Sie sind auf Seite 1von 6

SERANGAN PENYAKIT BUSUK DAUN (Phytophtora infestans Mont de Barry) PADA 14 KLON/VARIETAS UNGGUL KENTANG DI ALAHAN PANJANG SUMATERA

BARAT Yulimasni
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok, Km. 40, Sukarami

ABSTRACT
Late blight disease of phytophtora is one of the important diseases attacking potato crops. A reseach evaluating the infection intensity of late blight disease on 14 clones/varieties of potato has been conducted at Alahan Panjang, one of the main production areas of vegetable in West Sumatra, from August to December 2005. The research used a Randomized Block Design (RAK) with 14 treatments and three replications. The potato clones/varieties tested were: CIP 385274.4, CIP 385130.11, CIP 382196.2, CIP 382196.3, CIP 387164.4, CIP 676089, CIP 387466.6, CIP 676026, CIP 720050.1, CIP 86500.5, CIP 387312.2, CIP 385272.4, Cingkariang, and Granola. Results of research indicated that eight clones (CIP 720050.1, CIP 86500.5, CIP 387312.2, CIP 676089, CIP 676026, CIP 387164.4, CIP 385274.4, and CIP 385130.11) were resistent to late blight disease with infection intensity 1.0-5.0%, while the other clones/varieties were moderate up to high susceptible. Six clones gave higher production than Granola, the highest production was produced by CIP 387164.4 clone followed by CIP 720050.1, CIP 676089, CIP 385274.4, CIP 385130.11, and CIP 387312.2 clones. Key words: Late blight, clone/variety, potato, West Sumatra.

PENDAHULUAN entang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak (Duriat et al., 2006). Dalam budidaya komoditas ini sering terdapat gangguan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang seiring merusak pertanaman kentang adalah penyakit busuk (hawar) daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans. Penyakit busuk (hawar) daun ditemui hampir di setiap tempat dimana tanaman kentang tumbuh. Jamur ini menyerang batang, tangkai daun dan umbi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Faktor yang mempercepat penyebaran penyakit busuk (hawar) daun diantaranya penggunaan kultivar yang rentan presipitasi dan kelembaban tinggi (Dennis et al., 1996 dalam Kusmana, 2003). Pengendalian penyakit busuk daun pada kentang umumnya masih mengandalkan

fungisida. Cara ini berat bagi petani karena aplikasi fungisida membutuhkan biaya yang tinggi. Selain itu, penggunaan fungisida secara terus menerus dapat menimbulkan ras-ras baru patogen yang lebih virulen serta pencemaran lingkungan (Sastrahidayat, 1991). Di lain pihak, kultivar kentang komersial saat ini sebagian besar sangat rentan terhadap serangan penyakit ini. Kultivar Granola yang ditanam oleh lebih 90% petani kentang di Indonesia juga rentan terhadap penyakit busuk daun (Kusmana, 2003). Upaya perakitan kultivar tahan untuk mengatasi masalah penyakit busuk daun terus dilakukan. The International Potato Centre (CIP) selama beberapa tahun terakhir selalu memberikan prioritas utama pada penelitian penyakit ini (Walker dan Marie, 1998) dan telah menghasilkan 300 klon dengan tingkat resistensi horizontal, 30 klon diantaranya telah dilepas menjadi kultivar di 15 negara berkembang (Landeo et al., 1997).

Serangan Penyakit Busuk Daun pada Klon/Varietas Kentang 181

Pada tahun 2004 BPTP Sumatera Barat telah melakukan pengujian terhadap 14 klon/varietas kentang yang berasal dari CIP cabang Bogor. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi tingkat ketahanan 14 klon/varietas unggul kentang tersebut terhadap penyakit busuk (hawar) daun. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada ketinggian 1200 meter dari muka laut, mulai September sampai Desember 2004. Penelitian menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas 12 klon kentang yang berasal dari CIP cabang Bogor serta dua varietas yang banyak ditanam di Sumatera Barat yaitu Cingkariang dan Granola. Klon/varietas yang diuji adalah: (1) CIP 385274.4, (2) CIP 385130.11, (3) CIP 382196.2, (4) CIP 382196.3, (5) CIP 387164.4, (6) CIP 676089, (7) CIP 387466.6, (8) CIP 676026, (9) CIP 720050.1, (10) CIP 86500.5, (11) CIP 387312.2, (12) CIP 385272.4, (14) Cingkariang, dan (14) Granola. Setiap klon/varietas ditanam pada petak berukuran 1 x 5 meter, jarak tanam 30 x 80 cm, jarak antar klon dan ulangan masing-masing 1 meter. Populasi sebanyak 32 tanaman per petak. Tanaman dipupuk dengan 20 ton/ha pupuk kandang serta 100, 200, 150, dan 150 kg/ha Urea, ZA, SP36, dan KCl. Pupuk kandang dan SP36 diberikan dengan cara disebar rata dalam garitan tanam satu minggu sebelum tanam kemudian ditutup tipis dengan tanah. Sedangkan pupuk Urea, ZA, dan KCl diberikan pada saat tanam dan umur 30 hari setelah tanam (HST), masingmasing setengah dosis. Pemakaian pestisida diusahakan minimal. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan penyakit busuk daun pada umur 4 dan 7 minggu setelah tanam (MST) dan produksi. Intensitas serangan penyakit

busuk daun dihitung dengan menggunakan rumus: I = n x v NxZ x 100%

dimana : I = intensitas serangan n = jumlah tanaman contoh dengan kategori serangan yang sama v = nilai pada tiap kategori serangan N = jumlah tanaman yang diamati Z = nilai (skor) tertinggi. Kriteria ketahanan tanaman berdasarkan tingkat serangan penyakit sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria ketahanan tanaman. Intensitas serangan Kriteria ketahanan penyakit (%) tanaman 0 Imun >0 - <5 Tahan Agak tahan >5 - <10 Agak peka >10 - <25 >25 - <50 Peka >50 Sangat peka

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala dan Intensitas Serangan Penyakit Gejala serangan penyakit busuk daun telah ditemui pada tanaman berumur 4 MST dengan intensitas serangan tertinggi pada klon CIP 385272.4. Intensitas serangan meningkat secara cepat mencapai 65,57% pada umur 7 MST (Tabel 2). Kemunculan gejala serangan pada penelitian ini lebih cepat dibanding hasil penelitian Dwiastuti dan Djoemaijah (2000) di Sumber Brantas yaitu pada saat tanaman berumur 6 MST. Hal ini mungkin disebabkan karena curah hujan yang tinggi selama pertanaman. Suhardi (1983) melaporkan bahwa penyakit busuk daun berkembang cepat pada musim dingin. Curah hujan yang tinggi (2000 mm/tahun) dan kelembaban tinggi (90%) berkorelasi positif dengan keparahan

182 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

Tabel 2. Intensitas serangan penyakit busuk (hawar) daun dan tingkat ketahanan 14 klon/ varietas unggul kentang. Alahan Panjang, 2004.
Klon/Varietas CIP 385274.4 CIP 385130.11 CIP 382196.2 CIP 382196.3 CIP 387164.4 CIP 676089 CIP 387466.6 CIP 676026 CIP 720050.1 CIP 86500.5 CIP 387312.2 CIP 385272.4 Cingkariang Granola Intensitas serangan penyakit (%) 4 MST 7 MST 0,0 2.50 0,0 4,35 0,0 25,75 3,3 40,25 0,0 1,70 0,0 1,00 2,8 31,33 0,0 1,67 0,0 1,00 0,0 1,00 0,0 1,00 5,7 65,67 1,0 26,85 21,33 Kriteria ketahanan tanaman Tahan Tahan Peka Peka Tahan Tahan Peka Tahan Tahan Tahan Tahan Sangat peka Peka Agak peka

tanaman akibat penyakit dan bertahannya patogen dalam jaringan daun (Goth, 1981). Persentase tanaman terserang busuk daun tertinggi dijumpai pada klon CIP 385272.4 (65,67%) dan terendah pada klon CIP 676089, CIP 720050.1, CIP 86500.5, dan CIP 387312.2, masing-masing 1,0%. Berdasarkan persentase tanaman terserang, maka dapat dikatakan bahwa delapan klon tergolong bersifat tahan, satu klon agak peka, empat klon peka, dan satu klon bersifat sangat peka (Tabel 2). Abdallah dan Hermsen (1971) dalam Sahat dan Sunarjono (1989) melaporkan bahwa ada dua tipe ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit P. infestans yaitu ketahanan vertikal (dikendalikan oleh satu dan dua gen dominan) dan ketahanan horizontal (dikendalikan oleh banyak gen resisten). Seleksi untuk ketahanan terhadap penyakit ini diharapkan dapat memperoleh ketahanan horizontal yang mantap dan bertahan lama. Hasil Dari hasil penelitian ini didapatkan enam klon yang memberikan hasil panen lebih tinggi dan enam klon lebih rendah dibanding varietas pembanding Granola (Tabel 3). Hasil panen tertinggi diperoleh dari klon CIP 387164.4 yaitu 17,78 kg per plot, diikuti berturut-turut oleh klon CIP
Prosiding Seminar Nasional Hortikultura

720050.1, CIP 676089, CIP 387254.4, CIP 385130.11 dan CIP 387312.2 masing-masingnya 16,71; 14,82; 14,65; 13,70 dan 13,62 kg per plot. Klon-klon tersebut memberikan hasil 3,1826,59% lebih tinggi dibanding varietas Granola yang sudah beradaptasi baik di lokasi pengujian (Alahan Panjang). Tinggi rendahnya hasil yang diperoleh, di samping dipengaruhi oleh jumlah umbi/ tanaman dan bobot umbi, juga oleh intensitas serangan penyakit busuk daun. Makin tinggi serangan penyakit busuk daun, makin rendah hasil. Thiele et al. (1988) dalam Ortiz et al. (1999) menyatakan bahwa setiap kenaikan serangan penyakit busuk daun sebesar 20% dapat mengurangi hasil panen sebesar 6,0 t/ha di Peru dan 6,5 t/ ha di Bolivia. Perbedaan jumlah umbi/tanaman diduga juga dipengaruhi oleh saat terjadinya serangan penyakit busuk daun pada waktu pembentukan umbi. Dwiastuti dan Djoemaijah (2000) melaporkan bahwa pembentukan umbi pada tanaman kentang dimulai sejak tanaman berumur 26-30 HST dan berlanjut sampai umur 50 HST, setelah itu umbi akan berkembang secara cepat. Pada penelitian ini, serangan penyakit busuk daun relatif tinggi pada periode pembentukan umbi tersebut, terutama pada klon CIP 385272.4, CIP 382196.3, CIP 387466.6, CIP 382196.2, dan varietas Cingkariang.
184

Tabel 3. Jumlah umbi/tanaman, bobot per umbi, hasil, dan persentase peningkatan hasil 14 klon/kultivar kentang di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, 2004. Jumlah Bobot per umbi Hasil Perbandingan hasil Klon/Varietas dengan Granola (%) umbi/tanaman (gram) (kg/petak) CIP 385274.4 7,37 62,31 14,65 + 10,98 CIP 385130.11 6,40 56,70 13,70 + 3,79 CIP 382196.2 4,13 43,21 8,44 - 36,06 CIP 382196.3 3,90 40,28 6,53 - 50,53 CIP 387164.4 8,97 62,39 17,78 + 34,77 CIP 676089 7,77 57,46 14,82 + 12,27 CIP 387466.6 5,27 38,57 7,52 - 43,03 CIP 676026 10,77 47,80 11,84 - 10,30 CIP 720050.1 9,77 59,24 16,71 + 26,59 CIP 86500.5 7,83 65,99 13,20 0,00 CIP 387312.2 8,00 53,02 13,62 + 3,18 CIP 385272.4 3,80 32,96 4,58 - 65,30 Cingkariang 6,33 33,78 7,18 - 45,61 Granola 8,27 44,35 13,20 -

Klon ideal yang diminati petani adalah klon dengan persentase umbi konsumsi mencapai 80% (Kusmana, 2003). Lebih besar umbi konsumsi berarti lebih banyak yang dapat dijual. Selanjutnya Sahat (2000) mengklasifikasikan bahwa umbi konsumsi adalah umbi dengan bobot >60 g/ knol. Dari 13 klon/varietas yang diuji (tidak termasuk Granola) didapatkan 4 klon yang memenuhi kriteria tersebut yaitu klon CIP 385274.4, CIP 387164.4, CIP 720050.1, dan klon CIP 86500.5. KESIMPULAN 1. Didapatkan delapan klon yang bersifat tahan terhadap penyakit busuk (hawar) daun yaitu klon CIP 385274.4, CIP 385130.11, CIP 387164.4, CIP 676089, CIP 676026, CIP 720050.1, CIP 86500.5, dan klon CIP 387312.2. 2. Didapatkan enam klon yang memberikan hasil panen lebih tinggi dibanding varietas Granola. Hasil panen tertinggi diperoleh dari klon CIP 387164.4 yaitu 17,78 kg per plot, kemudian diikuti oleh klon CIP 720050.1, CIP 676089, CIP 385274.4, CIP 385130.11, dan CIP 387312.2 masing-masingnya berturutturut 16,71; 14,82; 14,65; 13,70 dan 13,62 kg per plot. Klon-klon tersebut

memberikan hasil 3,18-26,59% lebih tinggi dibanding hasil varietas Granola yang sudah beradaptasi baik di lokasi penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Duriat, A.S., O.S. Gunawan, dan N. Gunaini. 2006. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kentang. Monograf No. 28. Balitsa. 59 hlm. Dwiastuti, M.E. dan Djoemaijah. 2000. Ketahanan beberapa klon kentang terhadap Phytophthora infestans Mont. di Sumber Brantas. Jurnal Hortikultura 10 (1): 24-29. Goth, R.W. 1981. An efficient technique for prolonged storage of Phytophthora infestans. Amer. Photato Journal 58 (5): 257260. Kusmana. 2003. Evaluasi beberapa klon kentang asal stek batang untuk uji ketahanan terhadap Phytophthora infestans. Jurnal Hortikultura 13 (4): 220-227. Landeo, J.A., M. Gastelo, G. Forbes, J.L. Zapata, and F.J. Flores. 1997. Developing horizontal resistance to late blight in potato. Program Report 1995-1996. International Potato Centre, Lima, Peru.

Serangan Penyakit Busuk Daun pada Klon/Varietas Kentang 183

Ortiz, O., P. Winter, H. Pano, G. Thiele, S. Guaman, R. Torres, V. Barera, J. Unda, and J. Hakiza. 1999. Understanding farmers responses to late blight: Evident from Peru, Bolivia, Equador, and Uganda. Program Report 1997-1998. Sahat, S. dan H. Sunarjono. 1989. Varietas kentang dan pemuliaan. Dalam A. Assandhi, S. Sastrosiswoyo, Suhardi, Z. Abidin, Subhan (Eds). Kentang. BPH Lembang, Badan Litbang Pertanian. 209 hlm. Sahat, S. 2000. Cara memproduksi benih kentang bermutu tinggi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 14 hlm.

Sastrahidayat, I. R. 1991. Hubungan antara kerapatan inokulum dan cuaca dengan tingkat serangan penyakit karat pada tanaman kedelai. Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas Khusus. Hlm. 483-493. Suhardi. 1983. Dinamika populasi busuk daun Phytophthora infestans pada kentang di Kebun Percobaan Segunung. Bul. Penel. Hort. 10(1): 36-44. Walker, T. and H.L. Marie. 1998. Priority setting at CIP for the 1998-2000 mediumterm plan. International Potato Centre, Lima, Peru.

185

Serangan Penyakit Busuk Daun pada Klon/Varietas Kentang

Das könnte Ihnen auch gefallen