia di KPK tidak dapat dipisahkan dari kurangnya dana dan anggaran
masih jauh dari jumlah ideal untuk KPK sebagai lembaga anti-korupsi. Masalah lainnya
adalah infrastruktur yang tidak memadai KPK. Kembali ke Bertrand de Speville, ia
berpendapat bahwa negara yang mampu memberantas korupsi berhasil mendedikasikan
setidaknya 0,5% dari total anggaran negara untuk tugas.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Adian Napitupulu, aktivis reformasi yang mengatakan
bahwa pada tahun 2010 anggaran untuk KPK sebesar Rp 458 miliar (USD 44.426.000)
ditambah hibah luar negeri sebesar Rp 77 miliar (USD 7.469.000). Dana hibah asing
termasuk bantuan teknis, ahli asing, dan program pelatihan. Para pemberi termasuk Jerman
Kerjasama Internasional (GIZ), Badan Pembangunan Internasional Denmark, Masyarakat
Ekonomi Eropa, Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Bank Dunia, dan
USAID
24
. Dengan anggaran sebesar Rp 535 miliar (USD 51.895.000), KPK hanya mampu
mengeksekusi 35 kasus per tahun. Jika ini memang akurat, biaya rata-rata menangani kasus
korupsi tunggal dari investigasi untuk eksekusi adalah sekitar Rp 15 miliar atau Rp 1.455.000.

Ini tidak muncul untuk menjadi hasil yang sangat baik pada uang. Dengan anggaran tahunan
sebesar Rp 535 miliar KPK, di bawah kepemimpinan Abraham Samad, adalah hanya mampu
mengganti negara Rp 175 miliar (USD 16.975.000). Berdasarkan data ini, Adian menyatakan
bahwa ketika menghitung rasio antara biaya yang dikeluarkan dan uang negara dikembalikan,
KPK muncul mewah dan tidak efisien. Tellingly, Parlemen menyetujui anggaran untuk KPK
pada tahun 2013 adalah sekitar Rp 662.400.000.000 (USD 64.252.800), drastis lebih rendah
dari anggaran yang diminta sebesar Rp 706.500.000.000 (USD 68.530.500). Ini adalah
proposisi mahal yang memberikan kepercayaan kepada kejahatan dan hukuman argumen
bahwa kejahatan berhenti adalah proposisi kerugian bagi setiap negara (Becker, 1968).


2.2 UU Korupsi

Dalam rangka pemberantasan korupsi KPK terutama bergantung pada UU No 31/1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU Nomor 30/2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Hukum pertama menyatakan definisi korupsi, tanggung jawab
pidana dalam kasus-kasus korupsi, dan jenis kalimat yang dapat dijatuhkan terhadap

24
http://news.okezone.com/read/2013/07/06/339/832848/bantuan-asing-masuk-kpk-bukan-berupa-uang ;
http://news.detik.com/read/2010/04/22/182318/1343714/10/dpr-izinkan-kpk-cairkan-hibah-rp-276-m?nhl
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
15

terpidana. Hukum kedua menekankan fungsi KPK sebagai lembaga negara dalam
menjalankan tugas dan mengatakan pihak berwenang bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun. UU itu juga menyebutkan tugas KPK adalah melakukan koordinasi dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, untuk mengawasi instansi
yang berwenang, untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan korupsi, untuk
committ dengan tindakan pencegahan korupsi, dan untuk memantau pelaksanaan pemerintah
negara bagian.

Di bawah kepemimpinan baru Abraham Samad, KPK kini juga menerapkan UU Nomor
8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang memungkinkan untuk penuntutan baik
individu maupun korporasi. Mereka dihukum di bawah undang-undang ini akan dikenakan
hukuman pidana dan penyitaan properti oleh negara.

Selain tiga hukum di atas, KPK memiliki alat hukum lainnya yang dapat digunakan untuk
menindak korupsi.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Bersih dan Free State Penegakan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian reward dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Revisi UU Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia di KPK
Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor
Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia di KPK
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
25



2.3 Aktor Negara di Penuntutan Korupsi

Polisi dan Jaksa Agung adalah lembaga negara yang paling bertanggung jawab untuk
memberantas korupsi sebelum KPK telah dibuat. Polisi telah membayar perhatian besar
untuk memerangi korupsi dengan mengelola direktorat khusus untuk menangani kasus-kasus
korupsi, Direktorat 3/Corruption Direktorat (TPK) di bawah Departemen Investigasi
Kriminal (Bareskrim). Selain itu, Jaksa Agung memiliki Sub-Direktorat Korupsi (TPK), yang
merupakan bagian dari Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
(Jampidsus).

Setelah KPK didirikan, polisi dan Kejaksaan Agung terus menjadi terlibat sebagai mitra
dalam penyelidikan. KPK sebenarnya memiliki hak untuk melakukan penyelidikan sendiri
tanpa tergantung pada Polisi dan Jaksa Agung dan sejak Presiden Susilo Bambang

25
Article 31, paragraph (1) stated: The authorized Minister/ Immigration Officer withdraws or revocation of
ordinary passport, travel documents, and cross-border document had been issued. In paragraph (3) letter
stated: the withdrawal of passport might be executed in condition of the passport holder's is on the
prevention list
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
16

Yudhoyono menyetujui Peraturan Pemerintah Nomor 103/2012, ia dikodifikasikan bahwa
KPK dapat merekrut penyidik secara mandiri. Di antara revisi dalam peraturan tersebut
adalah ketentuan bahwa memungkinkan KPK untuk memperpanjang masa jabatan penyidik
polisi diperbantukan ke komisi hingga 10 tahun dari delapan tahun sebelumnya dan
kewajiban oleh polisi untuk mulai berkoordinasi dengan KPK setidaknya enam bulan
sebelum dengan tenor masing-masing peneliti berakhir. Revisi tersebut diperkenalkan dalam
upaya untuk mencegah Polri dari tiba-tiba menarik personelnya dari KPK.

Selain KPK, yang mencakup anggota polisi dan Jaksa Agung, pemerintah berinisiatif untuk
membuat pengadilan khusus korupsi, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Hal ini
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, tanggal 29 Oktober 2009. Aspek penting dari undang-undang ini meliputi:

1. TIPIKOR adalah pengadilan umum khusus.
2. Pengadilan TIPIKOR berada di setiap ibukota Kabupaten / Kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah pengadilan hukum yang relevan.
3. TIPIKOR adalah satu-satunya pengadilan yang berwenang memeriksa dan mengadili
kasus-kasus: korupsi, pencucian uang relaterd korupsi, dan / atau tindak pidana secara tegas
dalam undang-undang lain yang didefinisikan sebagai korupsi.


3. KINERJA KPK, PANDANGAN KRITIS

3.1 Kinerja KPK

KPK menerima sedikitnya 32 laporan korupsi dalam satu hari. Namun, sejak berdirinya pada
tahun 2002 sampai 2011, KPK hanya mampu menangani 285 kasus. Kasus-kasus ini
melibatkan tersangka dari anggota DPR dan DPRD, menteri / kepala lembaga, duta besar,
komisioner / dosen, gubernur, bupati / walikota dan wakil-wakil mereka, eselon I, II dan III,
hakim, jaksa, dan pejabat perusahaan swasta.

Table 3.1.1 Kasus korupsi yang ditangani dari 2004 hingga sekarang
26


Offender

Case State Losses

Fine

Prison Sentence
Ismeth Abdullah

Riau Islands
Governor, mark-up on
procurement of fire
trucks
(2004-2005)
Rp 5.5 billion

Rp 100 million

2 years
Wahyudi Purnomo

KPU Chairman in East
Java, deliver the
balance money from
the procurement of
ballots in 2004 to his
colleagues
Rp 7.9 billion Rp 50 million 2 years
Angelina Sondakh Corruption defendant
in Wisma Atlet in
Palembang (2011)
Rp 2 billion Rp 250 million 4.5 years (The
Jakarta Corruption
Court (Tipikor)
sentenced her to
4.5 years behind

26
The corruption cases received considerable public and media attention
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
17

bars. She appealed
but
the Supreme
Court Judge
upheld the ruling.

Offender

Case State Losses

Fine

Prison Sentence
Hartati Murdaya Bribed to get rights to
cultivate oil palm
plantations in Buol,
Central Sulawesi
(2012)
- TBA TBA
Zulkarnaen Djabar Convicted in graft
case related to the
procurement of Koran
at the Religious
Affairs Ministry
(2012)
Rp 35 billion Rp 300 million 15 years
Nazaruddin Graft convicted in
Wisma Atlet Project
(2012)
- - 4 years
Nunun Nurbaeti Bribed legislative
member (DPR) 1999-
2004 in selecting
Senior Governor
Deputi Bank Indonesia
2004
- Rp 150 million 2.5 years
Gayus Halomoan
Partahanan
Tambunan
Graft convict of tax
evasion (2007)
+/- Rp. 570 million,
USD 700,000, USD
20,000,
Rp 500 million


12 years
Al Amin Nasution Bribery in conversion
of protected forest in
Bintan, Riau Islands
(2004)

Rp 2.957 billion


Rp 250,000,000


8 years
Dedy Kusnidar
Andi Mallarangeng
Anas Urbaningrum
Convicted in
Hambalang graft case

(2012)
Rp 243 billion TBA TBA
Djoko Susilo Driving simulator
procurement case
Rp 21 billion - TBA
- Bail out Bank
Century
(2008)
Rp 6.76 trillion - -
Lutfi Hasan Ishaq
Ahmad Fathana
Beef Import Bribery
scandal
- TBA TBA

Seperti yang kita lihat, pelaku dinyatakan bersalah harus membayar ganti rugi yang jauh lebih
sedikit daripada kerugian yang mereka terjadi pada negara. Oleh karena itu, Ketua KPK
Abraham Samad mengatakan KPK akan menerapkan strategi baru untuk tingkat lapangan
bermain. Strategi baru akan fokus pada pelaksanaan UU Nomor 15 Pencucian Uang dan
merebut aset dari pelaku.





Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
18

3.2 Individual KPK Members

KPK telah berubah kepemimpinan empat kali sejak didirikan pada tahun 2002. Awalanya
memimpin, Antasari Azar, kini mendekam di penjara untuk kasus pembunuhan Nasrudin
Zulkarnaen (2009).

3.2.1 KPK Chapter 1 (2003 2007)

No Name Position Background
1 Taufiqurrahman Ruki

Chairman Worked in the police since 1970, with his last position
Head of Police in Malang (1992 - 1997) and DPR RI-
Commision III (Law) member represented TNI Polri
(1992 1997)
2 Erry Riyana Hardjapamekas

Deputy President Commissioner of PT Agrakom (January
2000-December 2003)
Commissioner cum Chairman of the Audit Committee
of PT Pembangunan Jaya Ancol (March 2001-
December 2003)
Advisor & Member of the Audit Committee of PT
Unilever Indonesia, Tbk. (2001-2003)
Adviser to Commissioner (since 2001) and
Independent Commissioner of PT Semen Cibinong
Tbk. (April 2002-December 2003)
Audit Committee (Jan 2002-December 2003) and
Independent Commissioner of PT Kabelindo Murni
Tbk (June 2002-December 2003)
Chairman of the Audit Committee and Independent
Commissioner of PT Hero Supermarket Tbk
(September 2002-December 2003)
Independent Commissioner of PT Kaltim Prima Coal
(March-October 2003)
President Director of PT Timah Tbk (1994-2002)
Finance Director of PT Timah Tbk (1991-1994)
Director of PT Tambang Coal Bukit Asam (Persero)
(1982-1991)
Head of Accounting for Housing Housing (1979 -
1982)
Alico Administrative Assistant Finance NV (1977-
1979)
Commissioner (1996-1998)
President Commissioner of PT Jakarta Stock
Exchange (1998-2001)
3 Tumpak Hatorangan
Panggabean
27

Deputy District Attorney in Pangkalan Bun (1991-1993)
Attorney General Assistant for Intelligence in Central
Sulawesi (1993-1994)
District Attorney in Dili (1994-1995)
Attorney General Assistant for Intelligence in DKI
Jakarta (1997-1998)
District Attorney Maluku (1999-2000)
District Attorney in South Sulawesi (2000-2001)
Secretary of the Attorney General for Special Crimes
(2001-2003)
No Name Position Background
4 Amien Sunaryadi

Deputy Senior Manager in Dispute Analysis Unit and
Investigations in PT PricewaterhouseCoopers FAS

27
The AG Intelligence Unit is considered one of the most secretive and professional units of the Indonesian
Intelligence Community (IIC). The unit is well respected by foreign intelligence agencies.
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
19

(October 2000- December 2003)
Program Director of Research Institute of Good
Governance (LPGG) 1999- 2004
5 Sjahruddin Rasul Deputy Auditor Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan
Negara (1967-1972)
Kepala Perwakilan Pengawas Anggaran Negara
(1972-1976)
Kepala Sub Direktorat Pengawasan Pendapatan dan
Kas Negara (1976 1983)
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Akuntabilitas, BPKP (2001 - 2003)


3.2.2 KPK Chapter 2 (2007-2011)

No Name Position Background
1 Antasari Azhar
28


Chairman Worked for 20 years in Attorney Generals office,
with his last position as Director of Prosecutions for
General Crimes (1987- 2007)
2 M. Busyro Muqoddas

Chairman
Replaced
Antasari
Azhar
Director of the Institute for Legal Aid and
Consultancy Faculty of Law Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta (1983-1986)
Chairman of the Judicial Commission (2005-2010)
3 Bibit Samad Rianto

Deputy Police Chief in region of North Jakarta, Central
Jakarta, East Java, and East Kalimantan (1970-2000)
Lecturer and Rector of the University Bhayangkara
(2000-2007)
4 Chandra M. Hamzah Deputy Established the Center for Indonesian Law and Policy
Studies (1998)
Lawyer at several law firms, including Erman
Radjaguguk & Associates, Hamzah Tota Mulia, Lubis
Ganie Surowidjojo, and Assegaf Hamzah & Partners
Member of Joint Team for Corruption Eradication
(TGPTPK) 2000-2001
5 Mochammad Jasin Deputy Head of Planning Division of Wealth Audit for State
Officials Commission (2000)
6 Haryono Umar

Deputy Worked for 23 years in Financial and Development
Supervisory Agency (BPKP), with last position as
Chairman of Planning Division
Chairman of the Indonesian Institute of Accountants
Public for Public Sector of Accounting Compartment


3.2.3 KPK Ad Interim

No Name Position Background
1 Tumpak Hatorangan
Panggabean
Chairman Member of the Board of Commissioners of PT Pos
Indonesia (2008)
2 Mas Achmad Santosa

Deputy Team Selection Committee KPK Chapter II in 2007
Attorney General Coordinator Expert
Environmental lawyer; founded the Indonesian Center
for Environmental Law (ICEL)
Chairman of the Board of Trustees, specialization
Environmental Law, Good Governance, Law Reform

28
Arrested for organizing the murder of Nasruddin Zulkarnain, the former director of PT Putra Rajawali
Banjaran, who was killed on his way home from Taman Modern Golf course in early 2009. Antasari was
sentenced to 18 years.
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
20

and Conflict Resolution.
3 Waluyo

Deputy Deputy of Prevention Division of KPK (October 2004
- March 2008)
Human Resources Director of PT. Pertamina

3.2.4 KPK Chapter 3 (2011-2015)

No Name Position Background
1 Abraham Samad

Chairman Legal counsel, Founder and Coordinator of the Anti-
Corruption Committee (ACC) in South Sulawesi,
Defense Team Legislative Oversight Committee
(KOPEL) Sulawesi
Chairman of the Board of Trustees, specialization
Environmental Law, Good Governance, Law Reform
and Conflict Resolution.
2 Zulkarnain

Deputy Worked in Attorney Generals office since 1980, with
his last position as Attorney General Expert Staff
3 Bambang Widjojanto

Deputy Chairman of the Indonesian Legal Aid Foundation
Founder of the Law Reform Consortium (KRHN),
KONTRAS, and Indonesian Corruption Watch
(ICW)
Was awarded the Robert F Kennedy Human Rights
Awards as consistently defended the rights of
Papuans.
Commission Attorney Selection Committee members
conducted by the Attorney General (2005)
Member of the Ad Hoc Selection Committee
Corruption conducted by the Supreme Court (2005)
Selection Committee members conducted by the Chief
Justice of the Judicial Commission (2007)
Experts in the Field of the Attorney General Reform
(2006-2009)
4 Adnan Pandu Praja

Deputy Secretary of General of the National Police
Commission (Kompolnas)
Deputy General Secretary of the Association of
Capital Market Legal Consultants
Editorial Journal of Law and Development Faculty of
Law, University of Indonesia

KPK telah berubah kepemimpinan empat kali sejak didirikan pada tahun 2002. Seorang
pemimpin, Antasari Azar, adalah dirinya sekarang berada dalam penjara untuk 2009
pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.From daftar pimpinan KPK atas kita dapat melihat bahwa
mereka berasal dari pemerintah yang beragam dan latar belakang sipil. Hal ini sesuai dengan
Pasal 29 UU No 30/2002 tentang KPK, yang menetapkan persyaratan untuk pimpinan KPK.
Di antara persyaratan tersebut adalah: calon harus warga negara Indonesia; percaya pada
Tuhan, memegang gelar di bidang hukum, ekonomi, keuangan, atau perbankan dengan
setidaknya 15 tahun pengalaman kerja, setidaknya 40 tahun dan tidak lebih dari 65 tahun,
tidak memiliki catatan kriminal, tidak menjadi partai politik resmi.






Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
21

4. KASUS KORUPSI SEJAK 1998 SEBELUM KPK BERDIRI
29


Offender Case
State losses

Fine

Prison
sentence
Syahril Sabirin Power abuse when he
was Governor of BI;
mandated to pay the
claim from PT Bank
Bali to BDNI against
Program Penjaminan
Pemerintah
(1999)
Rp 900 billion Rp 15 million 2 years






Joko Tjandra
Sherny Kojongian
And another 23
bankers who are
still wanted
Abuse the Liquidity
Aid Fund of Bank
Indonesia (1996)
Rp 60 trillion - -

Bukti menunjukkan tingkat keberhasilan KPK pemberantasan korupsi oleh lembaga negara
seperti Polri, Kejaksaan Agung, dan pengadilan tidak memiliki track record yang sangat baik.
Misalnya, kasus nomor satu yang terlibat Syahril Sabirin, mantan Gubernur Bank Indonesia,
yang kalimat itu tidak adil dengan negara kehilangan dia menyebabkan. Kasus nomor dua
masih dalam proses. Di bawah kepemimpinan mantan Presiden Megawati pemerintah
memiliki win-win solution, sebagai pelanggar diberi kebebasan mereka jika mereka membuat
restitusi. Sejak itu, sebagian besar pelaku telah melarikan diri ke luar negeri.
5. KINERJA PELAKU NEGARA LAIN DI PEMBERANTASAN KORUPSI
5.1 Pengadilan dan Hakim
Dalam upaya untuk memerangi korupsi, pemerintah memiliki instrumen sendiri, Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 29 Oktober 2009. Pada awalnya, Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan yurisdiksinya
mencakup seluruh wilayah negara. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 46 tahun
2009, Pengadilan Tipikor dibentuk pada setiap pengadilan negeri di ibukota provinsi.
Sayangnya, kinerja Pengadilan Korupsi di tingkat regional merusak upaya anti-korupsi dan
banyak terdakwa korupsi yang dibebaskan. Salah satu contoh adalah Walikota Bekasi
Mochtar Mohammad yang dibebaskan oleh Pengadilan Tipikor Bandung bebas dan jelas
setelah dijatuhi hukuman 12 tahun untuk empat kasus yang berbeda dari korupsi. Pengadilan
ini sama dirilis seorang pejabat setempat di Subang, begitupun Semarang Tipikor. Sebanyak
14 terdakwa korupsi dibebaskan dari Samarinda Pengadilan Tipikor dan 21 di Pengadilan
Tipikor Surabaya. Menurut ICW, setidaknya 71 terdakwa korupsi dibebaskan oleh
Pengadilan Korupsi lokal. Secara keseluruhan, Jakarta Pengadilan Tipikor sendiri memiliki
catatan kinerja yang baik.

29
The corruption cases above drew considerable public attention.

Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
22

5.2 Jaksa Agung dan Jaksa Penuntut Umum
Jaksa Agung memiliki Sub-Direktorat Korupsi (TPK), yang merupakan bagian dari
Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus). Berdasarkan
UU No.16 tahun 2004, kasus ekonomi (korupsi) yang ditugaskan untuk jaksa segera. Hal ini
berbeda dengan kasus pidana umum seperti pembunuhan, penipuan, dan sebagainya, yang
pertama kali diselidiki oleh polisi dan kemudian ditransfer ke jaksa penuntut umum. Selama
dua tahun periode 2001-2013 hanya 21 orang dari 124 kasus yang diselesaikan dengan
Jampidsus, hanya 16% dari jumlah total laporan yang diterima.

Menurut ICW, 1999-2004 25 kasus korupsi besar yang disimpulkan oleh jaksa dengan
menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Salah satu dari kasus ini
melibatkan dugaan korupsi yang dilakukan oleh Ginandjar Kartasasmita, mantan Menteri
Pertambangan dan Energi, pada Kontrak Bantuan Teknis, yang mengalami kerugian
diperkirakan mencapai 24,8 juta USD. Kasus lain yang signifikan yang terlibat pengusaha
Robby Tjahjadi yang dituduh pemberian kredit dari Bapindo ke Kanindotex, yang
menyebabkan kerugian kepada negara sebesar Rp 300 miliar.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa Jaksa Agung tidak bertindak transparan dalam
memproses SP3 dalam kasus korupsi. Ini pasti akan menimbulkan persepsi negatif dari
kemampuan lembaga untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Selain itu, ada
kecurigaan bahwa SP3 dikeluarkan karena alasan politik dan ekonomi.
Sejak berdirinya KPK, peran jaksa dalam bidang pemberantasan korupsi mendapat dukungan
dari pemerintah setelah dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Korupsi. Instruksi ini memerintahkan Jaksa Agung untuk mengoptimalkan upaya
penyidikan dan penuntutan serta meningkatkan kerjasama dengan polisi, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), dan lembaga-lembaga yang terkait dengan penegakan hukum . Meskipun demikian,
jaksa belum menunjukkan peningkatan kinerja. Jumlah kasus korupsi yang dilaporkan
ditangani oleh jaksa pasca-pembentukan KPK 2004-2010 adalah 486. Kasus korupsi Mantap
nomor 91, tingkat keberhasilan hanya 18%.
Selain jaksa kurang dari kinerja bintang, pola pikir individu jaksa juga merupakan masalah.
Sebagai contoh, kasus pemerasan terhadap kepala daerah adalah seperti masalah besar itu
mendorong Komite Tetap DPR untuk merevisi UU No 16 Tahun 2004. Parlemen masih
mempelajari laporan dari 70 kepala daerah yang merasa seolah-olah mereka sedang
digunakan sebagai anjungan tunai mandiri oleh jaksa. Jaksa Agung belum mengambil
tindakan apapun namun dalam menanggapi masalah ini, tetapi Urip Tri Gunawan dan Sistoyo
merupakan contoh buruk pengacara yang pemerasan tindakan yang terungkap oleh KPK.
Urip Tri Gunawan dihukum 20 tahun penjara karena menerima suap dari 660.000 USD dari
Artalyta Suryani dan Sistoyo dijatuhi hukuman enam tahun penjara karena menerima suap
sebesar Rp 99.900.000.

Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
23

5.3 Kepolisian Republik Indonesia
Polri telah memberikan perhatian yang besar untuk memerangi korupsi dengan mengelola
direktorat khusus untuk menangani kasus-kasus korupsi, Direktorat 3/Corruption Direktorat
(TPK) di bawah Departemen Investigasi Kriminal (Bareskrim). Kemampuan TPK untuk
menyelesaikan kasus-kasus korupsi masih rendah. Dari 2001 sampai 2003 unit ditutup hanya
22 dari total 125 kasus yang dilaporkan, hanya 17%. Jumlah kasus yang tidak pernah
melanjutkan ke penuntutan bernomor 11,20% dan jumlah kasus yang belum terpecahkan
adalah 82,40%.
Alasan utama untuk tingkat penutupan rendah bukti yang cukup. Hal ini menunjukkan para
peneliti tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk mengejar kasus ke tingkat
berikutnya penyelidikan. Salah satu contoh kasus seperti itu adalah proyek panas bumi
Karaha Bodas di Garut, Jawa Barat. Tersangka dalam kasus ini adalah Vincent T. Radja,
mantan kepala Divisi PLN Geothermal, berdasarkan LP/128/V/2002/Siaga-III tertanggal 1
Mei 2002. Radja dituduh menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 50 miliar. Meskipun
kasus ini sudah 20 tersangka, proses hukum dihentikan oleh penyidik karena tidak cukup
bukti. Sebelum KPK dibentuk, Bareskrim mengalami kesulitan dalam memahami unsur-
unsur klausa korupsi sehingga penanganan tindak pidana korupsi dialihkan ke kegiatan
kriminal seperti penipuan atau penggelapan.
Meskipun dalam beberapa kasus polisi menunjukkan kinerja yang lebih baik dari KPK,
stigma lembaga ini tetap bahwa itu adalah lembaga negara yang paling korup di Indonesia.
Kesan ini dikonfirmasi dalam Barometer Korupsi Global (GBC) 2013 survei yang dilakukan
oleh Transparency International (TI). Faktanya adalah kita memang bisa melihat beberapa
jenderal di kepolisian yang terlibat dalam kasus korupsi. Contohnya adalah Djoko Susilo,
yang terlibat dalam kasus pengadaan simulator senilai Rp 21 miliar, Samuel Ismoko di BNI
kasus suap senilai Rp 1,3 miliar (perkiraan 1 juta USD), dan Susno Duadji dalam kasus suap.
Ini tidak bahkan mulai untuk mengatasi rekening bank yang mencurigakan banyak polisi.

6. PELAKU NON-NEGARA
6.1 Indonesia Corruption Watch
Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi non-pemerintah (LSM) yang
memiliki misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik tentang tindakan korupsi di
Indonesia. ICW awalnya dipimpin oleh Teten Masduki, bersama pengacara Todung Mulya
Lubis, ekonom Faisal Basri, dan beberapa orang lain. ICW aktif mengumpulkan data
mengenai korupsi pejabat negara dan mengumumkan data tersebut kepada publik. Jika perlu,
ICW memulai gugatan class action terhadap pejabat.

Pada akhir Oktober 2011, ICW telah menerima 370 tuduhan korupsi dari masyarakat. Dari
jumlah tersebut, 149 memiliki unsur-unsur yang sah dari korupsi dan 15 dilaporkan kepada
pihak berwenang. ICW setiap tahunnya mengajukan setidaknya 20 kasus korupsi ke KPK,
50% dari yang rutin diselidiki dan dibawa ke pengadilan. Beberapa kasus dikirimkan
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
24

termasuk Endowment Komunitas kasus-kasus korupsi Dana Keagamaan (DAU) di
Departemen Agama. Ini ditunjukkan korupsi di Departemen Pekerjaan Umum Langkat
(tahun fiskal 2008 sampai 2011), rekening gendut-belakang polisi, dan dugaan korupsi dalam
penyelenggaraan haji oleh Departemen Agama.
ICW telah menerima dana dari sejumlah LSM dan yayasan, baik lokal maupun asing.
Pemberi termasuk Bloomberg Initiative, Asia Foundation, dan Yayasan Ford. ICW memiliki
hubungan erat dengan KPK karena salah satu pendirinya, Bambang Widjojanto, juga
merupakan Wakil Ketua KPK. Hubungan ini menimbulkan keraguan tentang kemerdekaan
ICW vis-a-vis KPK.
6.2 Media
Berita tentang korupsi telah meningkat secara dramatis di media sejak berdirinya KPK.
Sebuah studi KPK melihat fenomena korupsi di media menemukan bahwa pada bulan Juli
1995 hanya ada 15 kasus korupsi kata disebutkan. Tapi pada bulan Juli 2012 kata ini
digunakan 2.308 kali - peningkatan 5.000%. Studi KPK juga menemukan berita itu terutama
difokuskan pada penuntutan kasus-kasus korupsi, sementara berita tentang tindakan KPK
untuk mencegah korupsi sangat minim.
Di sisi lain, analisis isi media yang dilakukan oleh Founding Fathers Rumah (FFH)
30
selama
periode 28 Oktober 2011 hingga 22 Oktober 2012 menunjukkan bahwa korupsi adalah yang
paling disorot kasus di kalangan masyarakat dan cerita berita di media. Tujuh dari berita-
frekuensi tinggi 10 ditemukan menjadi sekitar suap dan korupsi. FFH mempelajari 28.971
artikel berita di 12 outlet media cetak, enam saluran TV, dan tujuh situs media online.
Meskipun frekuensi berita korupsi di media telah meningkat, Indonesia Media Watch (IMW)
menemukan bahwa liputan media yang seimbang korupsi tidak dapat disampaikan kepada
publik secara keseluruhan karena alasan politik atau hubungan erat antara pemilik media dan
para koruptor. Ada bahkan telah contoh staf penuntutan menghambat upaya wartawan untuk
melaporkan berita. Hal ini terjadi di Sidoarjo mana pengacara setempat secara rutin terhalang
akses jurnalis ketika mereka berusaha untuk menutupi kasus korupsi di parlemen Sidoarjo,
yang menyebabkan negara kehilangan sekitar Rp 20,3 miliar selama 1999-2004.
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang menyatakan pers bahwa kebebasan pers dijamin sebagai
hak asasi warga negara. Pers nasional tidak dikenakan penyensoran, melarang, atau
pelarangan penyiaran. Pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi. Dan wartawan memiliki hak untuk menolak
bertanggungjawab karena cakupan mereka di bawah hukum.
Terlepas dari banyak laporan tentang korupsi, media tampaknya telah gagal untuk mendorong
masyarakat untuk menghindari pelaku seperti yang akan terjadi di Jepang, Cina atau Amerika
Serikat, di mana kerabat bahkan dekat dari pelaku cenderung dijauhi oleh media dan publik.

30
http://pendiribangsa.com/home; Founding Fathers House (FFH) comprises individuals who have an ideal of
a united Indonesia. This organization is based on research and policy-oriented studies, dialogue and public
debate.
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
25

Menariknya, respon sosial yang diterima oleh orang yang dekat dengan pelaku jauh berbeda
dengan di Indonesia di mana asosiasi dan pelaku sama-sama mungkin mendapatkan tawaran
untuk tampil di sebuah wawancara khusus. Pelanggar dalam posisi ini biasanya menggunakan
kesempatan sebagai momen pertahanan diri atau untuk meningkatkan kasihan publik. Dengan
kata lain, setiap eksposur media eksposur media yang baik. Contohnya termasuk wawancara
oleh Anas Urbaningrum di Metro TV atau wawancara istri ketiga Ahmad Fathona, Sefti
Sanustika, pada beberapa saluran TV seperti TV One dan Metro TV. Ini menunjukkan
bagaimana berlebihan media Indonesia adalah dalam cara itu mencakup kasus-kasus korupsi.
7. PENDEKATAN ALTERNATIF UNTUK MEMERANGI KORUPSI
7.1 Kerangka Kontekstual
Pada tahun 2010, University of Gothenburg mempelajari masalah kegagalan kebijakan anti-
korupsi
31
. Meskipun berfokus pada contoh Afrika, analisis mengungkapkan bahwa sementara
reformasi anti-korupsi kontemporer didasarkan pada konseptualisasi korupsi sebagai masalah
principal-agent, dalam konteks Afrika korupsi lebih tampak menyerupai masalah tindakan
kolektif, membuat biaya jangka pendek pemberantasan korupsi lebih besar daripada
manfaatnya. Kami berpandangan bahwa banyak daerah yang diidentifikasi berlaku untuk
konteks Indonesia. Akibatnya, bahkan jika sebagian besar individu moral menyetujui korupsi
dan sepenuhnya menyadari konsekuensi negatif bagi masyarakat luas, sangat sedikit pelaku
menunjukkan kesediaan berkelanjutan untuk melawannya. Hal ini, pada gilirannya,
menyebabkan kerusakan setiap reformasi anti-korupsi yang dibangun di atas kerangka
principal-agent.
7.2 Masalah Masyarakat & Pengumpul Pajak"
Dalam terang rincian ini, negara cenderung memilih untuk jangka pendek, respon represif
dengan harapan bahwa ketakutan, hukuman, atau pengaduan masyarakat akan memberantas
korupsi. Dalam konteks studi Indonesia dan baru pada ketidakpercayaan oleh masyarakat
Indonesia dari para pemimpin Indonesia, pengurangan korupsi hanya akan terbentuk jika
perubahan sosial dan perubahan dalam kepemimpinan politik berlangsung. Seperti pepatah
lama, tidak masuk akal untuk menjadi satu-satunya pemain yang jujur dalam permainan
busuk karena ini tidak akan mengubah permainan
32
. Tidak ada yang ingin menjadi
"pengisap" (Levi 1988; Rothstein 2005). Logika ini adalah baik ditangkap oleh Swedia
Gunnar Myrdal pemenang Nobel di 1968 penting karyanya tentang apa yang ia sebut "lunak
negara" masalah di Asia. Menurut Myrdal (1968: 409), aktor kepentingan pribadi - termasuk
para pejabat pemerintah pada setiap tingkat hirarki, serta warga biasa - akan alasan seperti ini:
"Nah, jika semua orang tampaknya korup, mengapa tidak saya akan korup."
Karena semua aktor sosial yang terlibat dalam beberapa bentuk korupsi sebagai masalah gaya
hidup/pilihan dan posisi adat, Ackerman/Klitgaard teori utama pada korupsi didefinisikan

31
http://www.sida.se/PageFiles/39460/Failure%20Anti_Corruption%20policy%20(2).pdf; The failure of Anti-
Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem; June 2010; (A. Persson, J. Teorell, Bo
Rothstein); accessed on 1 July 2013
32
Ibid. Karklins 2005
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
26

sebagai model principal-agent mungkin hanya sebagian berlaku. Alasan lain menunjukkan
bahwa aktor manapun yang paling mungkin untuk memilih - dan harus diharapkan untuk
sangat bergantung pada - berapa banyak individu lain dalam masyarakat yang sama
diharapkan akan korup. Dalam konteks Indonesia penelitian Afrika berlaku, karena
masyarakat merasa bahwa setiap orang memiliki sesuatu untuk memperoleh hasil dari
korupsi. Akibatnya, dalam konteks di mana korupsi adalah perilaku yang diharapkan ada
hanya akan ada aktor bersedia untuk mengambil peran mengendalikan korupsi. Korupsi
adalah industri jasa.
33

Dua dasar dari model principal-agent didefinisikan sebagai: 1) Bahwa konflik ada antara
tujuan yang disebut pelaku (yang biasanya diasumsikan untuk mewujudkan kepentingan
umum) dan agen (yang diasumsikan memiliki preferensi dalam mendukung transaksi korup
sepanjang manfaat transaksi tersebut lebih besar daripada biaya), dan; 2) Bahwa agen
memiliki informasi lebih dari kepala sekolah, yang menghasilkan sebuah asimetri informasi
antara dua kelompok aktor (Klitgaard 1988; Williams 1999).
Misalnya, pemungut cukai sering lebih banyak informasi mengenai potensi pendapatan dari
basis pajak tertentu dibandingkan adalah manajemen puncak Departemen Keuangan. Hal ini,
pada gilirannya, membuka untuk kesempatan untuk penyuapan
34
. Di Indonesia pejabat pajak
tetap pada tingkat atas lembaga pemerintah yang korup dan tidak efisien.
Dengan demikian, dalam konteks di mana korupsi adalah perilaku yang diharapkan,
pelaksanaan reformasi anti-korupsi berubah menjadi masalah tindakan kolektif dari urutan
kedua (Ostrom 1998). Dalam kondisi seperti ini, perangkat monitoring dan rezim hukuman
harus diharapkan menjadi sangat tidak efektif karena ada hanya akan ada aktor bersedia
untuk mengadakan pejabat korup akuntabel. Dalam konteks Indonesia akuntabilitas ini agak
berlangsung tetapi penggunaan KPK dan lembaga anti korupsi lainnya adalah semakin
tunggal, solusi linier untuk masyarakat persyaratan perubahan-kebutuhan yang kompleks.
Penelitian Swedia membahas konteks adat / budaya korupsi, yang dalam konteks KPK
relevan. Pada tahun 2006, korupsi oleh pejabat publik terdaftar sebagai "tidak salah sama
sekali," "salah, tapi dimengerti," atau "salah dan dihukum." Dalam konteks Indonesia hasil
yang sama diharapkan dalam terang masalah adat seputar keseimbangan antara
perkembangan dan revitalisasi feodalisme
35
.
7.3 Anti-Korupsi Industri Global & Kriminalisasi Isu Non-Korupsi
Perbandingan kolektif diterapkan pada kebijakan Indonesia dan lembaga penegak hukum
dengan pemerintah asing memberikan tindakan anti-korupsi prioritas utama dalam lingkaran
kebijakan di seluruh dunia. Tekanan ini rekan telah mencapai skala industri. Bahkan, dalam
beberapa tahun terakhir perang melawan korupsi telah menjadi industri besar, yang

33
Aidt 2003; Lui 1986; Cadot 1987; Andvig & Moene 1990; Acemoglu 1995; Mishra 2006
34
Ibid. Page 4
35
http://www.hurights.or.jp/archives/focus/section2/2004/06/emerging-indigenous-peoples-movement-in-
indonesia.html; June 2004 ; accessed on 20 June 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
27

melibatkan semua organisasi internasional, termasuk Transparency International (TI), Bank
Dunia (WB), Dana Moneter Internasional (IMF), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) , Uni
Eropa (UE), Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO), dan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
(Mungiu-Pippidi 2006; Mdard 2002).
36

Apa yang harus menjadi perhatian adalah bahwa LSM asing, termasuk kelompok-kelompok
lingkungan, yang mengkriminalisasi setiap aspek agenda mereka dengan menghubungkan
kampanye non-korupsi dugaan korupsi yang menodai persepsi publik dari perusahaan yang
ditargetkan. Hubungan simbiosis antara aktor-aktor non-negara dan inisiatif pemerintah
mengaburkan perbedaan karena industri anti-korupsi didominasi Barat lebih tertarik pada
penuntutan, dan penghapusan (dirasakan) kekuasaan versus realitas.
7.4 Demokrasi dan Kegagalan Reformasi Anti-Korupsi
Studi Swedia menemukan dalam contoh Afrika bahwa sementara, pada tingkat retorika,
banyak yang telah dikatakan tentang pas reformasi anti-korupsi ke pengaturan negara tertentu,
pendekatan yang paling sering memiliki hingga saat ini telah menggunakan "toolkit" ide-ide
yang diberikan oleh masyarakat internasional sejalan dengan logika "satu untuk semua"
(Kpundeh 2004: 127). Umumnya, sementara pemberantasan korupsi disajikan sebagai
pertarungan kejahatan ekonomi
37
tapi pendekatan ini adalah strategi yang gagal.
Secara keseluruhan, reformasi anti-korupsi kontemporer dalam konteks Indonesia memiliki
lebih
track record membosankan ketika itu benar-benar datang untuk mencegah penyebaran
korupsi. Bahkan, sepertinya reformasi anti-korupsi kontemporer tidak hanya gagal
mencegah kegigihan kegiatan korupsi, namun dalam beberapa kasus mereka bahkan
tampaknya telah menciptakan peluang baru dan insentif untuk korupsi, bahkan jika mereka
telah menghapus beberapa lama
38
.
Fakta ini diakui oleh Riley (2000) yang berpendapat bahwa: "(...) dalam berbagai bentuk
korupsi yang dinamis dan sering terselesaikan. Seperti diketahui, upaya reformasi dapat
benar-benar menghasilkan bentuk-bentuk baru korupsi." Contoh memberikan argumen
bahwa bentuk saat KPK tidak mungkin berkontribusi terhadap pengurangan korupsi dalam
pelayanan politik dan sipil sejak reformasi kelembagaan dan sosial yang hilang.
Kutipan studi, "[d]onors memiliki cetak biru berbentuk sebagian besar untuk privatisasi dan
reformasi ekonomi. Tapi tren liberalisasi yang melanda wilayah tersebut pada era pasca-
Perang Dingin, meskipun dirancang untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan
tata kelola, telah menyajikan peluang tersendiri bagi korupsi."
39
Salah satu tanggapan umum
oleh anggota masyarakat Indonesia adalah pandangan sinis terhadap korupsi di negara

36
Ibid. Page 6
37
http://www.ginareinhardt.com/wp-content/uploads/2012/01/Seligson-Impact-of-Corruption-on-Regime-
Legitimacy.pdf; page 409; accessed on 23 June 2013
38
Ibid. Doig & Riley 1998
39
Ibid. Warigi (2001
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
28

berkembang menjadi kurang direstui dari korupsi pejabat menerima hadiah untuk layanan
yang disediakan oleh agen untuk memotong inefisiensi sistem.
Secara khusus, tampaknya seperti pengenalan pemilu yang demokratis dan meningkatkan
transparansi dalam banyak kasus menyebabkan peningkatan tingkat korupsi bukan
sebaliknya. Studi empiris lintas negara secara konsisten menemukan negara yang paling
korup terletak di tengah antara otoritarianisme dan demokrasi (Montinola & Jackman 2002;
Sung 2004; Bck & Hadenius 2008). Dengan kata lain, institusi demokrasi baru yang
diperkenalkan sekarang merupakan salah satu arena utama untuk kegiatan korupsi di
banyak negara berkembang. Temuan ini membawa kita pada jalur genting pasukan otokratis
yang "kuat" dan "mengenang masa lalu" menjadi semacam pesanan untuk publik bersatu.
Pada intinya keseimbangan antara industri anti-korupsi, agenda global, dan kepentingan
terbaik bagi negara harus ditemukan. Proses ini harus tetap proses organik, nasional. Hasil
penelitian Swedia menyatakan:
Peneliti dan pembuat kebijakan sekarang tampaknya setuju bahwa kegagalan reformasi anti-
korupsi kontemporer tidak begitu banyak hasil dari kurangnya sumber daya seperti tidak
adanya pemangku kepentingan - termasuk pemerintah, masyarakat sipil, organisasi non-
pemerintah, dan warga negara biasa - bersedia untuk bertindak sebagai "kepala" dan,
dengan demikian, menegakkan hukum dan kebijakan yang ada
40
. Pandangan ini sejalan
dengan pernyataan umum bahwa tanpa kemauan politik yang kuat, reformasi anti-korupsi
pasti akan gagal.
41

Selain itu, politisi korup sering berdiri kesempatan yang baik untuk pemilihan kembali (lihat,
misalnya, Chang et al. 2007). Artinya, cukup bertentangan dengan apa kerangka principal-
agent mengasumsikan, daripada menghukum politisi korup di jajak pendapat, pemilih
tampaknya "menampilkan relatif ketidakpedulian terhadap kesalahan moral pejabat terpilih"
(ibid: 3). Argumen yang sama telah dibuat oleh calon presiden di Indonesia dan muncul
populis kiri berargumen bahwa lebih dari 50% dari politisi provinsi berada di penjara karena
korupsi. Sebuah keyakinan yang menjadi lambang keberanian bukan kecaman publik sejak
lembaga dari negara yang dipercaya oleh publik dan dianggap korup (terutama dalam kasus
dugaan penggelapan pajak).
7.5 Reformasi Indonesia Sangat Dibutuhkan, Terlalu Terlambatkah?
Sedangkan penuntutan oleh pejabat negara yang korup sedang berlangsung, perangkap sosial
yang diatur oleh sistem KPK akan tidak diatasi sejak akuntabilitas politik untuk organisasi
korup seperti pengadilan, polisi, dan kantor-kantor pajak sebagian besar masih belum
tersentuh. Ini penuntutan akan menciptakan reaksi di masyarakat, masyarakat, dan
kepemimpinan politik yang akan memberikan kontribusi pada ketidakpercayaan terhadap
lembaga. Pada dasarnya kegagalan KPK adalah dalam pembuatan sebagai masyarakat akan

40
Ibid , Riley 1998; Robinson 1998; Kpundeh 1998, 2004; Johnston 2005; Amundsen 2006; World Bank 1994
41
Ibid . Williams and Doig 2004; Brinkerhoff 2000; Kpundeh 1998; Johnston and Kpundeh 2004; UNDP 2004;
World Bank 2000
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
29

menolak perannya. Meskipun penelitian di Inggris mendukung teori bahwa pemantauan
jangka pendek dan skema insentif keuangan eksplisit bekerja dalam jangka pendek, jangka
panjang program ini kurang efektif.
42
KPK dalam bentuk yang sekarang tidak efektif.
Reformasi layanan sipil, khususnya, reformasi ditargetkan untuk mengurangi kebijaksanaan
pejabat publik melalui privatisasi dan deregulasi adalah salah satu jenis yang paling mudah
dari reformasi. PNS harus menerima struktur gaji ditingkatkan membawa pendapatan mereka
ke tingkat keterjangkauan dan upah hidup yang realistis. Kompensasi keuangan bagi PNS
adalah manifestasi dari rasa hormat oleh negara. Jika negara tidak menghormati (dengan cara
gaji) PNS yang melayani masyarakat umum, bagaimana bisa negara mengharapkan untuk
menerima rasa hormat dari karyawan?
Dalam kasus Singapura, peningkatan gaji untuk pegawai negeri sipil telah memberikan
kontribusi terhadap lingkungan yang bebas korupsi relatif, peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, dan menciptakan semacam kepercayaan masyarakat Indonesia kebutuhan.
Laboratorium sosial yang diciptakan oleh industri anti-korupsi global harus membuat jalan
bagi perubahan institusional daripada media yang menyambar dan pendekatan jangka pendek
kosmetik.
Meskipun elite politik adalah salah satu target utama KPK, banyak pejabat korup melarikan
diri. Tidak ada petugas pajak, hakim, atau polisi (dengan beberapa pengecualian) telah
dituntut sejauh ini. Kasus Polisi Lalu Lintas hanyalah salah satu dari banyak contoh dengan
KPK tidak hanya ditolak oleh lembaga tetapi juga tercemar dalam persepsi publik tentang
efektivitas KPK sejak persepsi korupsi mencapai semua tingkat polisi, pajak, dan yuridis
kepemimpinan.
Industri global telah menciptakan pengawas masyarakat sipil, yang tidak memiliki
kredibilitas dalam argumen dan kualitas dalam pelaporan
43
. Meskipun pembangunan
kelompok masyarakat sipil 'didorong, beberapa tanda-tanda di Indonesia menimbulkan
kekhawatiran pada pengawasan dan arah LSM yang berafiliasi KPK. Para aktivis sudah
mulai rumor bahwa ICW secara aktif terlibat dengan LSM
44
untuk target perusahaan dengan
membawa masalah ke tingkat nasional.
Pada 2013 KPK dipaksa untuk membantah tuduhan bahwa mereka disponsori ICW
45
. Pada
awal Juli 2013 anggota DPR mengancam akan menuntut LSM untuk pencemaran nama baik

42
http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf; July 2011;
accessed in 1 February 2013
43
Ibid. Ivanov 2007; Lawson 2009
44
A 2010 document prepared by ICW staff the front page shows HIVOS, a Dutch NGO sponsoring the NGO
since 1998;
http://www.antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Umum/independentreportofUNCACimplementatio
ninindonesiaqatar09.pdf; Weakening Of Corruption Eradication Commission (KPK) in Indonesia; 9 13
November 2009; accessed on 26 July 2013
45
http://en.tempo.co/read/news/2013/07/08/055494518/KPK-Denies-Giving-Fund-to-Indonesia-Corruption-
Watch; 8 July 2013; accessed on 23 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
30

atas tuduhan korupsi.
46
ICW ditantang pada beberapa kesempatan
47

48
dan sering dianggap
sebagai upaya oleh "koruptor" untuk merusak pekerjaan KPK dan lengan LSM-nya, ICW.
Kita harus, bagaimanapun, mengadopsi perspektif yang lebih kritis tentang masalah tersebut.
Sedangkan desentralisasi adalah intervensi yang menjanjikan, terutama ketika pra-
implementasi meliputi pembangunan kapasitas para pejabat lokal dan infrastruktur, mungkin
dengan dukungan dari LSM lokal dipercaya dan berpengetahuan
49
. ICW mungkin bukan
pilihan yang tepat untuk mendapatkan kepercayaan publik tersebut.
Meskipun aktor non-negara yang cepat untuk memanggil pada penekanan kebebasan
berbicara, kita melihat sedikit bukti untuk penindasan yang disponsori negara dari suara-suara
kritis di Indonesia. Kampanye oleh International Federation of Journalists International (IFIJ)
dan Yayasan Ford
50
disponsori Perhimpunan Indonesia untuk Pengembangan Media secara
aktif berkampanye untuk mengubah undang-undang untuk mengangkat fitnah kriminal
51
,
yang dalam konteks hukum Indonesia berlaku untuk semua pihak. Sedangkan upaya untuk
mengubah hukum pidana dipandang sebagai proses demokratisasi, tingkat akurasi dan
keterlibatan dalam agitasi terstruktur harus dibangkitkan dalam konteks KPK dan perannya
dengan aktor non-negara.
Seperti banyak kegiatan non-negara lain dan sponsor asing KPK, kabur dari garis dan
keberangkatan dari konsep KPK asli menciptakan kerugian tandingan untuk pemahaman
masyarakat tentang kebijakan anti-korupsi.
Sedangkan studi di Swedia berpendapat untuk liberalisasi ekonomi, deregulasi,
penyederhanaan pajak, pajak liburan, hukuman administrasi / permukiman dinegosiasikan,
de-monopolisasi, dan stabilitas makro-ekonomi seperti beberapa pilihan yang tersedia untuk
negara, kabur dari garis-garis penting membebaskan Pasukan anti-demokrasi dan
mempromosikan anti-liberalisasi, anti-pembangunan
52
dan memberikan latar belakang untuk
revitalisasi feodalisme dan menciptakan serangan balik oleh masyarakat Indonesia. Korupsi

46
http://www.thejakartapost.com/news/2013/07/01/top-house-members-fume-over-icw-graft-list.html; 1
July 2013; accessed on 25 July 2013
47
http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/14/libel-suspects-disregard-summons.html; 14 October
2009; accessed on 14 June 2013
48
http://www.frontlinedefenders.org/node/2204; 20 October 2009; accessed on 18 June 2013
49
http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf; page 48;
accessed on 23 May 2013
50
http://www.fordfoundation.org/grants/grantdetails?grantid=113459; The Ford Foundation sponsored the
Indonesian Association for Media Development with 439.613 USD (2009-2011 grant period)
51
https://blogs.worldbank.org/publicsphere/radio-development-and-indonesias-democratic-transition; the
program is supported by different EU countries, including Belgium; last accessed on 22 May 2013
52
http://scholar.oxy.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=dwa_student&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dhow%2520to%252
0reduce%2520corruption%2520scholars%26source%3Dweb%26cd%3D47%26ved%3D0CE8QFjAGOCg%26url%
3Dhttp%253A%252F%252Fscholar.oxy.edu%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1008%2526cont
ext%253Ddwa_student%26ei%3Dry7pUbvPHsWxrge484CQBg%26usg%3DAFQjCNHi8ZJBi3tpRYnCELe5ZninjoDt
WA%20-%20search=%22how%20reduce%20corruption%20scholars%22; Substantive Progress or
Neoliberalism in Disguise? An Analysis of the World Banks Discourse on Corruption since 1995; Megan Lang;
16 April 2013; accessed on 27 June 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
31

sebagai sarana untuk memajukan agenda neoliberal oleh Bank Dunia (Megan Lang: 2013)
adalah merayap ke dalam argumen pendukung pandangan para pengalihan agenda global dari
argumen inti memerangi korupsi untuk kepentingan masyarakat tetapi muncul sebagai agenda
politik oleh institusi global.
53
Terutama, George Mason University 2013 studi menemukan
bahwa, kita tidak menemukan bukti kuat atau meyakinkan bahwa reformasi dana kampanye
negara mengurangi korupsi publik
54
dan menyatakan bahwa kepemimpinan politik akan
menentukan tingkat korupsi.
Kami dari pendapat peran KPK dan lembaga anti korupsi lainnya, termasuk aktor-aktor
masyarakat sipil, merupakan bagian dari lembaga negara untuk memberantas korupsi, namun
reformasi dan pengawasan penting lama tertunda oleh parlemen diperlukan untuk
menghindari ekses sebelumnya oleh KPK.
Sebagai presiden keluar dari Indonesia tepat menunjukkan, " terlalu besar kekuasaan
berbahaya," reformasi hukum seperti penguatan peradilan, dan dengan mendorong
pengawasan publik melalui parlemen
55
disarankan untuk diperluas ke KPK dan struktur non-
negara sebagai bagian dari holistik strategi anti-korupsi.
56


8. KESIMPULAN
Seperti yang kami telah tunjukkan, korupsi tidak hanya merusak ekonomi negara tetapi juga
merugikan tatanan masyarakat. Sementara KPK diciptakan dengan tujuan mulia, dalam Surat
10+ tahun keberadaannya telah terbukti tidak efektif. Tentu saja, penangkapan dan
penuntutan tanda telah memberikan kesan bahwa KPK mencapai sesuatu.
Tapi bila dilihat dalam konteks budaya mencakup segala korupsi di Indonesia kasus ini hanya
setetes di ember pepatah. Sementara beberapa studi akademis optimis menunjukkan
keberhasilan jangka pendek, dalam jangka panjang KPK tidak dapat berhasil sampai
perubahan sosial yang mendasar terjadi. Pandangan ini dianut oleh mantan kepala Hong
Kong ICAC, Tony Kwok, yang mengatakan, lembaga ini [KPK] harus memiliki kekuatan.
Jika tidak, hal itu tidak bisa berfungsi. Tentu saja, harus ada pertimbangan terhadap
kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan. Jadi, mekanisme untuk mencegah penyalahgunaan
tersebut diperlukan. Di Hong Kong, kami memiliki unit pengawasan yang terdiri dari orang-
orang di luar institusi. Mereka adalah tokoh masyarakat yang bertugas untuk memantau
kegiatan ICAC
57
. Pertanyaan tentang berapa besar daya yang dibutuhkan tetap, berdasarkan
kinerja KPK, dipertanyakan. Mekanisme lain harus berada di tempat untuk memungkinkan

53
Ibid.page 6
54
http://mercatus.org/sites/default/files/Milyo_CampaignFinanceReforms_v2.pdf; Do State Campaign
Finance Reforms Reduce Public Corruption? Adriana Cordis, Jeff Milyo; April 2013; accessed on 1 July 2013
55
Ibid. World Bank 2000; Transparency International 2000; UN 2004; UNDP 2004
56
Ibid. Langseth et al. 1999; Galtung 1998
57
http://www.jimwes.com/integrity/id58.html; Tony Kwok former head of anti-corruption agency in Hong
Kong (ICAC); accessed on 1 August 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
32

perubahan sosial untuk mengambil tempat itu harus mencakup industri, individu dan semua
sektor masyarakat.
Budaya korupsi begitu mendarah daging dalam jiwa Indonesia yang berusaha un-
melakukannya dengan membalik sikap yang kini telah menjadi norma budaya akan menjadi
tugas raksasa yang akan memerlukan perubahan mendasar dalam pola pikir dari beberapa,
sektor yang berbeda dari masyarakat. Paling pasti suatu review kelembagaan dari sistem anti-
korupsi di Indonesia diperlukan.
Namun, karena makalah ini, karena tidak semua referensi utama yang tercantum dalam
penelitian ini termasuk publikasi LSM, reformasi menyeluruh harus mencakup perubahan
sosial agar efektif untuk menghindari "Denunziantentum"
58
(denuciators, informan)
menciptakan lagi basis kekuatan politik untuk politik kekuatan untuk menyalahgunakan
maksud organisasi. Sejarah struktur tersebut cukup dan termasuk Gestapo, Stasi
59
, dan
menindas, hak asasi manusia lainnya melanggar organisasi dirancang untuk menindas
masyarakat bawah dalih dipertanyakan.
Hal ini terutama berlaku jika pemerintah mensponsori memiliki catatan buruk dalam
memerangi korupsi. Sebagai contoh, menurut laporan 2012 US peringkat di tempat ke-19 dan
pada tahun sebelumnya peringkat 24
60
. Selama rentang waktu yang sama, Jerman
ditempatkan di 13
61
. Jika setiap negara adalah pengukuran keberhasilan Asia menerapkan
sikap anti-korupsi itu adalah Singapura. Singapura menyediakan iklim sosial dan budaya dari
mekanisme anti korupsi yang mencakup kombinasi holistik struktur sosial, pendidikan, dan
kepemimpinan politik. Emosional "pemicu" harus diganti dengan pendekatan kebijakan
pragmatis yang menguntungkan negara.
Untuk kembali lagi ke publikasi ICW, Pembentukan KPK memiliki tujuan strategis yang
dapat dikategorikan ke dalam tiga hasil besar. Pertama, kehadirannya bertujuan untuk
memulihkan penegakan hukum yang tidak efektif. Dengan kata lain, KPK ditantang untuk
mempromosikan normalisasi sistem peradilan dan budaya di negeri ini, yang telah rusak,
dengan memposisikan diri sebagai mekanisme pemicu. [Penekanan ditambahkan]
Sementara berhenti dan mencerminkan sering dianggap sebagai kelemahan oleh pandangan
nihilistik tentang korupsi, [menyelaraskan] strategi dan menetapkan perubahan sosial yang
dibutuhkan menjadi gerak harus dipertimbangkan.

58
http://www.zeit.de/1993/37/deutschland-deine-denunzianten; Deutschland, deine Denunziaten, Gerhard
Paul
59
http://www.history.ucsb.edu/faculty/marcuse/classes/217/articles/96JMHGellatelyGestapoStasi.pdf;
Denunciations in Twentieth-Century Germany: Aspects of Self-policing in the Third Reich and the German
Democratic Republic; Robert Gellately; accessed on 20 June 2013; Note. Germany is ranked only 13
th
place;
Hong Kong 12
th
place; Singapore listed at 5
th
place providing the cultural, governance and legislative &
structural argument for an anti-corruption societal-cultural climate within society
60
http://www.huffingtonpost.com/2012/12/05/corruption-perception-index-2012_n_2244558.html; 12 May
2012; accessed on 1 June 2013
61
http://www.transparency.org/cpi2012/results; Transparency International Global Corruption Index 2012;
accessed on 28 July 2013
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
33


REFERENSI

The failure of Anti-Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem;
2010 University of Gothenburg;
http://www.sida.se/PageFiles/39460/Failure%20Anti_Corruption%20policy%20(2).pdf

Criminal Defamation And Democracy In Indonesia: Regulating Or Relegating Free
Expression? Arjuna Dibley; http://asaa.asn.au/ASAA2010/reviewed_papers/Dibley-
Arjuna.pdf;

Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Sebagai Lembaga Anti-Korupsi Di Indonesia;
(The Role of Indonesian Corruption Exterminate Commission in Indonesia); Achmad Badjuri;
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 84 96

Roadmap Kpk 2007-2011 Towards More Effective Corruption Eradication; http://bukuicw.fil
es.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf;

Do State Campaign Finance Reforms Reduce Public Corruption?
http://mercatus.org/sites/default/files/Milyo_CampaignFinanceReforms_v2.pdf;

The effectiveness of anti-corruption policy What has worked, what hasnt, and what we dont
know;
http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf;

Bribes and Ballots: The Impact of Corruption on Voter Turnout in Democracies;
http://sp.uconn.edu/~scruggs/ipsr11.pdf

Contextual Choices in Fighting Corruption: Lessons Learned;
http://www.oecd.org/countries/zambia/48912957.pdf

Substantive Progress Or Neoliberalism In Disguise? An Analysis Of The World Banks
Discourse On Corruption Since 1995; Megan Lang;
http://scholar.oxy.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=dwa_student&sei-
redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q
%3Dhow%2520to%2520reduce%2520corruption%2520scholars%26source%3Dweb%26cd
%3D47%26ved%3D0CE8QFjAGOCg%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholar.oxy.edu
%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1008%2526context%253Ddwa_studen
t%26ei%3Dry7pUbvPHsWxrge484CQBg%26usg%3DAFQjCNHi8ZJBi3tpRYnCELe5Zninj
oDtWA#search=%22how%20reduce%20corruption%20scholars%22

The Impact of Corruption on Regime Legitimacy: A Comparative Study of Four Latin
American Countries Mitchell A. Seligson;
http://www.ginareinhardt.com/wp-content/uploads/2012/01/Seligson-Impact-of-Corruption-
on-Regime-Legitimacy.pdf;

Corruption: Causes, Consequences And Cures;
http://www.unescap.org/drpad/publication/journal_7_2/myint.pdf


Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK)
Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
34


The Causes Of Corruption: A Cross-National Study;
http://www.sscnet.ucla.edu/polisci/faculty/treisman/Papers/causes.pdf

The War Against Corruption As A Poverty Reduction Agenda in Africa;
http://www.eacc.go.ke/docs/War-Against-Corruption-Poverty-Reduction-Africa.pdf

Embedded Autonomy or Crony Capitalism?Explaining Corruption in South Korea, Relative
to Taiwan and the Philippines, Focusing on the Role of Land Reform and Industrial Policy;
http://irps.ucsd.edu/assets/003/5292.pdf

Anti-Corruption Policy Implementation In Korea;
http://www.nacf.org.za/global_forum5/CVs/009%20e%20Song.pdf

Deviance and Corruption;
http://samples.jbpub.com/9780763771386/Ross_71386_CH09_131_148.pdf

Reserch on Corruption and Its Control; The State of the Art
http://www.improvinggovernance.be/upload/documents/wharton_proceedings_nocrop.pdf

Denunciations in Twentieth-Century Germany: Aspects of Self-policing in the Third Reich
and the German Democratic Republic Robert Gellately Huron College, University of Western
Ontario;
http://www.history.ucsb.edu/faculty/marcuse/classes/217/articles/96JMHGellatelyGestapoSta
si.pdf

Das könnte Ihnen auch gefallen