Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5
1
Case Study Volume 3 2013 Issue 5
10 Tahun: Mengukur Efektivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)di I ndonesia
NOT FOR PUBLIC CIRCULATION WITHOUT WRITTEN AND EXPLICIT PERMISSION OF THE AUTHOR
Copyright 2013 Deutsche Asienforschungszentrum. All rights reserved. Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 2
Mengukur Efektivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di I ndonesia
In a state where corruption abounds, laws must be very numerous. Tacitus
RINGKASAN EKSEKUTIF Sebuah survei terbaru di Indonesia 1 yang meninjau tingkat korupsi di Indonesia menimbulkan pertanyaan besar mengapa lembaga seperti KPK dan kasus-kasus korupsi kelas kakap tidak jua menekan tingkat korupsi?
Menurut survei, 71% dari mereka yang disurvei percaya bahwa korupsi itu lebih jamak dibanding tahun 2011 dan tidak percaya pada partai politik negara, legislatif, pegawai negeri sipil, peradilan, dan polisi. Mereka yang disurvei juga menganggap bahwa korupsi telah meningkat tajam. Jajak pendapat menyatakan, "Sebanyak 86% mengatakan partai-partai politik di negara ini korup secara spesifik, 89% untuk legislatif, 86% untuk peradilan, dan 79% untuk layanan sipil." Sebuah tren yang lebih mengganggu adalah bahwa media (dijuluki "Negara Keempat") dianggap tidak lurus di mana 19% penduduk Indonesia curiga dan percaya media dipengaruhi oleh kepentingan yang kuat, baik dari dalam dan luar negeri 2 . Sebanyak 68% dari mereka yang disurvei berpendapat pemerintah berkuasa saat ini tidak efektif dalam menjinakkan korupsi. Annual Edelman Trust Barometer 2013 menyatakan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap bisnis mencapai 27 poin lebih tinggi daripada kepercayaan pada pemerintah 3 . Korupsi dan kebijakan yang adalah salah satu alasan utama hilangnya kepercayaan pada pemerintah. Demikian juga kepercayaan publik terhadap LSM Indonesia turun menjadi hanya 51% dari tahun sebelumnya 4 . 5 Laporan Edelman menyatakan bahwa LSM di sini adalah organisasi "barisan depan" yang ceroboh untuk kepentingan pribadi tetapi, memperoleh dana yang besar dari LSM internasional, jelas ada tantangan besar bagi para LSM agar
1 http://www.irrawaddy.org/archives/39785; Survey lays waste to Indonesias Fight Against Corruption by the Jakarta Globe, 11 July 2013; accessed on 14 July 2013 2 The 2013 Edelman Trust Barometer shows a drop by 3 % to 77 % from the previous year. http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761; slide 18; accessed on 3 May 2013 3 http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761; slide 11 (Indonesian data point); accessed on 26 July 2013 4 http://www.slideshare.net/EdelmanInsights/global-deck-2013-edelman-trust-barometer-16086761; accessed on 26 July 2013 5 In comparison to the lack in government and officialdom, the Edelman report that academics or experts (69 %), technical expert in the company (67 %) and a person like yourself (61 %) is getting the highest marks in public perception of being a trusted source and credible spokesperson. Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 3
mampu terlibat dalam masyarakat yang selama ini hubungannya tidaklah baik. 6 Bahkan organisasi non-pemerintah pro-KPK, Indonesia Corruption Watch (ICW), menyatakan, bahwa KPK harus konsisten dalam memainkan perannya sebagai mekanisme pemicu sekaligus sebagai instrumen untuk memulihkan penegakan hukum di Indonesia. Berkaitan dengan sektor-sektor kasus yang ditangani oleh KPK, mekanisme pemicu tidak mungkin bekerja atau tidak akan efektif karena masalah penyuapan yang menyangkut para aparat peradilan. 7 Masyarakat, bagaimanapun, siap untuk terlibat dalam memerangi korupsi. Pada tahun 2009 8 di salah satu kunjungannya ke media, Presiden Indonesia mengatakan, "Terkait KPK, saya serius mengingatkan Anda. KPK telah memegang kekuatan yang luar biasa. Tanggung jawab hanya kepada Tuhan. Berhati-hatilah." Disebut-sebut sebagian masyarakat KPK memiliki kuasa yang berlebihan 9 , 10 KPK tetap menjadi titik gesekan terus menerus dalam dunia politik. Laporan Edelman menyatakan lebih lanjut, "Meskipun ada kebulatan suara yang menganggap badan-badan pemerintahan tidak lurus, responden tidak merasa haknya hilang. Sekitar 81% dari mereka yang disurvei percaya bahwa "orang biasa" bisa membuat perbedaan dalam memerangi korupsi dan 41% mengatakan mereka akan bergabung dalam gerakan protes." Tapi ini bukan persepsi Indonesia yang unik. Transparency International 11 , dalam wawancara dengan BBC baru-baru ini, menyatakan bahwa jajak pendapat menunjukkan korupsi semakin parah. 12 Apakah ini kegagalan dari proses anti-korupsi? Apakah para pembuat kebijakan di Indonesia, politisi, aparat penegak hukum, dan masyarakat pada umumnya perlu memikirkan ulang peran lembaga negara? Ini memengaruhi kinerja pemerintah, profitabilitas ekonomi, dan masyarakat pada umumnya. Temuan-temuan suram ini memunculkan pertanyaan yang sulit: Jika ternyata korupsi terus meningkat, apakah lembaga-lembara negara itu efektif dalam pekerjaan mereka? Lagipula, ICW sendiri menyatakan, Di sisi lain, KPK ... tidak pernah mencoba untuk mengambil
6 http://issuu.com/edelmanapac/docs/trust_in_asia_pacific_germany?e=7100583/2232497; page 26; accessed on 22 July 2013 7 http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf; KPK Roadmap 2007-2011 Towards More Effective Corruption Eradication; ICW publications; accessed on 30 June 2013 8
http://www.antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Umum/independentreportofUNCACimplementatio ninindonesiaqatar09.pdf; accessed on 7 June 2013; the conference presenters, most of them activists from the Indonesian Corruption Watch, a dutch-NGO (HIVOS) sponsored organization quoted, KOMPAS, 25 June 2009, It is dangerous the big power without control. [referening to the extra-ordinary powers of the KPK] http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/25/0300544/berbahaya.kekuasaan.yang.terlalu.besar.dan.tanpa. kontrol. 9 http://ikhasu.blogspot.sg/2009/11/kpk-must-be-criminalized.html; 12 November 2009; accessed on 2 August 2013 10 http://www.controlrisks.com/Oversized%20assets/indonesia_whitepaper_2013.pdf; accessed on 1 August 2013 11 http://www.dw.de/siemens-told-to-tread-carefully-by-transparency-international/a-2263565; 7 December 2006; Transparency International, a German based NGO, heavily funded by the German government was itself at the center of a serious corruption issue involving Siemens;accessed on 20 July 2013; 12 http://www.bbc.co.uk/news/business-23227382; Corruption getting worse, says polls; 9 July 2013; accessed 21 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 4
tindakan hukum terhadap pelaku korupsi yang melibatkan aparat lembaga penegak hukum, misalnya hakim, jaksa atau polisi. Dengan pendekatan ini, KPK gagal mencapai dua tujuan, untuk mengaktifkan mekanisme pemicu dan memulihkan penegakan hukum 13 . Sebuah studi penting pada tahun 1965 menyatakan bahwa kejahatan ekonomi hampir selalu diabaikan. Federal "Komisi Kriminal" di AS menetapkan bahwa dampak ekonomi dari kejahatan sebesar hampir 15 miliar USD, sementara mendekati 21 miliar USD dihabiskan untuk menekan kejahatan (pengeluaran publik, polisi, kejaksaan dan pengadilan, penjara, dan keamanan swasta). Dengan kata lain, 48 tahun yang lalu, pada tahun 1965, Pemerintah Federal AS mengalami defisit keuangan dalam upaya untuk melawan kejahatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah strategi penghukuman yang kita lihat ternyata gagal adalah strategi yang tepat dan satu-satunya atau jika sudah waktunya untuk mempertimbangkan dan meninjau peran dan efektivitas KPK dan memperkenalkan model bersifat sosial yang berbeda, yang bisa menekan korupsi pada skala yang lebih besar dibanding laporan Transparency International yang sarankan . Konteks teoritis sering berfokus pada teori sosial, contohnya Teori Negara Kleptokratis 14
(Andreski 1968, Olson 1993, Rose-Ackerman 1997:117). Teori ini berpendapat bagi negara- negara kuat guna memaksimalkan pendapatannya sendiri, mereka mencapainya dengan membebankannya kepada masyarakat (Lenski & Lenski: 194). Hal ini juga menyalahkan mantan Presiden Soeharto dalam konteks keluarga dan antek-anteknya sebagai penyebab dari semua korupsi di Indonesia. Tak satu pun dari argumen-argumen itu, meskipun secara teoritis benar, mengatasi masalah spesifik di Indonesia dari kesenjangan pendapatan, kurangnya kohesi kepemimpinan nasional, dan ketidakpahaman yang tidak mumpuni pada tingkatan pendapatan terhadapa layanan sipil dan pejabat negara. "Setiap orang harus membayar seseorang" bukan sekadar frase tetapi merupakan elemen penting dari masyarakat untuk mendapatkan kemajuan jika pintu masuk tidak dapat dicapai berdasarkan manfaat.
Arifianto "mengidentifikasi aturan yang tidak menguntungkan seperti pembatasan perdagangan, represi keuangan dan perizinan ekonomi menjadi hambatan yang signifikan untuk bisnis di Indonesia." Oleh karena itu, pengelakan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan tidak hanya koneksi kepada kekuasaan tetapi kondisi akan kebutuhan dan pemikiran akan pelanggaran. Ada juga kebutuhan untuk individu dalam bisnis untuk memberikan solusi terhadap masalah menghadapi bisnis. Sebagai contoh, seorang pejabat pajak menggunakan kekuasaannya untuk menentukan pajak yang terutang kepada negara dengan meminta suap. Pejabat perusahaan kemudian dipaksa untuk memberikan solusi dan setuju untuk suap guna menghindari hukuman pinalti yang bisa mencapai 100%. Kedua belah pihak pun masuk ke dalam proses
13 http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf; KPK Roadmap 2007-2011 Towards More Effective Corruption Eradication; ICW publications;(page 14); accessed on 30 June 2013 14 http://people.brandeis.edu/~cerbil/AlexCorruption.pdf; Corruption in Indonesia: Causes, History, Impacts, and Possible Cures; Alexander Arifianto; accessed on 20 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 5
yang disepakati yang bersifat ilegal, atau penyuapan yang hanya menyangkut kepentingan pribadi, merupakan hambatan moral yang seharusnya dapat diterapkan oleh kesadaran sosial. Teori Becker mengenai kejahatan dan hukuman berlaku dalam konteks Indonesia sebagai realita. Korupsi dalam kantor pajak, polisi, dan sistem peradilan yang dalam dan luas, menjadikannya budaya, institusional dan sistemik. Harus diakui, meskipun dihindari dalam studi-studi, korupsi di Indonesia merupakan bagian dari pertahanan institusional. Misalnya, pejabat Indonesia sederhananya adalah orang-orang miskin dan sebenarnya tidak mampu jujur. Contoh orang-orang Afrika berlaku pada lingkungan Indonesia di mana negara memberikan kondisi untuk korupsi. Ekonomi yang tidak seimbang juga mendorong korupsi. Misalnya, pembayaran kepada seorang polisi dipandang sebagai upah yang pantas karena berhasil menyelesaikan suatu kasus. Bayaran karena telah mengecap atau mengurus dokumen resmi dipandang sebagai apresiasi budaya. Ini adalah bagian integral lateral dan vertikal dari masyarakat Indonesia. Korupsi telah menjadi sebuah industri ekonomi dan karena itu merupakan lapisan dari struktur masyarakat. Untuk memberikan contoh perbedaan budaya, orang yang kehilangan dompetnya di Singapura memiliki probabilitas tinggi untuk menemukan dan mendapatkan asetnya kembali utuh. Sikap budaya, pendidikan, dan mekanisme berada di tempat yang memungkinkan anggota masyarakat untuk tetap jujur. Sebagai contoh, banyaknya counter hilang dan ditemukan menunjukkan bahwa pencari mungkin tidak bergantung pada isi dompet ditemukan untuk kelangsungan hidup mereka. Di Indonesia tidak ada kondisi ini. Kurangnya pendidikan sosial, sikap terhadap mengembalikan "menemukan dompet," dan tidak adanya "sistem kehormatan" (yaitu counter hilang dan ditemukan) menciptakan adanya budaya dan sistemik kejujuran. Temuan dompet berisi uang dianggap keberuntungan karena sistem tidak mengizinkan bagi individu untuk dinyatakan maju dalam masyarakat. Meskipun ini adalah perspektif sosial sederhana, menyentuh pada dasar-dasar masyarakat yang rentan terhadap korupsi yang menembus semua lapisan negara dan masyarakat.
Bukti menunjukkan bahwa bisnis yang menolak suap ditargetkan oleh petugas pajak dan lainnya untuk tidak "memahami budaya". Bukti anekdotal lain menunjukkan negara menggunakan ekstraksi pembayaran dari bisnis untuk mengatasi kegagalan administrasi untuk mengelola sumber daya negara yang sama. Arifianto lebih lanjut menyatakan, "Bahkan setelah Indonesia telah meliberalisasi ekonominya, negara masih memainkan peran utama dalam ekonomi dan perilaku perburuan sewa terus terjadi bahkan ketika perekonomian liberalisasi" (King 2000; Robertson-Snape 1999).
Ini adalah penyederhanaan kebutuhan dasar lebih sederhana untuk suap-pencari bahwa kebutuhan dasar manusia sejak "negara" (yaitu majikan) tidak mampu memberikan manfaat ekonomi kepada pelaku menuntut suap yang akan mengatasi ekonomi mendasar kebutuhan dan menghindari kebutuhan untuk mencari penghasilan alternatif. Bahkan dengan kenaikan 30% pada awal pendapatan PNS kesenjangan ekonomi antara pegawai negeri dan realitas pasar tetap terlalu luas margin untuk memungkinkan PNS untuk memenuhi kebutuhan dasar Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 6
untuk bertahan hidupnya. Meskipun secara keseluruhan ekonomi di Indonesia makmur, pegawai negeri sipil tetap berada di tepi garis kemiskinan. Negara itu intinya berkontribusi terhadap budaya suap sebagai bagian dari konteks sosial budaya hubungan hamba-tuan dan paradigma kekuasaan yang menyediakan kehilangan haknya dengan kekuatan untuk mengamankan penghasilan tambahan sebagai imbalan atas kebutuhan memeras individu atau perusahaan. Penolakan untuk melakukan hal ini akan berarti pejabat negara akan disebut "birokrat tidak berhasil" atau "bodoh" (Jakarta Post 2000/11/27). Ini adalah sebuah narasi berdasar studi University of Gothenburg studi berjudul, The Failure of Anti-Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem. Narasi yang dijahit dengan prasangka terhadap individu atau perusahaan dan berlaku untuk campuran beragam membuat percaya dipegang oleh penggagas suap. Sebuah pandangan umum yang diselenggarakan oleh suap-pencari adalah korban "bisa membelinya." Seringkali narasi yang lebih rasial disuntikkan seperti "orang Cina kaya." Ketakutan pembalasan dan kerugian bisnis yang dikenal dan dimanfaatkan oleh suap-pencari yang mengekstrak suap. Secara keseluruhan, sangat sedikit pejabat dari departemen pajak telah dituntut untuk manipulasi tersebut. Sedangkan KPK adalah penegakan, pedang hukuman negara, tapi alat ini semakin dipolitisasi. Pertanyaan tentang fungsi pencegahan dan efisiensi biaya muncul sebagai suara perlawanan takut KPK menjadi "Gestapo"-seperti lembaga yang dirancang untuk melaksanakan kepentingan domestik dan asing sering mengakibatkan perburuan penyihir dan fitnah daripada pencegahan dan kontribusi kepada masyarakat. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah KPK akan segera "memakan kemudaanya sendiri," seperti yang digambarkan oleh keyakinan pembunuhan kursi KPK sebelumnya dan skandal lain yang melibatkan petugas dari KPK. Keangkuhan seperti menggambarkan seberapa cepat kekuasaan korup, bahkan di antara pejabat KPK berjuang melawan korupsi 15 . Kita harus bertanya apakah aset negara yang ditugaskan ke KPK sedang menyia-nyiakan untuk memajukan penyebab individu. Setiap kasus menghabiskan biaya negara sekitar 1,5-2 juta USD dengan negara hanya pulih sebagian dari kerugian yang diklaim. Selain itu, kita harus bertanya apakah Indonesia sekarang melihat bentuk yang lebih canggih dari korupsi dengan mantan komisaris melayani KPK sebagai anggota dewan beberapa perusahaan, dengan demikian menimbulkan argumen bahwa KPK hanya lembaga lain yang melayani kepentingan politik dan tidak rakyat Indonesia. Baru-baru ini, suara-suara keras muncul di publik menuduh KPK menggunakan dana publik untuk membayar ICW (Indonesian Corruption Watch) 16 . ICW mengaku menerima bantuan
15 http://en.tempo.co/read/news/2013/07/20/055498154/KPK-To-Arrest-Anas-and-Andi-Mallarangeng-Soon; KPK To Arrest Anans and Andi Mallarangeng Soon; Tempo.co 20 July 2013; accessed on 21 July 2013 16 http://www.thejakartaglobe.com/news/kpk-brushes-off-house-suspicion-regarding-indonesia-corruption- watch-funds/; KPK Brushes Off House Suspicion Regarding Indonesia Corruption Watch Funds; 8 July 2013; accessed on 21 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 7
asing dari entitas seperti Basel Institute on Governance (BIG) dan GIZ Jerman 17 . Bukti Oleh karena itu menunjukkan berdiri interaksi panjang dengan berbasis Swiss Basel Institute on Governance memberikan pelatihan dan masukan ke KPK 18 . Transparency International Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW), Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, dan Komisi Eropa disebut dalam Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) publikasi sebagai donor ke KPK, sehingga memberikan suara-suara kritis kepercayaan. Basel Institute on Governance menikmati dukungan dana yang besar dari Danzas Foundation (sebelumnya dikenal sebagai DHL Danzas Air & Ocean dan sekarang DHL Global Forwarding), yang juga diwakili dalam Dewan Yayasan 19 , UK DFID, Badan Swiss untuk Pengembangan dan Kerjasama, serta Principality of Liechtenstein. Para penyandang dana proyek termasuk siapa yang kerja untuk pendanaan LSM 20 , termasuk Wolfsberg Group, United Nations Global Compact, Bank Dunia, Transparency International, IMF, Interpol, dan Bank Eropa 21 . Sebuah pencarian cepat dari Basel Institute on Governance menunjukkan situs rekrutmen reguler dan penempatan ahli asing dengan KPK.
Dalam proyek UNODC kantor Indonesia publikasi tanggal November 2009-November 2012 pendanaan proyek asing oleh Pemerintah Norwegia tercatat di 3.045.350 USD untuk Penguatan Kapasitas Lembaga Anti-Korupsi di Indonesia. Lembaga-lembaga yang menerima bantuan keuangan yang tercantum adalah: Kantor KPK, Kejaksaan Agung, Kebijakan Nasional Indonesia, Mahkamah Agung, Laporan Transaksi Keuangan & Analisis Pusat (PPATK / PPATK), dan organisasi masyarakat sipil (mitra keenam). Hal ini membuat organisasi organisasi disponsori asing sejak ICW menerima dana dan terdaftar di dokumen asing sebagai mitra untuk proses KPK. Pada Juni 2013, PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menuduh ICW dari sensationalizing pelaporan dan bahwa di balik ICW berdiri LSM asing
17 http://www.baselgovernance.org/index.php?id=450; The Basel Institute on Governance received a grant from the Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit (GIZ) to provide capacity building assistance to Indonesias Corruption Eradication Commission (KPK) in support of their prevention work. Notably, the focus will be on strengthening their capacity to monitor prevention activities on the one hand, and on developing and implementing a multimedia approach to reach out to communities with corruption advocacy and education measures on the other hand. The project was officially launched with GIZ and the Indonesian KPK in November 2012 and a second mission was conducted in January 2013. The programme continues through May 2013. Accessed on 21 July 2013 18 http://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2010/02/basel-anti-corruption/eng/story.html; Base Institute on Governance and UNODC conduct Training Needs Assessment of Indonesian Anti- Corruption Agencies; 17February 2010; the program was funded by the European Union and Norwegian Government; accessed on 20 July 2013 19 http://www.baselgovernance.org/big/foundation-board/; Dr. Thomas Christ, Managing Director DHL Logistics (Switzerland) AG: accessed on 22 July 2013 20 http://www.baselgovernance.org/big/funding/; accessed on 15 July 2013 21 http://www.baselgovernance.org/big/partners/ Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 8
untuk memperoleh pendanaan luar negeri untuk menutupi biaya operasional. Setelah laporan atau artikel berita yang diterbitkan ICW menerima dana tersebut 22 . Ini adalah tuduhan serius yang menggunakan ICW untuk memanipulasi opini publik dan mendistorsi penyajian fakta. Dalam pertemuan Juli 2011 antara pejabat ICW dan anggota masyarakat lingkungan dengan link ke militan, penampilan "mengejar bisnis besar dan menemukan / menciptakan bukti yang sesuai agenda" diciptakan. Hal ini menciptakan pertanyaan retoris apakah penggunaan ICW itu berkontribusi pada kestabilan industri dan berangkat dari tujuan mendidik masyarakat. Kepolisian Negara Republik Indonesia enggan untuk mendukung KPK karena mereka melihat komisi sebagai pesaing. Perasaan ini adalah hasil dari ketidakefisienan tertanam, keengganan, dan kegagalan kelembagaan untuk diri mengatur kepolisian korup. Apakah KPK larutan organik Indonesia untuk masalah serius pemerintahan atau KPK solusi jangka pendek sebanding dengan Untouchables memerangi sindikat alkohol hanya untuk dihapuskan sejak larangan pada akhirnya dianggap tidak berkelanjutan? Dengan kata lain, KPK telah berjalan dengan sendirinya? Tidak diragukan lagi penuntutan dan keyakinan dari para pejabat korup metode yang digunakan oleh negara untuk mengekang masalah kriminal. Tetapi negara tidak memiliki solusi yang komprehensif untuk mengurangi korupsi dapat diterima 5% 23 . Dalam hal ini peringatan 10 tahun KPK terlihat menjadi kegagalan institusional karena tidak mencapai efek jera terhadap masyarakat, tidak membangun kepercayaan terhadap institusi negara, dan tidak mengurangi korupsi. Tentu saja kita mengakui implikasi yang lebih luas dari pernyataan ini. Solusinya, seperti masalah sosial lainnya, harus melibatkan masyarakat dan harus memberikan metodologi untuk reformasi dan restitusi serta penegakan hukum. Proses harus mencakup pendidikan untuk memulai pergeseran perilaku masyarakat yang memicu kelembagaan, kebijakan, dan perubahan politik.
Catatan Penelitian KPK dibentuk dengan maksud mengungkapkan membawa perubahan positif dalam upaya anti-korupsi nasional stagnan. Pemberantasan korupsi adalah dengan tidak berarti sebuah konsep baru di Indonesia, karena kegiatan-kegiatan anti-korupsi sebenarnya telah ada sejak 1950-an. Sebagai contoh, sebuah operasi militer pada tahun 1957, Tim Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967, pelaksanaan operasi lagi pada tahun 1977, dan Tim Negara
22 http://berita2bahasa.com/berita/01/22182806-fahri-icw-cari-nafkah-di-kpk-agar-masuk-koran-untuk- dikliping; Fahri: ICW for living at the commission in order to be News; Rizki Saleh, 28 June 2013; accessed on 21 July 2013 23 http://www.ww.uni-magdeburg.de/bizecon/material/becker.1968.pdf; Crime and Punishment: An Economic Approach; Becker argues that annihilation of crime although possible to be eradicated completely, it is not economically feasible to be reduced below 5 % as it would be too costly for society outweighing the benefit; accessed on 20 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 9
Optimasi Penerimaan Pajak pada tahun 1987. Upaya ini tidak sangat efektif di bawah rezim mantan Presiden Soeharto. Menentukan keberhasilan KPK biasanya dilakukan dengan memeriksa kasus itu telah memutuskan untuk mengejar atau mengambil melihat lebih dekat pada pengurangan keseluruhan korupsi. Dan memang, dengan meninjau kasus komisi memang memiliki sejumlah kisah sukses. Namun, KPK tidak menangani semua hal mengenai korupsi, seperti KPK hanya berfokus pada masalah korupsi pejabat tingkat tinggi. Atau sepertinya begitu. Jelas, tidak dapat mengatasi mereka yang tidak dilaporkan atau kurangnya bukti yang memberatkan. Pada akhirnya KPK hanya satu aktor institusional di antara banyak dalam pertempuran melawan korupsi. Apalagi jika efektivitas KPK diukur dalam hal korupsi secara keseluruhan di Indonesia, gambar itu akan muncul suram. Untuk tujuan kesederhanaan, kita akan fokus pada kasus-kasus yang ditangani oleh KPK sambil menunjukkan sejumlah provisos seperti faktor sistemik, sumber daya kelembagaan, dan sistem insentif yang merugikan. Kami akan memberikan sejumlah hipotesis pemikiran dan novel itu, mudah-mudahan, tidak akan ditolak mentah-mentah oleh pembaca cerdas tetapi akan memungkinkan dia / dia untuk memahami lebih jelas logika korupsi dan bagaimana untuk muncul sebagai pemenang dalam pertempuran melawan itu. Laporan ini didasarkan pada wawancara dengan Tama Satria Langkun, Divisi Investigasi dan Publikasi di Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tanggal 15 Mei 2013 dekstop penelitian.
1. The Komisi Pemberantasan Korupsi, Its Beginnings 2. The Legal Framework & Structures of the KPK 3. Performance of the KPK A Critical Review 4. Corruption Cases Since 1998 Not Involving the KPK 5. Performance of Other State Actors in the Eradication of Corruption 6. Non-State Actors 7. Alternative Approaches to Combat Corruption 8. Conclusion
Posisi dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi / KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia, sesuai dengan UU No 30/2002, secara de facto - tapi tidak de jure - independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun. Tujuan dari KPK sesuai namanya adalah: memberantas korupsi. Namun, KPK hanya menangani kasus-kasus yang telah menyebabkan pemerintah kehilangan lebih dari Rp 1 miliar (sekitar 100.000 USD) dan yang melibatkan pegawai pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, KPK bekerja sama dengan polisi dan Kejaksaan Agung. Dengan demikian, pemberantasan - atau lebih realistis memerangi - korupsi bukanlah tugas KPK saja, lembaga lain juga terlibat. Organisasi non-pemerintah seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), yang menyediakan KPK dengan informasi tentang kasus-kasus korupsi, dan media massa Indonesia memiliki peran penting seperti pengwasan, whistle blower, dan lembaga investigasi. Mereka semua mendukung KPK dalam mengungkap korupsi dan meningkatkan tekanan publik pada sistem hukum untuk berhasil membawa pelaku korupsi ke pengadilan. KPK sendiri kekurangan di bidang penyidikan, penuntutan, dan pencegahan. Dibentuk pada tahun 2002, KPK telah memiliki pasang dan surut dan banyak terus meragukan efektivitasnya. Tentu saja, sejauh mana KPK dapat dikatakan efektif tergantung pada definisi efektivitas itu sendiri. Dalam hal kasus KPK telah bekerja pada, ada memang telah sejumlah keberhasilan. Tapi dalam hal sistem politik Indonesia secara keseluruhan, diragukan apakah instalasi KPK dan peningkatan mempolitisasi sistem pengaduan telah benar-benar mengurangi praktik korupsi. Hanya dengan membandingkan jumlah karyawan KPK kepada sejumlah pejabat pemerintah di seluruh Indonesia, kita dapat mengatakan bahwa pengaruh KPK tentu harus dibatasi. Meskipun demikian, karena dipimpin oleh Antasari Azhar, KPK telah memiliki keberanian untuk mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara dan bahkan kerabat Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Misalnya, kasus Century, di mana banyak Demokrat terlibat, dan kasus Bank Indonesia, yang melibatkan Aulia Pohan, ayah mertua dari putra Presiden SBY. Abraham Samad, yang merupakan KPK kepala ketiga, telah mencoba untuk membuat jera dengan menerapkan Undang-Undang Pencucian Uang, yang memungkinkan untuk penyitaan properti.
2. KERANGKA HUKUM & STRUKTUR OF THE KPK 2.1 Struktur Organisasi KPK adalah lembaga negara yang melaksanakan tugas dan wewenangnya secara independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberantasan korupsi. Fungsi dan tugas KPK adalah: koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, pengawasan instansi yang Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 12
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan korupsi, pencegahan korupsi, memantau pelaksanaan hukum negara. Komisi Pemberantasan Korupsi Peraturan Pemimpin No PER-08/XII/2008, diterbitkan pada tanggal 30 Desember 2008, menetapkan struktur organisasi.
Chart. 1: Organizational Structure of the KPK
Chairman Councilman Deputy Prevention Board Deputy Enforcement Board Deputy Information & Data Board Deputy Internal Supervision & Public Report Board (PPIM) General Secretary Deputy Secretary Prevention Board Directorate for Registration & Inspection for state officials wealth disclosure forms (LHKPN) Directorate of Gratification Directorate of Education & Public Service Directorate of Research & Development Deputy Secretary Enforcement Board Directorate of Investigation Directorate of Re- Investigation Directorate of Prosecution Work Unit of Coordination & Supervision Task Forces Task Forces Task Forces Deputy Secretary Information & Data Board Directorate of Information & Data Processing Directorate of Development Networks Interagency Commission & Instance Directorate of Monitoring Secretary Deputy of PPIM Directorate of Internal Supervision Directorate of Public Report Planning & Financial Bureau Human Resources Bureau Legal Bureau Public Relation Bureau General Bureau Chairman Secretariat
Untuk mengisi setiap staf tingkat jabatan organisasi, KPK dibantu oleh tim konsultan independen. Anggota tim ini biasanya direkrut dari lembaga pendidikan seperti Universitas Indonesia untuk pemilihan kandidat awal. Seleksi awal terdiri dari tiga langkah: tes psikologi dan pengetahuan umum, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara dengan orang- orang yang lolos dari FGD. Setelah diperiksa, calon lanjutkan ke wawancara akhir. Jika berhasil, calon akhirnya harus menjalani izin medis.
Proses rekrutmen dijelaskan di atas juga berlaku untuk pemilihan kandidat di tingkat pimpinan. Perbedaannya adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Panitia Seleksi (Panitia Seleksi - Pansel KPK) perlu - menurut UU No 30 Tahun 2002 Pasal 30 Ayat 2 - untuk memilih calon ketua KPK. Presiden memilih 13 orang untuk menjadi anggota KPK Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 13
Pansel. Panitia seleksi ini bertanggung jawab langsung kepada presiden. Komposisi Pansel KPK mewakili pemerintah dan masyarakat juga. Dari sisi masyarakat, mereka bisa menjadi akademisi, hakim pensiunan, pensiunan polisi, atau politisi.
Tugas Panitia Seleksi KPK termasuk menerima aplikasi, seleksi calon, dan penyampaian hasil kepada presiden. Setelah Panitia Seleksi KPK menerima pelamar, proses selanjutnya adalah pemeriksaan administrasi. Hasilnya diterbitkan di media agar publik memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang calon saat mereka melanjutkan melalui tahap administrasi. Langkah berikutnya adalah proses klarifikasi, penulisan makalah di tempat, dan penilaian profil. Langkah terakhir adalah konfirmasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Proses seleksi di DPR adalah sedikit rumit, sebagai kepala potensi KPK akhirnya bisa menangani kasus-kasus korupsi yang melibatkan para politisi yang sangat yang menempatkan dia di kantornya.
KPK tidak menyimpan penyidik sendiri pada staf. Melainkan detik penyidik dari polisi dan kantor kejaksaan. Kurangnya peneliti proprietary telah memberikan kontribusi untuk ketidakmampuan KPK untuk memaksimalkan tindakannya. Pada 2012, dengan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No 63/2005 tentang Sumber Daya Manusia (SDM) PP No 103/102, yang disahkan dan ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Desember 2012, KPK memperoleh kebebasan untuk melakukan rekrutmen penyidik sendiri. Dengan PP, independensi KPK dalam pengadaan penyidik sudah disetujui dan KPK tidak lagi tergantung pada lembaga peradilan lainnya seperti Polri dan Kejaksaan Agung. Tahun ini KPK merekrut penyidik sendiri dalam sebuah program yang disebut "Indonesia Memanggil," sebuah program lowongan kerja tahunan yang dilakukan oleh KPK.
Dalam melakukan tugasnya, KPK bergantung pada kepastian hukum, transparansi, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK juga menyediakan untuk warga informasi tentang dugaan korupsi yang terjadi di sekitar mereka. Kasus tersebut termasuk yang melibatkan aparat penegak hukum, pejabat negara, dan lain-lain sehubungan dengan tindakan korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau pejabat negara dan kerugian keuangan negara paling sedikit Rp 1 miliar.
Jika KPK menentukan kasus memenuhi persyaratan yang diuraikan di atas, ia memiliki kekuatan dan hak untuk menyelidiki dan menuntut dugaan korupsi. Hal ini juga dapat membangun sistem pelaporan, meminta informasi tentang kegiatan korupsi kepada instansi terkait, dan meminta instansi terkait untuk mencegah laporan korupsi.
Banyak yang mengkritik kemampuan KPK untuk melaksanakan tugas dan mengatakan itu overacts dalam menindaklanjuti kasus. Pandangan ini biasanya diungkapkan oleh tersangka korupsi, pengacara para tersangka, dan politisi dari partai yang anggotanya terlibat dalam kasus korupsi. Salah satu contoh adalah sejumlah politisi dan pengacara yang menyarankan bahwa hukum KPK perlu direvisi sehingga KPK diperlukan untuk mengamankan surat perintah dari hakim sebelum menekan percakapan telepon orang yang diduga korupsi. Ini adalah masalah krusial karena penyadapan atau ekstraksi informasi elektronik tanpa surat perintah dari hakim akan menimbulkan tuduhan bahwa KPK sedang digunakan untuk tujuan politik dan telah menjadi negara dalam negara. Bahwa beberapa berkuasa yang merekomendasikan hukum KPK direvisi merupakan indikasi kemampuan KPK untuk bekerja secara efektif dan independen untuk menyelidiki korupsi.
Jumlah ini KPK karyawan - termasuk penyidik - puncak pada 750. Mantan ketua Komisi Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 14
Independen Anti Korupsi (ICAC) di Hong Kong, Bertrand de Speville, pernah berkomentar bahwa KPK komprehensif bisa menuntut kasus korupsi hanya jika itu cukup tenaga kerja. Dengan lebih dari 5 juta PNS, 500.000 petugas polisi, dan lebih dari 200 juta warga, adalah mustahil untuk pertempuran - apalagi memberantas - korupsi di Indonesia dengan hanya 750 orang. Hong Kong, dengan populasi 25 juta, mempekerjakan 1.300 staf ICAC. Dalam rangka untuk membuat kemajuan yang signifikan, KPK memerlukan setidaknya 2.500 pekerja dan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian, termasuk untuk menyelidiki setiap kasus korupsi yang dilaporkan oleh masyarakat dan untuk membuka kantor perwakilan di 33 negara provinsi.
Tama Satria Langkun, staf Divisi Investigasi dan Publikasi di Indonesia Corruption Watch (ICW), menggemakan kata-kata dari pejabat Hong Kong dengan menunjukkan bahwa jumlah penyidik KPK jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah kasus korupsi dan KPK menerima setidaknya 30 laporan dugaan korupsi dalam satu hari. Tama menambahkan kurangnya sumber daya manusia di KPK tidak dapat dipisahkan dari kurangnya dana dan anggaran masih jauh dari jumlah ideal untuk KPK sebagai lembaga anti-korupsi. Masalah lainnya adalah infrastruktur yang tidak memadai KPK. Kembali ke Bertrand de Speville, ia berpendapat bahwa negara yang mampu memberantas korupsi berhasil mendedikasikan setidaknya 0,5% dari total anggaran negara untuk tugas.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Adian Napitupulu, aktivis reformasi yang mengatakan bahwa pada tahun 2010 anggaran untuk KPK sebesar Rp 458 miliar (USD 44.426.000) ditambah hibah luar negeri sebesar Rp 77 miliar (USD 7.469.000). Dana hibah asing termasuk bantuan teknis, ahli asing, dan program pelatihan. Para pemberi termasuk Jerman Kerjasama Internasional (GIZ), Badan Pembangunan Internasional Denmark, Masyarakat Ekonomi Eropa, Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Bank Dunia, dan USAID 24 . Dengan anggaran sebesar Rp 535 miliar (USD 51.895.000), KPK hanya mampu mengeksekusi 35 kasus per tahun. Jika ini memang akurat, biaya rata-rata menangani kasus korupsi tunggal dari investigasi untuk eksekusi adalah sekitar Rp 15 miliar atau Rp 1.455.000.
Ini tidak muncul untuk menjadi hasil yang sangat baik pada uang. Dengan anggaran tahunan sebesar Rp 535 miliar KPK, di bawah kepemimpinan Abraham Samad, adalah hanya mampu mengganti negara Rp 175 miliar (USD 16.975.000). Berdasarkan data ini, Adian menyatakan bahwa ketika menghitung rasio antara biaya yang dikeluarkan dan uang negara dikembalikan, KPK muncul mewah dan tidak efisien. Tellingly, Parlemen menyetujui anggaran untuk KPK pada tahun 2013 adalah sekitar Rp 662.400.000.000 (USD 64.252.800), drastis lebih rendah dari anggaran yang diminta sebesar Rp 706.500.000.000 (USD 68.530.500). Ini adalah proposisi mahal yang memberikan kepercayaan kepada kejahatan dan hukuman argumen bahwa kejahatan berhenti adalah proposisi kerugian bagi setiap negara (Becker, 1968).
2.2 UU Korupsi
Dalam rangka pemberantasan korupsi KPK terutama bergantung pada UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU Nomor 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Hukum pertama menyatakan definisi korupsi, tanggung jawab pidana dalam kasus-kasus korupsi, dan jenis kalimat yang dapat dijatuhkan terhadap
terpidana. Hukum kedua menekankan fungsi KPK sebagai lembaga negara dalam menjalankan tugas dan mengatakan pihak berwenang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. UU itu juga menyebutkan tugas KPK adalah melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, untuk mengawasi instansi yang berwenang, untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan korupsi, untuk committ dengan tindakan pencegahan korupsi, dan untuk memantau pelaksanaan pemerintah negara bagian.
Di bawah kepemimpinan baru Abraham Samad, KPK kini juga menerapkan UU Nomor 8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang memungkinkan untuk penuntutan baik individu maupun korporasi. Mereka dihukum di bawah undang-undang ini akan dikenakan hukuman pidana dan penyitaan properti oleh negara.
Selain tiga hukum di atas, KPK memiliki alat hukum lainnya yang dapat digunakan untuk menindak korupsi.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Bersih dan Free State Penegakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dan Pemberian reward dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Revisi UU Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia di KPK Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia di KPK Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian 25
2.3 Aktor Negara di Penuntutan Korupsi
Polisi dan Jaksa Agung adalah lembaga negara yang paling bertanggung jawab untuk memberantas korupsi sebelum KPK telah dibuat. Polisi telah membayar perhatian besar untuk memerangi korupsi dengan mengelola direktorat khusus untuk menangani kasus-kasus korupsi, Direktorat 3/Corruption Direktorat (TPK) di bawah Departemen Investigasi Kriminal (Bareskrim). Selain itu, Jaksa Agung memiliki Sub-Direktorat Korupsi (TPK), yang merupakan bagian dari Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus).
Setelah KPK didirikan, polisi dan Kejaksaan Agung terus menjadi terlibat sebagai mitra dalam penyelidikan. KPK sebenarnya memiliki hak untuk melakukan penyelidikan sendiri tanpa tergantung pada Polisi dan Jaksa Agung dan sejak Presiden Susilo Bambang
25 Article 31, paragraph (1) stated: The authorized Minister/ Immigration Officer withdraws or revocation of ordinary passport, travel documents, and cross-border document had been issued. In paragraph (3) letter stated: the withdrawal of passport might be executed in condition of the passport holder's is on the prevention list Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 16
Yudhoyono menyetujui Peraturan Pemerintah Nomor 103/2012, ia dikodifikasikan bahwa KPK dapat merekrut penyidik secara mandiri. Di antara revisi dalam peraturan tersebut adalah ketentuan bahwa memungkinkan KPK untuk memperpanjang masa jabatan penyidik polisi diperbantukan ke komisi hingga 10 tahun dari delapan tahun sebelumnya dan kewajiban oleh polisi untuk mulai berkoordinasi dengan KPK setidaknya enam bulan sebelum dengan tenor masing-masing peneliti berakhir. Revisi tersebut diperkenalkan dalam upaya untuk mencegah Polri dari tiba-tiba menarik personelnya dari KPK.
Selain KPK, yang mencakup anggota polisi dan Jaksa Agung, pemerintah berinisiatif untuk membuat pengadilan khusus korupsi, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 29 Oktober 2009. Aspek penting dari undang-undang ini meliputi:
1. TIPIKOR adalah pengadilan umum khusus. 2. Pengadilan TIPIKOR berada di setiap ibukota Kabupaten / Kota yang daerah hukumnya meliputi daerah pengadilan hukum yang relevan. 3. TIPIKOR adalah satu-satunya pengadilan yang berwenang memeriksa dan mengadili kasus-kasus: korupsi, pencucian uang relaterd korupsi, dan / atau tindak pidana secara tegas dalam undang-undang lain yang didefinisikan sebagai korupsi.
3. KINERJA KPK, PANDANGAN KRITIS
3.1 Kinerja KPK
KPK menerima sedikitnya 32 laporan korupsi dalam satu hari. Namun, sejak berdirinya pada tahun 2002 sampai 2011, KPK hanya mampu menangani 285 kasus. Kasus-kasus ini melibatkan tersangka dari anggota DPR dan DPRD, menteri / kepala lembaga, duta besar, komisioner / dosen, gubernur, bupati / walikota dan wakil-wakil mereka, eselon I, II dan III, hakim, jaksa, dan pejabat perusahaan swasta.
Table 3.1.1 Kasus korupsi yang ditangani dari 2004 hingga sekarang 26
Offender
Case State Losses
Fine
Prison Sentence Ismeth Abdullah
Riau Islands Governor, mark-up on procurement of fire trucks (2004-2005) Rp 5.5 billion
Rp 100 million
2 years Wahyudi Purnomo
KPU Chairman in East Java, deliver the balance money from the procurement of ballots in 2004 to his colleagues Rp 7.9 billion Rp 50 million 2 years Angelina Sondakh Corruption defendant in Wisma Atlet in Palembang (2011) Rp 2 billion Rp 250 million 4.5 years (The Jakarta Corruption Court (Tipikor) sentenced her to 4.5 years behind
26 The corruption cases received considerable public and media attention Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 17
bars. She appealed but the Supreme Court Judge upheld the ruling.
Offender
Case State Losses
Fine
Prison Sentence Hartati Murdaya Bribed to get rights to cultivate oil palm plantations in Buol, Central Sulawesi (2012) - TBA TBA Zulkarnaen Djabar Convicted in graft case related to the procurement of Koran at the Religious Affairs Ministry (2012) Rp 35 billion Rp 300 million 15 years Nazaruddin Graft convicted in Wisma Atlet Project (2012) - - 4 years Nunun Nurbaeti Bribed legislative member (DPR) 1999- 2004 in selecting Senior Governor Deputi Bank Indonesia 2004 - Rp 150 million 2.5 years Gayus Halomoan Partahanan Tambunan Graft convict of tax evasion (2007) +/- Rp. 570 million, USD 700,000, USD 20,000, Rp 500 million
12 years Al Amin Nasution Bribery in conversion of protected forest in Bintan, Riau Islands (2004)
Rp 2.957 billion
Rp 250,000,000
8 years Dedy Kusnidar Andi Mallarangeng Anas Urbaningrum Convicted in Hambalang graft case
(2012) Rp 243 billion TBA TBA Djoko Susilo Driving simulator procurement case Rp 21 billion - TBA - Bail out Bank Century (2008) Rp 6.76 trillion - - Lutfi Hasan Ishaq Ahmad Fathana Beef Import Bribery scandal - TBA TBA
Seperti yang kita lihat, pelaku dinyatakan bersalah harus membayar ganti rugi yang jauh lebih sedikit daripada kerugian yang mereka terjadi pada negara. Oleh karena itu, Ketua KPK Abraham Samad mengatakan KPK akan menerapkan strategi baru untuk tingkat lapangan bermain. Strategi baru akan fokus pada pelaksanaan UU Nomor 15 Pencucian Uang dan merebut aset dari pelaku.
KPK telah berubah kepemimpinan empat kali sejak didirikan pada tahun 2002. Awalanya memimpin, Antasari Azar, kini mendekam di penjara untuk kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen (2009).
3.2.1 KPK Chapter 1 (2003 2007)
No Name Position Background 1 Taufiqurrahman Ruki
Chairman Worked in the police since 1970, with his last position Head of Police in Malang (1992 - 1997) and DPR RI- Commision III (Law) member represented TNI Polri (1992 1997) 2 Erry Riyana Hardjapamekas
Deputy President Commissioner of PT Agrakom (January 2000-December 2003) Commissioner cum Chairman of the Audit Committee of PT Pembangunan Jaya Ancol (March 2001- December 2003) Advisor & Member of the Audit Committee of PT Unilever Indonesia, Tbk. (2001-2003) Adviser to Commissioner (since 2001) and Independent Commissioner of PT Semen Cibinong Tbk. (April 2002-December 2003) Audit Committee (Jan 2002-December 2003) and Independent Commissioner of PT Kabelindo Murni Tbk (June 2002-December 2003) Chairman of the Audit Committee and Independent Commissioner of PT Hero Supermarket Tbk (September 2002-December 2003) Independent Commissioner of PT Kaltim Prima Coal (March-October 2003) President Director of PT Timah Tbk (1994-2002) Finance Director of PT Timah Tbk (1991-1994) Director of PT Tambang Coal Bukit Asam (Persero) (1982-1991) Head of Accounting for Housing Housing (1979 - 1982) Alico Administrative Assistant Finance NV (1977- 1979) Commissioner (1996-1998) President Commissioner of PT Jakarta Stock Exchange (1998-2001) 3 Tumpak Hatorangan Panggabean 27
Deputy District Attorney in Pangkalan Bun (1991-1993) Attorney General Assistant for Intelligence in Central Sulawesi (1993-1994) District Attorney in Dili (1994-1995) Attorney General Assistant for Intelligence in DKI Jakarta (1997-1998) District Attorney Maluku (1999-2000) District Attorney in South Sulawesi (2000-2001) Secretary of the Attorney General for Special Crimes (2001-2003) No Name Position Background 4 Amien Sunaryadi
Deputy Senior Manager in Dispute Analysis Unit and Investigations in PT PricewaterhouseCoopers FAS
27 The AG Intelligence Unit is considered one of the most secretive and professional units of the Indonesian Intelligence Community (IIC). The unit is well respected by foreign intelligence agencies. Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 19
(October 2000- December 2003) Program Director of Research Institute of Good Governance (LPGG) 1999- 2004 5 Sjahruddin Rasul Deputy Auditor Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (1967-1972) Kepala Perwakilan Pengawas Anggaran Negara (1972-1976) Kepala Sub Direktorat Pengawasan Pendapatan dan Kas Negara (1976 1983) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Akuntabilitas, BPKP (2001 - 2003)
3.2.2 KPK Chapter 2 (2007-2011)
No Name Position Background 1 Antasari Azhar 28
Chairman Worked for 20 years in Attorney Generals office, with his last position as Director of Prosecutions for General Crimes (1987- 2007) 2 M. Busyro Muqoddas
Chairman Replaced Antasari Azhar Director of the Institute for Legal Aid and Consultancy Faculty of Law Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1983-1986) Chairman of the Judicial Commission (2005-2010) 3 Bibit Samad Rianto
Deputy Police Chief in region of North Jakarta, Central Jakarta, East Java, and East Kalimantan (1970-2000) Lecturer and Rector of the University Bhayangkara (2000-2007) 4 Chandra M. Hamzah Deputy Established the Center for Indonesian Law and Policy Studies (1998) Lawyer at several law firms, including Erman Radjaguguk & Associates, Hamzah Tota Mulia, Lubis Ganie Surowidjojo, and Assegaf Hamzah & Partners Member of Joint Team for Corruption Eradication (TGPTPK) 2000-2001 5 Mochammad Jasin Deputy Head of Planning Division of Wealth Audit for State Officials Commission (2000) 6 Haryono Umar
Deputy Worked for 23 years in Financial and Development Supervisory Agency (BPKP), with last position as Chairman of Planning Division Chairman of the Indonesian Institute of Accountants Public for Public Sector of Accounting Compartment
3.2.3 KPK Ad Interim
No Name Position Background 1 Tumpak Hatorangan Panggabean Chairman Member of the Board of Commissioners of PT Pos Indonesia (2008) 2 Mas Achmad Santosa
Deputy Team Selection Committee KPK Chapter II in 2007 Attorney General Coordinator Expert Environmental lawyer; founded the Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Chairman of the Board of Trustees, specialization Environmental Law, Good Governance, Law Reform
28 Arrested for organizing the murder of Nasruddin Zulkarnain, the former director of PT Putra Rajawali Banjaran, who was killed on his way home from Taman Modern Golf course in early 2009. Antasari was sentenced to 18 years. Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 20
and Conflict Resolution. 3 Waluyo
Deputy Deputy of Prevention Division of KPK (October 2004 - March 2008) Human Resources Director of PT. Pertamina
3.2.4 KPK Chapter 3 (2011-2015)
No Name Position Background 1 Abraham Samad
Chairman Legal counsel, Founder and Coordinator of the Anti- Corruption Committee (ACC) in South Sulawesi, Defense Team Legislative Oversight Committee (KOPEL) Sulawesi Chairman of the Board of Trustees, specialization Environmental Law, Good Governance, Law Reform and Conflict Resolution. 2 Zulkarnain
Deputy Worked in Attorney Generals office since 1980, with his last position as Attorney General Expert Staff 3 Bambang Widjojanto
Deputy Chairman of the Indonesian Legal Aid Foundation Founder of the Law Reform Consortium (KRHN), KONTRAS, and Indonesian Corruption Watch (ICW) Was awarded the Robert F Kennedy Human Rights Awards as consistently defended the rights of Papuans. Commission Attorney Selection Committee members conducted by the Attorney General (2005) Member of the Ad Hoc Selection Committee Corruption conducted by the Supreme Court (2005) Selection Committee members conducted by the Chief Justice of the Judicial Commission (2007) Experts in the Field of the Attorney General Reform (2006-2009) 4 Adnan Pandu Praja
Deputy Secretary of General of the National Police Commission (Kompolnas) Deputy General Secretary of the Association of Capital Market Legal Consultants Editorial Journal of Law and Development Faculty of Law, University of Indonesia
KPK telah berubah kepemimpinan empat kali sejak didirikan pada tahun 2002. Seorang pemimpin, Antasari Azar, adalah dirinya sekarang berada dalam penjara untuk 2009 pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.From daftar pimpinan KPK atas kita dapat melihat bahwa mereka berasal dari pemerintah yang beragam dan latar belakang sipil. Hal ini sesuai dengan Pasal 29 UU No 30/2002 tentang KPK, yang menetapkan persyaratan untuk pimpinan KPK. Di antara persyaratan tersebut adalah: calon harus warga negara Indonesia; percaya pada Tuhan, memegang gelar di bidang hukum, ekonomi, keuangan, atau perbankan dengan setidaknya 15 tahun pengalaman kerja, setidaknya 40 tahun dan tidak lebih dari 65 tahun, tidak memiliki catatan kriminal, tidak menjadi partai politik resmi.
4. KASUS KORUPSI SEJAK 1998 SEBELUM KPK BERDIRI 29
Offender Case State losses
Fine
Prison sentence Syahril Sabirin Power abuse when he was Governor of BI; mandated to pay the claim from PT Bank Bali to BDNI against Program Penjaminan Pemerintah (1999) Rp 900 billion Rp 15 million 2 years
Joko Tjandra Sherny Kojongian And another 23 bankers who are still wanted Abuse the Liquidity Aid Fund of Bank Indonesia (1996) Rp 60 trillion - -
Bukti menunjukkan tingkat keberhasilan KPK pemberantasan korupsi oleh lembaga negara seperti Polri, Kejaksaan Agung, dan pengadilan tidak memiliki track record yang sangat baik. Misalnya, kasus nomor satu yang terlibat Syahril Sabirin, mantan Gubernur Bank Indonesia, yang kalimat itu tidak adil dengan negara kehilangan dia menyebabkan. Kasus nomor dua masih dalam proses. Di bawah kepemimpinan mantan Presiden Megawati pemerintah memiliki win-win solution, sebagai pelanggar diberi kebebasan mereka jika mereka membuat restitusi. Sejak itu, sebagian besar pelaku telah melarikan diri ke luar negeri. 5. KINERJA PELAKU NEGARA LAIN DI PEMBERANTASAN KORUPSI 5.1 Pengadilan dan Hakim Dalam upaya untuk memerangi korupsi, pemerintah memiliki instrumen sendiri, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 29 Oktober 2009. Pada awalnya, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan yurisdiksinya mencakup seluruh wilayah negara. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 46 tahun 2009, Pengadilan Tipikor dibentuk pada setiap pengadilan negeri di ibukota provinsi. Sayangnya, kinerja Pengadilan Korupsi di tingkat regional merusak upaya anti-korupsi dan banyak terdakwa korupsi yang dibebaskan. Salah satu contoh adalah Walikota Bekasi Mochtar Mohammad yang dibebaskan oleh Pengadilan Tipikor Bandung bebas dan jelas setelah dijatuhi hukuman 12 tahun untuk empat kasus yang berbeda dari korupsi. Pengadilan ini sama dirilis seorang pejabat setempat di Subang, begitupun Semarang Tipikor. Sebanyak 14 terdakwa korupsi dibebaskan dari Samarinda Pengadilan Tipikor dan 21 di Pengadilan Tipikor Surabaya. Menurut ICW, setidaknya 71 terdakwa korupsi dibebaskan oleh Pengadilan Korupsi lokal. Secara keseluruhan, Jakarta Pengadilan Tipikor sendiri memiliki catatan kinerja yang baik.
29 The corruption cases above drew considerable public attention.
5.2 Jaksa Agung dan Jaksa Penuntut Umum Jaksa Agung memiliki Sub-Direktorat Korupsi (TPK), yang merupakan bagian dari Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus). Berdasarkan UU No.16 tahun 2004, kasus ekonomi (korupsi) yang ditugaskan untuk jaksa segera. Hal ini berbeda dengan kasus pidana umum seperti pembunuhan, penipuan, dan sebagainya, yang pertama kali diselidiki oleh polisi dan kemudian ditransfer ke jaksa penuntut umum. Selama dua tahun periode 2001-2013 hanya 21 orang dari 124 kasus yang diselesaikan dengan Jampidsus, hanya 16% dari jumlah total laporan yang diterima.
Menurut ICW, 1999-2004 25 kasus korupsi besar yang disimpulkan oleh jaksa dengan menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Salah satu dari kasus ini melibatkan dugaan korupsi yang dilakukan oleh Ginandjar Kartasasmita, mantan Menteri Pertambangan dan Energi, pada Kontrak Bantuan Teknis, yang mengalami kerugian diperkirakan mencapai 24,8 juta USD. Kasus lain yang signifikan yang terlibat pengusaha Robby Tjahjadi yang dituduh pemberian kredit dari Bapindo ke Kanindotex, yang menyebabkan kerugian kepada negara sebesar Rp 300 miliar. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa Jaksa Agung tidak bertindak transparan dalam memproses SP3 dalam kasus korupsi. Ini pasti akan menimbulkan persepsi negatif dari kemampuan lembaga untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Selain itu, ada kecurigaan bahwa SP3 dikeluarkan karena alasan politik dan ekonomi. Sejak berdirinya KPK, peran jaksa dalam bidang pemberantasan korupsi mendapat dukungan dari pemerintah setelah dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Korupsi. Instruksi ini memerintahkan Jaksa Agung untuk mengoptimalkan upaya penyidikan dan penuntutan serta meningkatkan kerjasama dengan polisi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan lembaga-lembaga yang terkait dengan penegakan hukum . Meskipun demikian, jaksa belum menunjukkan peningkatan kinerja. Jumlah kasus korupsi yang dilaporkan ditangani oleh jaksa pasca-pembentukan KPK 2004-2010 adalah 486. Kasus korupsi Mantap nomor 91, tingkat keberhasilan hanya 18%. Selain jaksa kurang dari kinerja bintang, pola pikir individu jaksa juga merupakan masalah. Sebagai contoh, kasus pemerasan terhadap kepala daerah adalah seperti masalah besar itu mendorong Komite Tetap DPR untuk merevisi UU No 16 Tahun 2004. Parlemen masih mempelajari laporan dari 70 kepala daerah yang merasa seolah-olah mereka sedang digunakan sebagai anjungan tunai mandiri oleh jaksa. Jaksa Agung belum mengambil tindakan apapun namun dalam menanggapi masalah ini, tetapi Urip Tri Gunawan dan Sistoyo merupakan contoh buruk pengacara yang pemerasan tindakan yang terungkap oleh KPK. Urip Tri Gunawan dihukum 20 tahun penjara karena menerima suap dari 660.000 USD dari Artalyta Suryani dan Sistoyo dijatuhi hukuman enam tahun penjara karena menerima suap sebesar Rp 99.900.000.
5.3 Kepolisian Republik Indonesia Polri telah memberikan perhatian yang besar untuk memerangi korupsi dengan mengelola direktorat khusus untuk menangani kasus-kasus korupsi, Direktorat 3/Corruption Direktorat (TPK) di bawah Departemen Investigasi Kriminal (Bareskrim). Kemampuan TPK untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi masih rendah. Dari 2001 sampai 2003 unit ditutup hanya 22 dari total 125 kasus yang dilaporkan, hanya 17%. Jumlah kasus yang tidak pernah melanjutkan ke penuntutan bernomor 11,20% dan jumlah kasus yang belum terpecahkan adalah 82,40%. Alasan utama untuk tingkat penutupan rendah bukti yang cukup. Hal ini menunjukkan para peneliti tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk mengejar kasus ke tingkat berikutnya penyelidikan. Salah satu contoh kasus seperti itu adalah proyek panas bumi Karaha Bodas di Garut, Jawa Barat. Tersangka dalam kasus ini adalah Vincent T. Radja, mantan kepala Divisi PLN Geothermal, berdasarkan LP/128/V/2002/Siaga-III tertanggal 1 Mei 2002. Radja dituduh menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 50 miliar. Meskipun kasus ini sudah 20 tersangka, proses hukum dihentikan oleh penyidik karena tidak cukup bukti. Sebelum KPK dibentuk, Bareskrim mengalami kesulitan dalam memahami unsur- unsur klausa korupsi sehingga penanganan tindak pidana korupsi dialihkan ke kegiatan kriminal seperti penipuan atau penggelapan. Meskipun dalam beberapa kasus polisi menunjukkan kinerja yang lebih baik dari KPK, stigma lembaga ini tetap bahwa itu adalah lembaga negara yang paling korup di Indonesia. Kesan ini dikonfirmasi dalam Barometer Korupsi Global (GBC) 2013 survei yang dilakukan oleh Transparency International (TI). Faktanya adalah kita memang bisa melihat beberapa jenderal di kepolisian yang terlibat dalam kasus korupsi. Contohnya adalah Djoko Susilo, yang terlibat dalam kasus pengadaan simulator senilai Rp 21 miliar, Samuel Ismoko di BNI kasus suap senilai Rp 1,3 miliar (perkiraan 1 juta USD), dan Susno Duadji dalam kasus suap. Ini tidak bahkan mulai untuk mengatasi rekening bank yang mencurigakan banyak polisi.
6. PELAKU NON-NEGARA 6.1 Indonesia Corruption Watch Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi non-pemerintah (LSM) yang memiliki misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik tentang tindakan korupsi di Indonesia. ICW awalnya dipimpin oleh Teten Masduki, bersama pengacara Todung Mulya Lubis, ekonom Faisal Basri, dan beberapa orang lain. ICW aktif mengumpulkan data mengenai korupsi pejabat negara dan mengumumkan data tersebut kepada publik. Jika perlu, ICW memulai gugatan class action terhadap pejabat.
Pada akhir Oktober 2011, ICW telah menerima 370 tuduhan korupsi dari masyarakat. Dari jumlah tersebut, 149 memiliki unsur-unsur yang sah dari korupsi dan 15 dilaporkan kepada pihak berwenang. ICW setiap tahunnya mengajukan setidaknya 20 kasus korupsi ke KPK, 50% dari yang rutin diselidiki dan dibawa ke pengadilan. Beberapa kasus dikirimkan Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 24
termasuk Endowment Komunitas kasus-kasus korupsi Dana Keagamaan (DAU) di Departemen Agama. Ini ditunjukkan korupsi di Departemen Pekerjaan Umum Langkat (tahun fiskal 2008 sampai 2011), rekening gendut-belakang polisi, dan dugaan korupsi dalam penyelenggaraan haji oleh Departemen Agama. ICW telah menerima dana dari sejumlah LSM dan yayasan, baik lokal maupun asing. Pemberi termasuk Bloomberg Initiative, Asia Foundation, dan Yayasan Ford. ICW memiliki hubungan erat dengan KPK karena salah satu pendirinya, Bambang Widjojanto, juga merupakan Wakil Ketua KPK. Hubungan ini menimbulkan keraguan tentang kemerdekaan ICW vis-a-vis KPK. 6.2 Media Berita tentang korupsi telah meningkat secara dramatis di media sejak berdirinya KPK. Sebuah studi KPK melihat fenomena korupsi di media menemukan bahwa pada bulan Juli 1995 hanya ada 15 kasus korupsi kata disebutkan. Tapi pada bulan Juli 2012 kata ini digunakan 2.308 kali - peningkatan 5.000%. Studi KPK juga menemukan berita itu terutama difokuskan pada penuntutan kasus-kasus korupsi, sementara berita tentang tindakan KPK untuk mencegah korupsi sangat minim. Di sisi lain, analisis isi media yang dilakukan oleh Founding Fathers Rumah (FFH) 30 selama periode 28 Oktober 2011 hingga 22 Oktober 2012 menunjukkan bahwa korupsi adalah yang paling disorot kasus di kalangan masyarakat dan cerita berita di media. Tujuh dari berita- frekuensi tinggi 10 ditemukan menjadi sekitar suap dan korupsi. FFH mempelajari 28.971 artikel berita di 12 outlet media cetak, enam saluran TV, dan tujuh situs media online. Meskipun frekuensi berita korupsi di media telah meningkat, Indonesia Media Watch (IMW) menemukan bahwa liputan media yang seimbang korupsi tidak dapat disampaikan kepada publik secara keseluruhan karena alasan politik atau hubungan erat antara pemilik media dan para koruptor. Ada bahkan telah contoh staf penuntutan menghambat upaya wartawan untuk melaporkan berita. Hal ini terjadi di Sidoarjo mana pengacara setempat secara rutin terhalang akses jurnalis ketika mereka berusaha untuk menutupi kasus korupsi di parlemen Sidoarjo, yang menyebabkan negara kehilangan sekitar Rp 20,3 miliar selama 1999-2004. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang menyatakan pers bahwa kebebasan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Pers nasional tidak dikenakan penyensoran, melarang, atau pelarangan penyiaran. Pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Dan wartawan memiliki hak untuk menolak bertanggungjawab karena cakupan mereka di bawah hukum. Terlepas dari banyak laporan tentang korupsi, media tampaknya telah gagal untuk mendorong masyarakat untuk menghindari pelaku seperti yang akan terjadi di Jepang, Cina atau Amerika Serikat, di mana kerabat bahkan dekat dari pelaku cenderung dijauhi oleh media dan publik.
30 http://pendiribangsa.com/home; Founding Fathers House (FFH) comprises individuals who have an ideal of a united Indonesia. This organization is based on research and policy-oriented studies, dialogue and public debate. Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 25
Menariknya, respon sosial yang diterima oleh orang yang dekat dengan pelaku jauh berbeda dengan di Indonesia di mana asosiasi dan pelaku sama-sama mungkin mendapatkan tawaran untuk tampil di sebuah wawancara khusus. Pelanggar dalam posisi ini biasanya menggunakan kesempatan sebagai momen pertahanan diri atau untuk meningkatkan kasihan publik. Dengan kata lain, setiap eksposur media eksposur media yang baik. Contohnya termasuk wawancara oleh Anas Urbaningrum di Metro TV atau wawancara istri ketiga Ahmad Fathona, Sefti Sanustika, pada beberapa saluran TV seperti TV One dan Metro TV. Ini menunjukkan bagaimana berlebihan media Indonesia adalah dalam cara itu mencakup kasus-kasus korupsi. 7. PENDEKATAN ALTERNATIF UNTUK MEMERANGI KORUPSI 7.1 Kerangka Kontekstual Pada tahun 2010, University of Gothenburg mempelajari masalah kegagalan kebijakan anti- korupsi 31 . Meskipun berfokus pada contoh Afrika, analisis mengungkapkan bahwa sementara reformasi anti-korupsi kontemporer didasarkan pada konseptualisasi korupsi sebagai masalah principal-agent, dalam konteks Afrika korupsi lebih tampak menyerupai masalah tindakan kolektif, membuat biaya jangka pendek pemberantasan korupsi lebih besar daripada manfaatnya. Kami berpandangan bahwa banyak daerah yang diidentifikasi berlaku untuk konteks Indonesia. Akibatnya, bahkan jika sebagian besar individu moral menyetujui korupsi dan sepenuhnya menyadari konsekuensi negatif bagi masyarakat luas, sangat sedikit pelaku menunjukkan kesediaan berkelanjutan untuk melawannya. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan kerusakan setiap reformasi anti-korupsi yang dibangun di atas kerangka principal-agent. 7.2 Masalah Masyarakat & Pengumpul Pajak" Dalam terang rincian ini, negara cenderung memilih untuk jangka pendek, respon represif dengan harapan bahwa ketakutan, hukuman, atau pengaduan masyarakat akan memberantas korupsi. Dalam konteks studi Indonesia dan baru pada ketidakpercayaan oleh masyarakat Indonesia dari para pemimpin Indonesia, pengurangan korupsi hanya akan terbentuk jika perubahan sosial dan perubahan dalam kepemimpinan politik berlangsung. Seperti pepatah lama, tidak masuk akal untuk menjadi satu-satunya pemain yang jujur dalam permainan busuk karena ini tidak akan mengubah permainan 32 . Tidak ada yang ingin menjadi "pengisap" (Levi 1988; Rothstein 2005). Logika ini adalah baik ditangkap oleh Swedia Gunnar Myrdal pemenang Nobel di 1968 penting karyanya tentang apa yang ia sebut "lunak negara" masalah di Asia. Menurut Myrdal (1968: 409), aktor kepentingan pribadi - termasuk para pejabat pemerintah pada setiap tingkat hirarki, serta warga biasa - akan alasan seperti ini: "Nah, jika semua orang tampaknya korup, mengapa tidak saya akan korup." Karena semua aktor sosial yang terlibat dalam beberapa bentuk korupsi sebagai masalah gaya hidup/pilihan dan posisi adat, Ackerman/Klitgaard teori utama pada korupsi didefinisikan
31 http://www.sida.se/PageFiles/39460/Failure%20Anti_Corruption%20policy%20(2).pdf; The failure of Anti- Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem; June 2010; (A. Persson, J. Teorell, Bo Rothstein); accessed on 1 July 2013 32 Ibid. Karklins 2005 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 26
sebagai model principal-agent mungkin hanya sebagian berlaku. Alasan lain menunjukkan bahwa aktor manapun yang paling mungkin untuk memilih - dan harus diharapkan untuk sangat bergantung pada - berapa banyak individu lain dalam masyarakat yang sama diharapkan akan korup. Dalam konteks Indonesia penelitian Afrika berlaku, karena masyarakat merasa bahwa setiap orang memiliki sesuatu untuk memperoleh hasil dari korupsi. Akibatnya, dalam konteks di mana korupsi adalah perilaku yang diharapkan ada hanya akan ada aktor bersedia untuk mengambil peran mengendalikan korupsi. Korupsi adalah industri jasa. 33
Dua dasar dari model principal-agent didefinisikan sebagai: 1) Bahwa konflik ada antara tujuan yang disebut pelaku (yang biasanya diasumsikan untuk mewujudkan kepentingan umum) dan agen (yang diasumsikan memiliki preferensi dalam mendukung transaksi korup sepanjang manfaat transaksi tersebut lebih besar daripada biaya), dan; 2) Bahwa agen memiliki informasi lebih dari kepala sekolah, yang menghasilkan sebuah asimetri informasi antara dua kelompok aktor (Klitgaard 1988; Williams 1999). Misalnya, pemungut cukai sering lebih banyak informasi mengenai potensi pendapatan dari basis pajak tertentu dibandingkan adalah manajemen puncak Departemen Keuangan. Hal ini, pada gilirannya, membuka untuk kesempatan untuk penyuapan 34 . Di Indonesia pejabat pajak tetap pada tingkat atas lembaga pemerintah yang korup dan tidak efisien. Dengan demikian, dalam konteks di mana korupsi adalah perilaku yang diharapkan, pelaksanaan reformasi anti-korupsi berubah menjadi masalah tindakan kolektif dari urutan kedua (Ostrom 1998). Dalam kondisi seperti ini, perangkat monitoring dan rezim hukuman harus diharapkan menjadi sangat tidak efektif karena ada hanya akan ada aktor bersedia untuk mengadakan pejabat korup akuntabel. Dalam konteks Indonesia akuntabilitas ini agak berlangsung tetapi penggunaan KPK dan lembaga anti korupsi lainnya adalah semakin tunggal, solusi linier untuk masyarakat persyaratan perubahan-kebutuhan yang kompleks. Penelitian Swedia membahas konteks adat / budaya korupsi, yang dalam konteks KPK relevan. Pada tahun 2006, korupsi oleh pejabat publik terdaftar sebagai "tidak salah sama sekali," "salah, tapi dimengerti," atau "salah dan dihukum." Dalam konteks Indonesia hasil yang sama diharapkan dalam terang masalah adat seputar keseimbangan antara perkembangan dan revitalisasi feodalisme 35 . 7.3 Anti-Korupsi Industri Global & Kriminalisasi Isu Non-Korupsi Perbandingan kolektif diterapkan pada kebijakan Indonesia dan lembaga penegak hukum dengan pemerintah asing memberikan tindakan anti-korupsi prioritas utama dalam lingkaran kebijakan di seluruh dunia. Tekanan ini rekan telah mencapai skala industri. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir perang melawan korupsi telah menjadi industri besar, yang
33 Aidt 2003; Lui 1986; Cadot 1987; Andvig & Moene 1990; Acemoglu 1995; Mishra 2006 34 Ibid. Page 4 35 http://www.hurights.or.jp/archives/focus/section2/2004/06/emerging-indigenous-peoples-movement-in- indonesia.html; June 2004 ; accessed on 20 June 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 27
melibatkan semua organisasi internasional, termasuk Transparency International (TI), Bank Dunia (WB), Dana Moneter Internasional (IMF), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) , Uni Eropa (UE), Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) (Mungiu-Pippidi 2006; Mdard 2002). 36
Apa yang harus menjadi perhatian adalah bahwa LSM asing, termasuk kelompok-kelompok lingkungan, yang mengkriminalisasi setiap aspek agenda mereka dengan menghubungkan kampanye non-korupsi dugaan korupsi yang menodai persepsi publik dari perusahaan yang ditargetkan. Hubungan simbiosis antara aktor-aktor non-negara dan inisiatif pemerintah mengaburkan perbedaan karena industri anti-korupsi didominasi Barat lebih tertarik pada penuntutan, dan penghapusan (dirasakan) kekuasaan versus realitas. 7.4 Demokrasi dan Kegagalan Reformasi Anti-Korupsi Studi Swedia menemukan dalam contoh Afrika bahwa sementara, pada tingkat retorika, banyak yang telah dikatakan tentang pas reformasi anti-korupsi ke pengaturan negara tertentu, pendekatan yang paling sering memiliki hingga saat ini telah menggunakan "toolkit" ide-ide yang diberikan oleh masyarakat internasional sejalan dengan logika "satu untuk semua" (Kpundeh 2004: 127). Umumnya, sementara pemberantasan korupsi disajikan sebagai pertarungan kejahatan ekonomi 37 tapi pendekatan ini adalah strategi yang gagal. Secara keseluruhan, reformasi anti-korupsi kontemporer dalam konteks Indonesia memiliki lebih track record membosankan ketika itu benar-benar datang untuk mencegah penyebaran korupsi. Bahkan, sepertinya reformasi anti-korupsi kontemporer tidak hanya gagal mencegah kegigihan kegiatan korupsi, namun dalam beberapa kasus mereka bahkan tampaknya telah menciptakan peluang baru dan insentif untuk korupsi, bahkan jika mereka telah menghapus beberapa lama 38 . Fakta ini diakui oleh Riley (2000) yang berpendapat bahwa: "(...) dalam berbagai bentuk korupsi yang dinamis dan sering terselesaikan. Seperti diketahui, upaya reformasi dapat benar-benar menghasilkan bentuk-bentuk baru korupsi." Contoh memberikan argumen bahwa bentuk saat KPK tidak mungkin berkontribusi terhadap pengurangan korupsi dalam pelayanan politik dan sipil sejak reformasi kelembagaan dan sosial yang hilang. Kutipan studi, "[d]onors memiliki cetak biru berbentuk sebagian besar untuk privatisasi dan reformasi ekonomi. Tapi tren liberalisasi yang melanda wilayah tersebut pada era pasca- Perang Dingin, meskipun dirancang untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan tata kelola, telah menyajikan peluang tersendiri bagi korupsi." 39 Salah satu tanggapan umum oleh anggota masyarakat Indonesia adalah pandangan sinis terhadap korupsi di negara
berkembang menjadi kurang direstui dari korupsi pejabat menerima hadiah untuk layanan yang disediakan oleh agen untuk memotong inefisiensi sistem. Secara khusus, tampaknya seperti pengenalan pemilu yang demokratis dan meningkatkan transparansi dalam banyak kasus menyebabkan peningkatan tingkat korupsi bukan sebaliknya. Studi empiris lintas negara secara konsisten menemukan negara yang paling korup terletak di tengah antara otoritarianisme dan demokrasi (Montinola & Jackman 2002; Sung 2004; Bck & Hadenius 2008). Dengan kata lain, institusi demokrasi baru yang diperkenalkan sekarang merupakan salah satu arena utama untuk kegiatan korupsi di banyak negara berkembang. Temuan ini membawa kita pada jalur genting pasukan otokratis yang "kuat" dan "mengenang masa lalu" menjadi semacam pesanan untuk publik bersatu. Pada intinya keseimbangan antara industri anti-korupsi, agenda global, dan kepentingan terbaik bagi negara harus ditemukan. Proses ini harus tetap proses organik, nasional. Hasil penelitian Swedia menyatakan: Peneliti dan pembuat kebijakan sekarang tampaknya setuju bahwa kegagalan reformasi anti- korupsi kontemporer tidak begitu banyak hasil dari kurangnya sumber daya seperti tidak adanya pemangku kepentingan - termasuk pemerintah, masyarakat sipil, organisasi non- pemerintah, dan warga negara biasa - bersedia untuk bertindak sebagai "kepala" dan, dengan demikian, menegakkan hukum dan kebijakan yang ada 40 . Pandangan ini sejalan dengan pernyataan umum bahwa tanpa kemauan politik yang kuat, reformasi anti-korupsi pasti akan gagal. 41
Selain itu, politisi korup sering berdiri kesempatan yang baik untuk pemilihan kembali (lihat, misalnya, Chang et al. 2007). Artinya, cukup bertentangan dengan apa kerangka principal- agent mengasumsikan, daripada menghukum politisi korup di jajak pendapat, pemilih tampaknya "menampilkan relatif ketidakpedulian terhadap kesalahan moral pejabat terpilih" (ibid: 3). Argumen yang sama telah dibuat oleh calon presiden di Indonesia dan muncul populis kiri berargumen bahwa lebih dari 50% dari politisi provinsi berada di penjara karena korupsi. Sebuah keyakinan yang menjadi lambang keberanian bukan kecaman publik sejak lembaga dari negara yang dipercaya oleh publik dan dianggap korup (terutama dalam kasus dugaan penggelapan pajak). 7.5 Reformasi Indonesia Sangat Dibutuhkan, Terlalu Terlambatkah? Sedangkan penuntutan oleh pejabat negara yang korup sedang berlangsung, perangkap sosial yang diatur oleh sistem KPK akan tidak diatasi sejak akuntabilitas politik untuk organisasi korup seperti pengadilan, polisi, dan kantor-kantor pajak sebagian besar masih belum tersentuh. Ini penuntutan akan menciptakan reaksi di masyarakat, masyarakat, dan kepemimpinan politik yang akan memberikan kontribusi pada ketidakpercayaan terhadap lembaga. Pada dasarnya kegagalan KPK adalah dalam pembuatan sebagai masyarakat akan
40 Ibid , Riley 1998; Robinson 1998; Kpundeh 1998, 2004; Johnston 2005; Amundsen 2006; World Bank 1994 41 Ibid . Williams and Doig 2004; Brinkerhoff 2000; Kpundeh 1998; Johnston and Kpundeh 2004; UNDP 2004; World Bank 2000 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 29
menolak perannya. Meskipun penelitian di Inggris mendukung teori bahwa pemantauan jangka pendek dan skema insentif keuangan eksplisit bekerja dalam jangka pendek, jangka panjang program ini kurang efektif. 42 KPK dalam bentuk yang sekarang tidak efektif. Reformasi layanan sipil, khususnya, reformasi ditargetkan untuk mengurangi kebijaksanaan pejabat publik melalui privatisasi dan deregulasi adalah salah satu jenis yang paling mudah dari reformasi. PNS harus menerima struktur gaji ditingkatkan membawa pendapatan mereka ke tingkat keterjangkauan dan upah hidup yang realistis. Kompensasi keuangan bagi PNS adalah manifestasi dari rasa hormat oleh negara. Jika negara tidak menghormati (dengan cara gaji) PNS yang melayani masyarakat umum, bagaimana bisa negara mengharapkan untuk menerima rasa hormat dari karyawan? Dalam kasus Singapura, peningkatan gaji untuk pegawai negeri sipil telah memberikan kontribusi terhadap lingkungan yang bebas korupsi relatif, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, dan menciptakan semacam kepercayaan masyarakat Indonesia kebutuhan. Laboratorium sosial yang diciptakan oleh industri anti-korupsi global harus membuat jalan bagi perubahan institusional daripada media yang menyambar dan pendekatan jangka pendek kosmetik. Meskipun elite politik adalah salah satu target utama KPK, banyak pejabat korup melarikan diri. Tidak ada petugas pajak, hakim, atau polisi (dengan beberapa pengecualian) telah dituntut sejauh ini. Kasus Polisi Lalu Lintas hanyalah salah satu dari banyak contoh dengan KPK tidak hanya ditolak oleh lembaga tetapi juga tercemar dalam persepsi publik tentang efektivitas KPK sejak persepsi korupsi mencapai semua tingkat polisi, pajak, dan yuridis kepemimpinan. Industri global telah menciptakan pengawas masyarakat sipil, yang tidak memiliki kredibilitas dalam argumen dan kualitas dalam pelaporan 43 . Meskipun pembangunan kelompok masyarakat sipil 'didorong, beberapa tanda-tanda di Indonesia menimbulkan kekhawatiran pada pengawasan dan arah LSM yang berafiliasi KPK. Para aktivis sudah mulai rumor bahwa ICW secara aktif terlibat dengan LSM 44 untuk target perusahaan dengan membawa masalah ke tingkat nasional. Pada 2013 KPK dipaksa untuk membantah tuduhan bahwa mereka disponsori ICW 45 . Pada awal Juli 2013 anggota DPR mengancam akan menuntut LSM untuk pencemaran nama baik
42 http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf; July 2011; accessed in 1 February 2013 43 Ibid. Ivanov 2007; Lawson 2009 44 A 2010 document prepared by ICW staff the front page shows HIVOS, a Dutch NGO sponsoring the NGO since 1998; http://www.antikorupsi.org/sites/antikorupsi.org/files/doc/Umum/independentreportofUNCACimplementatio ninindonesiaqatar09.pdf; Weakening Of Corruption Eradication Commission (KPK) in Indonesia; 9 13 November 2009; accessed on 26 July 2013 45 http://en.tempo.co/read/news/2013/07/08/055494518/KPK-Denies-Giving-Fund-to-Indonesia-Corruption- Watch; 8 July 2013; accessed on 23 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 30
atas tuduhan korupsi. 46 ICW ditantang pada beberapa kesempatan 47
48 dan sering dianggap sebagai upaya oleh "koruptor" untuk merusak pekerjaan KPK dan lengan LSM-nya, ICW. Kita harus, bagaimanapun, mengadopsi perspektif yang lebih kritis tentang masalah tersebut. Sedangkan desentralisasi adalah intervensi yang menjanjikan, terutama ketika pra- implementasi meliputi pembangunan kapasitas para pejabat lokal dan infrastruktur, mungkin dengan dukungan dari LSM lokal dipercaya dan berpengetahuan 49 . ICW mungkin bukan pilihan yang tepat untuk mendapatkan kepercayaan publik tersebut. Meskipun aktor non-negara yang cepat untuk memanggil pada penekanan kebebasan berbicara, kita melihat sedikit bukti untuk penindasan yang disponsori negara dari suara-suara kritis di Indonesia. Kampanye oleh International Federation of Journalists International (IFIJ) dan Yayasan Ford 50 disponsori Perhimpunan Indonesia untuk Pengembangan Media secara aktif berkampanye untuk mengubah undang-undang untuk mengangkat fitnah kriminal 51 , yang dalam konteks hukum Indonesia berlaku untuk semua pihak. Sedangkan upaya untuk mengubah hukum pidana dipandang sebagai proses demokratisasi, tingkat akurasi dan keterlibatan dalam agitasi terstruktur harus dibangkitkan dalam konteks KPK dan perannya dengan aktor non-negara. Seperti banyak kegiatan non-negara lain dan sponsor asing KPK, kabur dari garis dan keberangkatan dari konsep KPK asli menciptakan kerugian tandingan untuk pemahaman masyarakat tentang kebijakan anti-korupsi. Sedangkan studi di Swedia berpendapat untuk liberalisasi ekonomi, deregulasi, penyederhanaan pajak, pajak liburan, hukuman administrasi / permukiman dinegosiasikan, de-monopolisasi, dan stabilitas makro-ekonomi seperti beberapa pilihan yang tersedia untuk negara, kabur dari garis-garis penting membebaskan Pasukan anti-demokrasi dan mempromosikan anti-liberalisasi, anti-pembangunan 52 dan memberikan latar belakang untuk revitalisasi feodalisme dan menciptakan serangan balik oleh masyarakat Indonesia. Korupsi
46 http://www.thejakartapost.com/news/2013/07/01/top-house-members-fume-over-icw-graft-list.html; 1 July 2013; accessed on 25 July 2013 47 http://www.thejakartapost.com/news/2009/10/14/libel-suspects-disregard-summons.html; 14 October 2009; accessed on 14 June 2013 48 http://www.frontlinedefenders.org/node/2204; 20 October 2009; accessed on 18 June 2013 49 http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf; page 48; accessed on 23 May 2013 50 http://www.fordfoundation.org/grants/grantdetails?grantid=113459; The Ford Foundation sponsored the Indonesian Association for Media Development with 439.613 USD (2009-2011 grant period) 51 https://blogs.worldbank.org/publicsphere/radio-development-and-indonesias-democratic-transition; the program is supported by different EU countries, including Belgium; last accessed on 22 May 2013 52 http://scholar.oxy.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=dwa_student&sei- redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dhow%2520to%252 0reduce%2520corruption%2520scholars%26source%3Dweb%26cd%3D47%26ved%3D0CE8QFjAGOCg%26url% 3Dhttp%253A%252F%252Fscholar.oxy.edu%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1008%2526cont ext%253Ddwa_student%26ei%3Dry7pUbvPHsWxrge484CQBg%26usg%3DAFQjCNHi8ZJBi3tpRYnCELe5ZninjoDt WA%20-%20search=%22how%20reduce%20corruption%20scholars%22; Substantive Progress or Neoliberalism in Disguise? An Analysis of the World Banks Discourse on Corruption since 1995; Megan Lang; 16 April 2013; accessed on 27 June 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 31
sebagai sarana untuk memajukan agenda neoliberal oleh Bank Dunia (Megan Lang: 2013) adalah merayap ke dalam argumen pendukung pandangan para pengalihan agenda global dari argumen inti memerangi korupsi untuk kepentingan masyarakat tetapi muncul sebagai agenda politik oleh institusi global. 53 Terutama, George Mason University 2013 studi menemukan bahwa, kita tidak menemukan bukti kuat atau meyakinkan bahwa reformasi dana kampanye negara mengurangi korupsi publik 54 dan menyatakan bahwa kepemimpinan politik akan menentukan tingkat korupsi. Kami dari pendapat peran KPK dan lembaga anti korupsi lainnya, termasuk aktor-aktor masyarakat sipil, merupakan bagian dari lembaga negara untuk memberantas korupsi, namun reformasi dan pengawasan penting lama tertunda oleh parlemen diperlukan untuk menghindari ekses sebelumnya oleh KPK. Sebagai presiden keluar dari Indonesia tepat menunjukkan, " terlalu besar kekuasaan berbahaya," reformasi hukum seperti penguatan peradilan, dan dengan mendorong pengawasan publik melalui parlemen 55 disarankan untuk diperluas ke KPK dan struktur non- negara sebagai bagian dari holistik strategi anti-korupsi. 56
8. KESIMPULAN Seperti yang kami telah tunjukkan, korupsi tidak hanya merusak ekonomi negara tetapi juga merugikan tatanan masyarakat. Sementara KPK diciptakan dengan tujuan mulia, dalam Surat 10+ tahun keberadaannya telah terbukti tidak efektif. Tentu saja, penangkapan dan penuntutan tanda telah memberikan kesan bahwa KPK mencapai sesuatu. Tapi bila dilihat dalam konteks budaya mencakup segala korupsi di Indonesia kasus ini hanya setetes di ember pepatah. Sementara beberapa studi akademis optimis menunjukkan keberhasilan jangka pendek, dalam jangka panjang KPK tidak dapat berhasil sampai perubahan sosial yang mendasar terjadi. Pandangan ini dianut oleh mantan kepala Hong Kong ICAC, Tony Kwok, yang mengatakan, lembaga ini [KPK] harus memiliki kekuatan. Jika tidak, hal itu tidak bisa berfungsi. Tentu saja, harus ada pertimbangan terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan. Jadi, mekanisme untuk mencegah penyalahgunaan tersebut diperlukan. Di Hong Kong, kami memiliki unit pengawasan yang terdiri dari orang- orang di luar institusi. Mereka adalah tokoh masyarakat yang bertugas untuk memantau kegiatan ICAC 57 . Pertanyaan tentang berapa besar daya yang dibutuhkan tetap, berdasarkan kinerja KPK, dipertanyakan. Mekanisme lain harus berada di tempat untuk memungkinkan
53 Ibid.page 6 54 http://mercatus.org/sites/default/files/Milyo_CampaignFinanceReforms_v2.pdf; Do State Campaign Finance Reforms Reduce Public Corruption? Adriana Cordis, Jeff Milyo; April 2013; accessed on 1 July 2013 55 Ibid. World Bank 2000; Transparency International 2000; UN 2004; UNDP 2004 56 Ibid. Langseth et al. 1999; Galtung 1998 57 http://www.jimwes.com/integrity/id58.html; Tony Kwok former head of anti-corruption agency in Hong Kong (ICAC); accessed on 1 August 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 32
perubahan sosial untuk mengambil tempat itu harus mencakup industri, individu dan semua sektor masyarakat. Budaya korupsi begitu mendarah daging dalam jiwa Indonesia yang berusaha un- melakukannya dengan membalik sikap yang kini telah menjadi norma budaya akan menjadi tugas raksasa yang akan memerlukan perubahan mendasar dalam pola pikir dari beberapa, sektor yang berbeda dari masyarakat. Paling pasti suatu review kelembagaan dari sistem anti- korupsi di Indonesia diperlukan. Namun, karena makalah ini, karena tidak semua referensi utama yang tercantum dalam penelitian ini termasuk publikasi LSM, reformasi menyeluruh harus mencakup perubahan sosial agar efektif untuk menghindari "Denunziantentum" 58 (denuciators, informan) menciptakan lagi basis kekuatan politik untuk politik kekuatan untuk menyalahgunakan maksud organisasi. Sejarah struktur tersebut cukup dan termasuk Gestapo, Stasi 59 , dan menindas, hak asasi manusia lainnya melanggar organisasi dirancang untuk menindas masyarakat bawah dalih dipertanyakan. Hal ini terutama berlaku jika pemerintah mensponsori memiliki catatan buruk dalam memerangi korupsi. Sebagai contoh, menurut laporan 2012 US peringkat di tempat ke-19 dan pada tahun sebelumnya peringkat 24 60 . Selama rentang waktu yang sama, Jerman ditempatkan di 13 61 . Jika setiap negara adalah pengukuran keberhasilan Asia menerapkan sikap anti-korupsi itu adalah Singapura. Singapura menyediakan iklim sosial dan budaya dari mekanisme anti korupsi yang mencakup kombinasi holistik struktur sosial, pendidikan, dan kepemimpinan politik. Emosional "pemicu" harus diganti dengan pendekatan kebijakan pragmatis yang menguntungkan negara. Untuk kembali lagi ke publikasi ICW, Pembentukan KPK memiliki tujuan strategis yang dapat dikategorikan ke dalam tiga hasil besar. Pertama, kehadirannya bertujuan untuk memulihkan penegakan hukum yang tidak efektif. Dengan kata lain, KPK ditantang untuk mempromosikan normalisasi sistem peradilan dan budaya di negeri ini, yang telah rusak, dengan memposisikan diri sebagai mekanisme pemicu. [Penekanan ditambahkan] Sementara berhenti dan mencerminkan sering dianggap sebagai kelemahan oleh pandangan nihilistik tentang korupsi, [menyelaraskan] strategi dan menetapkan perubahan sosial yang dibutuhkan menjadi gerak harus dipertimbangkan.
58 http://www.zeit.de/1993/37/deutschland-deine-denunzianten; Deutschland, deine Denunziaten, Gerhard Paul 59 http://www.history.ucsb.edu/faculty/marcuse/classes/217/articles/96JMHGellatelyGestapoStasi.pdf; Denunciations in Twentieth-Century Germany: Aspects of Self-policing in the Third Reich and the German Democratic Republic; Robert Gellately; accessed on 20 June 2013; Note. Germany is ranked only 13 th place; Hong Kong 12 th place; Singapore listed at 5 th place providing the cultural, governance and legislative & structural argument for an anti-corruption societal-cultural climate within society 60 http://www.huffingtonpost.com/2012/12/05/corruption-perception-index-2012_n_2244558.html; 12 May 2012; accessed on 1 June 2013 61 http://www.transparency.org/cpi2012/results; Transparency International Global Corruption Index 2012; accessed on 28 July 2013 Mengukur Efektivitas Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) Deutsche Asienforschungszentrum 2013, Volume 3, Issue 5 33
REFERENSI
The failure of Anti-Corruption Policies A Theoretical Mischaracterization of the Problem; 2010 University of Gothenburg; http://www.sida.se/PageFiles/39460/Failure%20Anti_Corruption%20policy%20(2).pdf
Criminal Defamation And Democracy In Indonesia: Regulating Or Relegating Free Expression? Arjuna Dibley; http://asaa.asn.au/ASAA2010/reviewed_papers/Dibley- Arjuna.pdf;
Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Sebagai Lembaga Anti-Korupsi Di Indonesia; (The Role of Indonesian Corruption Exterminate Commission in Indonesia); Achmad Badjuri; Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2011, Hal. 84 96
Roadmap Kpk 2007-2011 Towards More Effective Corruption Eradication; http://bukuicw.fil es.wordpress.com/2008/10/kpkroadmap2007-2011english.pdf;
Do State Campaign Finance Reforms Reduce Public Corruption? http://mercatus.org/sites/default/files/Milyo_CampaignFinanceReforms_v2.pdf;
The effectiveness of anti-corruption policy What has worked, what hasnt, and what we dont know; http://r4d.dfid.gov.uk/PDF/Outputs/SystematicReviews/Anti_corruption_2011Hanna.pdf;
Bribes and Ballots: The Impact of Corruption on Voter Turnout in Democracies; http://sp.uconn.edu/~scruggs/ipsr11.pdf
Contextual Choices in Fighting Corruption: Lessons Learned; http://www.oecd.org/countries/zambia/48912957.pdf
Substantive Progress Or Neoliberalism In Disguise? An Analysis Of The World Banks Discourse On Corruption Since 1995; Megan Lang; http://scholar.oxy.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=dwa_student&sei- redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q %3Dhow%2520to%2520reduce%2520corruption%2520scholars%26source%3Dweb%26cd %3D47%26ved%3D0CE8QFjAGOCg%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholar.oxy.edu %252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1008%2526context%253Ddwa_studen t%26ei%3Dry7pUbvPHsWxrge484CQBg%26usg%3DAFQjCNHi8ZJBi3tpRYnCELe5Zninj oDtWA#search=%22how%20reduce%20corruption%20scholars%22
The Impact of Corruption on Regime Legitimacy: A Comparative Study of Four Latin American Countries Mitchell A. Seligson; http://www.ginareinhardt.com/wp-content/uploads/2012/01/Seligson-Impact-of-Corruption- on-Regime-Legitimacy.pdf;
Corruption: Causes, Consequences And Cures; http://www.unescap.org/drpad/publication/journal_7_2/myint.pdf
The Causes Of Corruption: A Cross-National Study; http://www.sscnet.ucla.edu/polisci/faculty/treisman/Papers/causes.pdf
The War Against Corruption As A Poverty Reduction Agenda in Africa; http://www.eacc.go.ke/docs/War-Against-Corruption-Poverty-Reduction-Africa.pdf
Embedded Autonomy or Crony Capitalism?Explaining Corruption in South Korea, Relative to Taiwan and the Philippines, Focusing on the Role of Land Reform and Industrial Policy; http://irps.ucsd.edu/assets/003/5292.pdf
Anti-Corruption Policy Implementation In Korea; http://www.nacf.org.za/global_forum5/CVs/009%20e%20Song.pdf
Deviance and Corruption; http://samples.jbpub.com/9780763771386/Ross_71386_CH09_131_148.pdf
Reserch on Corruption and Its Control; The State of the Art http://www.improvinggovernance.be/upload/documents/wharton_proceedings_nocrop.pdf
Denunciations in Twentieth-Century Germany: Aspects of Self-policing in the Third Reich and the German Democratic Republic Robert Gellately Huron College, University of Western Ontario; http://www.history.ucsb.edu/faculty/marcuse/classes/217/articles/96JMHGellatelyGestapoSta si.pdf