Sie sind auf Seite 1von 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ organ serta menghasilkan energi. Sedangkan status gizi diartikan sebagai keadaan gizi seseorang yang diukur atau dinilai pada satu waktu. Penilaian atau pengukuran terhadap status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu cara penilaian atau pengukuran status gizi adalah secara antoprometri yaitu penilaian status gizi berdaqsarkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Penilaian status gizi ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi status gizi. Ada beberapa klasifikasi umum yang digunakan, diantaranya klasifikasi WHO dengan indikator yang digunakan, meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U.21

Gizi buruk adalah suatu keadaan yang terjadi ketika bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak cukup mengandung nutrisi (zat gizi) sesuai dengan yang diperlukan oloeh tubuh. Di negara miskin dan berkembang, gizi buruk merupakan faktor penting yang berperan yang berkontribusi ke dalam keasdaan sakit dan kematian. Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi dan penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama nutrisi (zat gizi) yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien merupakan zat gizi yang menyediakan energi bagi tubuh dan diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk didalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh lainnya, misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat besi. Termasuk didalamnya adalah vitamin dan mineral (Malnutrition, Internasional Institute for Population Sciences, 2000).

Gizi buruk tidak hanya dihubungkan dengan kekurangan energi dan protein, tetapi juga kekurangan mineral (seperti besi, zinc, dan iodium) dan vitamin (seperti vitamin A), dan
1

biasanya juga dihubungkan dengan kekurangan asam lemak essensial. Salah satu penilaian status gizi buruk berdasarkan klasifikasi status gizi WHO adalah dengan menggunakan indikator TB/U. Istilah gizi buruk dengan indikator TB/U dikenal sebagai stunting (gizi buruk kronis). Pembagian klasifikasi stunting meliputi rendah jika prevalensi stunting di antara anak di bawah 5 tahun < 20 %, sedang jika prevalensi stunting 20-29 %, tinggi jika prevalensi stunting 30-39 %, dan sangat tinggi jika prevalensi stunting 40 %. Stunting yang terjadi pada anak-anak menyebabkan gangguan pada pertumbuhan fisik dan mental.23

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air), riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), dan riwayat penyakit. Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan kedalam 3 tingkatan yaitu tingkat masyarakat, rumah tangga (keluarga), dan individu. Pada tingkat masyarakat, sistem ekonomi; sistem pendidikan; sistem kesehatan; dan sistem sanitasi dan air bersih menjadi faktor penyebab kejadian stunting. Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai; tingkat pendapatan; jumlah dan struktur anggota keluarga; pola asuh makan anak yang tidak memadai; pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai; dan sanitasi dan air bersih tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat. Faktor penyebab yang terjadi di tingkat rumah tangga akan mempengaruhi keadaan individu yaitu anak berumur dibawah 5 tahun dalam hal asupan makanan menjadi tidak seimbang; berat badan lahir rendah (BBLR); dan status kesehatan yang buruk.23

Malnutrisi secara langsung bertanggung jawab atas 300.000 kematian per tahun pada anak-anak muda dari 5 tahun di negara berkembang dan memberikan kontribusi langsung untuk lebih dari setengah kematian di masa kanak-kanak di seluruh dunia.25 Di negara berkembang, kondisi perinatal buruk tercatat 23% untuk kematian pada anakanak dibawah usia lima tahun. Wanita yang kekurangan gizi beresiko tinggi melahirkan bayi berat badan lahir rendah. Banyak bayi berat badan lahir rendah (23.% Dari semua kelahiran) menghadapi konsekuensi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang
2

parah, seperti kegagalan pertumbuhan pada masa bayi dan masa kanak-kanak, yang meningkatkan risiko morbiditas dan kematian dini.25 Meskipun kematian akibat kekurangan gizi di Amerika Serikat jarang terjadi, di negara berkembang, lebih dari 50% dari 10 juta kematian setiap tahun yang baik secara langsung maupun tidak langsung sekunder kekurangan gizi pada anak-anak muda dari 5 tahun.25

Di Asia, angka kejadian stunting tinggi yaitu sekitar 36 % dengan prevalensi kejadian tertinggi berada di kawasan Asia Selatan. Di Asia Selatan, setengah dari jumlah total anak d ibawah 5 tahun mengalami stunted, dimana sekitar 61 juta dari jumlah total anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunted terjadi di India.22

1.2.RUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan prevalensi stunting pada anak usia di bawah 5 tahun?

1.3.TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengurangi insiden terjadinya stunting pada anak usia di bawah 5 tahun dengan cara mengenal faktor risiko yang terkait 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor pendidikan ibu yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 2. Untuk mengetahui faktor usia ibu yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 3. Untuk mengetahui faktor penghasilan orang tua yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 4. Untuk mengetahui faktor jumlah anak dalam keluarga yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 5. Untuk mengetahui faktor gizi ibu saat hamil yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 6. Untuk mengetahui usia anak yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun
3

7. Untuk mengetahui faktor pola makan anak yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 8. Untuk mengetahui faktor pemberian ASI eksklusif yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 9. Untuk mengetahui faktor pemberian makanan pendamping ASI yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 10. Untuk mengetahui faktor penyakit diare yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 11. Untuk mengetahui faktor Bayi Berat Lahir Rendah yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun 12. Untuk mengetahui faktor asupan energi dan protein yang terkait dengan kejadian stunting pada anak di bawah usia 5 tahun

1.3.3 Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan kesadaran dibawah 5 tahun 2. Sebagai sumber penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis di masa mendatang 3. Sebagai masukan untuk Puskesmas masyarakat akan risiko stunting pada anak usia

1.4. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan prevalensi stunting pada anak usia di bawah 5 tahun

1.5 . RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.5.1 Ruang Lingkup Tempat Puskesmas Kelurahan Manggarai 1.5.2 Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai Desember 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi 2.1.1 Definisi Gizi Gizi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makanan, zat gizi yang terdapat dalam makanan, unsur kimia lainnya, serta efek makanan terhadap kesehatan. Sedangkan zat gizi diartikan sebagai unsur kimia yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, zat gizi, dan pemeliharaan tubuh agar tetap sehat.1,2

2.1.2 Zat Gizi atau nutrisi Tidak semua zat gizi (nutrisi) yang diperlukan oleh tubuh dapat disediakan melalui makanan, ada sebagian dari zat gizi (nutrisi) yang dibuat oleh tubuh itu sendiri. Dikenal zat gizi (nutrisi) essensial dan zat gizi (nutrisi) non-essensial Perbedaan kedua tipe zat gizi (nutrisi) ini adalah pada sumber zat gizi (nutrisi). Nutrisi essensial didapat dari makanan sedangkan nutrisi non-essensial tidak didapat dari makanan, dengan kata lain nutrisi non-essensial terdapat dalam makanan dan digunakan oleh tubuh tetapi bukan merupakan bagian dari makanan.Yang termasuk kedalam nutrisi essensial adalah karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral, dan air. Dan yang termasuk kedalam nutrisi non-essensial seperti kolesterol, kreatinin, dan glukosa. Nutrisi essensial dikelompokkan lagi menjadi makronutrien dan mikronutrien.1

2.1.2.1 Makronutrien

Makronutrien merupakan nutrisi atau zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, berguna dalam menyediakan kalori atau energi bagi tubuh yang digunakan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan, metabolisme, dan menjalankan fungsi tubuh lainnya. Terdapat tiga jenis makronutrien yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.1

2.1.2.1.1.1

Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Yang termasuk kedalam monosakarida adalah glukosa ( dikenal juga dengan sebutan gula darah atau dekstrosa), fruktosa, dan galaktosa. Disakarida dibentuk dari dua molekul monosakarida, termasuk didalamnya adalah sukrosa (gabungan dari glukosa dan fruktosa), maltosa (gabungan 2 molekul glukosa), dan laktosa (gabungan glukosa dan galaktosa). Polisakarida dikenal sebagai karbohidrat kompleks karena dibentuk oleh struktur kimiawi yang lebih kompleks dibandingkan dengan karbohidrat sederhana, terdiri dari zat tepung atau kanji, glikogen, dan serat. Semua jenis karbohidrat ini kecuali serat memberikan kalori sebesar 4 kalori per gram. Karbohidrat merupakan makronutrien yang dibutuhkan dalam jumlah paling besar dibandingkan dengan makronutrien lainnya. Menurut Dietary reference Intakes yang dikeluarkan oleh USDA, 45-55 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat. Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh, melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi, membantu metabolisme lemak dan protein, penyerapan kalsium, pencernaan (memperlancar defekasi), dan detoksifikasi zat-zat toksik tertentu bila berada di hati.1,3,4

2.1.2.1.2

Protein

Protein dapat digunakan oleh tubuh sebagai penghasil energi, dimana protein memberikan kalori sebesar 4 kalori per gram. Namun protein sebagai penghasil energi ini bukan merupakan fungsi yang utama dari protein. Fungsi utama dari protein adalah dalam membangun jaringan seperti otot, tulang, enzim, dan sel darah merah. Protein dibentuk dari rantai asam amino. Asam amino diklasifikasikan menjadi asam amino essensial dan non essensial. Asam amino essensial merupakan asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, hanya dapat dihasilkan melalui makanan. Yang termasuk kedalam asam amino essensial yaitu histidine, isoleucine, leucine, lysine, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Sedangkan asam amino nonessensial merupakan asam amino yang dapat di sintesis oleh tubuh dan tidak dihasilkan dari makanan, terdiri dari alanin,
6

aspargin, asam aspartat, asam glutamik, glutamine, glisin, hidroksiprolin, hidroksilysin, prolin, dan serin.1,2

2.1.2.1.3

Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak dikenal juga dengan sebutan lipid. Semua lemak merupakan kombinasi dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang berasal dari sumber makanan hewani. Lemak jenuh ini lebih berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan lemak tak jenuh karena lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dan low-density lipoprotein (LDL) dalam darah. Dimana peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovasculer. Disamping meningkatkan resiko penyakit kardiovasculer, lemak jenuh juga dapat meningkatkan resiko penyakit diabetes melitus tipe 2. Lemak tak jenuh banyak ditemukan didalam minyak sayur. Ada dua jenis lemak tak jenuh yaitu monounsaturated fats (contohnya minyak olive dan minyak canola) dan polyunsaturated fats (contohnya ikan, bunga matahari, jagung, dan minyak yang berasal dari kacang kedelai). Meskipun lemak tak jenuh ini dapat menurunkan kadar kolesterol darah, namun lemak tak jenuh ini banyak menghasilkan kalori sehingga konsumsi lemak tak jenuh ini juga harus dibatasi.5

2.1.2.2 Mikronutrien Mikronutrien adalah nutrisi atau zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, zat gizi ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi enzim, hormon, dan zat kimia lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk didalamnya adalah vitamin dan mineral. 2.1.2.2.1 Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Hingga saat ini telah ditemukan sebanyak 13 jenis vitamin yang diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air atau larut dalam lemak. Karakteristik yang utama dari vitamin yaitu merupakan zat organik yang hanya
7

diperlukan dalam jumlah kecil untuk metabolisme tubuh dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh, harus dihasilkan melalui makanan .1,2 2.1.2.2.2 Mineral

Mineral merupakan elemen anorganik yang banyak terdapat di alam, diklasifikasikan menjadi mineral mayor dan mineral minor. Perbedaan dari kedua jenis mineral ini adalah dalam jumlah asupan sehari-hari. Mineral mayor diperlukan tubuh lebih dari 100 mg per hari sedangkan mineral minor diperlukantubuh kurang dari 100 mg per hari. Yang termasuk kedalam mineral mayor adalah kalsium, magnesium, fosfor, potassium (kalium), sodium (natrium), dan klorida. Sedangkan yang termasuk mineral minor adalah kromiun, copper, iodium, besi, fluoride, mangan, selenium, dan seng (zinc). Iodium adalah elemen yang diperlukan dalam memproduksi hormon tiroid. Iodium tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga kebutuhan iodium harus dipenuhi melalui makanan. Jika didalam tubuh tidak cukup terdapat iodin, maka hormon tiroid tidak dapat diproduksi. Kekurangan iodium dapat mengakibatkan goiter, hipotiroid, dan retardasi mental pada bayi dan anak-anak dengan ibu mengalami defisiensi iodine selama kehamilan .6 2.1.3 Status Gizi

Status gizi diartikan sebagai keadaan gizi seseorang yang diukur atau dinilai pada satu waktu. Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Komponen penilaian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, pemeriksaan antropometris, dan data psikososial. Anamnesis tentang asupan pangan merupakan tahap penilaian status gizi yang paling sulit. Komponen anamnesis asupan pangan mencakup ingatan pangan 24 jam, kuesioner frekuensi pangan, riwayat pangan, catatan pangan, pengamatan, dan konsumsi pangan keluarga. a. Ingatan pangan 24 jam diartikan sebagai kegiatan mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam. Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak dan paling mudah digunakan.
8

b. Kuesioner frekuensi pangan (Food frequency Questionnaire/FFQ). Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam. Data yang didapat dengan FFQ merupakan data frekuensi yakni beberapa kali sehari, seminggu, atau sebulan. Pada umumnya FFQ digunakan untuk meranking orang berdasarkan besaran asupan zat gizi, tetapi tidak dirancang untuk memperkirakan asupan secara absolut. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat menghasilkan data kuantitatif tentang asupan pangan karena pangan yang disantap tidak diukur dan pengisian kuesioner hanya mengandalkan ingatan. c. Riwayat pangan (dietary history). Dengan cara ini data yang diperoleh akan lebih lengkap. Keterangan yang didapat melalui metode ini adalah keadaan ekonomi, kegiatan fisik, latar belakang etnis dan budaya, pola makan dan kehidupan rumah tangga, nafsu makan, kesehatan gigi dan mulut, alergi makanan dan makanan yang tidak disukai, keadaan saluran pencernaan, penyakit menahun, obat yang digunakan, perubahan berat badan, serta masalah pangan dan gizi. Metode riwayat pangan ini merupakan penerapan ketiga komponen anamnesis asupan pangan yaitu ingatan pangan 24 jam, kuesioner frekuensi pangan, dan catatan pangan. d. Catatan pangan (food records). Catatan pangan harus rinci termasuk bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak.

e. Pengamatan. Pengamatan langsung terhadap apa yang dimakan merupakan cara yang paling tepat, meskipun membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap di rumah sakit. f. Konsumsi pangan keluarga. Cara ini meliputi kunjungan keluarga secara berkala dengan mencatat jumlah, serta jenis bahan makanan yang dibeli dan mencatat lamanya bahan tersebut habis. Cara ini lazim digunakan dalam penelitian survei.

Pemeriksaan klinis yang dilakukan dalam penilaian status gizi meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan adalah kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata, dan alat kelamin (khusus laki-laki.7

Pemeriksaan antropometris merupakan pemeriksaan yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter pemeriksaan antropometris meliputi umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan jaringan lunak. Cara pemaparan indikator antropometris meliputi persentase, persentil, dan z-skor atau simpangan baku terhadap nilai median acuan. Sedangkan indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks antropometri ini berguna dalam pengklasifikasian status gizi.21 Dalam menentukan klasifikasi status gizi diperlukan ukuran baku atau reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS yaitu penggolongan status gizi berdasarkan indikator BB/TB, BB/U, dan TB/U.21 2.2 Stunting 2.2.1 Definisi

Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek normal tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai dengan -2 SD normal jika Z-score -2 SD sampai dengan 2 SD dan tinggi jika Z-score > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat seperti anak dengan tinggi badan yang normal, namun sebenarnya mereka lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas frekuensi menderita penyakit sering. Berdasarkan ukuran tinggi badan, seorang anak dikatakan stunted jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score berdasarkan referensi internasional WHO-NCHS. Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama, dan dihubungkan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan pertumbuhan fisik, dan pencapaian di bidang pendidikan rendah.23,24
10

2.2.2 Epidemiologi

Satu dari tiga anak di Negara berkembang dan miskin mengalami stunted, dengan jumlah kejadian tertinggi berada di kawasan Asia Selatan yang mencapai 46 % disusul dengan kawasan Afrika sebesar 38 %, sedangkan secara keseluruhan angka kejadian stunted di Negara miskin dan berkembang mencapai 32 %. Stunting ini disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan frekuensi menderita penyakit infeksi. Akibat dari stunting ini meliputi perkembangan motorik yang lambat, mengurangi fungsi kognitif, dan menurunkan daya berpikir.8 Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak berusia dibawah 5 tahun mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting tinggi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan angka kejadian stunting secara nasional sebesar 36,7 % yang berarti 1 dari 3 anak d ibawah 5 tahun mengalami stunted. Meskipun telah terjadi penurunan angka kejadian stunting pada Riskesdas 2010 menjadi 35,7 %, namun di beberapa Provinsi di Indonesia terutama di kawasan timur Indonesia menunjukkan peningkatan angka kejadian stunting.24

2.2.3 Penyebab Stunting 2.2.3.1 Pendidikan Ibu Penelitian mengenai hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting yang dilakukan di Kenya memberikan hasil bahwa anak-anak yangdilahirkan dari ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami malnutrisi yang dimanifestasikan sebagai wasting atau stunting daripada anak- anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak berpendidikan. Hasil yang sama juga diperlihatkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Mesir, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang dilahirkan stunted semakin kecil. Glewwe (1999) menjelaskan mengenai mekanisme hubungan antara pendidikan ibu dengan kesehatan anak. Glewwe berpendapat bahwa mekanisme hubungan pendidikan ibu dengan kesehatan anak terdiri dari tiga yaitu pengetahuan tentang kesehatan,

11

pendidikan formal yang diperoleh ibu dapat memberikan pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kesehatan; kemampuan melek huruf dan angka, kemampuan melek huruf dan angka yang diperoleh dari pendidikan formal memberikan kemampuan kepada ibu dalam membaca masalah kesehatan yang dialami oleh anak dan melakukan perawatan; dan pajanan terhadap kehidupan modern, pendidikan formal menjadikan ibu lebih dapat menerima pengobatan mdern. Dalam masyarakat dimana proporsi ibu berpendidikan tinggi, memungkinkan untuk menyediakan sanitasi yang lebih baik, pelayanan kesehatan dan saling berbagi pengetahuan, informasi mengenai kesehatan. Grossman dan Kaestner (1997) juga mengatakan bahwa ibu yang berpendidikan akan lebih mudah menerima dan memproses informasi kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidek berpendidikan18,19,20

2.2.3.2 ASI Eksklusif ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, namun rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asssembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. 23,24 2.2.3.3 Usia Anak Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), umur adalah lama waktu hidup seja seseorang dilahirkan. Umur merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan jumlah asupan yang dikonsumsi anak, sehingga makanan yang dikonsumsi anak akan sesuai dengan usianya , tidak kekurangan dan kelebihan karena apabila anak mengkonsumsi makanan kurang dari jumlah yang seharusnya secara akumulatif, anak tersebut bisa menjadi terlalu kurus atau bahkan sampai mengalami kekurangan energy protein (KEP), sementara
12

apabila terlalu berlebihan, anak akan menjadi kegemukan bahkan ada yang sampai mengalami obesitas. Semakin bertambah umur, kebturuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah tiap kilogram berat badannya. 27

2.2.3.4 Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi seseorang dimana laki-laki lebih banyak membutuhkan energy dan protein dibandingkan dengan perempuan karena diasumsikan anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan perempuan.27

2.2.3.5 Imunisasi Imunisasi merupakan suatu proses yang menjadikan seseorang kebal atau dapat melawan terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi biasanya dalam bentuk vaksin. Vaksin merangsang tubuh untuk membentuk sistem kekebalan yang digunakan untuk melawan infeksi atau penyakit. Ketika tubuh kita diberi vaksin atau imunisasi, tubuh akan terpajan oleh virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan dalam jumlah yang sedikit dan aman. Kemudian sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus atau bakteri yang telah dimasukkan dan melawan infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri tersebut ketika menyerang tubuh kita di kemudian hari .13

2.2.3.6 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir kurang dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram. (WHO). Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa kehamilan. Berat badan ibu kurang dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis termasuk didalamnya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan tidak adanya. dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu buruk terutama selama masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7 kg, infeksi kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi selama kehamilan, merokok, alcohol, dan genetic merupakan beberapa faktor penyebab
13

bayi yang dilahirkan BBLR.17 Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi di Negara-negara miskin dan berkembang. Diperkirakan 15 % dari seluruh bayi yang dilahirkan merupakan bayi dengan berat lahir rendah. Berat bayi lahir rendah erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas janin dan bayi, penghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan penyakit kronik ketika menginjak usia dewasa seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan jantung .14 Kelompok BBLR menunjukan angka kematian dan angka kesakitan yang tinggi. Prevalensi BBLR diperkirakan15% dari seluruh kelahiran di dunia, dengan batasan 3.3% - 38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, secara keseluruhan prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 11.5%. Lima propinsi mempunyai prevalensi BBLR tertinggi adalah Propinsi Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23.8%, Nusa Tenggara Timur sebesar 20.3%, Sumatra Selatan sebesar 19.5%, dan Kalimantan Barat sebesar 16.6%. Lima propinsi dengan prevalensi BBLR terendah adalah Bali (5.8%), Sulawesi Barat (7.2 %), Jambi (7.5%), Riau (7.6%), dan Sulawesi Utara (7.9%). Berdasarkan laporan kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008, jumlah kasus BBLR mencapai 2.94%.26

2.2.3.7 Asupan Makanan (Konsumsi Energi dan Protein) Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung didalam makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis nutrisi yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau energi, diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrisi ini diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar, terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting dari kesehatan dan pertumbuhan. Nutrisi yang baik berhubungan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang
14

kuat, kehamilan dan kelahiran yang aman, resiko rendah terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung, dan umur yang lebih panjang.11 Tanpa nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting selama usia 6-18 bulan, ketika seorang anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan perkembangan otak hampir mencapai 90 % dari ukuran otak ketika anak tersebut dewasa. Periode-periode ini merupakan periode dimana mulai diperkenalkannya makanan pendamping ASI.15 2.2.3.8 Tuberkulosis Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. Bakteri ini berupa batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis. Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis adalah basil tuberculosis yang termasuk dalam genus Mycobacterium. Mycobacterium adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil, habitatnya di tanah. Cara penularannya biasanya melalui udara yang tercemar dengan bakteri tersebut, lalu masuk kedalam paru-paru dan dapat berkembang biak disana kemudian dapat menyebar melalui pembuluh darah dan kalenjar getah bening. Oleh sebab itu, infeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti : paru-paru, otak,ginjal, saluran pencernaan, tulang, kalenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun organ yang paling sering terkena adalah bagian paru-paru. Diagnosa pasti untuk penyakit tuberculosis adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita misalnya dahak,bilasan lambung,biopsy dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnose TBC anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran rontgen dada,dan uji tuberkulin.33 2.2.3.9 Diare kronis Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual,
30,31

muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Kemungkinan penyebab diare kronik sangat beragam, dan tidak selalu disebabkan kelainan pada usus. Di negara maju, sindrom usus iritatif dan penyakit radang usus non spesifik
15

(inflamatory bowel disease) merupakan penyebab utama diare kronik. Dinegara berkembang infeksi dan parasit masih menjadi penyebab tersering. Diare kronis dapat terjadi pada kelainan endokrin, kelainan pankreas, kelainan hati, infeksi, keganasan, dan sebagainya. Berdasarkan mekanisme patofisiologi yang mendasari terjadinya, diare kronis diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu: diare sekretorik, diare osmotik dan diare inflamasi. Klasifikasi lain ada juga yang membagi menjadi 3 jenis yaitu diare cair (watery diarrhea), yang mencakup diare sekretorik dan diare osmotik, diare imflamasi dan diare berlemak (fatty diarrhea).31 2.2.3.10 Jumlah Anggota Keluarga Menurut Hurlock (1990) dalam Sumarwan dkk (1996), keluarga besar adalah keluarga dengan jumlah anak lebih dari enam. Pada keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Apabila pendapatan keluarganya pas-pasan sedangkan jumlah anak pada keluarga tersebut banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan didalam keluarga kurang bisa dijamin. Menurut Suhardjo (1986) dalam Salimar dkk (2009) besar keluarga sangat penting apabila dilihat dari terbatasnya bahan makanan yang tersedia terutama pada keluarga yang berpendapatan rendah. Jika anggota keluarga bertambah, biasanya konsumsi pangan hewani akan berkurang dan bahan makanan pokok akan diganti dengan makanan pokok lain yang lebih murah atau dapat pula berkurang sehingga asupan energy dan protein setiap anggota keluarga juga akan berkurang. Menurut Srimuljati dkk pada data SKRT 2004 dikemukan bahwa pada balita urutan kelahiran ke delapan atau lebih ditemukan sebanyak 62,5% mengalami hambatan pencapaian pertumbuhan. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pengasuhan dan status ekonomi.27 2.2.3.11 Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan Pengeluaran keluarga merupakan
28

salah

satu

indikator

kesejahteraan dan

keluarga yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan nonpangan anggota keluarga .

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan pendapatan keluarga, harga bahan

antara lain tergantung pada pada besar kecilnya

makanan itu sendiri serta tingkat pengelolaan sumberdaya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan

makanannya sesuai yang diperlukan tubuh. Setidaknya kurangnya keanekaragaman

16

bahan makanan memang pasti terjadi pada kelompok keluarga dengan pendapatan terbatas, karena dengan pendapatan yang terbatas, terbatas pula kemampuan daya belinya serta tidak banyak pilihan dalam membeli bahan pangan.Dalam hal pengeluaran keluarga terhadap pangan, tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan .28 Menurut Suhardjo(2003), keluarga yang sebagian besar dari

termasuk dalam kategori berpendapatan terbatas menggunakan

pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan untuk keluarga. 29 Di Negara berkembang dengan populasi rumah tangga
29

lebih banyak rumah tangga

berpendapatan rendah sebagian besar pengeluaran rumah tangganya dialokasikan untuk makanan.

2.2.3.12 Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tanggaselama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002). 32 Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. 32

17

2.2.3.13 Tinggi badan/Panjang Badan menurut umur Tinggi badan memberikan gambaran pertumbuhan tulang yang sejalan dengan pertambahan umur. Berbeda dengan berat badan, maka tinggi badan tidak banyak terpengaruh oleh keadaan yang mendadak. Tinggi badan pada suatu waktu merupakan hasil pertumbuhan secara komulatif semenjak lahir, dan karena itu memberikan gambaran riwayat status gizi masa lalu. Indeks TB/U juga sangat tergantung pada ketepatan umur.35 Ukuran Tinggi Badan digunakan untuk anak umur diatas 24bulan yang diukur berdiri. Bila anak berumur lebih dari 24 bulan diukur terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm. Sedangkan Panjang badan digunakan untuk anak umur 0- 24 bulan yang diukur terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur berdiri maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Menurut WHO (Z score) bila Tinggi badan atau panjang badan menurut umur <-3 SD maka dikategorikan sangat pendek, -3 SD sampai dengan <-2 SD dikategorikan pendek, -2 SD sampai dengan 2 SD dikategorikan normal, dan bila > 2 SD maka dikategorikan Tinggi.34

18

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1

KERANGKA TEORI STUNTING

Asupan makanan kurang

Berat badan lahir rendah

Status kesehatan buruk

Kualitas dan kuantitas makanan tidak mencukupi

Pendapatan keluarga Rendah

Status Gizi ibu buruk dan faktor lainnya

Praktek pemberian makanan pada bayi, sanitasi,dan perawatan selama kehamilan buruk

Perawatan kesehatan buruk

Air Bersih dan sanitasi buruk

SosioEkonomi

Pendidikan

Kesehatan

Lingkungan

sumber : UNICEF 1998, the state of the World Children 1998 dalam WNPG 2004)

19

3.2

KERANGKA KONSEP

FAKTOR ORANGTUA: Pendidikan ibu Penghasilan Pengeluaran Rumah tangga Jumlah anggota keluarga

STUNTING

FAKTOR ANAK: Usia Jenis kelamin Pemberian ASI eksklusif Diare kronis TB Imunisasi BBLR Asupan makanan (energi dan protein)

20

3.3

VARIABEL PENELITIAN a. Variabel Tergantung stunting pada anak di bawah usia 5 tahun

b. Variabel Bebas Bayi Berat Lahir Rendah i. Berat badan bayi saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram

21

3.3

DEFINISI OPERASIONAL Variabel Definisi Operasional


Ukuran posisi tubuh berdiri (vertikal) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat.

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur
Dikategorikan 1. Kurang 2. Normal 3. Lebih

Skala Ukur

Referensi

Tinggi badan menurut umur

Tinggi badan diukur dengan meteran (stature meter)

Diukur dengan membandingkan tinggi badan responden dengan tinggi badan ideal berdasarkan umur responden sesuai dengan CDC.

Ordinal

CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs /data/series/sr_11/sr11_2 46.pdf

Pendidikan ibu

Status pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan oleh ibu responden

Kuesioner Riskesdas 2010 No. RKD10.RT.IV . kolom 8.

Menggabungkan beberapa jenjang pendidikan yang setara ke dalam satu kelompok

kode 1 = Tidak pernah sekolah. Kode 2 = Tidak tamat SD. Termasuk tidak tamat Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kode 3 = Tamat SD. Termasuk tamat Madrasah Ibtidaiyah/ Paket A dan tidak tamat SLTP/ MTs. Kode 4 = Tamat SLTP. Termasuk tamat Madrasah

Ordinal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

22

Tsanawiyah (MTs)/ Paket B dan tidak tamat SLTA/ MA. Kode 5 = Tamat SLTA. Termasuk tamat Madrasah Aliyah (MA)/ Paket C Kode 6 = Tamat D1, D2, D3, atau mahasiswa strata 1 drop-out. Kode 7 = Tamat Perguruan Tinggi. Termasuk tamat Strata-1, Strata-2, Strata-3.
Jumlah Anggota Keluarga Banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah termasuk kepala rumah tangga dan pembantu yang menjadi tanggung jawab kepala keluarga (Riskesdas, 2010) Kuesioner Riskesdas 2010 No. RKD10.RT.II.2 Kolom 2 Observasi data Riskesdas 2010 0= kecil, jika 4 orang 1= besar jika > 4 orang

ordinal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

(BKKBN, 2010)

Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan

Besarnya pengeluaran rumah tangga yang dikeluarkan untuk makanan dalam satu bulan (rupiah). Terhadap total pendapatan

Kuesioner Riskesdas 2010 No. RKD10.RT.VI IA kolom 2.

Observasi data Riskesdas 2010

0 = Tinggi, > Rp.994.286,dari total pengeluaran rumah tangga untuk makanan 1 = Rendah,

Ordinal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

23

keluarga dalam satu bulan (rupiah)

Rp.994.286,dari total pengeluaran rumah tangga untuk makanan (BPS,


2008)

Pendapatan rumah tangga

Biaya yang kuesioner digunakan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan, baik yang berasal dari pemberian, pembelian, maupun produksi sendiri dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga dalam rumah tangga tersebut

Pendapatan rumah tangga dilihat dengan cara membandingkan pendapatan perkapita masing masing rumah tangga dibandingkan dengan median dari pendapatan perkapita tersebut, pendapatan tinggi jika median, pendapatan rendah jika < median

pendapatan rendah <2.200.000 pendapatan tinggi >2.200.000

Nominal

www.hukumonline.co m/klinik/detail/lt51090 d37c8d4b/ump-jakarta2013-dan-komponenupah-minimum

ASI eksklusif

Air susu ibu yang diberikan kepada bayi lahir sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain

ASI eksklusif jika responden Ritkesdas 2010 diberikan ASI dan tidak diberikan No. makanan lain RKD10.IND selama 6 bulan VIII Kuesioner

ASI tidak eksklusif ASI eksklusif

Nominal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

24

Umur

Usia atau lama waktu hidup responden dihitung dalam bulan sejak lahir sampai ulang bulan terakhir Identitas yang dibedakan secara fisik berdasarkan organ genitalia eksternal

Kuesioner Riskesdas 2010 No. RKD10.RT.IV kolom 7. Kuesioner Riskesdas 2010 No. KD10.RT.IV kolom 4. kuesioner

Observasi

data

Riskesdas 2010

0 = 24 - 36 bulan 1 = 37 - 59 bulan (Klasifikasi umur dalam AKG, 2004) 0 = perempuan 1 = laki - laki

Ordinal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

Jenis Kelamin

Observasi

data

Nominal

Riskesdas 2010

Imunisasi dasar

Pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan, meliputi hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak

Imunisasi dasar diukur terhadap responden yang berumur 9 bulan ke atas dengan memperhatikan apakah responden menerima kelima jenis imunisasi dasar

tidak menerima imuniasasi dasar menerima imunisasi dasar

nominal

IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Available from: http://idai.or.id/wpcontent/uploads/2013/02/ Jadwal_Imunisasi_IDAI2 011.pdf . Accessed on: September, 26th 2013.

TB

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb)

Kuesioner ritkesdas 2010 NO. RKD 10. IND. VIII

Apakah [NAMA] Ya atau Tidak pernah didiagnosis menderita TB Paru melalui pemeriksaan dahak dan/atau foto paru, oleh tenaga

nominal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf


25

yang termasuk ke dalam jenis bakteri tahan asam Diare kronis


Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau lebih. Jumlah konsumsi energi total dari makanan dalam kkal/hari kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan menurut umur.

kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)? kuesioner Apakah pernah menderita diare yang berkepanjangan lebih dari minggu atau lebih? Ada diare kronis atau tidak nominal Library.usu.ac.id/down load/fk/penydalamumar4.pdf Accessed on: Desember, 9th 2013

Asupan Energi Total

Kuesioner Riskesdas 2010 No. RKD 10.RT.IX.

Observasi data Riskesdas 2010

0 = Cukup, konsumsi energi 80% AKG 1 = Kurang, konsumsi energi < 80% AKG (WNPG, 2004)

Ordinal

Ritkesdas 2010 http://www.riskesdas.li tbang.depkes.go.id/201 0/download/pedoman/ Ped_Kues_RKD10.pdf

Berat Bayi Lahir Rendah

Berat Bayi saat Lahir kurang dari 2500 gram

Kuesioner

BBLR diukur dengan cara menanyakan pada ibu berapa berat lahir anak

BBLR tidak BBLR

Nominal

WHO
http://www.who.int/ceh /indicators/iugrnewborn. pdf, accessed on Dec 7th, 2013

26

27

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Desain yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan desain Riskesdas 2010 yaitu cross sectional. Variabel independen dan dependen diukur pada saat bersamaan pada waktu Riskesdas berlangsung. 4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 Desember 2013.

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4.3.1 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah seluruh balita ( < 5 tahun ) di Kelurahan Manggarai periode November 2013 Desember 2013 sebanyak 804 orang dengan subjek penelitian adalah seluruh balita yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan memenuhi kriteria penelitian 211 orang.

4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi Anak berusia 5 tahun ke bawah 2. Kriteria Eksklusi a. Tidak memiliki cacat bawaan b. Lahir bukan di institusi kesehatan dan bukan ditolong oleh tenaga kesehatan

4.3.3 Sampel Penelitian Besar sampel

28

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

Rumus populasi infinit: No Z P Q = Z2 x P x Q d2 = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96 = Prevalensi kelompok balita yang stunting = 24.5%* = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 0.245 = 0.755 d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05 No = (1.96)2 x 0.245 x 0.755= 284.24~ pembulatan285 (0.05)2 *Data balita yang mengalami stunting 2013

Rumus populasi finit: n = n0 (1 + n0/N) n n0 N = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit. = Besar sampel dari populasi yang infinit = Besar sampel populasi finit

Karena jumlah seluruh balita di Kelurahan Manggarai selama periode 2013-2014 berjumlah 804 orang maka: n = 285 (1 + 285/804)

= 211 anak

29

4.4 CARA PENGAMBILAN DATA Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer didapatkan secara langsung dari responden atau sampel penelitian dengan cara menjawab kuesioner yang diberikan. Data sekunder didapatkan dari data jumlah anak di bawah 5 tahun yang terdapat di wilayah Kelurahan Manggarai selama bulan November 2013 Desember 2013. 5Skema 4.4.1 Cara Pengambilan Sampel
Populasi anak < 5 th di Kelurahan Manggarai November - Desember 2013 sebanyak 804 anak

Dilakukan pemilihan sampel berdasarkan cluster sample dari RW 1-14

RW 1 RW 2

RW 3 RW 4

RW 5 RW 6 RW 7

RW 8 RW 9

RW 10 RW 11

RW 12 RW 13

RW 14

RW 4

RW 6

RW 8

RW 10

RW 12

Responden di wawancara dan di berikan kuesioner

Didapatkan sample sejumlah 211 orang 30

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN

No. INSTRUMEN

FUNGSI INSTRUMEN

RUJUKAN

1.

Timbangan injak

Untuk mengetahui berat badan

2.

Stature meter

Untuk mengetahui tinggi badan

3.

Grafik CDC

Untuk mengetahui status gizi

4.

Jadwal imunisasi

Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar

CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Available from: http://idai.or.id/wpcontent/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf . Accessed on: September, 26th 2013.

4.6 CARA PENGOLAHAN DATA 4.6.1 Data entry Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut 1. Editing Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara 2. Koding Memberi Kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan data 3. Entri Data Pemindahan data ke dalam media komputer agar di peroleh data masukan yang siap diolah 4.6.2 Analisa data a. Analisis Univariat Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel variabel yang diteliti.
31

b.

Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik Chi-square, bila syarat Chi-squaretidak terpenuhi maka menggunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan Kolmogorov-Smirnovuntuk tabel selain 2x2 sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel.Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS Statistics 20.0.

4.6.3 Penyajian data Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk : Narasi Tabular Tekstular : Penyajian adta hasil penelitian menggunakan kalimat : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

32

4.7 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Waktu Dalam Minggu Tahapan Kegiatan


A Perencanaan 1 2 3 4 5 6 7 B Orientasi dan Identifikasi Masalah Pemilihan Topik Penelurusan kepustakaan Pembuatan Proposal Konsultasi dengan pembimbing Pembuatan questionnaire Presentasi Proposal

Pelaksanaan 1 2 3 4 5 Ujicoba questionnaire Pengumpulan data dan Survey Pengolahan data Analisis data Konsultasi dengan Pembimbing

Pelaporan Hasil 1 2 3 4 Penulisan laporan sementara Diskusi Presentasi hasil laporan sementara Revisi Presentasi Hasil akhir 5 6 (puskesmas dan trisakti) Penulisan laporan akhir

4.8

ORGANISASI PENELITIAN 1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti Dr. Novia IS, M.Epid 2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Tebet Dr.Vera 3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian Arina Mana Sikana Ines Damayanti Octaviani Yasmine Marella
33

DAFTAR PUSTAKA

1. Brown JE. Nutrition through the life cycle (2nd ed). USA : Wadsworth,2002. 2. Whortington-Roberts BS, William SR. Nutrition throughtout the life cycle (4th ed). Singapore : McGraw-Hill,2000. 3. Hutagalung H.Karbohidrat. 2004. Available at : http://Library.usu.ac.id/download/fk/gizi-halomoan 4. McKinley Health Center. Macronutrients : the importance of carbohydrate, protein and fat. 2008. Available at : http://www.mckinley.illinois.edu/handouts.macronutriens.htm 5. Mayoclinic.Dietary fats : know which types to choose.2011. Available at : http://www.mayoclinic.com/health/fat/NU00262 6. American Thyroid Association.Iodine Deficiency. 2011. Available at: http://www.thyroid.org/patients/patient_brochures/iodine_deficiency.html 7. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan : buku ajar ilmu gizi , ed. 2. Jakarta : EGC, 2008. 8. UNICEF. Progress for Children.2007. Available at : http://www.unicef.org/publications/files/Progress_For_Children_No_6_Revised.pdf 9. Water and Sanitation Program -East Asia and The Pasific. Buku Penuntun Opsi Sanitasi yang terjangkau untuk daerah spesifik. Available at : http://www.wsp.org/wsp/sites/wsp.org/files/publications/wsp 10. WHO. 10 facts on Sanitation. 2011. Available at : http://www.who.int/features/factfiles/sanitation/en/index.html 11. WHO. Nutritions : Complementary feeding.2011. available at : http://www.who.int/nutrition/topics/complementary feeding/en/index.html 12. UNICEF. Complementary Feeding. 2008. Available at : http://www.unicef.org/nutrition/index_24826.html 13. Immunizations-general overview.2010. Available at : http://health.nytimes.com/health/guides/specialtopic/immunizations-generaloverview/overview.html 14. UNICEF. Low birthweight : country, regional, and global estimate.2004. Available at: http://www.unicef.org/publications/files/low_birthweight_from_EY.pdf

34

15. Children at Risk of stunting and wasting. Available at : http://www.dairyglobalnutrition.org/content.cfm?ItemNumber=88374 16. Depkes RI.Sistem Kesehatan Nasional. 2004. Available at : http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF 17. Reyes L,Manalich R. Long term consequences of low birth weight.2005. Available at: http://www.nature.com/ki/journal/v68/n97s/pdf/4496408a.pdf 18. Abuya AA,Kimani KJ,Elijah OO. Influence of maternal educationon child health in Kenya.2010. Available at : http://paa2010.princeton.edu/download.aspx?submissionId=100182 19. Frost MB, Forste R, Haas DW.Maternal education and child nutritional status in Bolivai : finding links. Social science and Medicine,60,395-407.2005. Available at : http://www.hawaii.edu/hivandaids/Maternal_Educations_and_Child_Nutritional_Stat us_in_Bolivia_Finding_the_Links.pdf 20. Shrestha SS, Findeis JL. Maternal human capital and childhood and stunting in Nepal.2007.Available at : http://ageconsearch.umn.edu/bitsream/9723/1/sp07sh02.pdf 21. Supriasa DN ,Bakri B,Fajar I.Penilaian Status Gizi.Jakarta : Buku Kedokteran,2001. 22. UNICEF, WFP,WHO.Asia-Pacific Regional Workshop on the reduction of Stunting Through Improvement of Complementary Feeding and Maternal Nutrition.2010.Available at : http://www.unicef.org/eapro/WorkshopReport_ReductionOfStunting_2010-0607_FINAL.pdf 23. UNICEF. Improving Child Nutrition.2013. Available at : http://www.unicef.org/media/files/nutrition_report_2013.pdf 24. UNICEF INDONESIA. Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak.2012. Available at : http://www.unicef.org/indonesia/id/A6_-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf 25. Medscape. Malnutrition. Author: Harohalli R Shashidhar; Chief Editor: Jatinder Bhatia, MBBS.2013. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/985140overview#aw2aab6b2b5aa 26. Dinkes DIY. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta: Dinas Kesehatan,2008. 27. Muljati S, dkk. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Underweight pada usia anak 24-59 bulan di Nanggroe Aceh Darussalam Analisis data surkesda NAD 2006. Bogor : Puslitbang Gizi Bogor,2008.

35

Hartriyanti, Triyanti. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi . Jakarta :Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM-UI,2009. 28. Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi . Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,2003. 29. Zein U.Diare Infeksius pada Dewasa.2004. Available at : http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar4.pdf 30. Wiryani NGP C, Wibawa D N. Pendekatan Diagnostik dan Terapi Diare Kronis. 2007. Available at : http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3815/2811 31. Universitas Sumatera Utara. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha Industri kecil.2011. Available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16789/4/Chapter%20II.pdf 32. Kurniawan AS.TuberkulosisParu.2009.Available at:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ved=0C FcQFjAG&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F124 275-S-5793-Rancangan%2520cetakLiteratur.pdf&ei=WN2nUvCyIcG4rAf67IAg&usg=AFQjCNG4SpPKg3xgd2Sz4s8XTq FN01xqoQ&sig2=WzH1nGDyQzMVJ2wM2LgeMw 33. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.2010. Available at : http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf 34. Institut Pertanian bogor. Status Gizi dan pengukurannya. 2011. Available at : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53715/BAB%20II%20Tinjaua n%20Pustaka.pdf?sequence=4

36

Das könnte Ihnen auch gefallen