Sie sind auf Seite 1von 7

PENGUKURAN PM 2,5 DI JALAN C.

SIMANJUNTAK DENGAN INSTRUMEN BAM 1020

1) Pendahuluan Polusi yang menjangkiti udara disekitar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan cukup tinggi. Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan di sektor pemukiman, transportasi, komersial, industri dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan. Polusi udara bersifat bahaya, terutama bagi kesehatan masyarakat. BMUA (Baku Mutu Udara Ambien) menyatakan ukuran kadar zat, komponen yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam udara ambien. Konsentrasi parameter polusi udara misal O3, CO, SO2, NO2, PM 2,5 dan PM 10 jika melewati batas BMUA dapat dikatakan kualitas udara di tempat tersebut buruk dan tidak baik untuk kesehatan. BMUA ditetapkan secara nasional atau daerah, untuk kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta, BMUA ditetapkan dalam Keputusan Gubernur No 153 Tahun 2002 yang memuat BMUA tiap parameter polusi udara. Dari polutan-polutan yang tersebut, partikulat (partikel di udara) menjadi polutan yang sangat penting karena dari beberapa studi yang pernah dilakukan menunjukkan meskipun partikulat merupakan bagian terkecil dari total massa polutan yang teremisikan ke atmosfer, tetapi pengaruh yang ditimbulkan lebih berbahaya dari jenis polutan lainnya. Pengaruh tersebut antara lain membahayakan kesehatan manusia, menurunkan kualitas lingkungan dan mempengaruhi kualitas material. Partikulat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyebaran partikelpartikel padat dan partikel-partikel cair di atmosfer dalam kondisi normal. Untuk PM (Particulate Matter) 2,5 adalah partikel halus (fine particles) yang berukuran lebih kecil dari 2,5 m. Untuk Baku Mutu Udara Ambien DIY PM 2,5 adalah 65 g/m3 per 24 jam.

2) Tujuan Penelitian : Mengukur konsentrasi PM 2,5 dalam udara ambien pada Jl. C. Simanjuntak Yogyakarta dengan menggunakan instrumen BAM 1020.

3) Metode Sampling Pengambilan sampel di Jl C. Simanjuntak tepatnya di titik lokasi lampu traffic light depan Mirota Kampus. Pemilihan lokasi berdasarkan asumsi bahwa di lokasi tersebut

tingkat pencemaran cukup tinggi khususnya untuk PM 2,5. Sampel diambil pada Bulan Maret 2013, selama 31 hari tersebut perhitungan siklus dimulai setelah tengah malam setiap harinya, pita diadvance pada extra window untuk hari berikutnya. PM 2,5 dikumpulkan dan dianalisis dengan instrumen BAM 1020 setiap 1 jamnya dan dirata-rata untuk 1 hari. Sampling dilakukan pada kondisi normal (tidak ada aktivitas puncak) dan pada hari kering (tidak turun hujan), sehingga hasil pemantauan mewakili kualitas udara ambien di lokasi sampling. BAM 1020 dipasang pada suatu tiang setinggi 2 meter dan diletakkan di pembatas jalan dengan posisi tidak terhalang benda-benda tinggi di sekitarnya. Sebelumnya tiang tersebut dikondisikan sedemikian rupa seperti diberi pengaman dari hujan. Jarak antara BAM 1020 dengan langit-langit pengaman tersebut tidak boleh kurang dari 8 inchi 20 cm. Untuk Inletnya diletakkan berjarak minimal 1 m dari benda-benda yang dapat mempengaruhi aliran udara. Selama periode sampling masuknya udara berdebu yang ditarik oleh pompa external . Kepala Inlet khusus PM2,5 mengalihkan partikel yang diameternya lebih besar 2,5 m.

Gambar Instrumen BAM 1020

4) Metode Analisis Sample Untuk menganilisis sample digunakan instrumen BAM-1020 bersumber dari Carbon14 yang mempunyai intensitas 60 Ci. Ketika electron berenergi besar dipancarkan dari peluruhan radioaktif 14C (Carbon-14) yang berinteraksi dengan materi-materi di sekitarnya,mereka kehilangan energi dan dalam kondisi tertentu diserap oleh materi lain. Energi besar electron ini dilepaskan dengan peluruhan radioaktif yang dikenal dengan

sinar beta dan proses ini dikenal dengan attenuasi (peluruhan) sinar beta. Ketika suatu materi diletakkan antara sumber radioaktif 14C dan alat deteksi sinar beta, maka sinar diserap dan atau energinya berkurang. Hasilnya adalah pengurangan jumlah partikel beta yang terdeteksi. Besarnya jumlah pengurangan partikel beta yang terdeteksi adalah fungsi dari massa penyerapan materi antara sumber beta 14C dan detector. Jumlah dari partikel beta yang melewati materi penyerap seperti debu yang mengendap pada pita penyaring, penurunan exponensial terdekat dengan massa yang banyak melewati. Persamaan 1 I=Ioe-x Pada persamaan 1, I adalah pengukuran intensitas sinar beta (perwaktu), dari attenuasi sinar beta (debu yang mengendap pada pita penyaring), Io adalah pengukuran intensitas sinar beta dari unattenuasi sinar beta (pada pita penyaring bersih), adalah penyerapan cross section dari materi yang menyerap sinar beta (cm2/g), dan X densitas massa dari materi yang diserap (cm2/g). Persamaan 1 sangat mirip dengan hukum Lambert-Beers, yang digunakan pada analisa spektrometri. Hukum Lambert-Beers adalah suatu idealisasi dari apa yang sebenarnya teramati. Persamaan 1 juga merupakan idealisasi sederhana dari proses yang sebenarnya bermaksud untuk menyederhanakan hubungan matematika. Bagaimanapun, pengukuran experimental menunjukkan pengukuran desain monitor yang tepat, seperti BAM-1020. Penggunaan persamaan ini menunjukkan tidak adanya kesalahan substansial. Persamaan 1 bisa disusun ulang untuk menemukan X, densitas massa dari materi yang terserap, kondisi ini ditunjukkan pada Persamaan 2. [ ] [ ] [ ]

Pada prakteknya, penyerapan cross section secara praktek dijabarkan selama proses kalibrasi I dan Io yang sudah secara experimental terukur maka memudahkan untuk mencari X, prediksi densitas massa. Pada prakteknya, udara ambient diposisikan pada sebuah nilai aliran konstan (Q) untuk waktu tertentu t. Sample udara ini melalui sebuah penyaring area permukaan A. X, densitas massa dari partikel yang terkumpul yang telah dijelaskan yang sangat mungkin untuk menghitung ambient concentration dari materi kecil (g/m3) dengan Persamaan 3.

Pada Persamaan 3, c adalah Konsentrasi partikel ambient (g/m3), A adalah area cross sectional pada permukaan pita dimana debu-debu diendapkan, Q adalah nilai pada

materi partikulat yang dikumpulkan pada pita penyaring (lt/mnt), dan t adalah waktu pengambilan sampel (menit). Penggabungan semua persamaan pada pernyataan akhir pada konsentrasi particulate ambient dalam kondisi dari kuantitas pengukuran ditujukkan pada Persamaan 4. ( ) Kunci sukses dari pernyataan peluruhan beta adalah karena di dalam bagian dari fakta yaitu penyerapan cross section hampir insensitive untuk sifat dari materi yang diukur. Ini membuat BAM-1020 sangat sensitif untuk komposisi kimia dari materi yang sedang dikumpulkan. Hal ini mengatur untuk menampilkan propagasi konvensional dari analisa kesalahan pada Persamaan 4. Sama dengan di atas, kita dapat mengembangkan persamaan untuk kesalahan pengukuran relative (c/c) sebagai fungsi dari ketidakpastian dalam masing-masing parameter yang menyusun Persamaan 4. Hal ini mengacu pada Persamaan 5.

* +

* +

Inspeksi dari Perasamaan 5 mengungkapkan beberapa hal. Ketidakpastian relative dari pengukuran (c/c) berkurang sesuai dengan meningkatnya area cross sectional dari pita penyaring (A), nilai aliran (Q), waktu sample (t), penyerapan cross section (), I dan Io.

5) Metode Analisis Data Untuk menganalisis data, digunakan data hasil penempatan BAM di Jl. C. Simanjuntak dan dihitung selama 1 bulan setiap harinya. Data diambil dari hari ke 1 sampai hari ke 31 pada Bulan Maret 2013. Dari data-data tersebut dihitung konsentrasi PM 2,5 yang terdapat dalam udara ambien di Jl. C. Simanjuntak dan selanjutnya dihubungkan dengan nilai BMUA DIY.

Tabel. Konsentrasi PM2,5 rata-rata harian Jl. C. Simanjuntak Yogyakarta ( g/m 3 ) pada Bulan Maret 2013 Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata-rata harian 39 38 27 31 37 47 53 71 66 50 65 33 38 39 60 60 46 50 44 67 49 56 53 69 54 50 69 74 43 40 37 Konsentrasi PM 2,5 Maximum Minimum Harian Harian 111 20 67 20 39 16 44 19 53 15 92 20 96 24 118 27 123 23 75 27 119 35 48 17 59 15 56 26 124 19 96 28 69 21 97 28 121 20 160 28 75 27 96 28 130 33 146 29 126 27 85 33 150 33 166 34 67 28 73 27 50 23

Digambarkan dalam grafik di bawah ini :

Konsentrasi PM 2,5 Rata-rata Harian


Konsentrasi PM 2,5 100 50 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Tanggal pada Maret 2013 y = 2,4965x Konsentrasi Rata-Rata Linear (Konsentrasi Rata-Rata)

Gambar Konsentrasi PM 2,5 rata-rata harian Jl. C. Simanjuntak Yogyakarta ( g/m3 ) pada Bulan Maret 2013

Dari data hasil pengambilan sampel di udara ambien tersebut kemudian dihitung konsentrasi PM 2,5. PM 2,5 yang terkandung di udara menempel pada filter, makin lama makin banyak dan ini yang mengurangi intensitas daripada sinar Beta. Penyinaran sinar beta pada filter dan merupakan banyaknya massa partikel mengikuti hukum Lenards : ( ) M = penambahan massa partikel ( g ) Fcal = faktor kalibrasi (diukur pada saat kalibrasi) Io = sinar beta pada filter kosong I = sinar beta pada filter termuati

Konsentrasi partikel dihitung :

C : konsentrasi (g/m3 ) V : pengukuran aliran udara ( m3/h ) T : waktu ( h ) Kemudian dihitung rata-rata harian konsentrasi PM 2,5 Jl. C. Simanjuntak Yogyakarta adalah 50 g/m3 per 24 jam.

6) Interpretasi Data Berdasarkan Keputusan Gubernur DIY No. 153 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Daerah Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk PM 2,5 adalah 65 g/m3 per

24 jam. Dari perhitungan data, didapatkan konsentrasi PM 2,5 di Jl. C. Simanjuntak adalah 50 g/m3 per 24 jam. Hasil ini masih di bawah batas baku mutu yang ditetapkan. Angka di bawah BMUA menunjukkan bahwa konsentrasi PM 2,5 pada udara ambien di Jl. C. Simanjuntak masih taraf aman dan tidak memberi efek negatif besar yang dapat mengganggu makhluk hidup. PM 2,5 ini bisa berasal dari kendaraan bermotor yang padat setiap harinya ataupun dari sumber-sumber lain. Jl. C. Simanjuntak termasuk pusat keramaian, terutama pada perempatan di depan Mirota Kampus. Hal ini disebabkan, kawasan yang dekat dengan Universitas Gadjah Mada sehingga banyak aktivitas di sekitar jalan tersebut. Aktivitas manusia terutama yang berhubungan dengan kendaraan bermotor akan menyebabkan polusi udara, misalnya Pb, SO2, CO2, CO, NO2 dan material padat seperti PM 2,5 dan PM 10.

7) Saran Dari hasil pengolahan data didapatkan konsentrasi PM 2,5 dibawah BMUA, namun angka 50 g/m3 per 24 jam termasuk angka yang tinggi. Sebaiknya untuk mengantisipasi terjadinya polusi yang lebih parah, Pemerintah DIY segera melakukan upaya-upaya yang berkaitan dengan mengurangi polutan di daerah Yogyakarta. Langkah ini ditempuh dengan misalnya menggencarkan kampanye pengurangan polusi dari kendaraan bermotor dengan bersepeda atau berjalan kaki, kemudian bisa melalui pembatasan kepemilikan kendaraan, dan juga dilakukan penanaman pohon perindang jalan. Langkah ini perlu secepatnya dilaksanakan mengingat semakin menurunnya jumlah pohon disepanjang jalan kota.

8) Daftar Pustaka -, 1999. Particulate Matter (PM 2,5) Speciation Guidance Final Draft Edition 1. US : EPA
Kustanto, Budi. 2010. Prinsip Hambiran Sinar Beta untuk Mendeteksi Konsentrasi Debu PM 10 pada Alat BAM 1020. Skripsi. Program Pendidikan Fisika Instrumentasi Fakutas MIPA Universitas Indonesia. Keputusan Gubernur DIY No. 153 Tahun 2002. Baku Mutu Udara Ambien Daerah Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen