Sie sind auf Seite 1von 40

LATIHAN

1. Berikan 3 definisi semantik dan 3 definisi pragmatik 3 Definisi Semantik a) Menurut Abdullah Hassan (1992:1), semantik ialah istilah yang merujuk kepada kajian makna. Dan oleh sebab itu makna itu adalah sebahagian daripada bahasa, maka semantik juga menjadi sebahagian daripada linguistik. Kajian makna kata dalam bahasa Melayu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang berperanan semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana perkembangannya dan apakah sebab-sebab terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan dan mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa. Ulman (1972), menyatakan bahawa apabila seseorang memikirkan maksud sesuatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan dua hala antara maksud dengan perkataan itulah yang menyebabkan lahirnya makna, oleh yang demikian walaupun rujukan tetap, namun makna dan perkataan dapat dibezakan.

b) J.W.M. Verhaar (1996:13) berpendapat bahawa Semantik adalah cabang linguistik yang akan membahas erti atau makna.Abdul Chaer (1994:284) mengatakan Semantik merupakan bidangkajian linguistik yang mana objek penelitiannya adalah makna bahasa. Manakala menurutR.H. Robins (1992:24) mendefinisikan semantik sebagai Makna merupakan atribut bukan sahaja dari bahasa melainkan pula dari segenap sisitem tanda dan lambang dan kajian makna dinamakna Semantik. Seterusnya Aminuddin (1988):15) mengatakan Semantik berasal dari bahasa Yunani mengandungi makna untuk memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandungi pengertian kajian tentang makna. Daripada makna-

makna yang dikemukakan

oleh ahli-ahli semantik tersebut, kita dapat

menyimpulkan bahawa semantik merupakan salah satu cabang kajian linguistik yang membahas tentang makna. Oleh sebab bahasa itu digunakan untuk berbagaibagai kegiatan dan keperluaan dalam kehn dalam kehidupan bermasidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi berbagai-bagai jika dilihat dari segi atau pandangan yang berbeza. Pelbagai nama jenis semantik telah dikemukakan oleh pakar-pakar dalam buku-buku linguistik atau semantik. Abdul Chaer (1994:289-296) membahagikan jenis-jenis makna sebagai makna leksikal, gramatikal, kontektual, referensial dan non referensial, denotatif, konotatif, asiosiatif, kata, istilah, idion serata makna peribahasa.

c)

Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau

tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna kata-kata, perkembangan dan perubahannya. Secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos (penting: berarti, yang diturunkan pula dari semaineinmemperlihatkan: menyatakan yang berasal pula dari sema tanda. Semantik menelaah serta menggarap makna kata dan makna-makna yang diperoleh oleh masyarakat dari kata-kata (Tarigan, 1986: 7-8) .Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

3 Definisi Pragmatik a) Thomas (1995:2) mendefinisikan pragmatik dengan menggunakan sudut pandang sosial dan sudut pandang kognitif. Dengan sudut pandang sosial, Thomas menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan

kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, pragmatik dihubungkan dengan interpretasi tuturan (utterance interpretation). Thomas (1995;2) menyebut adanya kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian yaitu, pertama dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara. Kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran. Selanjutnya Thomas (1995:22) dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi. b) Menurut Nababan (1987 : 2) yang dimaksud dengan Pragmatik ialah aturanaturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaanya.Pragmatik sebagai ilmu bersumber pada beberapa ilmu lain yang juga mengkaji bahasa dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan bahasa ilmu-ilmu itu ialah filsafat bahasa, sosiolinguistik antropologi, dan linguistik terutama analisa wacana (discourse analysis)dan toeri deiksis (Nababan, 1987). c) Menurut Stephen C.Levinson (1982:2), pragmatik ialah ilmu yang berkaitan dengan ilmu sosiolinguistik, neurolinguistik. Ini bermakna ilmu pragmatik merangkumi ilmu-ilmu lain yang saling melengkapi untuk menginterpretasi

sesuatu makna yang tepat. Ilmu pragmatik adalah berdasarkan pengintepretasian makna sesuatu ujaran yang meliputi pengintepretasian ayat-ayat yang taksa atau ambiguiti, ayat-ayat yang eliptik dan sebagainya, Ini bermakna dalam ilmu pragmatik huraian makna tidak hanya kepada makna perkataan sahaja atau makna

perkataan dalam konteks ayat, malah huraian makna dalam ilmu pragmatik, merangkumi asek yang lebih luas iaitu melibatkan prose ujaran. Ini kerana menurut ahli pragmatik sesuatu makna dapat dilihat dengan lebih jelas dalam konteks ujaran berbanding dengan konteks huraian makna secara literal.Pragmatik ialah kajiaan bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi konteks dalam matlamat teori pragmatik adalaah untuk menjelaskan bagaimana ujaran dapat difahami 2. Terangkan secara ringkas kemuncuan istilah semantik dalam lingkungan ilmu linguistik.

Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani Sema (Nomina) tanda: atau dari verba samaino menandai, berarti. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association organisasi filologi amerika dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel An Account of the Word Semantics (Word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul Le Lois Intellectuelles du Language mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalm keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantics).

Historical semantics ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya perubahan makna dengan logika , psikologi, dan sebagainya. Karya Breal ini berjudul Essai de Semantickue. (akhir

abad ke -19). Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai semantik. Istilah Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan pemikiran Resigh tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa Pertumbuhan iaitu:

1. Masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai Undergound period.

2. Masa Kedua, yakni semantik sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantics, dengan munculnya karya klasik Breal(1883)

3. Masa perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia Gustaf Stern (1931) yang berjudul Meaning and Change of Meaning With Special Reference to the English Language Stern melakukan kajian makna secara empiris

Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de semantikue dari Breal, yang kemudian pada periode berikutnya disusul oleh karya Stern. Tetapi, sebelum kelahiran karya stern, di Jenewa telah diterbitkan bahan, kumpulan kuliah dari seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de Saussure, yang berjudul Cours de Linguistikue General. Pandangan Saussure itu menjadi pandangan aliran strukturalisme. Menurut pandangan

strukturalisme de Saussure, bahasa merupakan satu sistem yang terdiri atas unsurunsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan (the whole unified). Pandangan ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian, yang sangat kuat mempengaruhi berbagai bidang penelitian, terutama di Eropah.

Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:

1. Pandangan historis mulai ditinggalkan

2. Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,

3. Semantik mulai dipengaruhi stilistika

4. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)

5. Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menetukan dan mengarahkan fikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).

6. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis.

Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni thought of reference (fikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent (acuan). Fikiran memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan

langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menetukan fakta bahwa asal kata meaning(nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak mengandung meaning yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkanthe meaning of meaning yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik Latihan 1. Senaraikan ragam antonim dan berikan 5 contoh setiap satu. 1. Antonim Komplementar ( saling melengkapi ) Contohnya: 1. Jahat 2. Miskin 3. Hidup 4. Siang 5. Tanya baik kaya mati malam jawab

2. Antonim Berperingkat ( pasangan yang berperingkat ) Contohnya: 1. Lebih besar 2. Lebih tinggi 3. Lebih luas 4. Lebih pandai kurang kecil lebih rendah kurang sempit kurang bodoh

5. Lebih mahal

kurang murah

3. Antonim Relasional ( makna simetrikal ) Contohnya: 1. Guru 2. Turun 3. Majikan 4. Beli 5. Suami lawan lawan lawan lawan lawan murid naik pekerja jual isteri

4. Antonim resiprokal ( pasangan yang bertentangan ) Contohnya: 1. Memberi 2. Membina 3. Membeli 4. Menarik 5. Mengambil _ menerima meruntuh menjual menghulur membuang

2. Terangkan maksud istilah dan berikan 5 contoh bagi setiap satu

a) Homonim Berdasarkan definisi Kamus Dewan Edisi Keempat (2007), homonim

ialah perkataan yang sama bunyi atau ejaannya dengan perkataan lain tetapi berbeza maknanya. Homonim menurut Abdullah Hassan (1980: 246, dlm. Darwis Harahap, 1994: 34) ialah perkataan yang sama bunyinya dan ejaannya tetapi mengandungi makna yang berbeza. Manakala Hartmann dan Stork (1972, dlm. S.Nathesan, 2008: 108) homonim ialah dua perkataan atau lebih yang sama bunyinya tetapi berbeza pada maknanya. Abdullah Hassan dan Ainon Mohd. (1994) pula mentakrifkan homonim sebagai yang sama bunyi dan ejaannya tetapi mengandungi makna yang berbeza. Seperti yang ditakrifkan di atas, homonim merupakan dua kata atau lebih yang mempunyai bentuk yang sama, ejaan yang sama tetapi makna yang berbeza (S.Nathesan, 2008: 109). Siti Hajar (2009: 266) menyatakan, homonim ialah dua kata atau lebih yang mempunyai, sama ada bunyi atau ejaan yang sama, tetapi berlainan makna. Sementara John Lyons (1994: 31) menyatakan secara tradisional, homonim ditakrifkan sebagai perkataan yang berlainan tetapi mempunyai bentuk yang sama. Contohnya: 1. Daki, kaki, pokok 2. Bisa 3. Beruang 4. Bunga 5. Bulan racun, dapat haiwan , berduit tumbuhan , bank nama satelit , waktu

6. Buku memberi maksud i. bererti keras pada tempat pertemuan dua ruas buluh, tebu dan sebagainya ii. bererti beberapa helai kertas berjilid yang bererti tulisan untuk dibaca atau bererti ruang-ruang kosong untuk ditulis.

7. Alah memberi maksud i. Kalah, tewas.

ii. Sensitif terhadap sesuatu jenis makanan (ubat dan lain-lain) hingga boleh menimbulkan kesan yang tidak baik pada kesihatan seseorang. iii. Mengalah membendung (sungai untuk mengambil ikan), menebat, mengempang. iv. Seruan kata untuk menyatakan kesal atau rasa tidak senang (menunjukkan keberatan, ketika memujuk atau menggesa, dan lain-lain)

b) Homofon

Homofon menurut definisi Kamus Dewan Edisi Keempat (2007: 543) ialah perkataan yang sama bunyi dengan perkataan lain tetapi berbeza maknanya. Homofon terdiri daripada perkataan homo yang berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi atau suara. Berarti homofon adalah kata yang diucapkan sama tetapi berbeza dari segi maksud dan juga tulisan. Perkataan-perkataan yang homofon mungkin dieja dengan serupa atau berbeza . Homofon menurut Abdullah Hassan (1980: 246, dlm. Darwis Harahap, 1994: 35), ialah perkataan yang sama bunyinya tetapi ejaan dan maknanya berbeza. Contohnya, perkataan bang dan bank yang berbeza ejaan dan maknanya. Perkataan bang bermaksud abang dan azan,

manakala bank bermaksud tempat berurusan wang. Walau bagaimanapun, keduadua perkataan ini sebutannya sama, iaitu [ba]. Sementara itu dalam penerangan Adenan Ayob dan S. Nathesan (2010: 73), homofon bererti sebutan adalah sama, tetapi ejaan berlainan (O Grady, 2000: 120-121).

Contohnya 1. Massa telah berkumpul di depan Istana Negara (massa/masyarakat)

2. Hidupnya senang sepanjang masa (masa/waktu) 3. Bang (panggilan untuk lelaki) , bank ( tempat ) 4. Rock ( aliran muzik ) , rok ( pakaian 5. Sangsi ( ragu-ragu) , sanksi ( hukuman atau denda )

Perkataan-perkataan diatas adalah serupa dari segi sebutan tetapi mempunyai makna yang berbeza, atau merujuk kepada perkara yang tidak sama. Homofon merupakan sejenis homonim, meskipun kadang-kala homonim digunakan untuk merujuk hanya kepada homofon yang mempunyai ejaan yang sama tetapi makna yang berlainan. Istilah ini juga digunakan untuk unit-unit yang lebih singkat daripada perkataan, seperti huruf atau beberapa huruf yang disebut sama dengan huruf lain atau kumpulan huruf yang lain.

c) Homograf

Homograf terdiri daripada perkataan homo yang bererti sama dan graf ( graph ) bererti tulisan. Oleh yang demikian homograf adalah kata yang sama ejaanya dengan kata yang lain, tetapi berbeza dari segi lafaz dan maknanya. Oleh yang demikian homograf memberikan maksud yang hampir setara sahaja bunyi,

tetapi berbeza konsepnya. Sementara itu dalam penerangan Adenan Ayob dan S. Nathesan (2010: 73), homofon bererti sebutan adalah sama, tetapi ejaan berlainan (O Grady, 2000: 120-121). Manakala homograf ialah ejaan sama tetapi sebutan berlainan (Finegan, 2004: 195).

Contohnya:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Perang Sepak Rendang Semak Selak

perang sepak rendang semak selak

d) Hiponim Makna hiponim mengikut Kamus Dewan Edisi Keempat (2007: 540) ialah kata yang maknanya terangkum dalam makna kata yang lain, misalnya kambing, lembu dan rusa adalah hiponim daripada binatang. Siti Hajar (2009) juga memberikan definisi yang sama merujuk kepada definisi yang dibuat oleh Kamus Dewan Edisi Keempat (2007). Hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma nama dan hypo di bawah(modul BML3083). Abdullah Hassan (1980: 248, dlm. Darwis Harahap, 1994: 35) menyatakan hiponim ialah makna umum merangkumi makna khusus. Sementara Kamarudin dan Siti Hajar (1997: 69) menjelaskan Abdullah Hassan (1980: 248) mendefinisikan hiponim sebagai sesuatu kata yang mempunyai lingkungan atau pemeringkatannya dalam struktur makna. Walaupun kedua-dua pendapat oleh dua penulis di atas nampak berlainan bentuk pernyataannya, namun ia mendukung maksud yang sama bagi memberi huraian tentang takrif hiponim. Sebagai contoh, bunga ialah makna yang umum yang merangkumi nama jenis-jenis bunga sebagai makna yang khusus seperti cempaka, mawar, melati, kemboja dan sebaginya. Huraian seterusnya akan diambil dari modul BML3083 (2012). Hiponim adalah perkataan yang maknanya mencakupi makna beberapa perkataan lain dalam satu tata tingkat. Hal ini berlaku apabila ada perkataan yang berfungsi sebagai nama kelas bagi segolongan perkataan lain (Abdullah Hassan, 2005:233). Asmah Osman (2000: 24)

pula menyatakan hiponim ialah kata penggolong atau pemasukan sepenuhnya. Verhaar menyatakan hiponimi adalah ungkapan (biasanya berupa kata tetapi dapat juga berupa frasa atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain (Abdul Chaer, 1990: 102). Istilah hiponimi berasal dari perkataan Greek yang bermaksud nama yang di bawah. Ia dapat dilihat terutamanya apabila kita menjalankan klasifikasi dalam bidang tertentu (Asha Doshi, 2004). Oleh yang demikian, perhubungan ini melibatkan sesetengah item leksikal yang mempunyai makna yang lebih luas daripada item leksikal yang lain. Terdapat dua jenis perhubungan hiponimi, iaitu hubungan hiponimi sejenis dan meronimi (Baskaran, 2003; Jackson dan Z Amvela, 2000; Yule, 1994). Istilah ini dicipta oleh Bazell pada tahun 1955, tetapi kegunaannya mengikut pengertian ini diperkenalkan oleh Lyons pada tahun 1963 (Ruth M.Kemson dalam Zaiton Ab. Rahman, 1991: 103). Hubungan kehiponim dalam pasangan kata adalah hubungan antara lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih besar. Kamus Dewan Edisi Keempat (2007: 540) menyatakan hiponimi adalah hubungan antara hiponim dengan superordinatnya. Superordinat ialah makna am kerana merupakan pengelompokan kata iaitu merangkumi sesuatu makna perkataanperkataan lain yang ingin dihuraikan. Superordinat atau dikenali juga sebagai hipernim ialah makna umum iaitu merangkumi makna yang lebih luas. Superdinat pula membawa makna khusus kerana menghuraikan makna superordinat. Contoh: Hipernim: Hiponim : Kenderaan (superordinat/ makna am) Perahu, kapal terbang, lori, van, bas, kereta (makna khas/ superdinat)

Relasi makna juga dapat dilihat dari aspek hiponim selain dari aspek sinonim, antonim, polisem, homonim, ambiguiti, dan pertindihan makna. Relasi makna bermaksud hubungan semantik yang tedapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Satuan bahasa mungkin berupa kata frasa dan ayat. Relasi makna dapat menyatakan: (i) Kesamaan makna (ii) Pertentangan makna (iii) Jangkauan makna (iv) Kegandaan makna (v) Kelebihan makna Relasi makna ini dapat difahami umpamanya kata mawar ialah hiponim terhadap kata bunga kerana mawar termasuk dalam kata bunga. Mawar memanglah bunga tetapi bunga bukan hanya mawar, melainkan termasuk tanjung, matahari, cempaka, melur, raya, kenanga, kasturi, ros, melati, dan sebagainya.

Hubungan hiponimi sejenis adalah hubungan hirarki yang mana item leksikal yang di atas mempunyai makna yang paling umum dan boleh digunakan untuk merujuk itemitem leksikal yang di bawahnya. Ia juga dikenali sebagai superordinat. Item -item leksikal yang di bawahnya pula mempunyai makna yang lebih spesifik dan mempunyai unsur makna item leksikal yang di atasnya. Item-item leksikal ini dikenali sebagai subordinat atau hiponim. Hubungan di antara hiponim-hiponim ini dikenali sebagai ko-hiponimi (Asha Doshi, 2004; Jackson dan Z Amvela, 2000). Meronimi pula adalah hubungan hirarki antara item leksikal di mana item leksikal yang di bawah (subordinat atau juga dikenali sebagai meronim) adalah sebahagian daripada item leksikal yang di atas (superordinat). Item leksikal superordinat adalah merujuk kepada keseluruhan entiti yang dirujuk dan subordinat adalah merujuk kepada bahagian-bahagian tertentu kepada entiti ini (Baskaran, 2003; Jackson dan Z Amvela, 2000). Maksud hiponim ialah perkataan yang mempunyai makna yang boleh mencakupi makna perkataan lain, di samping mempunyai hirarki dengan sesuatu perkataan yang merupakan subordinat bagi sesuatu perkataan yang superordinat (O Grady, 2000: 119-120). Hiponim wujud apabila ada perkataan yang berfungsi sebagai nama kelas bagi segolongan perkataan (Abdullah Hassan, 2006: 233). Dalam sesetengah bahasa lain, golongan kata seperti ini akan lebih jelas maknanya jika anda dapat meneliti struktur tatatingkatnya. Untuk mendapatkan penjelasan lanjut, saya mendedahkan kepada anda dua jenis hiponim yang terdapat dalam bidang linguistik makna, iaitu: (i) Hiponim tulen Struktur makna hiponim tulen berlaku apabila ada satu perkataan yang mempunyai makna yang luas dan umum mencakupi makna dua atau lebih perkataan lain (Abdullah Hassan, 2005: 234). Contoh hiponim tulen dalam bahasa Melayu dapat dilihat dalam perkataan padi. Perkataan padi mempunyai dua perkataan dalam golongannya, iaitu beras dan nasi. Dalam hal ini makna beras dan nasi tercakup dalam makna perkataan padi dan mempunyai maksud kata yang tersendiri. Oleh itu, dalam bahasa Melayu membezakan perkataan padi dari beras dan nasi. Padi merupakan bijian yang belum dibuang kulitnya. Setelah padi diproses, menjadi beras yang kemudiannya dimasak menjadi nasi. Namun, dalam bahasa Inggeris iaitu rice membawa pengertian segala-galanya kepada padi, beras dan nasi. Oleh itu, kata rice tidak seimbang dengan makna dalam bahasa Melayu. (ii) Hiponim umum Menurut Abdullah Hassan (2005: 235), hiponim umum berlaku apabila terdapat satu perkataan yang menjadi nama umum. Kata nama itu kemudian boleh dicantumkan dengan perkataan yang menjadi komponen maknanya. Perkataan bunga memberi nama kepada semua jenis bunga. Ada bunga melur, bunga kenanga, bunga cempaka,

bunga raya, dan sebagainya. Perkataan bunga adalah umum. Oleh itu, perkataan bunga mesti digabungkan dengan sesuatu jenis bunga tertentu bagi menamakan jenis bunga tertentu, contohnya seperti bunga raya. Hal ini menunjukkan perkataan bunga adalah nama kepada satu golongan kata nama dan perkataan cempaka, mawar melur, raya, dan seterusnya sama ada matahari, tanjung, ros dan sebagainya adalah ahli anggotanya. Dalam hal ini, anggota bunga banyak dan tidak terhad bilangannya. Oleh itu, kata bunga tidak terhad kepada satu-satu jenis bunga yang terkandung didalamnya. Dalam sesetengah bahasa lain, golongan perkataan seperti ini jelas kelihatan struktur tata tingkatnya. Hiponim merupakan kata umum yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kata-katayang lebih khusus atau dalam erti kata lain ialah kata umum yang mempunyai lingkungan atau anggotanya terdiri daripada kata khusus. Kesimpulannya, hiponim boleh dimaksudkan sebagai kata yang merangkumi makna-makna yang terkandung di dalamnya. Sesuatu konsep makna yang terkandung dalam sesuatu kata yang lebih besar. Oleh itu, hiponim bermaksud ungkapan yang maknanya dianggap sebahagian daripada makna suatu ungkapan lain.

Contohnya:

1. 2. 3. 4. 5.

Kenderaan Serangga Ikan Fonem Sastera

kereta, lori, bas, basikal, kereta api lalat, lipas, semut kembong, jenahak, pari, talapia vokal, konsonan, diftong, dll puisi, prosa, drama.

e) Polisemi Menurut Hartmann dan Stork (1972) polisemi ialah sesuatu perkataan atau frasa yang mempunyai dua makna atau lebih. Abdullah Hassan dan Ainon Mohd. (1994) pula mentakrifkan polisemi sebagai perkataan yang mempunyai banyak makna (S.Nathesan, 2008: 108). Siti Hajar (2009: 266) pula menjelaskan, jika terdapat perkataan yang mempunyai beberapa makna yang berkaitan, sama ada secara konseptual atau sejarah, ia disebut sebagai polisemi. Beliau turut menambah, dengan kata lain polisemi ialah

hubungan kata atau frasayang mempunyai dua makna atau lebih dan mempunyai etimologi yang sama. Selain itu, mengikut Kuiper & Allan (2004: 55) polisemi bermaksud perkataan sama yang mempunyai beberapa makna yang berkaitan secara konseptual. Manakala Abdullah Hassan (2006: 231) memberikan maksud perkataan yang semula jadi mempunyai banyak makna.[1] Kamarudin dan Siti Hajar (1997) pula menyatakan ia bermaksud kata-kata yang mempunyai satu set makna yang berlainan. Dengan perkataan lain, kata-kata itu mempunyai banyak makna atau polisem. Polisemi mengikut definisi Kamus Dewan Edisi Keempat (2007: 1222) ialah sesuatu bentuk kata, ungkapan, dan sebagainya yang mempunyai lebih daripada satu makna yang bertalian rapat antara satu sama lain. Daripada penerangan definisi di atas, didapati polisemi memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan homonim, iaitu mempunyai banyak makna. Kamus Dewan (1998:1049) menjelaskan polesim sebagai sesuatu bentuk kata, ungkapan dan srebagainya yang mempunyai lebih daripada satu makna yang bertalian rapat antara satu sama lain. Polesimi juga merupakan suatu perkataan yang mempunyai dua atau lebih makna. Bunyi dan ejaannya sama tetapi berbeza makna mengikut konteks tetapi mempunyai pertalian. Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata

Contohnya: 1. 2. 3. 4. 5. Badan Kepala Mata Rumah Ekor tubuh, lembaga kepala sekolah , kepala rumahtangga , kepala surat mata air , mata hati , mata pencarian rumah tangga , rumah sakit , ekor ayam , ekor mengikut , ekor akibat

3. Apakah maksud akronim?

Menurut Nik Safiah Karim dan Norliza Jamaluddin (2005:171) akronim ialah kata singkatan yang terbentuk dengan menggabungkan huruf awal suku kata atau gabungan huruf awal dan suku kata daripada satu rangkaian dan ditulis serta dilafazkan sebagai kata yang wajar. Sungguhpun akronim berasal daripada

beberapa perkataan tetapi telah menjadi satu kata yang utuh dan mantap yang mempunyai makna serta dapat berdiri sendiri. Akronim melibatkan percantuman bahagian-bahagian daripada beberapa perkataan untuk membentuk satu perkataan baru. (Tatabahasa Dewan 1993: 52). Secara umumnya akronim boleh

didefinisikan sebagai satu bentuk kata yang dipendekkan dengan menggabungkan atau mencantumkan beberapa huruf yang terdapat pada perkataan tersebut. Akronim bertujuan untuk memudahkan penutur semasa mengujarkan perkataan yang panjang sepeti nama pertubuhan sesuatu badan atau organisasi dan perkataan tersebut dapat memberikan makna dan difahami oleh khalayak. Akronim juga dilafazkan dengan mengikut suku kata setelah perkataan tersebut diakronimkan

Menurut Nik Safiah Karim dan Norliza Jamaluddin (2005:171) menyatakan akronim ini boleh dibahagikan kepada beberapa jenis iaitu gabungan beberapa huruf awal rangkai kata yang disingkatkan. Permulaan huruf yang diambil hendaklah ditulis dengan menggunakan huruf besar. Contohnya, Lembaga Urusan dan Tabung Haji (LUTH) dan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM).

Jenis akronim yang kedua adalah gabungan huruf awal sesuatu perkataan atau suku kata pertama perkataan tersebut yang ditulis dengan menggunakan huruf kecil keseluruhannya. Contohnya, taman bimbingan kanak-kanak(tabika) dan cerita pendek(cerpen). Jenis akronim yang ketiga adalah gabungan huruf awal atau suku kata sesuatu perkataan dan berfungsi sebagai satu kata nama khas. Kata nama khas ini ditulis bermula dengan huruf besar . Contohnya, Berita Nasional Malaysia (Bernama),Perbadanan Nasional (Pernas) dan Institiut Tadbiran Awam Negara (INTAN).

Menurut Asmah Haji Omar (1986:24) akronim terbahagi kepada tiga iaitu menggabungkan suku kata pertama dan suku kata kedua unsur. Gabungan antara kedua-dua suku kata ini dapat membentuk satu perkataan yang mempunyai makna. Contohnya, habis kikis diakronimkan menjadi hakis dan asap kabut diakronimkanmenjadi asbut.

Jenis akronim yang kedua adalah dengan menggabungkan unsur-unsur dengan cara memendekkan unsur pertama dan mengekalkan huruf perkataan kedua tanpa membuangnya. Jenis akronim yang ketiga adalah gabungan kata depan dengan memendekkan unsur kedua pada bahagian awalnya.

Asmah Haji Omar menyatakan proses akronim boleh dilakukan bergantung kepada kesesuaian dan kesedapan bunyi ayat tersebut. Walau bagaimanapun, konsep yang dinyatakan oleh Asmah Haji Omar adalah salah dari aspek makna perkataan tersebut. Perubahan makna ini boleh menyebabkan kekeliruan. Contohnya perkataan ke masa kini diakronimkan menjadi kemaskini yang dapat dilihat pada muka surat tiga. Perkataan ke masa kini membawa maksud pada hari tersebut atau hari ini manakala kemaskini pula membawa maksud semak semula atau rekod semula. Walaupun mengalami proses akronim, tetapi maksud perkataan tersebut telah mengalami perubahan dan menimbulkan kekeliruan yang menjadi permasalahan dalam proses akronim jika Menggunakan konsep Asmah Haji Omar.

Latihan 3 1. Jelaskan takrifan makna menurut behaviorisme dengan contohnya sekali.

Secara umumnya teori behavioris menyatakan bahawa pengajaran dan pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan atau tingkah laku pelajar sama ada baik atau sebaliknya. Teori ini juga menjelaskan bahawa tingkah laku pelajar boleh diperhatikan , dikawal, dan diramal. Dalam bidang semantik pula, Leonard Bloomfield (1933) menggunakan teori ini dengan cara menganalisis makna berdasarkan tingkah laku yang dapat diperhatikan dan jika tidak ia hanya akan dianggap sebagai andaian sahaja. Dalam erti kata lain,individu akan dapat menggunakan dan membezakan perkataan yang digunakannya dengan betul hasil daripada tindak balas yang diberi oleh orang lain kepadanya.Empat ciri umum teori behaviorisme ialah menolak konsep mentalisme yang mengkaji pemikiran dan konsep abstrak data yang dapat disahkan, mempercayai bahawa tingkah laku manusia dan haiwan mempunyai persamaan, tingkah laku manusia dalam berbahasa disebabkan keperluan untuk bersosialisasi dan perlakuan manusia ada hubungan dengan rangsangan (stimulus) dan gerak balas. Menurut teori ini, makna merupakan bentuk tindak balas yang terhasil daripada rangsangan yang diperoleh oleh penutur dan pendengar dalam komunikasi yang berlangsung antara mereka. Rangsangan tersebut berlaku samada melalui proses perkaitan antara proses mendengar dengan bertutur atau hasil pembelajaran. Osgood (1980) telah menjalankan kajian semantik yang lebih menekankan proses penutur

menghasilkan ujaran dan tindak balas pendengar untuk memahami ujaran tersebut. Hal ini bermaksud perlu wujudnya situasi saling memahami makna yang samabagi kata-kata yang digunakan.

Contohnya : a) Seseorang itu akan marah jika dikatakan Engkau lambat seperti siputkerana

dia mampu mengaitkan makna kata lambat seperti siput itu dengan ciri haiwan siput yang dimaksudkan. Sebaliknya, kita tidak menggunakan ujaran Engkau lambat seperti kumbang kerana makna kata lambat seperti kumbang itu tidak dapat dikaitkan dengan ciri atau sifathaiwan yang dimaksudkan.

b)

Ayat mudah lain adalah Emak, saya lapar. Nak makna kata Hafiz. Hafiz

yang berasa lapar meminta maknaan daripada emaknya. Lapar ialah rangsangan, manakalaperbuatan meminta maknaan daripada emak ialah gerak balasnya. Kedua-dua unsur ini didapati berturutan. Justeru, adalah dapat disimpulkan di sini bahawa hubungan operasiR-------------S ini adalah mampu menghuraikan makna ujaran dalam aspek semantik

2.

Jelaskan sistem deiksis yang wujud dalam bahasa Melayu

Pada huraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan hal itu yang kemudian lazim disebut bidang kajian pragmatic adalah deiksis (dexis), praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech act), dan implikatur percakapan (conversational inplicature). Masing-masing bidang kajian di atas dibahas secara singkat di bawah ini: Deiksis (Dexis)

Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan konteks

pembicaraan (Hasan Alwi, dkk., 1998). Kata saya, sini, sekarang, misalnya, tidak memiliki acuan yang tetap melainkan bervariasi tergantung pada berbagai hal. Acuan dari kata sayamenjadi jelas setelah diketahui siapa yang mengucapkan kata itu. Kata sini memiliki rujukan yang nyata setelah di ketahui di mana kata itu di ucapkan. Demikian pula, kata sekarang ketika diketahui pula kapan kata itu diujarkan. Dengan demikian kata-kata di atas termasuk kata-kata yang deiktis. Berbeda halnya dengan kata-kata seperti meja, kursi, mobil, dan komputer. Siapapun yang mengatakan, di manapun, dan kapanpun, kata-kata tersebut memiliki acuan yang jelas dan tetap. Bayangkan, ketika seorang mahasiswa UIN mendapati tulisan di sebuah mikrolet jurusan GL/LG, yang bertuliskan hari ini bayar, besok gratis. Demikian pula di dalam sebuah warung makna di sekitar tempat kos mahasiswa, dijumpai stickeryang bertuliskan Hari ini bayar, besok boleh ngutang. Ungkapanungkapan di atas memiliki arti hanya apabila diujarkan oleh sopir mikrolet di hadapan para penumpangnya atau oleh pemilik warung makna di depan para pengunjung warung maknanya. Deiksis dapat di bahagi menjadi lima kategori, iaitu deiksis orang (persona), waktu (time), tempat (place), wacana (discourse), dan sosial (social) (Levinson, 1983). Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan kata ganti persona, seperti saya(kata ganti persona pertama), kamu (kata ganti persona kedua). Contoh Bolehkahsaya datang kerumahmu? Kata saya dan -mu dapat dipahami acuannya hanya apabila diketahui siapa yang mengucapkan kalimat itu, dan kepada siapa ujaran itu ditujukan.

Deiksis

waktu berkenaan

dengan

penggunaan

keterangan

waktu,

sepertikemarin, hari ini, dan besok. Contoh, Bukankah besok hari libur? Kata besokmemiliki rujukan yang jelas hanya apabila diketahui kapan kalimat itu diucapkan. Deiksis tempat berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti di sini, di sana, dan di depan. Contoh duduklah di sini!. Kata di sini memiliki acuan yang jelas hanya apabila diketahui dimana kalimat itu diujarkan. Deiksis wacana berkaitan dengan penggunaan ungkapan dalam suatu ujaran untuk mengacu pada bagian dari ujaran yang mengandung ungkapan itu (termasuk ungkapan itu sendiri), seperti berikut ini, pada bagian lalu, dan ini. Contoh, katathat pada kalimat that was the funniest story ever heard. Penanda wacana yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lain. Seperti any way, by the way, dan di samping itu juga termasuk dalam deiksis wacana. Deiksis sosial berkenaan dengan aspek ujaran yang mencerrminkan realitas sosial tertentu pada saat ujaran itu dihasilkan. Penggunaan kata Bapak pada kalimat

Bapak dapat memberi kuliah hari ini? Yang diucapkan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya mencerminkan deiksis sosial. Dalam contoh di atas dapat diketahui tingkat sosial pembicara dan lawan bicara. Lawan bicara memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi dari pada pembicara

3. Bincangkan kelebihan menggunakan implikatur dalam percakapan

Implikatur berasal dari bahasa latin implicare yang berarti "melipat". hal ini dijelaskan oleh Mey melalui Nadar (2009:60) bahwa untuk mengetahui apa yang

dilipat harus dengan cara membukanya. dengna kata lain, implikatur dapat dikatakan sebagai sesuatu yang terlipat. Implikatur secara sederhana dapat diartikan sebagai makna tambahan yang disampaikan oleh penutur yang terkadang tidak terdapat dalam tuturan itu sendiri. Sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan tersebut oleh Grice disebut sebagai implikatur percakapan. Secara garis besar terdapat dua jenis implikatur. Yang pertama adalah implikatur konvensional. Implikatur ini lebih menjelaskan pada apa yang yang diutarakan. Sedangkan yang kedua telah disebut pada paragraf sebelumnya yaitu implikatur percakapan. Implikatur percakapan lebih menekankan maksud lain dari apa yang dituturkan.

Sebagai contoh perhatikan tuturan A terhadap B berikut : A : Esok saya akan mengadakan majlis kesyukuran anak saya B : Saya ada acara esok.

Secara konvensional percakapan di atas mempunyai maksud bahwa A memberikan informasi bahwa ia akan mengadakan acara syukuran anaknya yang lulus dan B juga menginformasikan bahwa pada saat A mengadakan acara, B memiliki acara lain secara bersamaan. Namun, ternyata ada makna yang lebih jauh dari percakapan di atas dan ini dapat dijelaskan melalui implikatur percakapan. Tuturan A kepada B sebenarnya tidak semata-mata sebagai informasi akan acara yang hendak ia lakukan, tetapi dibalik itu terdapat maksud lain, yaitu A bermaksud mengundang B untukdatang pada acara yang ia lakukan. Sedangkan

jawaban B juga memiliki maksud yaitu menyatakan ketidaksanggupan B untuk menghadiri acara A. Hal ini dapat dikatakan sebagai ungkapan penolakan B terhadap undangan A dengan cara yang lebih halus dan tidak menyinggung perasaan A karena adanya alasan mengapa B tidak dapat memenuhi undangan A tersebut.

Dalam implikatur, baik dalam bentuk implikatur konvensional maupun implikatur percakapan, pembicara sering menyampaikan maksudnya lebih dari apa yang dirumuskan oleh Brown & Yule dan Samsuri dalam Sugira Wahid dan Juanda (2006:94) bahwa implikatur implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau yang dimaksud oleh pembicara berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah. Menurut Searle (Dalam Sugira Wahid dan Juanda, 2006: 93) dalam tindak ilokusi tidak langsung, pembicara (penulis)

menyampaikan maksudnya kepada pendengar (pembaca) lebih dari apa yang ujarkannya dengan menghubungkan informasi latar belakang bersama kedua pihak (pemberi dan penerima informasi), baik yang bersifat kebahasaan maupun yang bersifat nonkebahasaan. Konsep tindak ilokusi tidak langsung tersebut berkaitan dengan konsep implikatur.

Keterhubungan pengertian tindak tutur tak langsung dengan pengertian implikatur berdasarkan contoh Leech , iaitu: Very hot in here, isnt it? ( Panas sangat di sini bukan?) Ujaran tersebut merupakan contoh baik ilokusi tidak langsung maupun implikatur. Dalam contoh tersebut, pembicara secara implisit menghendaki agar mesin pendingin dihidupkan. Tetapi dalam siatuasi lain, tuturan tersebut dapat

merupakan pembuka pembicaraan agar suasana tidak terasa kaku. Karena itu Brown dan Yule dan Samsuri (dalam Sugirah Wahid dan Juanda, 2006: 94) mengatakan bahwa hal semacam itu merupakan kelemahan teoari tindak tutur karena dalam sebuah ujaran dapat terjadi sekaligus beberapa tindak bahasa, sedangkan teori tindak tutur tidak memberi saran cara menentukan bagaimana kita menentukan unsur kebahasaan tertentu untuk menerima tafsiran makna yang tertentu pula.

LATIHAN 4 Terangkan makna istilah yang berikut dan berikan contoh setiap satu : 1. Eufemia, disfemia Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyatakan bahwa eufemia adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau Definisi tidak Webster menyenangkan, (1991): "the

misalnya meninggal

dunia untuk mati.

substitution of an agreeable or innoffensive expression for one that may offend or suggest something unpleasant". Menurut kamus ini, kata tersebut berasal dari Yunani Kuno euphemssounding good atau enak didengar. Menurut

Mustansyir (1988:41), "Eufemisme yaitu pemakaian suatu ungkapan yang lembut, samar atau berputar-putar untuk mengganti suatu presisi yang kasar atau suatu kebenaran yang kurang enak". Semula, eufemisme dimaksudkan sebagai ungkapan penghalus atau penghalusan bahasa. Pada konteks ini eufemisme jelas bersifat positif, yakni agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Sekarang, eufemisme tidak lagi dipakai untuk menjaga perasaan orang

lain, melainkan untuk menjaga perasaan sendiri atau kelompok (Anwar dalam PrismaI-XVI. Kapan sebetulnya eufemisme dipakai? Pada dasarnya

eufemisme digunakan untuk suatu tujuan tertentu. Paling tidak ada dua kemungkinan : pertama untuk menutupi situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan atau menyenangkan. Misalnya kata lembaga hubungan

pemasyarakatan yang kerja menggantikan

menggantikan

kata penjara, pemutusan enak

kata pemecatan, kurang

badan menggantikan

kata sakit, harapan tipis menggantikan kata akan mati, dan sebagainya. Eufemisme yang digunakan untuk menggantikan kata penjara,

pemecatan, sakit, dan akan mati ini akan paling tidak mengurangi perasaan yang kurang menguntungkan atau kurang enak yang didapat bila kata-kata yang terus terang itu digunakan. Kedua, pemakaian eufemisme memiliki motivasi yang seringkali berlawanan dengan yang pertama, yaitu

memperbesar kekuasaan atau harga diri orang yang bersangkutan. Misalnya kata pramuwisma menggantikan homemaker dalam kata housewife. bahasa kata pembantu digunakan rumah untuk sini tangga,

Inggris

menggantikan seakan-akan

Katapramuwisma dan homemaker di

mengangkat derajat orang yang bersangkutan agar kelihatan lebih bergengsi dari kata yang biasa dipakai. Dengan demikian kata tersebut akan memberi harga diri lebih pada orang yang bersangkutan. Karena sifatnya yang menghindar dari keterusterangan ini dapat dikatakan bahwa eufemisme tergolong pada bahasa yang indirect atau tidak langsung. Sedang bahasa yang terus terang adalah bahasa yang direct atau langsung. Beberapa penelitian di bidang sosiolinguistik (misalnya Robin Lakoff dan Deborah Tannen) menemukan bahwa bahasa yang tidak langsung biasanya lebih banyak

digunakan oleh perempuan sedang bahasa yang langsung lebih banyak digunakan oleh laki-laki. Hal ini bisa dipahami dalam dimensi kekuasaan. Orang yang lebih berkuasa biasanya akan berbicara secara langsung, karena dia tidak memiliki beban takut untuk tidak didengar dan tidak dituruti kehendaknya. Sebaliknya orang yang merasa diri kurang memiliki kekuasaan, dia akan berhati-hati dan juga takut untuk mengemukakan pendapatnya. Sebaiknya kalau orang tersebut menggunakan kata-kata yang sifatnya tidak langsung atau eufemistik agar tidak terasa memaksakan pendapat atau paling tidak tidak akan terlalu memalukan apabila apa yang dikemukakannya ternyata tidak diperkenan oleh orang yang diajak bicara. Namun demikian di pihak lain bahasa eufemistik ini sebenarnya juga bisa menjadi bahasa yang memperkukuh ikatan persaudaraan. Perempuan yang lebih banyak

menggunakan bahasa eufemistik biasanya lebih dimotivasi untuk melunakkan kata-kata yang terasa kasar agar tidak melukai hati orang lain yang diajak bicara. Motivasi yang menunjukkan rasa simpati pada orang lain akan membuat pembicara lebih berhati-hati untuk tidak menyinggung atau membuat orang lain menjadi bertambah menderita karena ucapan kita. Eufemisme adalah pilihan yang tepat untuk menunjukkan rasa solidaritas dengan kesedihan orang lain dan simpati kita pada orang tersebut. Bayangkan misalnya kalau seorang ibu mengatakan pada temannya yang bapaknya sakit: Bapak rupanya akan mati ya Bu. Atau mengomentari seorang teman yang baru saja terkena PHK: Kamu baru saja dipecat dari kantormu ya? Bukan saja kalimat tersebut akan terasa kasar tapi juga menjadi kurang simpatik terhadap orang yang sedang sedih. Disfemia adalah penggunaan kata atau ungkapan yang memiliki nilai rasa

yang sifatnya memperkasar perasaan. Disfemia biasa digunakan dalam situasi atau keadaan yang tidak ramah atau menunjukkan kejengkelan. Ada delapan cara untuk menghindari pemakaian kata-kata atau ungkapan-ungkapan tabu dalam bahasa Indonesia, yaitu a) menggangti kata tabu, b) menyebut kata atau ungkapan tabu dengan singkatan, c) menggunakan gaya bahasa metafora atau kiasan,

d) menggunakan kata lain berdasarkan kata yang telah ada, e) menyebut kata atau ungkapan tabu dengan kata asing,f) menciptakan kata atau ungkapan baru untuk mengganti kata atau ungkapan tabu yang dianggap tidak sesuai, g) menggunakan kata ataau ungkapan lain yang dianggap lebih sesuai dengan suasana zaman, h) menggunakan ungkapan lain yang memberikan kesan dan pandangan lai

2. Denotasi, konotasi Kamus Dewan (2005:337) menjelaskan denotasi sebagai makna eksplisit ( dinyatakan dengan tepat, jelas) sesuatu perkataan, lawan konotasi. Makna denotasi juga boleh digelar sebagai makna kamus atau makna leksikal. Hal ini demikian kerana, untuk mendapatkan makna atau maksud sesuatu perkataan, pengguna boleh merujuk kamus secara terus untuk mendapatkan makna tanpa memerlukan tafsiran yang pelbagai. Makna denotasi boleh diperolehi melalui pelbagai ilmiah seperti rencana, berita, majalah dan sebagainya. Menurut Leech(1974), makna denotasi merupakan sesuatu yang asas kerana konsep ini bagi segala-galanya yang perlu diketahui oleh manusia.Hal ini demikian kerana, konsep memainkan peranan penting dalam membolehkan manusia mentakrif, memahami, memutuskan buah fikiran mengenai sesuatu perkara, hal atau benda itu sendiri. Tanpa konsep, kita tidak mungkin berupaya mewujudkan makna denotatif. Dengan erti kata lain , konsep adalah sesuatu yang menghubungkan kata dan benda yang dimaksudkan. Jadi makna

denotatif berhubungan rapat dengan penerangan fakta-fakta yang bersifat objektif. Oleh sebab itu makna denotatif juga disebut sebagai makna sebenar, makna asal, makna mutlak, atau makna dasar. Contohnya: 1. Ibu ayam bermakna ayam betina yang mempunyai anak. 2. Kaki ayam merujuk pada kaki pada ayam. 3. Ayam tambatan merujuk pada ayam yang ditambat atau diikat dengan tali atau lain-lain alat pengikat 4. Mata air merujuk pada kawasan punca air dari dalam tanah 3. Bahasa terselindung Makna terselindung ialah makna yang terselindung dalam sesuatu ayat kerana perkataannya tidak dihadirkan. Misalnya dalam ayat Adik ke kedai Pak Ali. Kata pergi tidak dihadirkan, tetapi pendengar memahami perbuatan adik ialah pergi. Walaupun sesuatu perkataan ini tidak hadir tetapi ia dapat dikesan oleh pendengar atau pembaca. Atau dengan kata lain perkataan yang tidak hadir dalam sesuatu ayat tetapi masih dapat dikesan maknanya membuktikan adanya struktur dalam, dalam fikiran pendengar atau pembaca, Contoh lain adalah seperti berikut: Cikgu Ahmad guru Bahasa Melayu di sekolah kami. Makna yang terselindung dalam ayat ini ialah kata pemeri yang memerikan pekerjaan Cikgu Ahmad, iaitu guru Bahasa Melayu di sekolah kami. Oleh yang demikian, struktur dalam ayat ini ialah Cikgu Ahmad ialah guru Bahasa Melayu di sekolah kami.

4. Bahasa tersirat Bahasa tersirat dapat diertikan sebagai makna yang diperoleh berbeza daripada makna yang tertulis atau makna yang diujarkan (Darwis Harahap, 1994:138). Selain daripada Makna tersirat, terdapat juga kata lain yang digunakan untuk menunjukkan makna tersirat iaitu makna konotasi atau konotatif dan ayat berlapis-lapis. Konotasi merupakan makna lain daripada asalnya tetapi jika di telusuri, ternyata ada hubungannya. Konotasi biasa digunakan untuk memberi makna kepada hasil karya kreatif seperti cerpen dan puisi. Hal ini demikian kerana karya kreatif memerlukan makna tersirat agar daya fikir pendengar atau penbaca bebas memberi tafsiran terhadap maksud yang ingin disampaikan oleh penyair. S.Nathesan (2001) menyatakan, makna konotasi tidak tetap dan sentiasa berubah-ubah mengikut konteks penggunaan kata dan sosiobudaya sesebuah masyarakat pengguna. Dalam Kamus Dewan Edisi Ketiga (200) bahasa tersirat dimaksudkan sebagai terkandung atau tersembunyi ( di dalam sesuatu). Di samping itu bahasa tersirat juga disebut sebagai bahasa figuratif. Dalam hal ini, penguna bahasa akan mengalami kesukaran untuk memahami sesbahsa yang hendak disampaikan dalan perkataan yang membawa bahasa tersirat. Menurut Leech (1974), Bahasa terbahagi kepada tujuh jenis yang utama. Antaranya adalah bahasa tersirat atau konotatif. Bahasa tersirat juga tergolong dalam makna leksikal. Makna ini lebih mengutamakna nilai komunikatif, iaitu apa yang dirujuk oleh penutur dalam satu-satu konteks, Sebagi contoh, bahasa tersirat boleh didapati daripada ayat-ayat tersebut : 1) Banyak cantik kerja kamu

Kata cantik dalam ayat tersebut tidaklah mendokong makna indah atau lawa. Akan tetapi cantik tersebut mempunyai makna yang disebaliknya. Maksud sebenar yang ingin disampaikan penutur itu ialah kerja orang yang dilawan cakap itu bukanlah cantik tetapi tidak tersusun atau hodoh. Dalam hal ini , bahasa tersirat berdasarkan ujaran tersebut ditentukan oleh konteks penggunaannya. Di samping itu, bahasa tersirat juga boleh didapati daripada perkataan mati dalam ayat (2) iatu: 2) Angin mati Dalam ayat ini, perkataan mati tidak membawa makna meninggal dunia tetapi membawa makna tidak bertiup lagi. Bagi memperjelaskan lagi makna tersirat, ia dapat diperoleh daripada peribahasa. Peribahasa ialah ayat khusus untuk makna yang tertentu. Peribahasa Melayu dapat dibahagikan menjadi beberapa bentuk seperti kiasan (perumpamaan), bidalan, pepatah, perbilangan, kata hikmah, ungkapan pameo dan simpulan bahasa. Abdullah Hassan (1997: 276) pula menyatakan, dalam bahasa Melayu, bentuk-bentuk kiasan dapat diklasifikasikan kepada dua golongan utama iaitu, kiasan jenis peribahasa dan kiasan bukan peribahasa. Kiasan jenis peribahasa terbahagi kepada empat iaitu simpulan bahasa, perumpamaan, pepatah dan bidalan. Makna tersirat dalam peribahasa melayu dapat dilihat seperti contoh di bawah. 5. Bahasa tersurat Bahasa tersurat mengikut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2002) bermaksud telah ditulis, tertulis atau tercatat. Darwis Harahap (1994: 132)

berpendapat bahasa tersurat membawa pengertian sebagai makna yang diperoleh semata-mata daripada makna yang tertulis atau makna yang dianjurkan sahaja. Hal ini demikian kerana pembaca lebih bergantung kepada kebiasaan sama ada bertulis atau bahasa lisan. Sekiranya sesuatu ayat atau bahasa tersebut biasa digunakan, maka ia dianggap sebagai betul. Bahasa tersurat juga turut dikenali sebagai makna selapis dan makna detonasi. Detonasi juga biasa disebut sebagai makna umum, makna kamus atau makna leksikal. Makna umum mudah dikenalpasti kerana ianya bersifat umum. Detonasi biasa digunakan untuk karya ilmiah kerana mempunyai bahasa tersurat yang memudahkan pembaca memahami maksudnya supaya ilmu yang dipaparkan di dalamnya menjadi pengetahuan bagi pembacanya. Makna detonasi menurut Abdullah Hassan ialah benda atau idea yang sebenarnya dirujuk oleh sesuatu perkataan. Ia juga bermaksud makna yang disebut di dalam kamus, tanpa diwarnai oleh pengaruh emosi. Dengan ini denotasi boleh dikatakan sebagai makna yang bebas daripada sebarang konteks. Contoh ayat yang dikemukakan oleh beliau ialah dia duduk di atas batu Makna kepada batu adalah majna denotasi, sebaliknya dalam ayat

hatinya seperti batu, makna batu di dalam ayatitu bukan lagi makna denotasi. Bahasa tersurat dalam sesebuah ayat juga bergantung kepada kebiasaan penggunaannya. Pernyataan ini disokong oleh Darwis Harahap (1994) yang menyatakan, sekiranya sesebuah ayat atau bahasa itu biasa digunakan, maka ayat atau bahasa tersebut dianggap betul. Bagi

mengenalpasti makna disealik sesebuah ayat, terdapat beberapa ayat yang boleh dijadikan contoh seperti ayat berikut:

1) Para pendengar-pendengar yang dihormati sekalian 2) Para pendengar-pendengar yang dihormati 3) Para pendengar yang dihormati sekalian. Berdasarkan contoh-contoh ayat tersebut, dapatlah dikatakan, perkataan para dalam ayat (1)(2) dan (3) membawa maksud ramai manakala perkataan pendengar-pendengar dalam ayat (1) dan (2) juga membawa maksud ramai. Begitu juga dengan perkataan sekalian dalam ayat(1) dan (3). Berdasrkan ketiga-tiga ayat yang dinyatakan adalah tidak tepat. Hal ini demikian kerana perkataan para, pendengar-pendengar, sekalian telah membawa maksud yang sama dan tidak boleh berada dalam satu ayat. Oleh hal yang demikian, jika bilangan pendengar yang ingin dinyatakan kata bilangannya dan jika bilangan pendengar secara umum sahaja, maka, tidak perlulah dinyatakan kata bilangannya. Selain daripada itu, contoh ayat yang seterusnta adalah: 4) Pendengar yang dihormati 5) Semua pendengar yang dihormati Berdasarkan contoh (4) dan (5), jika diamati, kedua-dua ayat tersebut adalh tepat. Walaupun kata penjodoh bilangan yang digunakan dalam contoh ayat tersebut merupakan salah satu keistimewaan dalam bahasa Melayu, namun jika penggunaanya tidak tepat, ia boleh menimbulkan kekeliruan makna bagi ayat tersebut. Namun begitu, perhatikan pula contoh ayat seterusnya iaitu: 6) Ayah mahu pergi ke pasar membeli dua ekor ayam Dalan ayat (6) terdapat dua makna yang berbeza. Makna yang pertama ialah ayah mahu membeli dua ekor ayam manakala, makna yang kedua

ialah ayah mahu membeli ayam dua ekor. Ayat ini menunjukkan kesulitan memahami makna ayat yang tersurat bukan hanya disebabkan masalah kata bilangan dan kata penjodoh bilangan seperti yang dinyatakan dalam contoh ayat tersebut, tetapi kesulitan itu juga berlaku pada kata nama dan kata kerja. 7) Pelajar ada di dalam bilik sains. Selain daripada itu, makna dalam ayat (7) juga tidak tepat akibat penggunaan kata nama yang tidak jelas. Penggunaan kata nama pelajar menjadikan ayat tersebut tidak gramatis. Bandingkan pula dengan ayat (8) dan (9) berikut: 8) Pelajar itu ada di dalam bilik sains 9) Mereka ada di dalam bilik sains Ayat (8) dan (9) dikatakan gramatis kerana kata nama mempunyai makna yang jelasw dengan menggunakan kata pelajar itu dan mereka. Berdasarkan contoh ayat-ayat yang diberikan, dapatlah dikatakan, bahasa tersurat yang terdapat dalam ayat-ayat di atas tidak semestinya mudah difahami maknanya. Bahagian ini juga memperlihatkan kepentingan kata nama bagi memberi makna yang lebih tuntas terhadap sesuatu ayat.

6. Kata paduan Kata paduan ialah dua perkataan atau lebih yang pada mulanya memiliki makna masing-masing, tetapi maknanya telah berpadu menjadi satu, misalnya kereta api, kapal api, bunga api dsb.

7. Setiap jenis kiasan

Kiasan ialah peribahasa yang mengiaskan sesuatu maklumat dengan maklumat yang lain. Nama lain bagi kiasan ialah perumpamaan. Perumpamaan ialah kata-kata yang membawa makna tersurat dan tersirat. Bentuk peribahasa ini mudah dibezakan dengan bentuk peribahas yang lain kerana biasanya kiasan bermula dengan perkataan perbndingan iaitu bagai bak ibarat laksanamacam seperti dan umpama. (Darwis Harahap 1994:139). Contohnya seperti Bagai anjing menyalakdi ekor gajah yang membawa maksud orang yang lemah hendak melawan orang yang kuat diumpamakna seperti gajah. Bagi kiasan Bak anjing tersepit pula merujuk kepada seseorang yang ketika susah mudh untuk meminta simpati daripada orang lain , tetapi apabila sudah senang melupai jasa orang tersebut dan mula meninggi diri.Pendeta Zaba mengatakan bahawa bahasa kiasan ialah bahasa yang mencakapkan sesuatu perkara dengan mengiaskannya kepada perkara lain, sama ada dengan menyebut bandingan antaranya atau dengan tiada menyebutkan bandingan lagi, tujuannya supaya menambahkan terang sesuatu yang dikatakan atau diceritakan dan menguatkan makna. Inilah keistimewaan bahasa kiasan. Menurut Abdullah Hassan 1997: 276, bahasa kiasan atau analogi ialah ungkapanungkapan yang maknanya tidak boleh diketahui daripada makna perkataan itu sendiri ataupun daripada susunan tatabahasanya. Penggunaan istilah dan konsep-konsep dalam bidang ini berbeza- beza dalam kalangan pengarang. Perbezaan itu diselaraskan untuk dijadikan pedoman mengajar. Bentuk bahasa kiasan dapat diklasifikasikan kepada dua golongan utama iaitu, kiasan jenis peribahasa dan bukan peribahasa. Setiap golongan mempunyai jenis masing- masing. Abdullah Hassan dan Ainon Mohd, bahasa kiasan tergolong kepada dua jenis iaitu peribahasa dan bukan peribahasa. Kiasan yangsudah mantap dari segi bentuk bahasanya dan maknanya diistilahkan sebagai peribahasa. Kiasan yang tidak mantap bentuk dan maknanya diistilahkan sebagai bukan peribahasa.

Sebagai contoh, bentuk kacang lupakan kulit tidak boleh diubah kepada bentuk yang lain, umpamanya kulit dilupakan oleh kacang dan lupanya kacang kepada kulit. Oleh yang demikian, bahasa kiasan tersebut adalah peribahasa. Kiasan terbahagi kepada dua bentuk iaitu: a) Kiasan Asal simile Bahasa koaiasn asal ialah kiasan yang menerangkan sesuatu perkara dengan menggunakan benda lain sebagai perbandingan , Jenis kiasan ini menggunakan kata-kata perbandingan seperti, ibarat, umpama, laksana, bagai, macam dan bak. Contohnya : 1) Merah macam biji saga 2) Berlari pantas seperti dikejar anjing 3) Hancur hati bagai kaca terhempas ke batu b) Kiasan Berpindah Kiasan berpidah tidak menggunakan kan yang lebih kata-kata perbandingan dan kata yang hendak dibandingkan itu terus dicantumkan dengan benda yang di buat perbandingan. Kiasan berpindah dapat memberikan kesan yang lebih kuat kerana dua benda yang disamakna tanpa kata perbandingan itu menghasilkan satu makna yang utuh dan konkrit. Bahasa kiasan berpindah terbahagi kepada tujuh jenis, iaitu: a) Kiasan Sandar Kiasan sandar ialah kiasan yang dikaitkan dengan benda lain kerana keupayaan sifat atau perbuatan benda tersebut mempunyai persamaan dengan perkara yang hendak dikiaskan.

Contonya: 1) Mandi kerbau 2) Tidur ayam 3) Hangat-hangat tahi ayam 4) Jinak merpati 5) Pening lalat dan sebagainya. b) Kiasan Terus Kiasan terus ialah kiasan yang menyatakan sesuatu perkara secara terus dengan bebda lain. Contohnya: 1) Harimau berantai 2) Kutu embun 3) Ayam tambatan 4) Pisau cukur c) Kiasan Berangkap Kiasan berangakapmialah kiasan yang menunjukkan perbandingan secara berirama atau mempunyai pertentangan bunyi diperkatakan dengan benda yang dikiaskan. Contohnya: 1) Sebab pulut santan binasa, sebab mulut badan binasa 2) Tak tumbuh tak melata, tak sungguh orang tak kata 3) Banyak udang banyak ragam, banyak orang banyak ragam. d) Kiasan Berbunga Kiasan berbunga ialah kiasan yang menggunakan perkataan-perkataan yang berbunga-bunga dan indah. antara perkara yang

Contohnya: 1) Angin lembut, merah menyala-nyala, ruan menyambar meriak air tenang e) Kiasan Pemanis Kiasan pemanis atau gayang ialah kiasan untuk melindungi seseorang daripada memperkatakan sesuatu yang kurang elok ataui manis jika disebut secara terus terang. Contohnya: 1) Nafkah batin 2) Orang rumah 3) Meninggal dunia 4) Membuang air besar f) Kiasan Melompat Kiasan melompat ialah kiasan yang melangkah satu tingkat atau lebih daripada perkara yang swebenarnya. Contohnya: 1) Minum kopi 2) Menank nasi 3) Mencucuk atap 4) Menjahit baju g) Kiasan Melarat Kiasan melarat ialah kiasandaripada perkataan yang sudah menyimpang jauh daripada maksud asal perkataan tersebut. Contohnya: 1) Kaki botol 2) Memotong cakap orang

3) Mengambil berat 4) Badan berisi h) Kiasan Permanusiaan-personifikasi. Kiasan permanusiaan ini menggunakan objek tertentu yang tidak bernyawa dan diberikan sifat ataui perlakuan manusia. Kiasan ini juga dikenali sebagai personifikasi. Contohnya: 1) Sungai itu mengalir lesu 2) Tiupan angin menyampaikan salamku 3) Lamunanku melambai sekejap dan berlalu tiba-tiba dan sebagainya. i) Kiasan Berkacau Kiasan berkacau ialah kiasan yang boleh menimbulkan kekeliruan kerana mengandungi fakta-fakta yang bertentangan antara satu sama lain . Contohnya: 1) Nafsunya merentak-rentak seperti kuda hendak masuk belayar di dalam lautan cinta berahi.

Das könnte Ihnen auch gefallen