Sie sind auf Seite 1von 11

ANALISIS PENGARUH SITOGENETIK DARI RADIASI PADA

PEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI YANG


TERKENA SINAR-X DIAGNOSTIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Radiologi Dasar

Oleh:

Mustika Lili Perdani


(04121004027)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

Analisis Pengaruh Sitogenetik dari Radiasi pada Pekerja yang Berhubungan dengan
Gigi yang Terkena Sinar-X Diagnostik
Ameerunnisa, Chaya M. David, G. Savitha, B. K. Ramnarayan dan C. J. Sanjay
Perguruan Tinggi Dayananda Sagar dari Ilmu Gigi, Bangalore, Karnataka, India
KATA KUNCI: Sinar-X. Pekerja yang Berhubungan dengan Gigi. Penyimpangan
Kromosom. Kesadaran
ABSTRAK Kejadian dari penyimpangan kromosom dievaluasi dalam limfosit darah
perifer dari 40 orang yang bekerja di perguruan tinggi dan klinik gigi di dalam dan
sekitar Bangalore yang pekerjaannya terkena sinar-X. Kisaran usia kelompok studi
adalah 25-65 tahun dan durasi dari paparan pekerja yang berhubungan dengan gigi
berkisar antara 5-35 tahun. Untuk sampel darah pembanding juga dikumpulkan dari 20
subjek (kontrol) yang tidak terkena radiasi diagnostik apapun. Para radiografer
menunjukkan sebuah peningkatan yang signifikan dari penyimpangan kromosom (ratarata 1,00) bila dibandingkan dengan kontrol (rata-rata 0,5). Meskipun pekerja yang
berhubungan dengan gigi menunjukkan peningkatan dalam frekuensi penyimpangan
kromosom tetapi hasilnya tidak signifikan secara statistik. Frekuensi dari penyimpangan
kromosom juga dibandingkan pada dasar usia, jenis kelamin, dan durasi paparan,
hasilnya tidak signifikan secara statistik.
PENDAHULUAN
Radiologi diagnostik menggunakan radiasi pengion, yang berbeda dari radiasi
nonpengion, memiliki energi yang cukup untuk mengionisasi atom-atom atau molekulmolekul dalam sistem biologi dan sistem-sistem lainnya. Penggunaan sinar-X dalam
radiologi diagnostik adalah agen mutagenik yang ampuh, dapat menyebabkan mutasi
gen dan penyimpangan kromosom. Mereka bertindak secara langsung pada molekul
DNA atau secara tidak langsung melalui pembentukan senyawa reaktif yang bereaksi
dengan molekul ini. Penyimpangan kromosom secara khusus putusnya untaian rangkap
dalam DNA dianggap sebagai indikator biologis yang paling sensitif dari radiasi akibat
perubahan genetik. Penggunaan radiasi pengion dalam kedokteran gigi, seperti dalam
kedokteran umum sudah dengan cepat meningkat. Hari ini survei radiografik lengkap

dari mulut dianggap sebagai tambahan penting untuk diagnosis. Dental profesional
adalah satu-satunya praktisi yang melakukan pemeriksaan radiografikal dari pasien
mereka sendiri. Juga ada peningkatan jumlah dari radiografer gigi yang menggunakan
dental radiograf. Tetapi, bagian yang utuh dari radiograf adalah paparan dan
kemungkinan yang terjadi pada pasien, staf klinis untuk sinar-X. Radiasi dalam dosis
yang dibutuhkan untuk kedokteran gigi tidak mungkin memberikan risiko yang besar,
namun dosis kecil tidak selalu bebas risiko. Tidak ada paparan sinar-X dapat dianggap
sepenuhnya bebas dari risiko, maka penggunaan radiasi oleh dokter gigi disertai dengan
tanggung jawab untuk memastikan perlindungan yang sesuai.
Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh sitogenetik dari radiasi
pada pekerjaan yang pekerja-pekerjanya terkena radiasi di bidang medis. Namun
penelitian yang dilakukan pada pekerja-pekeja yang terkena radiasi di bidang gigi
jarang sekali dilakukan. Stuart (1967) dalam penelitiannya tentang pengaruh radiasi
sinar-X di luar kantong pipi tupai-tupai cina yang dikenai 0,25 R, 2,9 R, dan 5,4 R dosis
radiasi ditemukan jumlah yang signifikan dari kerusakan kromosom untuk semua dosis
radiasi. Rozgaj dkk. (1999), Maddileti dkk. (2002), Abolfazl dkk. (2007) dalam
penelitian mereka, kelompok-kelompok yang dikenai radiasi bekerja di berbagai bidang
medis dibandingkan dengan kontrol menemukan peningkatan frekuensi dalam
penyimpangan kromosom. Cintia dan ILC (2002) dalam penelitian sitogenetik mereka
pada dokter gigi Brasil yang pekerjaannya terkena dosis rendah radiasi sinar-X
menemukan tidak ada perbedaan signifikan antara dokter gigi dan kontrol yang tidak
terkena.
Tujuan
Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menguji berbagai perubahan dalam
kromosom yang disebabkan oleh radiasi dalam pekerja yang berhubungan dengan gigi
dan upaya yang juga dilakukan untuk menghubungkan berbagai frekuensi dari
penyimpangan kromosom berdasarkan jenis kelamin, umur dan durasi paparan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian terdiri dari 60 subjek yang dibagi menjadi tiga kelompok yang
masing-masingnya 20, kelompok 1 adalah radiografer gigi, kelompok 2 adalah dokter

praktik gigi, dan kelompok 3 adalah kontrol. Subjek-subjek diseleksi secara acak dari
berbagai perguruan tinggi ilmu gigi dan klinik gigi di dalam dan sekitar Bangalore;
kontrol diseleksi secara acak dari Departemen Kedokteran bagian mulut, Diagnosa, dan
Radiologi Perguruan Tinggi Dayananda Sagar dari Ilmu Pengetahuan Gigi, Bangalore.
Dosis kumulatif total diperoleh dari dokumen tiga tahun sebelumnya dari TLD badge
yang dipakai oleh radiografer. Kelompok 2 dari dokter praktik gigi tidak mengenakan
TLD badge apapun atau tidak mengikuti langkah-langkah keamanan.
Kriteria yang termasuk untuk kelompok 1 adalah pekerja yang terkena radiasi
diagnostik gigiradiograf IOPA, panoramik, dan radiograf tengkorak, mengikuti standar
langkah keamanan ICRP dan terkena radiasi selama lebih dari 3 tahun. Kriteria untuk
kelompok 2 adalah subjek-subjek yang telah menggunakan radiograf gigi secara teratur
selama lebih dari 3 tahun. Subjek di kelompok 3 termasuk yang belum pernah terkena
pekerjaan atau radiasi diagnostik. Rentang usia dari penelitian ini adalah 25-65 tahun.
Daftar pertanyaan dibuat dengan terperinci dari setiap paparan yang disengaja, durasi
paparan, langkah-langkah keamanan yang diambil, dan lain-lain diperoleh serta dosis
kumulatif diperoleh dari laporan 3 tahun lalu dari TLD badge (dada) yang dipakai oleh
gigi radiografer.
5ml sampel darah vena diambil dari masing-masing subjek setelah mendapat
persetujuan tertulis. Sampel darah dikumpulkan dalam tabung yang mengencerkan
darah dan diproses di Triesta Sciences India Pvt. Bangalore menggunakan metode
Moorhead dkk. (1960). Biakan darah ditetapkan menggunakan 10 ml dari medium
RPMI1640 (Hi Media, Mumbai)

ditambah dengan 20% serum janin sapi (kualitas

Eropa, Biologi Industri Israel), 1% penisilin dan streptomisin (Penstep, Mediatech Inc,
Hemdon, USA). Untuk ini 200 ml PHA (fitohemagglutinin, Gibco, USA) ditambahkan.
Tabung diinkubasi pada suhu 37C dalam inkubator CO2 selama 68 jam. Pada jam ke 68
50l dari colcemida (Karyomax Gibco) ditambahkan dan diinkubasi lebih lanjut selama
4 jam. Pada 72 jam biakan dihentikan dan tabung disentrifugasi selama 5 menit di
2000rpm, supernatan dibuang meninggalkan 0,5 ml cairan. Itu diresuspen dalam 10ml
dari 0,075M KCl dan diinkubasi pasa suhu 37 selama 20 menit. Pada tahap ini 1ml dari
Carnoys fiksatif dingin yang segar disiapkan ditambahkan perlahan sampai 8 ml dari
Carnoys fiksatif ditambah. Tabung didinginkan selama 1 hari. Tabung dipindahkan dan

disentrifugasi pada 2000 rpm selama 5 menit dan supernatan dipindahkan. Sel dicuci
kembali dengan fiksatif sampai butiran putih jelas diperoleh. Kaca mikroskop disiapkan
menggunakan kaca mikroskop dingin disimpan dalam metanol. Setetes butiran
dijatuhkan dari ketinggian 12-15 inci agar menyebar secara merata. Kaca mikroskop
diberi zat perwarna dengan giemsa dan diuji dibawah cahaya 80 Nikon mikroskop. 50
metafase menyebar baik dianalisis pada setiap subjek. Penyimpangan kromosom seperti
celah-celah, patahan-patahan,

potongan-potongan, disentrik dan asentrik dianalisis.

Frekuensi dari penyimpangan di dokumentasikan. Hasil di tabelkan dan disubjekkan ke


analasis statistik menggunakan percobaan Kruskal-Wallis, percobaan Mann Whitney,
dan percobaan aturan Spearman.
HASIL
Sebanyak 60 subjek yang telibat dalam penelitian dibagi menjadi 3 kelompok
yang terdiri dari 20 subjek di masing-masing kelompok diseleksi secara acak. Rentang
usia kelompok 1 adalah 25-64 tahun, kelompok 2 adalah 27-45 tahun dan kelompok 3
adalah 25-39 tahun. Jumlah yang sama antara perempuan dan laki-laki yaitu masingmasing 10 yang diambil dalam kelompok 2 dan 3 namun dalam kelompok 1 tidak ada
radiografer gigi perempuan yang tersedia maka kelompok 1 terdiri dari laki-laki saja.
Durasi dari paparan pada kelompok 1 dan 2 berkisar antara 6-35 tahun dan 5-20 tahun
berturut-turut. Sebanyak 3000 metafase yaitu 50 metafase dari masing-masing subjek
dianalisis untuk berbagai penyimpangan kromosom (beberapa diperlihatkan dalam
gambar 1,2,3) dan ditabelkan (Tabel 1).

Hubungan dalam jumlah penyimpangan kromosom ditemukan antara tiga


kelompok yang dilakukan (Tabel 2). Angka rata-rata yang ditemukan lebih tinggi pada
dokter praktik gigi (1,00), diikuti oleh radiografer gigi (0,60) dan kontrol (0,5) (Gambar.
4). Namun perbedaan angka antar kelompok tidak ditemukan signifikan secara statistik
(P>0,05). Hubungan dalam jumlah penyimpangan kromosom antara kelompok berbeda
yaitu antara radiografer dan kontrol, dokter dan kontrol, dan radiografer dan kontrol
dilakukan secara terpisah. Perbedaan angka antar kelompok tidak ditemukan signifikan
secara statistik. Namun penanda pedoman untuk paparan radiasi disentrik tercatat dalam
pekerja yang berhubungan dengan gigi.

Hubungan juga dilakukan dengan mempertimbangkan jenis kelamin, usia, dan


durasi paparan. Hubungan dari frekuensi penyimpangan kromosom antar jenis kelamin
dilakukan pada kelompok 2 dan 3 karena kelompok 1 terdiri dari laki-laki saja dengan
menggunakan percobaan Mann Whitney. Angka rata-rata yang lebih tinggi terlihat pada
laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan di kelompok 2 (Tabel 3) dan kelompok 3
(Tabel 4). Namun perbedaan angka tidak signifikan secara statistik.

Usia dibagi dalam 4 kelompok yang kisaran usianya 10 tahun dari 25-65 tahun.
Frekuensi dicatat dalam masing-masing kelompok dan ditabelkan. Hubungan frekuensi
penyimpangan kromosom antar 4 kelompok tidak dapat dilakukan karena kami tidak
bisa mendapatkan jumlah yang sama dari subjek pada masing-masing kelompok. Maka
hubungan keseluruhan dilakukan antara jumlah penyimpangan kromosom dan usia
menggunakan percobaan aturan Spearman (Tabel 5). Kami mengamati hubungan yang
lemah (r=-0,377) pada kontrol, positif namun lemah (0,321) pada radiografer dan positif
namun sangat lemah (0,142) pada dokter. Namun hubungan ini tidak ditemukan
signifikan secara statistik.
Kami juga mencoba melakukan pengelompokan durasi paparan yang
dikelompokkan dalam 3 kelompok durasi 10 tahun dari 5-35 tahun. Namun kami tidak
dapat memperoleh jumlah yang sama dari ukuran sempel masing-masing kelompok.
Maka hubungan keseluruhan dilakukan pada kelompok 1 dan 2 (Tabel 6). Kami
mengamati hubungan yang positif namun lemah (r=0,370) pada kelompok 1 dan positif
namun sangat lemah (r=0,168) pada kelompok 2. Namun hubungan ini tidak ditemukan
signifikan secara statistik.

PEMBAHASAN
Pentingnya penelitian sitogenetik dari limfosit perifer pada orang yang terkena
radiasi pengion telah dilaporkan selama lebih dari 30 tahun. Menurut Upton (1982),
pengaruh paparan radiasi dosis rendah yang menumpuk dalam tubuh dan dapat merusak
kesehatan setelah beberapa tahun pemaparan. Limfosit manusia bila terkena 1,5 Gy
sinar-X dalam vitro menunjukkan peningkatan signifikan pada frekuensi penyimpangan
kromosom bila dibandingkan dengan sel normal (Mosesso dkk. 2001). Ada banyak
penelitian tentang induksi penyimpangan kromosom oleh radiasi pada pekerja yang
terkena dari berbagai bidang, namun untuk pengetahuan kita; penilaian pengaruh
sitogenik dari paparan yang terus menerus pada radiasi dosis rendah dalam bidang ilmu
gigi adalah langka.

Dalam penelitian pengaruh sitogenik dari radiasi dalam pekerja yang dievaluasi
dengan menganalisis penyimpangan kromosom dan upaya untuk menghubungkan
frekuensi penyimpangan kromosom antara kelompok yang terkena (kelompok 1 dan 2)
dan kontrol (kelompok 3), juga mengambil pertimbangan usia, jenis kelamin dan durasi
paparan yang dibuat.
Tujuan

pertama

adalah

untuk

menemukan

penyimpangan

kromosom.

Peningkatan pada frekuensi penyimpangan kromosom kelompok 1 dan 2 bila


dibandingkan dengan kontrol ditemukan tetapi perbedaan tidak signifikan secara
statistik. Hal ini konsisten dengan penelitian Cintia dan ILC (2002) membiomonitor
dokter gigi Brasil yang pekerjaannya terkena dosis rendah dari radiasi-X.
Hasil pada penelitian meskipun tidak signifikan secara statistik, namun masih
ada peningkatan pada frekuensi penyimpangan kromosom yang diamati pada kelompok
1 dan 2 dibandingkan kelompok 3. Dan juga disentrik pada kelompok 1 dan 2 yang
ditemukan. Karena disentrik dianggap sebagai indikator yang baik dari paparan radiasi
dan telah digunakan secara luas sebagai penanda pedoman dalam dosimetri radiasi. Juga
frekuensi jenis kromosom yang menyimpang yakni putusnya untai rangkap yang lebih
ada pada pekerja yang terkena dibandingkan pada kontrol. Jenis kromosom pada
penyimpangan dikatakan lebih dari induksi radiasi.
Beberapa penelitian sitogenetik telah menunjukkan hasil yang signifikan secara
statistik dalam hubungan frekuensi penyimpangan kromosom antara kelompok yang
terkena dan kontrol dalam bidang kedokteran yang lain. Alasan untuk tidak
mendapatkan hasil signifikan secara statistik mungkin ukuran sampel yang kecil bila
dibandingkan dengan penelitian lain yang jumlah radiografer berkisar antara 50-1200
dan juga jumlah dosis yang terlibat dalam radiografi gigi dimana lebih sedikit
dibandingkan dosis yang digunakan dalam bidang kedokteran lain seperti diagnostik
kedokteran dan radiasi terapi, kedokteran nuklir dan lain-lain yang termasuk dalam
penelitian. Meneliti pengaruh radiasi pada orang yang selamat dari pengeboman
Hiroshima dan Nagasaki, Awa (1990) diamati peningkatan yang signifikan pada
frekuensi kromosom disentrik dan jaringan-jaringan ketika jumlah sel dianalisis
ditingkatkan menjadi 500 per individu. Dalam penelitian ini, jumlah rata-rata sel-sel

yang dianalisisis dari kelompok adalah 50 sel per subjek mungkin peningkatan pada
jumlah sel yang dianalisis dan jumlah sampel pasti akan menghasilkan perbedaan.
Frekuensi penyimpangan kromosom ditemukan lebih pada dokter daripada
radiografer dan kontrol namun tidak signifikan secara statistik. Sebagaimana diketahui
dokter gigi di India hanya berprofesi dimana dokter gigi mengambil radiograf sendiri di
klinik mereka, maka pekerjaannya terkena radiasi pengion level rendah dan tidak ada
pemeriksaan efektik yang biasa pada lingkungan kerja mereka--pencegahan paparan
sinar-X umumnya hanya bergantung pada pengguna umum yang profesional. Sitra dkk.
(2008) dalam penelitian laporan perlindungan radiasi diamati antara populasi dokter gigi
di wilayah serikat Puducherry diamati bahwa meskipun banyak dokter gigi
menyesuaikan waktu paparan untuk kelas kecepatan film yang lebih cepat, penurunan
penggunaan kolimator persegi panjang, pelindung dinding, dan langkah-langkah
perlindungan lain yang mengecewakan. Dokter yang termasuk dalam penelitian tidak
mengikuti standar langkah keamanan ketika menggunakan radiograf. Ini mungkin
alasan mengapa peningkatan pada frekuensi penyimpangan kromosom ditemukan pada
dokter daripada radiografer yang lebih banyak menggunakan radiograf dibandingkan
dokter yang memasukkan ekstra oral dan radiograf panoramik tapi mengikuti standar
langkah keamanan.
Suatu upaya dilakukan untuk menghubungkan berbagai frekuensi penyimpangan
kromosom berdasarkan usia, jenis kelamin dan durasi paparan. Ada hubungan positif
dari umur dan penyimpangan kromosom seperti yang ditunjukkan dari berbagai
penelitian. Namun penelitian tertentu juga melaporkan hubungan yang negatif. Chung
dkk. (1996) melaporkan hasil negatif untuk pengaruh usia pada kerusakan kromosom
dalam penelitian sitogenetik dari pekerja pabrik nuklir. Ruzica dkk. (1998) dalam
penelitian mereka pada 1260 radiografer yang pekerjaannya terkena radiasi menemukan
bahwa usia, jenis kelamin dan durasi paparan diduga tidak signifikan dari analisis
penyimpangan kromosom. Cintia dan Ilc (2002) pada penelitian sitogenetik mereka dari
pekerjaan dokter gigi yang terkena dosis rendah radiasi X tidak ada menemukan
hubungan antara membaurkan faktor-faktor usia dan jenis kelamin dan frekuensi
penyimpangan kromosom. Ruzica dkk. (1998) dan Abolfazl dkk. (2007) dalam
penelitian mereka pada pekerja radioterapi menemukan bahwa tak ada usia, jenis

kelamin atau durasi paparan yang diduga signifikan dari penyimpangan kromosom.
Alasan untuk tidak mendapatkan hasil signifikan secara statistik mungkin faktor lain
seperti merokok dimana bisa menyebabkan penyimpangan kromosom yang tidak
termasuk dalam penelitian kami.
Berbagai penelitian menunjukkan hubungan positif antara durasi dan frekuensi
penyimpangan kromosom.

Sebagian besar penelitian membuat ukuran sampel dan

subjek yang banyak termasuk yang terkena dosis radiasi lebih dari pekerja yang
berhubungan dengan gigi. Oesch dkk. (1987) menunjukkan bahwa individu yang sama
memiliki kapasitas perbaikan berbeda pada waktu yang berbeda, dimana akibat dari
perbedaan status fisiologi endogen atau merubah paparan ke senyawa eksogen. Hal ini
juga diketahui bahwa limfosit manusia terdiri dari populasi sub sel dengan kepekaan
yang berbeda. Terdapat bukti yang menyarankan perbedaan-perbedaan dalam kepekaan
sebagai fungsi dari posisi siklus sel. Olive dan Banath (1993) menunjukkan bahwa
perbaikan kerusakan juga bergantung pada posisi siklus sel.
KESIMPULAN
Beberapa tahun terakhir kita telah menyaksikan peningkatan dalam penggunaan
radiasi diagnostik dalam kedokteran gigi. Meskipun dosis yang terlibat dalam
kedokteran gigi rendah, itu tidak bebas dari risiko. Sebagai penyimpangan kromosom
adalah hasil dari kumpulan dosis dari radiasi sinar-X yang menunjukkan bahwa paparan
jangka panjang untuk dosis rendah dari radiasi sinar-X kemungkinan besar berisiko.
Data yang disajikan dalam penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyimpangan
kromosom antara pekerja yang berhubungan dengan gigi dan kontrol yang tidak terkena
secara statistik tidak signifikan namun sedikit peningkatan pada frekuensi penyimpanan
kromosom yang tercatat dan juga kehadiran dari disentrik dalam dental personil yang
terkena radiasi sinar-X meskipun dalam jumlah kecil untuk menunjukkan pentingnya
penelitian ini. Disentrik adalah bukti penilai yang lebih baik dari paparan radiasi dan
telah digunakan secara luas sebagai penanda pedoman dalam dosimetri radiasi. Sedikit
perbedaan dalam frekuensi penyimpangan kromosom antar radiografer gigi dan dokter
praktik gigi menunjukkan pentingnya langkah-langkah keamanan untuk diikuti selama
prosedur radiografik. Besarnya perubahan tampaknya relatif kecil dalam penelitian,
sehingga penelitian memasukkan jumlah ukuran sampel yang besar dan meningkatnya

jumlah sampel sel yang akan dianalisis perlu memberikan sebuah pandangan yang lebih
jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi, namun penting bahwa semua

langkah-

langkah keamanan ditentukan diikuti baik di rumah sakit atau klinik dan kesadaran yang
lebih serius terhadap risiko yang diambil.

Das könnte Ihnen auch gefallen