Sie sind auf Seite 1von 20

KONSEP TEORI KISTA ATEROMA

A. Pengertian Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html. Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak, letaknya dibawah kulit subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak nyeri http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html. B. Tanda dan Gejala 1. Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka, kepala, punggung. Dan bisa juga dijumpai pada vulva 2. Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat pada kulit di atasnya. 3. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam. 4. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html

C. Etiologi Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat. Kista Ateroma berasal dari jerawat yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi kristal kolesterol. Bila Kista Ateroma dibelah, akan ditemui massa putih dan berbau. (Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar, dalam buku bedah minor. 1996:127)

D. Patofisiologi Kista sebasea atau kista ateroma terbentuk akibat sumbatan kelenjar sebasea sehingga produk kelenjar yang seperti bubur putih abu abu ( ateroma ) terkumpul dalam satu kantong tipis. Kita sebasea membesar secara perlahan, dapat timbul disemua kulit kecuali tangan dan kaki yang tidak mengandung kelenjar sebasea. Kista berbentuk tumor yang kurang lebih bulat, karena kelenjar sebasea terletak di dermis, kista melekat di dermis tetapi bebas dari dasarnya. Muara kelenjar yang tersumbat menjadi puncak kista yang tampak sebagai titik yang berwarna kebiruan dermis. Kista dapat terinfeksi sehinga cepat membesar karena proses inflamasi, bla proses ini berlanjut, isinya berbentuk nanah sehingga menjadi abses Pembuangan kista harus tuntas, sampai mengankat kantongnya tanpa sisa, bila ada yang tertinggal, kista akan muncul kembali karena dinding kista merupakan sel kelenjar sebasea yang selalu bermitosis dan membentuk ateroma.

E. Pathway

Etiologi (hormonal, stress, genetic, bakteri)

Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea membesar dan mensekresi sebum

Sebum merembes naik hingga puncak folikel rambut

Mengalir ke luar permukaan kulit (epidermis)

Duktus polisebaseus tersumbat sebum

Lesi obstruktif

Dilatasi folikel sebasea

Penipisan dinding folikuler Isi folikuler keluar dan mengiritasi dermis Gangguan integritas kulit Gangguan citra tubuh Ansietas

Resiko infeksi

Lesi baru

Papula eritematosa Kista inflamatorik Pustyla

F. Terapi Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat. Penatalaksaan Kista Ateroma adalah dilakukan pembedahan dengan nama tindakan Ekstirpasi Kista. Ketika pembedahan, kista harus terangkat bersih beserta kantong/kapsulnya. Jika tidak, kemungkinan terjadi kekambuhan.

G. Komplikasi Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan dan evakuasi nanah, biasanya diberikan antibiotik selama 2 minggu. Setelah luka tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi untuk kista ateromanya.

H. Pencegahan Sampai saat ini belum ada metode pencegahan kista ateroma.

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PERIOPERATIF (PREOPERATIF, INTRAOPERATIF DAN POSTOPERATIF)

A. Pengertian Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman pembedahan yaitu : a. Praoperatif Dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. b. Intraoperatif Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. c. Pascaoperatif Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. B. Etiologi Pembedahan mungkin dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatn medikal bedah Brunner dan Suddarth ), seperti : a. Diagnostik, Seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang inflamasi c. Reparatif, Seperti memperbaiki luka yang multipek d. Rekonstruktif atau Kosmetik, Seperti melakukam mammoplasti atau perbaikan wajah

e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan D. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi b. Laboratorium : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED, jumlah trombosit,

protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll c. Pemeriksaan gula darah d. Biopsi E. Komplikasi a. Perdarahan b. Syok hipovolemik c. Trombosis Vena Profunda (TVP) d. Retensi urin e. Infeksi luka operasi (dehiscensi, eviserasi,fistula, nekrose, abses ) f. Sepsis g. Komplikasi multi organ

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PERIOPERATIF

A. Fase Praoperatif Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dean juga menjaga rumah sakit dan petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Infom consent dilakukan apabila sudah termasuk: a. Informasi pembedahan yang akan dilakukan b. Memberitahukan nama dan kualifikasi orang atau petugas yang akan melakukan pembedahan. c. Menjelaskan resiko termasuk kerusakan jaringan, kemungkinan komplikasi dan kemungkinan kematian d. Rasio kesuksesan pembedahan. Alternatif lain yang dapat ditempuh Hak hak klien terhadap consent yang akan dilakukan bila terjadi pembatalan kemudian

I. Pengkajian Preoperatif

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar. 1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia a. Mengukur tinggi dan berat badan b. Mengukur lipat kulit trisep c. Mengukur lingkar lengan atas d. Mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen e. Kadar elektrolit darah f. Asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus : a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.

b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.

2. Status Pernafasan a. Berhenti merokok 4 6 minggu sebelum pembedahan b. Latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif c. Pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD) d. Riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler a. Penyakit kardiovaskuler b. Kebiasaan merubah posisi secara mendadak c. Riwayat immobilisasi berkepanjangan d. Hipotensi atau hipoksia e. Kelebihan cairan/darah f. Tanda-tanda vital g. Riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal a. Kelainan hepar b. Riwayat penyakit hepar c. Status asam basa dan metabolism d. Riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin a. Riwayat penyakit diabetes b. Kadar gula darah c. Riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal 6. Fungsi Imunologi a. kaji adanya alergi b. riwayat transfusi darah

c. riwayat asthma bronchial d. terapi kortikosteroid e. riwayat transplantasi ginjal f. terapi radiasi g. kemoterapi h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia) i. suhu tubuh. 7. Sistem Integumen a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik. d. Perawatan mulut oleh pasien. 8. Terapi Medikasi Sebelumnya a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan h. antibiotik : paralysis system pernafasan. 9. Pertimbangan Gerontologi a. penyakit kronis b. ketakutan lansia divonis sakit berat bohong (tidak melaporkan gejala) c. fungsi jantung d. fungsi ginjal e. aktivitas gastrointestinal f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi g. keterbatasan sensori penglihatan h. penurunan sensitivitas sentuhan i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar j. arthritis

k. keadaan mulut (gigi palsu) l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak perubahan suhu tubuh m. penyakit pribadi

II.

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien perioperatif dapat mencangkup : 1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah dan hasil pembedahan. 2. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.

III.

Rencana Keperawatan 1. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah ( anastesi,nyeri ) dan hasil akhir pembedahan Tujuan : menurunkan ansietas dan cemas praoperatif Intervensi : a. Kaji ketakutan dan kecemasan pasien sebelum dilakukan pembedahan. (Memberi data dasar untuk pengkajian praoperatif). b. Kaji pengetahuan pasien mengenai prosedur pembedahan dan

kemungkinan hasil akhir pembedahan. (Memberiakn dasar yang lebih lanjut). c. Evaluasi perubahan makna bagi pasien dan anggota keluarga atau pasangannya . (Memudahakan pemahan akan reaksi atau respon pasien terhadap kemungkinan hasil akhir pembedahan). d. Dorong pasien untuk mengutarakan dengan kata-kata reaksi , perasaan dan ketakutannya. (Verbalisasi respon sering diperlukan untuk mengkaji pemahan pasien terhadap hal-hal tersebut dan pemecahannya). e. Dorong pasien untuk membagi perasaanya denagn pasangannya.

(Memudahkan pasien dan pasanagnya untuk menerima dukungan bersama dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama lain).

2. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protocol praoperatif dan harapan pasca operatif. Tujuan ; meningkatan pengetahuan tentang persiapan praoperatif dan harapan pasca operatif Intervensi ; a. Mengikut sertakan pasien dalam persiapan praoperatif. (Keikutsertaan pasien dalam prosedur persiapan praoperatif akan dapat sedikit mengurangi resiko yang didapat pada pasca operatif). b. Menjelaskan dan mendemostrasiakn tentang latihan-latihan pasca operatif. (Latiahn latihan iniakan dibutuhkan oleh apsien setelah operasi). c. Memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang perawatan pasca operatif. (Pasien harus mengetahui segala informasitentang perawatan pasca operatif). d. Memberikan penjelasan tentang medikasi praanestesi. (Pasien tidak akan menolak medikasi-mediska prasnestesi yang akan dilakukan oleh perawat,dokter,ataupun ahli anestesi). e. Menganjurkan pasien untuk tetap berada ditempat tidur sebelum prisedur dilakukan. (Minimalnya aktifitas yang dilakukan akan sangat berpengaruh pada saat dilakukan pembedahan). f. Menganjurkan pasien untuk rileks selama masa transformasi keunit operasi. (Suasana rileks sanagt dibutuhkan karma apabila pasien cemaas akan berpenagruh pada hasil akhir pembedahan). g. Menjelaskan penggunaan pagar tem,pat tidu pada pasien dan keluarga. h. (Penggunaan tempat tidur sanagt dibutuhkan untuk mengurangi resiko cedera/kecelakaan).

IV.

Implementasi Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi keperawatn.

V.

Evaluasi Hasil yang diharapkan : 1. Ansietas berkurang. a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe ansietas dan induksi dengan ahli anastesi b. Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi praanastesi dan anastesi umum c. Mendiskusikan kekhawatiran saat saat terakhir dengan perawat atau dokter d. Mendiskusikan masalah masalah finansial dengan pekerja sosial, bila diperlukan e. Meminta kunjungan tokoh agama bila diperlukan f. Benar benar relaks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan. 2. Peningkatan pengetahuan pasien tentang persiapan praoperatif dan harapan pasca operatif a. Ikut serta dalam persiapan pra operatif b. Menunjukkan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan dilakukan pasien setelah operasi c. Menelaah informasi tentang perawatan pasca operatif d. Menerima medikasi praanestesi e. Tetap berada ditempat tidur f. Refleks selama transformasi penggunaan pagar tempat tidur.

B. Fase Intraoperatif Fase intraoperatif dari perawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau pindah kebagian atau departemen bedah dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Type Anastesi : a. General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk reflek batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi. Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi. b. Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan darin area atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya tetapi tetap sadar. Tekhnik Anastesi Regional : 1. Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa untuk menbuka bagian kulit, luka dan luka bakar. Misalnya lidocaine dan benzocaine, jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat. 2. Local Aqnastesi (Infiltrasi), yaitu anestesi yang disuntikan pada area tertentu dan digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine atau tetracaine 0,1% 3. Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkan sesasi pada daerah kecil pada tubuh. 4. Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi disuntikan kedaerah ke daerah surrachnoid sampai ke spinal cord. 5. Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar duramater. Manajemen Keperawatan : 1. Pengkajian Pengkajian menggunakan data dan catatan dari pasien untuk mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengenbangkan rencana paerawat pasien individual, yaitu :

a. Identifikasi pasien b. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian c. Telaah catatan pasien terhadap adanya: 1) Informed yang benar dengan tanda tangan pasien 2) Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik 3) Hasil pemeriksaan diagnostic 4) Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan 5) Ceklis praoperatif d. Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera 1) Status fisiologis, misalnya tingkat sehat sakit, tingkat kesadaran 2) Status Psikosial, misalnya ekspresi kekhawatiran , tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme koping 3) Status fisik, misalnya tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas persiapan, pencukuran, atau obat penghilangh rambut. 2. Intervensi Keperawatan a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien : 1) Atur dan jaga agar peralatan syaktion berguna dengan baik. 2) Atur peralatan pemantauan invasif. 3) Bantu saat pemasangan jalur (arteri /CVP ). 4) Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien. 5) Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anastesi dan

pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi. 6) Ikuti tahapan sesuai dengan prosedur bedah : a) Lakukan scrab/bersihan dengan terampil

b) Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan antisipasi peralatan dan bahan apa yang dibutuhkan sebelu diminta. 7) Ikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai contoh :

Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah a) Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur. b) Persiapan kulit antiseptic c) Membuka dan menutup sarung tangan. d) Menghitung kasa, instrumen, jarum. e) Tekhnik septic f) Penatalaksanaan kateter urine. g) Penatalaksanaan drainase 8) Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anastesi/ perawat yang bertanggung jawab/ bertindak yang tepat untuk mengontrol atau menangani situasi. 9) Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya. 10) Bantu ahli bedah dan anastesi untuk menerapkan rencana penerapan mereka. b. Bertindak sebagai advotkat pasien 1) Berikan privasi fisik 2) Jaga kerahasiaan 3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik c. Informasikan pasien dengan pengalaman intraoperatif 1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami. 2) Gunakan keterampilan komunikasi umum

d. Koordinasi aktivitas bagi personil lain yang terlibat dalamperawatan pasien. Seperti X ray, laboratorium, ICU. e. Operasikan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan diruang operai dan tugaskan dilayanan khusus. f. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien. g. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan. h. Komunikasikan baik verbal dan tulisan mengenai status kesehatan pasien saat pemindahan dari ruang operasi. 3. Implementasi Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi keperawatn. 4. Evaluasi a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi yaitu cara bernafas, warna kulit, selang invasif ( IV), drain kateter berfungsi secara normal, balutan adekuat tidak terlalu ketat. b. Ikut serta dalam mrngidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak aman dan menanganinya dengan baik. c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan. d. Melaporkan dan mendokumentasikan e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek

keperawatan teknis. f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperrawatan preoperatif.

C. Fase Post operatif Fase Post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif

langsung, focus termasuk mengkaji efek dari agens anastesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

1. Pengkajian Pascaoperatif di Ruang Pemulihan Menentukan respon langsung pasien terhadap intervensi pembedahan. Unit Bedah a. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi b. Menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan selama selama periode perioperatif c. Mengevaluasi produk produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi. d. Menentukan status psikologis pasien e. Membantu dalam perencanaan pemulangan

Di Rumah/Klinik a. Gali persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi, dampak pada citra tubuh, penyimpangan, imobilisasi. b. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan.

2. Diagnose Keperawatan Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi operatif , pengaturan posisi dan peregangan otot selamapembedahan ginjal.

3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa keperawatan : nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi operatif , pengaturan posisi dan peregangan otot

selamapembedahan ginjal.

Tujuan: penguranagn rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman Intervensi : 1) Kaji tingkat nyeri pasien. 2) (Memberikan data dasar untuk mengevaluasi keberhasilan strategi dalam meredakan rasa nyeri). 3) Berikan preparat analgesic yang diresepkan. (Meningkatkan pengurangan rasa nyeri). 4) Lakukan kompres hangat dan masase pada daerah yang terasa pegal serta mengalami gangguan rasa nyaman (Meningkatkan relaksasi dan peredaan nyeri otot serta gangguan rasa nyaman). 5) Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal pada saat melakukan gerakan atau melakukan latihan batuk (Meminimalkan tarikan atau tegangan pada luka insisi dan memberikan dukungan pada pasien). 6) Bantu dan dorong ambulasi dini (Dimudahkan dilanjutkannya kembali latihan aktivitas otot).

4. Implementasi Keperawtan Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan apa yang ada di intervensi keperawatn.

5. Evaluasi Keperawatan a. Pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman. 1) Melaporkan pengurangan rasa nyeri yang hebat dan gangguan rasa nyaman. 2) Menggunakan preparat analgesic seperti yang diresepkan 3) Menyebutkan rasional penggunaan kompres hangat dan masase 4) Melatih otot yang pegal dalam batas-batas yang direkomendasikan. 5) Secara bertahap meningkatkan aktivitas dan latihan. 6) Menggunakan teknik untuk mengalihkan perhatian , melakukan latihan relaksasi dan imajinasi untuk mengurangi rasa nyeri.

7) Memperlihatkan tidak adanya manifestasi pada timgkah laku akibat nyeri dan gangguan rasa nyaman ( missal :kegelisahan,perspirasi, ekspresi nyeri secara lisan ). 8) Turut berpartisipasi dalam latihan menarik nafas dalam dan batuk efektif.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.I. Jakarta: EGC (http://www.scribd.com/doc/35940914/Perioperatif-Presentation) http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-kista-ateroma.html

Das könnte Ihnen auch gefallen