Sie sind auf Seite 1von 64

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Kesuburan suatu perairan dapat diketahui antara lain dari jumlah dan

komposisi organisme plankton. Komunitas plankton merupakan suatu komponen yang penting dalam suatu ekosistem perairan. Sebab organisme plankton khususnya phytoplankton mempunyai peranan penting dalam siklus rantai makanan di lingkungan perairan. Phytoplankton mengandung pigmen klorofil maupun melaksanakan proses fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam basa dapat menghasilkan senyawa organik. Sehingga phytoplankton disebut sebagai produsen primer. Sebagai produsen primer phytoplankton merupakan pangkal rantai makanan dan dasar yang mendukung kehidupan seluruh organisme perairan lainnya (Satya, 2010). Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang harus dan disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton, dari bahasa yunani yang artinya clifting, yaitu yang berarti plankton hanya dapat melayang di dalam air. Istilah plankton pertama kali dipakai oleh Benser penemunya pada tahun 1987, dengan menggambarkannya sebagai organisme-organisme bersifat mikroskopik. Plankton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu phytoplankton dan zooplankton yang memakan phytoplankton (Herawati, 1989). Plankton adalah organisme ( tumbuhan dan hewan yang hidupnya melayang dalam air dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus. Jadi plankton dapat berupa tumbuhan yang biasa disebut PHYTOPLANKTON dan plankton hewan yang biasa disebut ZOOPLANKTON dan jumlahnya tentu jauh lebih banyak dari pada ikan. Banyaknya jumlah plankton tidak terlepas dari perannya yang sangat penting, dimana phytoplankton bisa menghasilkan energi melalui proses fotosintesis ) yang secara langsung atau tidak dibutuhkan semua makhluk hidup melalui proses rantai makanan dalam ekosistem yang kompleks. Plankton

1|Page

termasuk kelompok algae, kelompok taksonomi yang dominan berbeda antara air tawar dan laut (Apridayani, 2008).

1.2

TUJUAN 1.2.1 Tujuan dari materi pengamatan ekologi kolam adalah agar plankton dapat mengetahui komponen ekologi (Biotik dan Abiotik) yang mempengaruhi kehidupan plankton. 1.2.2 Tujuan materi pengumpulan plankton adalah : a. Menambah keterampilan praktikan terutama dalam penentuan lokasi dan pengambilan sample plankton. b. Menambah pengetahuan praktikan tentang tta cara penyimpanan plankton. 1.2.3 Tujuan dari pembuatan preparat adalah menambah keterampilan mahasiswa (praktikan) dalam membuat preparat plankton 1.2.4 Tujuan dari pengamatan palnkton di bawah mikroskop adalah : a. Menambah keterampilan praktikan dalam penggunaan mikroskop dan penentuan luas bidang pandang. b. Menambah pengetahuan praktikan tentang bentuk-bentuk plankton serta dapat membedakan antara phytoplankton, zooplankton dan seresah. c. Menambah pengetahuan tentang cara penentuan bidang pandang untuk perhitungan plankton. 1.2.5 Tujuan dari materi identifikasi adalah menambah pengetahuan praktikan tentang bagaimana cara mengidentifikasi plankton dan menentukan klasifikasinjya. 1.2.6 Tujuan dari materi estimasi kelimpahan plankton adalah menambah pemahaman praktikan tentang hitungan kelimpahan plankton sehingga dapat menganalisa kesuburan berdasarkan plankton.

2|Page

1.3

TEMPAT DAN WAKTU Pelaksanaan praktikum planktonology ini dilaksanakan dua kali praktikum,

yaitu praktikum lapang dan praktikum laboratorium. Praktikum lapang dilaksanakan pada tanggal 29 September 2013 pukul 08.45 di depan kolam permanen perpustakaan Universitas Brawijaya Malang. Untuk praktikum Laboratorium dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2013 pukul 07.00 WIB di Laboratorium Hidrologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

3|Page

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

MATERI JENIS DAN KLASIFIKASI PLANKTON Plankton merupakan mekhluk tumbuhan atau hewan, berukuran kecil yang

hidupnya melayang-layang di dalam air dan selalu terbawa hanyut oleh arus. Pengertian dan definisi dari plankton dikemukakan oleh Victor Hensen pada tahun 1987. Plankton merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani Planktos yang artinya hanyut atau mengembara. Istilah dan pengertian ini diberikan kepada jenis makhluk hidup tersebut karena selalu terbawa oleh pergerakan arus. Plankton tidak mempunyai kemampuan untuk berenang seperti nekton yang berenang bebas misalnya ikan, udang, cumi-cumi, paus. Plankton adalah

organisme atau jasad renik yang hidup bebas di perairan, seperti perairan ait tawar, payau, maupun laut. Plankton terdiri dari makhluk hidup yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (phytoplankton) yang dapat berpoto sintesis hingga berperan sebagai produsen. Plankton yang terdiri dari bermacammacam jenis dapat di klasifikasikan menurut kategori seperti : 1) Fungsi, 2) Ukuran, 3) Daur hidup, 4) Sifat sebaran. Sesuai penggolongan tersebut maka dapat dibedakan jenis-jenis plankton, sehingga mempermudah dalam pengenalan. Plankton yang merupakan organisme mikroskopik yang berbeda dalam air untuk melihatnya diperlukan mikroskop karena ukurannya yang kecil (Nontji, 2008). Menurut Madinawati (2010) fungsinya plankton dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan utama, yaitu : Phytoplankton Zooplankton Bakteriaplankton Virioplankton

4|Page

2.1.1 PENGERTIAN PLANKTON Plankton adalah organisme renik yang hidupnya melayang-layang mengikuti pergerakan air. Plankton di dalam perairandapat dikelompokkan menjadi dua yaitu phytoplankton dan Zooplankton. Phytoplankton adalah organisme renik yang hidupnya melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad nabati, sedangkan zooplankton adalah organisme yang hidupnya melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani (Rahayu, 2009). Plankton adalah organisme yang meliputi biota yang hidupnya mengapung atau hanyut di perairan pelagik. Tempat hidupnya ada yang terapung-apung dilapisi permukaan dan bahkan sampai lapisan kedalaman 500 m. Istilah plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengembara. Ukuran dari organisme plankton pada umumnya relatif sangat kecil atau berukuran mikroskopik (Trimaningsih, 2005).

2.1.2 PENGELOMPOKAN PLANKTON A. BERDASARKAN UKURAN Menurut Chairi (2012), plankton berdasarkan ukurannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu : Net plankton (plankton jaring) yaitu plankton yang dapat tertangkap dengan jaring atau dengan mata jaring (mesh size) berukuran m. Nano plankton yaitu plankton yang lolos dari jaring berukuran 220 m. Ultranano plankton yaitu plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 m. Macam-macam plankton berdasarkan ukuran menurut Sunarto (2008), adalah : Plankton jaring ( Net plankton ) Nano plankton Ultranano plankton - Mega plankton (20-200cm) - Makroplankton (2-20cm) - Mesoplankton (0,2-20cm)

5|Page

B. BERDASARKAN ASAL Menurut Wirahara (2003), adapun plankton berdasarkan asalnya dibedakan menjadi dua, yaitu : Auto plankton : plankton yang berasal dari habitat tersebut (palnkton asli dari suatu habitat). Allo plankton : plankton yang datang dari perairan lain (hanyut terbawa oleh suangai atau arus).

C. BERDASARKAN SIKLUS HIDUP Pengelompokan plankton berdasarkan siklus hidup dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Holoplankton : plankton yang sepanjang hidupnya dilalui sebagai plankton Megaplankton : kehidupan plankton ini hanya terjadi pada awal yaitu pada stadium telur dan larva.

Menurut Subroto (2008), berdasarkan siklus hidupnya plankton dibagi menjadi : Holoplnkton Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh siklus hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Mesoplankton Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton haya pada awal dari siklus hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton yakni hewan yang aktif berenang bebas atau sebagai benthos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab itu, mesoplankton sering disebut plankton sementara. Tikoplankton

6|Page

Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai benthos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.

D. BERDASARKAN HABITAT Menurut Madnawati (2010), berdasarkan bentuk hidupnya plankton dibagi menjadi dua golongan yaitu Phytoplankton (plankton nabati) dan Zooplankton (plankton hewani). Phytoplankton mempunyai sifat autotrof yang mampu merubah bahan anorganik menjadi organik dan menghasilkan oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan makhluk hidup yang lebih tingkatannya. Sedangkan zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik. Zooplankton bersifat herbivora dan karnivora. Zooplankton bersifat herbivora memakan phytoplankton sedangkan karnivora memakan

zooplankton herbivor. Menurut Trimaningsih (2005), pengelompokan plankton berdasarkan habitatnya, yaitu : a. Holiplankton (plankton bahari) Plankton oseanik : plankton yang hidupnya diluar paparan benua Plankton neritik : plankton yang hidupnya di atas paparan benua (mulut suangai, perairan pantai dan perairan lepas pantai) Plankton air payau : plankton yang hidupnya di perairan yang bersalinitas rendah b. Limnology (perairan tawar) - semua plankton yang hidupnya di perairan yang bersalinitas rendah ( <5% ).

7|Page

E. BERDASARKAN JENIS MAKANAN Menurut Herwati (1989),berdasarkan jenis makanan plankton dibedakan menjadi dua (2) yaitu: a. Plankton tanaman atau nabati disebut phytoplankton yang memiliki chlorofil sehingga memungkinkan untuk melakukan fotosintesis. b. Zooplankton terdiri dari plankton yang makanannya bersifat holosit termasuk jenis plankton hewan.

Menurut Agus (2008), secara fungsional plankton digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu: a. Fitoplankton Fitoplankton mempunyai fungsi penting dilaut,karena bersifat autotrofik yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic. Karena mengandung organic,Fitoplankton disebut sebagai produsen primer. b. Zooplankton Zooplankton bersifat heterotrofik berarti tak dapat memproduksi sendiri bahan organic dari bahan organic.

8|Page

2.1.3 KLASIFIKASI PLANKTON A. PHYLUM CHLOROPHYTA Menurut Herawati (1989), ciri-ciri phylum Chlorophyta yaitu: Berwarna hijau,karena proporsi pigmen pada chloroplast jauh lebih banyak Kebanyakan bersifat ephyphytic,sessile symbiotic Dinding sel bagian dalam terdiri dari 2 lapisan utama Sering menyebabkan blooming di perairan Hidup melayang pada atau dekat permukaan air Hidup secara koloni Jikan mati menghasilkan bau busuk

Menurut Dermawan (2005), klasifikasi phylum Chlorophyta yaitu:

Phylum Class Order Family Genus

: Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Scenedesmaceae : Scenedesmus

B. PHYLUM CHYANOPHYTA Menurut Agus (2008), klasifikasi Cyanophyta yaitu: Ada satu kelas pada kelas Cyanophyta yaitu Cyanophyceae Ada 3 klas pada Cyanophyta yaitu: 1. Chroococcelles

9|Page

2. Oscillatoriales 3. Chamasiphonales

1. Ordo Chroococcelles

Tidak menghasilkan spora Unicell,koloni Reproduksi ada 2 cara, yaitu: -Pembelahan sel dengan cara unicell -Fragmentasi dengan cara koloni

Mempunyai 1 Family yaitu Chroocacceae Contoh Genus: Gloeocapsa,Chroococcus,Microcytis

2. Ordo Oscillatoriales

Tidak menghasilkan spora Saluran Filamen Sebagian punya heterocyst dan sebagian tidak Reproduksi: Fragmentasi (umumnya) dansebagian akineta Ada 3 Family, yaitu: Oscilla toriaceae ( tidak punya heterocyst) Contoh Genus: Oscillatoria,Lyngbya,Spicullina,Arthospira. Nostocaceae (mempunyai heterocyst serta memproduksi alarela) Contoh Genus: Nostoc,Arabaeara. Rivulariaceae (punya heterocyst serta sebagian mempunyai akinae) Contoh Genus: Rivularia,Gloetichia.
10 | P a g e

3. Ordo Chamasiphonales Menghasilkan spora Unicell,Filamen Ada 2 Family,yaitu: Chamaesiphonaceae Dermocarpaceae

Contoh Genus: Chamaesiphon, Dermocarpa

C. PHYLUM CHRYSOPHYTA Kromotopora dari Chrisophyta sering kali terlihat jelas memiliki warna kuning-coklat karena adanya B karoten yang dominan dan tambahan karotenoid Xanthophylus pada colonial A. Umumnya alga Chrysophyta berada dalam bentuk uniseluler, sedikit yang berkoloni dan jarang yang berfilamen. Pada kelompok ini banyak spesies tidak memiliki membrane sel dan diikat hanya oleh membrane sitoplasma, beberapa memiliki permukaan sel, hanya ditutupi oleh lapisan/kalsium yang tipis (Asriyana dan Yuliana,2012). Menurut Smith (2005), berikut klasifikasi salah satu phylum Chrysophyta: Kingdom Phylum Class Ordo Genus : Chloromaineda : Chrysophyta : Chrysophyta : Naviculates : Navicula

11 | P a g e

Menurut Kemdiknas (2010), klasifikasinya dari salah satu phylum Chrisophyta: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Viridiplante : Chrisophyta : Diatomophyceae : Bacillaria : Bacillaria ceap : Bacillaria : Bacillaria sp

D. PHYLUM RODOPHYTA Menurut Gandjurr et.al , (1988), Rhodophyta (Yunani: Rhodon + phyton = tumbuhan) hampir sama hidup dilaut, chlorophyl biasanya tertutup oleh pigmen-pigmen merah, siklus hidupnya rumit, makanan disimpan sebagai karbohidrat yang bukan pati, spesies Rhodophyta kira-kira ada 2500 jenis spesies. Menurut Smith (2005), klasifikasinya salah satu phylum Rhodophyta: Kingdom Phylum Class Ordo : Plantae : Rodophyta : Rodhophyta : Gigantiralles

12 | P a g e

Family Genus Spesies

: Gracilariaceae : Gracillaria : Pedicellata Menurut Jennifer (2009), klasifikasinya phylum Rhodophyta:

Kingdom Phylum Class Genus Spesies

: Protista : Rhodophyta : Rhodophicaeae : Dasya : Pedicellaria

E. PHYLUM DIMOFLAGELLATA Dimoflagellata merupakan organisme terpenting setelah diatom sebagai produsen makanan (phytoplankton) pada habitat air laut. Dimoflagellata mempunyai 2 flagella yang letaknya berdasarkan satu sama lain dan biasanya terjebak pada pusat sel (Herawati dan Lusiani,2005). Menurut Smith (2005),klasifikasinya dari salah satu phylum Dimoflagellata: Kingdom Phylum Class Ordo : Plantae : Dimoflagellata : Dinoflagellata : Gonyaulacules

13 | P a g e

Family Genus Spesies

: Gonyaulaceae : Gonyaulax : Gonyaulax balechii Menurut Diantoro (2011), klasifikasinya salah satu

Dimoflagellata: Kingdom Phylum Class Family Genus Spesies : Protista : Dimoflagellata : Dimoflagellaea : Dimophyceae : Dynophysis : Exuriella marina

2.1.4 KLASIFIKASI ZOOPLANKTON A. PHYLUM ROTIFERA Menurut Edmanson (1903) dalam Jani (2005), Bronchious merupakan salah satu rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya: Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Rotifera : Monogonanta : Plaima : Branchionidae : Branchinous : Branchinous pliocilitis

14 | P a g e

Menurut Lubzens,et.al,(1989) dalam Sumartini (2005), Rotifera memiliki karakteristik seperti ukuran yang kecil, kecepatan renang rendah dan melayang di dalam air, dapat dikultur. Pada kepadatan tinggi, pertumbuhan cepat dan berukuran pendek serta dapat dilakukan pengayaan dengan asam lemak atau anti biotik yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva.

B. PHYLUM ARTHROPODA Menurut Hadi (2011), klasifikasi Arthropoda meliputi: Filum Arthropoda SubFilum Tribolita SubFilum Chol : Arthropoda : Hanya diketahui dari fosil : Cerata

Kelas Merostomata Kelas Arachnida (laba-laba,kalajengking) Kelas Pyenogonida SubFilum Crustacea : Krustacea Kelas Branchipoda Kelas Copepoda Kelas Ostrocoda Kelas Cirripoda Kelas Moluscotraca (udang,kepiting) SubFilum Uniramia

15 | P a g e

Kelas Onychopora Kelas Diclopoda Kelas Chillipoda Kelas Pauroda Kelas Syimpila Kelas Entomoripha Kelas Insecta Menurut Gillet dan Conrod (2011), klasifikasi Arthropoda, meliputi: Phylum Sub Filum Klass : Arthropoda : Chelicerata : Arachnidae Order Araneale Order Pseudes corpioner Order Solpiugida Order Akaniformes Sub Filum Klass : Crustacea : Crustacea Order Notootracea Order Corchostracea Order Tsopoda

16 | P a g e

Order Decapoda Sub Filum Klass Klass : Uniramia Insecta Chillopoda

C. PHYLUM COPEPODA Mysocylops adalah cyclopoid Copepoda merupakan salah satu predator yang saat ini potensinya sebagai jasad pengendali jentik nyamuk masih terus diteliti (Malen, 2011 dalam Widyastuti et.al, 2010). Mysocyclops dapat bertahan hidup selama dalam rotasi populasi Copepoda (Widyastuti. et.al, 2010). Komunitas Zooplankton (dengan total dari 92 spesies) adalah diperoleh dari Dadidocera (11 spesies), Copepoda (2 spesies), Rotifera (78 spesies). Kebanyakan diperoleh oleh Family Cladocera yaitu Basminidae (25 spesies), Cydoridae (3 spesies) dan Daphillinidae (3 spesies). Copepoda diperoleh oleh Family Cyclopidae dan Diaptomiae tiap Family 1 spesies.

2.2

PARAMETER KUALITAS AIR DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN PLANKTON (FITOPLANKTON

DAN ZOOPLANKTON). Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup dan merupakan sumber daya alam,sehingga keberadaannya perlu dimanfaatkan. Di samping itu air menjadi perantara bagi penyakit menular. Krena keberadaannya dan

17 | P a g e

pemanfaatannya perlu diawasi agar kualitasnya tetap terjaga dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan air tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Kualitas air adalah upaya pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Air mengandung zat organic dan unsur lainnya akan mempengaruhi besarnya Chlorin demand sehingga diperlukan konsentrasi klorin yang makin tinggi (Widyastuti, 2005). Faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton (Fitoplankton dan Zooplankton). Fitoplankton terdiri dari berbagai spesies dengan karakteristik morfologis (warna) masing-masing air hijau tua, didominasi Chlorophyta. Warna air hijau kecoklatan, didominasi diatom (Kelas Bacillariophyta). Warna air coklat kecerahan, didominasi diatom (Kelas Dimoflagellata) (Peid and Wood, 1976 dalam Koestawa, 2005). 2.2.1. Suhu Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda beserta alatnya termometer yang dibuat berdasarkan sifat termometrik. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul benda. Dengan demikian, suhu menggambarkan bagaimana gerakan molekul-molekul benda. Sebagai contoh kita memanaskan sebatang besi. Besi akan memuai dan beberapa sifat fisik benda tersebut akan berubah. Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya perubahan suhu disebut sifat termometrik (Atophysics, 2011). Suhu adalah panas dinginnya suatu substrat variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik. Pergantian atau pencampuran air akan mempengaruhi suhu tinggi. Kisaran optimal suhu umum adalah 28C - 32C. Sedangkan pada suhu rendah berkisar kurang dari 25C. Air memiliki

18 | P a g e

keistimewaan dimana saat didinginkan, air menyusut hingga mencapai 4C. Jika didinginkan kembali, air justru memuai hingga suhunya 0C. Apabila suhu turun, permukaan air pada sebuah danau lebih dingin akibat air permukaan yang tenggelam karena massa jenisnya lebih besar (Perry, 2005).

2.2.2. pH pH merupakan derajat keasaman untuk menyatakan tinggi keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan, dan benda. pH normal memiliki nilai 7. Sementara bila nilai pH lebih dari 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH lebih kecil dari 7 menyatakan suatu zat yang bersifat asam. Adapun nilai pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi dan nilai pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Indikator asam-basa dapat diukur menggunakan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu larutan. Definisi yang formal dari tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen. pH merupakan singkatan dari Power of Hydrogen (Chapter, 2006). pH adalah suatu variabel yang harus diukur dan dikontrol. Terutama sekali bila hasil (produk) pengolahan proses akan dikonsumsi makhluk hidup. Proses penetralan pH adalah bagian dari pengolahan limbah khususnya air bersih. Kesulitan dalam perancangan dan pengendalian pH dikarenakan karakteristik non linear pH yang memiliki rumus :
pH = - log [H+]

dengan persamaan polynomial orde tinggi untuk H+ . Ion H+ dalam suatu larutan asam-basa dengan menggabungkan pendekatan secara fisika dan kimia (Psychochemil at approach). pH yang optimum untuk proses koagulasi yang akhirnya dapat

19 | P a g e

diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja membran dan kualitas air olahan. Semakin besar nilai pH umpan, maka semakin kecil nilai efektivitas koagulasi-nya baik berdasarkan TOS maupun COD (Lubis, 2005). 2.2.3. Kecerahan Kecerahan air bergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan peralatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan disaat cuaca cerah (Effendi, 2005). Kecerahan air yang diukur dari permukaan sampai permukaan dengan kedalaman enam meter memiliki nilai kecerahan berkisar 70-80 cm. perbedaan kisaran nilai kecerahan pada tiap lokasi dapat disebabkan oleh faktor biologi yang berupa plankton dan faktor fisika yang berupa perbedaan padatan tersuspensi dan terlarut (Rahau,et.al., 2007). Berdasarkan nilai korelasi antar parameter bio-fisika kimia perairan, kelimpahan fitoplankton berkolerasi erat dengan kecerahan dan kelimpahan zooplankton. Dimana kecerahan berkaitan dengan intensitas cahaya matahari yang kemudian berpengaruh terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton. Makin besar kecerahan suatu perairan maka laju fotosintesis makin tinggi (Erik, 2006). 2.2.4. DO (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolism, atau penukaran zat yang kemudian menghasilkan energy untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organic dan anorganik dalam proses aerobic. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis. Kecepatan difusi oksigen dari udara,

20 | P a g e

tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan, air, suhu, salinitas, pergerakan, massa air, dan udara seperti arus, gelombang, dan pasang surut. Jika kedalaman bertambah maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut (Salim, 2010). Penurunan jumlah oksigen akibat peningkatan konsentrasi ammonia merupakan ancaman bagi hewan abiotik. Konsentrasi oksigen rendah akan meningkatkan kecepatan respirasi. Menurut efisiensi respirasi dan pertumbuhan yang dapat berakhir pada kematian missal. Konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan. Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen dalam ekosistem. Oksigen diproduksi oleh komunitas autrotof melalui proses fotosintesis (Miller, 2005). 2.2.5. CO2 (Karbon Dioksida) CO2 di dalam air berwujud gas. Gas CO2 tidak hanya berada di dalam air. Akan tetapi, juga berada di udara bebas. Karbon di-oksida atau gas asam arang dihasilkan sebagai produk dari proses respirasi makhluk hidup dari proses penguraian bahan organik. Kandungan karbon di-oksida sebaiknya seminimal mungkin. Jumlah kandungan karbon di-oksida sangat tergantung dari oksigen terlarut di dalam air (Hambali, 2010). Karbon di-oksida merupakan salah satu unsur makanan penting yang diperlukan oleh semua tumbuhan air untuk berasimilasi, misalnya fitoplankton, algae, dan lain-lainnya. Tumbuhan air merupakan salah satu faktor penyubur perairan yang bermanfaat untuk pertumbuhan ikan karena dapat menjadi makanan alami ikan. Perairan yang subur tampak berwarna hijau agak kecokelatan. Kesuburan tumbuhan di perairan di tentukan oleh kadar CO2 terlarut di dalam air. Jumlah CO2 yang kurang mencukupi akan mengurangi kesuburan perairan karena pertumbuhan tumbuhan air tidak subur. Kadar CO2 terlarut dalam air juga mempengaruhi pH perairan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap semua biota perairan (Bambang, 2011).

21 | P a g e

2.2.6. Nitrat Nitrat merupakan hasil dari reaksi biologi yaitu nitrogen organik, limbah industri, dan domestik yang mengandung nitrat dan menjadi poksi untuk permukaan air. Nitrat merupakan elemen pada perairan alami yang merupakan mineral netral yang jumlahnya sedikit (Susanto, 2008). Komposisi organik sebenarnya merupakan substansi yang dapat ditemukan dan dilapisi biosfat yang sulit untuk dibuktikan dengan air murni. Akan tetapi, dapat diperkirakan dengan derajat dan dengan kekuatan pengamatan bahan organik (Hutchinson, 2008). 2.2.7. Phosphat Orthopospat merupakan bentuk sederhana fosfat di dalam air dan ortofosfat terlarut dapat digunakan oleh dan tanaman. Fosfat yang terlarut di perairan alami merupakan hasil dari proses pelapukan, buatan alami, erosi tanah, pemupukan, dan fosil, serta mineralisasi bahan organik yang berasal dari tubuh biota nabati dan hewani (Arfiati, 2005). Komposisi organic sebenarnya merupakan substansi bekas yang dapat ditemukan di lapisan biosfer yang sulit dibuktikan. Kesulitan tersebut dapat ditemukan dalam air murni yang dapat diperkirakan dengan derajat. Dengan kekuatan pengamatan secara kuantitatif dalam menganalisis bahan organik ( Hutchinso, 2008). 2.2.8. TOM (Total Organic Matter) Nutrisi organik karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin digunakan oleh jasad itu sendiri. Jasad merupakan sumber nutrisi dar jasad heterotrof seperti zooplankton (Ekawati, 2005).

22 | P a g e

Zooplankton biasanya banyak terdapat di perairan yang kaya bahan organik. Karena, baik bahan organik maupun bakteri yang terdapat di dalam pupuk organik merupakan makanan zooplankton (Jusin, 2008).

2.3. MATERI KELIMPAHAN PLANKTON Menurut Odum (1971), kelimpahan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton yang ditemukan selama penelitian nilainya bervariasi. Baik pada setiap kedalaman ataupun di lokasi pengambilan. Tingginya nilai kelimpahan yang diperoleh disebabkan oleh parameter-parameter lingkungan yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan plankton pada kisaran yang sesuai seperti suhu dan pH perairan pada nilai optimal. Parameter fisika dan kimia seperti suhu, nitrat, dan fosfor merupakan faktor utama dalam menunjang pertumbuhan plankton disamping penetrasi cahaya matahari. Nilai kelimpahan berkisar antara 393,75 4887,5 inci / kedalaman untuk fitoplankton yang hidup di kedalaman 0,2 meter. Sedangkan pada kedalaman 2 4 meter, nilai kelimpahannya berkisar antara 1668,75 4743,75 inci/kedalaman. Sedangkan untuk zooplankton yang hidup pada kedalaman 0,2 meter memiliki nilai kelimpahan sebesar 93,75 993,75 ind / L. Sedangkan pada kedalaman 0 2 meter, nilai kelimpahan zooplankton berkisar 318,75 787,5 ind/L. Dan untuk kedalaman 2 4 meter nilai kelimpahan zooplankton berkisar 93,75 787,5 ind/L. Serta untuk kedalaman 4 6 meter, nilai kelimpahan zooplankton adalah 375 993,75 ind/L. Menurut Laaner (1976), kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan plankton dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : Oligotrofik ( jumlah fitoplankton dari 0 2000 individu) Mesotrofik ( jumlah fitoplankton dari 200 15000 individu) Eutrofik ( jumlah fitoplankton lebih dari 15000 individu)

23 | P a g e

2.3.1. Indeks Keragaman Menurut Madnawati (2010), distribusi dan komposisi jenis plankton dapat diketahui dengan mengetahui Index Diversity (H) menggunakan rumus Shannon dan Weaver yaitu :

dimana : H Pi ni N = Indeks Keragaman Jenis = Proporsi kelimpahan dari jenis = jumlah individu dari jenis plankton = Jumlah total individu plankton

Kisaran total indeks keragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut: H < 2,3026 H < 6,9078 : menyatakan keanekaragaman rendah

2, 3026 < H < 6,9078 : menyatakan keanekaragaman sedang : menyatakan keanekaragaman tinggi

Menurut Sugianto, et.al (2009), indeks keragaman fitoplankton dihitung menggunakan persamaan Shannon dan Weaver. Perhitungan ini menggambar analisis informasi mengenai jumlah individu serta beberapa banyak jenis yang ada dalam suatu komunitas. Rumus perhitungan yang digunakan adalah :

24 | P a g e

dengan :

H Pi ni N

= Indeks Keragaman Shanon-Weaver = ni/N = jumlah individu dari jenis ke-1 = Jumlah seluruh individu

2.3.2. Indeks Dominasi Nilai Indeks Dominasi termasuk dalam kisaran rendah. Ini disebabkan nilai indeks pada setiap kedalaman dan pada tiap lokasi menunjukkan nilai mendekati nol dengan kisaran 0,072 0,31. Indeks Dominasi pada semua kedalaman 0 2 meter nialinya berkisar 0,10 0,24. Pada kedalaman 2 4 meter nilainya berkisar 0,11 0,21. Sedangkan, pada kedalaman 4 6 meter nilainya berkisar antara 0,072 0,31. Indeks Kemerataan pada semua kedalaman nilainya mendekati satu yaitu berkisar antara 0,65 0,85. Pada kedalaman 0,2 meter nilainya berkisar antara 0,76 0,85. Sedangkan pada kedalaman 2 4 meter berkisar antara 0,66 0,83. Dan pada kedalaman 4 6 meter berkisar antara 0,66 0,73 (Madinawati, 2010). Menurut Simpson ( 2009 ), Indeks Dominasi (D) yaitu :

dengan : D ni N

= Indeks Dominasi = jumlah individu jenis ke-1 = jumlah total individu

25 | P a g e

Nilai D mendekati nol mengartikan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi dan apabila nilai D mendekati nilai satu menyatakan bahwa terdapat jenis yang mendominasi.

26 | P a g e

III.

MATERI DAN METODE

3.1 ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM 3.1.1 Parameter Kualitas Air a). Suhu Alat-alat yang digunakan ialah : Thermometer Hg Tali raffia : untuk mengukur suhu perairan kolam. : untuk mengikat ujung thermometer Hg.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : Air sampel kolam : tempat yang diukur suhunya

b). PH Alat-alat yang digunakan ialah : Kotak standart pH : untuk menentukan besarnya pH perairan sungai dengan warna pada pH paper. Stopwacth : untuk mengukur waktu.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : Sampel air kolam tradisional : tempat yang diukur besarnya pH. pH paper : untuk mengukur besarnya pH air kolam.

c). Kecerahan Alat-alat yang digunakan ialah : Secchi disk Penggaris : untuk mengukur kecerahan pada perairan : untuk mengukur d1 dan d2

Bahan-bahan yang digunakan ialah : Sampel air kolam : sebagai air yang akan diukur tingkat kecerahannya

27 | P a g e

d). DO (Dissolved Oxygen) Alat-alat yang digunakan ialah : Botol DO Biuret Statif Pipet tetes : untuk wadah sample air kolam tradisional. : sebagai wadah dalam proses titrasi. : sebagai penyangga biuret saat titrasi. : untuk mengambil larutan MnSO4, NaOH + KI, H2SO4 dalam skala kecil. Corong : untuk membantu memeasukkan larutan kedalam biuret. Washing bottle : sebagai wadah aquades.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : Air sample MnSO4 NaOH + KI H2SO4 Amilum Na2S2O3 : air yang diukur kadar DOnya : untuk mengikat O2. : membentuk endapan cokelat dan melepas I2. : untuk melarutkan endapan cokelat dan mengoksidasi asam. : indikator suasana basa dan indikator warna ungu. : sebagai penitrasi larutan dan untuk mengikat I2 serta membentuk bair menjadi bening Kertas label Aquades : untuk menandai alat agar tidak tertukar. : untuk membersihkan alat.

e). Karbondioksida (CO2) Alat-alat yang digunakan ialah : Erlenmeyer 250 ml Gelas ukur 25 ml Biuret Statif Pipet tetes : sebagai tempat pereaksi larutan. : untuk mengukur volume larutan air sample. : wadah Na2CO3 saat titrasi. : untuk penyangga biuret. : untuk mengambil larutan pp dalam jumlah kecil.

28 | P a g e

Botol aqua

: wadah air sampel kolam tradisional.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : Na2CO3 PP Air sample Kertas label : untuk mengikat CO2 bebas diperairan menjadi 2NaHCO3. : indikator basa dan indikator warna. : bahan yang diukur kadar CO2nya. : untuk menandai alat agar tidak tertukar.

f). Nitrat Nitrogen Alat-alat yang digunakan ialah : Gelas ukur Pipet tetes : untuk mengetahui besarnya volume suatu larutan : untuk mengambil larutan asam fenol dalam skala kecil. Cawan porselen Spatula Cuvet Rak cuvet Washing botle Pipet volume Bola hisap : media untuk membuat kerak. : untuk menghomogenkan larutan. : sebagai wadah larutan dan larutan baku standart. : untuk meletakkan cuvet. : untuk tempat aquadest. : mengambil larutan NH4OH dalam jumlah besar, : membantu mengambil larutan NH4OH yang disambungkan ke pipet volume. Hot plate : untuk memanaskan dan menguapkan air sampel yang terdapat pada cawan porselen. Beaker glass Spektrofotometer : untuk wadah larutan Nessler. : untuk mengetahui nilai nitrat nitrogen secara digital melalui panjang gelombang cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : NH4OH : untuk melarutkan lemak, minyak dan kerak.

Asam fenol disulfonik : untuk melarutkan kerak nitrat.

29 | P a g e

Larutan baku standart : sebagai pembanding secara visual. Tissue Air sample Kertas label Aquadest : untuk membersihkan alat yang telah digunakan. : bahan yang diukur kadar nitrat nitrogennya. : untuk menandai alat agar tidak tertukar. : untuk kalibrasi dan mengencerkan larutan asam fenol disulfonik dan NH4OH. Kerak nitrat Kertas saring : sebagai bahan yang diuji kandungan nitratnya. : menyaring air sampel kolam tradisional.

g). Orthofosfat Alat-alat yang digunakan ialah : Gelas ukur Erlenmeyer : untuk mengukur volume air sample kolam. : untuk mereaksikan larutan air sample kolam + SnCl2 + ammonium molybdat. Cuvet Pipet tetes : untuk menyimpan larutan. : untuk mengambil larutan SnCl2 + ammonium molybdat Rak cuvet Spektrofotometer : untuk meletakkan cuvet. : untuk mengetahui nilai nitrat nitrogen secara digital melalui panjang gelombang cahaya.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : SnCl2 : indicator warna biru dan pereduksi larutan.

ammonium molybdat : untuk mengikat fosfat dan membentuk ammonium fosfomolybdat. Larutan baku standart : untuk pembandingan. Sample air Kertas label Tissue Kertas saring : sebagai bahan yang diukur orthofosfatnya. : untuk menandai alat agar tidak tertukar. : untuk membersihkan dan mengeringkan alat : menyaring air sampel kolam tradisional.

30 | P a g e

h). TOM (Total Organic Matter) Alat-alat yang telah digunakan ialah : Hot plate : untuk memanaskan larutan air sample + KMnO4 + H2SO4. Erlenmeyer Thermometer Hg : untuk mereaksikan larutan : untuk mengkur suhu larutan air sample saat dipanaskan. Pipet tetes Bola hisap : mengambil larutan Na-oxalate dalam skala kecil. : membantu mengambil larutan H2SO4 yang disambungkan ke pipet volume. Washing botle Gelas ukur Biuret Statif Stirrer Sentrifuge Corong : wadah aquadest. : untuk mengukur volume suatu larutan air sample : untuk wadah larutan KMnO4 0,01 N saat titrasi. : penyangga biuret saat titrasi. : untuk membantu menghomogenkan larutan. : alat pengaduk. : untuk membantu memeasukkan larutan kedalam biuret.

Bahan-bahan yang digunakan ialah : KMnO4 H2SO4 (1:4) Na-oxalate Sample air Kertas labe Aquadest Tissue : sebagai oksidator dan pengikat bahan organik. : indikator asam dan mempercepat reaksi. : untuk pereduktor. : bahan yang diuji kadar TOMnya. : untuk menandai alat agar tidak tertukar. : untuk mengencerkan larutan. : untuk membersihkan dan mengeringkan alat

31 | P a g e

3.1.2 Pengambilan Sampel Plankton Alat alat yang digunakan adalah : Ember 5 L Plankton net Botol film : untuk mengambil air kolam. : untuk mengumpulkan plankton. : Sebagai wadah sampel air kolam.

Karet gelang : untuk mengikat botol film pada ujung plankton net agar tidak lepas. Pipet tetes Solasi Gunting : untuk mengambil amilum dalam skala kecil. : untuk melapisi botol film agar lebih rapat. : untuk menggunting solasi

Bahan bahan yang digunakan adalah : Air sampel Lugol Kertas label : bahan (perairan) yang diukur kelimpahan planktonnya. : untuk bahan preservasi : untuk menandai alat agar tidak tertukar.

3.1.3 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton Alat alat yang digunakan adalah : Mikroskop Objek glass Cover glass Washing bottle Pipet tetes Nampan : untuk mengamati plankton. : sebagai alas sampel air. : untuk menutupi sampel air pada objek glass. : wadah aquades. : untuk mengambil sampel air dalam skala kecil. : untuk tempat alat dan bahan.

Bahan bahan yang digunakan adalah : Sampel plankton Tissue : air yang diamati kandungan planktonnya. : untuk membersihkan alat.

32 | P a g e

Aquadest

: untuk membersihkan/mengkalibrasi objek glass dan cover glass.

3.2 METODE PRAKTIKUM

3.2.1 Suhu
Thermometer

dimasukkan / dicelupkan ke dalam air selama 1 menit dengan posisi membelakangi matahari diusahakan jangan menyentuh tangan secara langsung ditunggu hingga 1-2 menit dilakukan pembacaan di dalam perairan dicatat dalam skala 0C
Hasil

3.2.2 pH
pH paper

dimasukkan ke dalam perairan ditunggu hinga 1-2 menit diangkat dari air dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering dicocokkan warnanya dengan warna yang tertera pada kotak pH (pH standart) dicatat kadar pHnya
Hasil

33 | P a g e

3.2.3 Kecerahan
Secchi Disk

dimasukkan ke dalam perairan sungai dilihat sampai secchi disk tidak tampak pertama kali ditandai dengan karet gelang sebagai ditenggelamkan secchi disk hingga benar-benar tidak tampak diangkat pelan-pelan secchi disk hingga pertama kali terlihat ditandai dengan karet gelang sebagai dihitung kecerahan dengan rumus
Hasil

34 | P a g e

3.2.4 DO ( Disolve Oksigen )


BOTOL DO

Dicatat volume botol Dimasukkan ke dalam perairan, dimiringkan sebesar 45 secara perlahan Ditunggu sampai penuh hingga tidak ada gelembung Ditutup botol do di perairan, jika terjadi gelembung pada botol do ulangi sekali lagi pengambilan sampelnya Botol DO yang Sudah Terisi Air Sampel Botol DO Dibuka yang Terbentuk Endapan Coklat botol DO Ditambah 2 ml MnSO4 Ditambah 2 ml NaOH+KI Dihomogenkan sampai membentuk endapan coklat Diendapkan sekitar 30 menit Botol DO yang Terbentuk Endapan Coklat Dibuang air yang bening diatas endapan Tambahkan 2 ml larutan H2SO4 Tambahkan 3-4 tetes amylum Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai jernih pertama kali Dicatat volume larutan Na2S2O3 yang dipakai dalam titrasi Dihitung dengan rumus Hasil

35 | P a g e

3.2.5 CO2 ( Karbondioksida ) Air Kolam Diambil dari perairan dengan botol 600 ml Diukur 25 ml dengan gelas ukur Dimasukkan kedalam Erlenmeyer Ditambahkan 2-3 tetes pp Jika berwarna pink maka tidak perlu dititrasi langsung diamati Tapi jika tidak berwarna pink maka dititrasi dahulu dengan Na2CO3 hingga berwarna pink pertama kali Dihitung volume Na2CO3 yang dikeluarkan Dihitung dengan rumus Hasil

36 | P a g e

3.2.6 Nitrat Nitrogen Air Kolam Diambil air sampel sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur 12,5 ml Disaring air sampel dengan kertas saring Dituangkan pada cawan porselen Dipanaskan diatas hotplate Diuapkan sampai terbentuk kerak nitrat Diangkat dan didinginkan

Kerak Nitrat Ditambahkan 0,5 ml asam fenol disulfonik dengan pipet volume Diaduk dengan spatula sampai kerak terlarut Diencerkan dengan 2,5 ml aquades Dimasukkan ke beaker glass Ditambahkan NH4OH sampai terbentuk warna kuning yang konstan Dipindahkan ke gelas ukur Diencerkan dengan akuades sampai 12,5 ml Dimasukkan ke dalam cuvet Dihitung nitrat nitrogen dengan spektrofotometer, = 410 m dan diperoleh nilai y Dihitung dengan rumus Y=ax + b Hasil

37 | P a g e

3.2.7 Orthofosfat Air Kolam Diambil air sampel 12,5 ml dengan gelas ukur Dituangkan ke dalam Erlenmeyer Ditambahkan 1 ml ammonium molybdat dan dihomogenkan Diberi 2 tetes SnCl2 dan dihomogenkan hingga berubah warna menjadi biru Dimasukkan ke dalam cuvet Diukur orthofosfat dengan spektrofotometer, = 690 m Dihitung dengan rumus Y=ax + b Hasil

3.2.8 TOM ( Total Organic Metter) Air Kolam Diambil air sampel 25 ml dengan gelas ukur Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer Ditambahkan 5 ml H2SO4 dengan pipet volume dan dihomogenkan Dipanaskan diatas hotplate hingga suhu70o-80o C Diangkat dan didiamkan hingga suhu turun 60o-70o C Ditambahkan Na-oxalate 0,01 N sampai tidak berwarna Dititrasi dengan KMNO4 0,01 N sampai berwarna pink pertama kali sebagai x ml Diambil 2 ml aquadest dan larutan prosedur (1-7) dan dicatat titran yang digunakan sebagai y ml Dihitung V.titran yang terpakai Dihitung dengan rumus Hasil
( )

38 | P a g e

3.2.9 Pengambilan Sampel Plankton Air Kolam Kalibrasi terlebih dahulu plankton net dengan air yang akan diamati Botol film dipasang pada ujung plankton net dan diikat Ambil sampel air dengan ember 5 L sebanyak 25 L Saring menggunakan plankton net Sampel disaring dengan cara menggoyangkan plankton net Tutup botol film dari dalam plankton net Diberi bahan pengawet 3-4 tetes Diberi label Sampel Plankton Masukkan ke dalam cool box yang berisi es batu Disimpan dalam refrige dengan suhu 4o C Hasil

3.2.10 Pembuatan Preparat Dan Pengamatan Plankton Preparat Objek glas dan cover glass dikalibrasi dengan aquadest Dibersihkan dengan tissue searah Sampel plankton dikocok dengan perlahan Ambil sebanyak 1 tetes dengan mengarahkan pipet Teteskan ke permukaan objek glass Tutup objek glass dengan cover glass dengan kemiringan 45o Apabila terdapat gelembung dalam pembuatan preparat maka harus diulangi lagi Hasil

39 | P a g e

Mikroskop

Preparat plankton diletakkan diatas meja objek Nyalakan mikroskop Putar pengaturan cahaya dan diafragma Pilih pembesaran 40 kali Temukan fokus, putar pemutar kasar dan halus sehingga preparat terlihat jelas Cari luas bidang pandang Dihitung dengan rumus ( B=1/4 (D)2 ) , D=D1 D2 Amati plankton yang ada disetiap bidang pandang Hitung jumlahnya dan dicari klasifikasinya Hasil

40 | P a g e

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA HASIL PENGAMATAN 4.1.1. Data Tabel Pengamatan Kualitas Air

Parameter Suhu Kecerahan pH DO CO Warna Kolam Nitrat Fosfat TOM 25

Waktu ( WIB ) 08.45 28 28 cm 8 37,96 3,99 Hijau 0,554 0,284 121,34 14.00

39 cm 8 37, 135 23, 9712 Bening 0,554 0,284 121,34

41 | P a g e

4.1.2 Data Tabel Jenis dan Klasifikasi Plankton Jam BP Gambar Jml. 2 Filum Klasifikasi : Chlorophyta Gamb. Litratur

Sub.Filum : Chloropyceae Ordo Famili : Chlorococcales : (googleimages,2013)

Dictosphaeriacceae Spesies :

Dimorphococcus 1 Filum : Chlorophyta

Sub.Filum : Chloropyceae Ordo Famili Spesies : Chlorococcales : Radiococcacea : Askenasyella (googleimages,2013)

Filum Ordo Famili Genus Spesies

: Chrysophyta : Pennales : Naviculaceae : Mastugloca : Mastuglorase : Chrysophyta : Pennales : Naviculaceae : Frustula : Frustula (googleimages,2013) (googleimages,2013)

Filum Ordo Famili Genus Spesies rambaldes

42 | P a g e

Filum

: Chlorophyta

Sub.Filum : Chloropyceae Ordo Famili Spesies neglects : Zygnematales : Desmidiacene : Groenbladia (googleimages,2013)

Filum

: Chlorophyta

Sub.Filum : Chloropyceae Ordo Famili Spesies cadisi : Zygnematales : Desmidiacene : Hyacothea (googleimages,2013)

Filum

: Baccilanophyta

Sub.Filum : Baccilanophyceae Ordo Famili Spesies baecki : Rewaber : Naviculaceae : Brebissonia (googleimages,2013)

Filum Ordo Famili Genus Spesies

: Chordata : Pyromatida : Prosomatidae : Pyrosoma : Pyrosoma vertillicatum neuman (googleimages,2013)

43 | P a g e

Filum

: Chlorophyta

Sub.Filum : Chloropyceae Famili Genus macceae Spesies : Dicellula plancto nicaswir 2 Filum : Chlorophyta : Chlorellacceae : Seenedes (googleimages,2013)

Sub.Filum : Chloropyceae Famili Genus Spesies gelatinosa 1 Filum Ordo Famili : Chlorophyta : Tetrasporales : : Chlorellacceae : Palmellopsis : Palmellopsis (googleimages,2013)

Glococystaeceae Genus Spesies gelatinosa 18 Spesies Candisii Family Ordo : Desimidiacede : Zygretotales (googleimages,2013) : Hyacothea : Palmellopsis : Palmellopsis (googleimages,2013)

Sub Filum : Chlorophyceae Filum : Cholorophyta

44 | P a g e

4.2. Pembahasan 4.2.1. Deskripsi Stasiun Pengamatan Pada pratikum Planktonology untuk pratikum lapang dipilih stasiun pengamatan yaitu kolam permanen. Adapun deskrpsi mengenai kolam tersebut yatu dasar kolam berupa beton atau semen dan pinggiran kolam tersebut dari beton juga. Berbentuk segi empat dan terdapat bangunan perpusatakaan dsisi belakang kolam. Kolam dikelilingi tanaman hias dan beberapa pohon palem. Pada sisi timur terdapat kolam permanen juga. Diatas kolam tidak ada penutupan kolam (kolam mendapat matahari secara langsung). Namun ketika sudah pada posisi barat, sinar matahari akan terhalang beberapa pohon. Pada saat pengamatan, kolam permanen tampak berwarna kuning pada pagi hari pukul 08.15 WIB. Sedangkan pada siang hari Pukul 14.00 WIB Kolam tampak berwarna

4.2.2. Hubungan Parameter Kualitas Air a. Suhu Pada pratikum Planktonology materi pengukuran kualitas air untuk para meter suhu terhadap perairan kolam tipe permanen didapatkan pada pagi hari Pukul 08.45 WIB, suhu perairan sebesar 25 0C. jika dibandingkan dengan kelimpahan plankton dengan suhu perairan, pada pagi hari pukul 08.45 WIB, dengan suhu 250C kelimpahan plankton divisi lebih. Menurut Effendi (2003) dalam yuliana (2007) kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan firoplankton diperairan adalah 20 30 0C. Pada kedalaman 0 2 m suhu air berkisar 30 30 0C, pada kedalaman 2 4 m suhu air berkisar anatra 290 310C. penurunan suhu antar lapisan kedalaman matahari relative kecil. Nilai kisaran tersebut adalah normal bagi perkembangan planton diperairan umum pada daerah tropic 21 310C pada plankton masih dapat berkembang pada suhu antara 20 30 0C (Rahayu,2007)

45 | P a g e

b. PH Pada pratikum planktonology materi kualitas air untuk parameter PH didapatkan hasil bahwa baik pada pukul 08.45 WIB, maupun pukul 14.00 WIB didapatkan PH sebesar 8. Jika dibandingkan dengan kelimpahan plankton, PH ini bersifat netral PH ini baik karena plankton tetap mengalami pertumbuhan meskipun pertumbuhan ini dipengaruhi factor lain. Nilai PH pada semua reaksi pada setiap kedalaman berkisar antara 7 7,5. PH optimal untuk pertumbuhan fitopalkton berkisar antara 6,0 8,0. Berdasarkan nilai tersebut, maka perairan diwaduk cirara memiliki PH yang normal dan masih mendukung untuk kehidupan fitoplankton (Rahayu, 2007). c. Kecerahan Pada pratikum planktonology materi kualitas air parameter kecerahan didapatkan hasil bahwa pada pagi hari pukul 08.45 WIB didapatkan hasil kecerahan 39 cm. sedangkan pada pukul 14.00 WIB kecerahan sebesar 29 cm. jika dibandingkan dengan kelimpahan plankton paling banyak yaitu pada kecerahan. Menurut Sumroh (1992) dalam asmara (2005), kemampuan daya tembus sinar matahari keperairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organit maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan, kepadatan plankton, jafad renik dan detritus. Kekeruhan yang paling baik untuk budidaya ikan adalah disebabkan oleh plankton (Mahyudin,2010). d. DO (Disolved Oksigen) Pada pratikum palntonology materi kualitas air untuk parameter DO didapatkan dari hasil pukul 08.45 WIB, sebesar 37,135 mg/. Sedangkan pukul 14.00 WIB didapatkan hasil DO sebesar 8,96 mg/. Dari data yang didapat dari DO pukul 08.45 WIB dan DO pukul 14.00 WIB terjadi penurunan kadar DO sebesar 28,175 mg/. Dibandingkan dengan kelimpahan pada pagi hari pukul 08.45 WIB dengan kandungan DO sebesar 37,135 mg/ dengan kelimpahan chlorophyta sebesar 5988,3 mg/ dan chryzophyta 47.891,1 mg/. Sedangkan pukul 14.00 WIB didapatkan hasil DO sebesar

46 | P a g e

8,96 mg/ dan chryzophyta 5232,1 mg/ dan chlorophyta sebesar 3737,2 mg/ dapat disimpulkan bahwa pada pukul 08.45 WIB kandungan DO nya lebih besar dibandingkan jam 14.00 WIB dan kelimpahannya juga lebih banyak pada pukul 08.45 WIB. Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terlarut dalam massa air melalui proses difusi oksigen yang bisa masuk kedalam air. Jika kerapatan molekul molekul air rendah kondisi ini tercapai bila suhu rendah. Sebaliknya, jika suhu tinggi suhu air, kecepatan molekul air makin tinggi dan akibatnya oksigen semakin sulit masuk kedalam massa air (Kuncoro,2008). e. CO2 Pada pratikum Planktonology materi kualitas air untuk parameter CO2 didapatkan hasil pada pukul 08.45 WIB. Kadar CO2 sebesar 23,9712 mg/ dan pada siang hari kadar CO2 sebesar 3,99 mg/. Sedangkan bila dilihat dari hasil kelimpahan plankton pada jam 08.45 WIB. Karbondioksida sangat diperlukan untuk proses fotosintesis yaitu sebagai sumber karbon. Karbondioksida disetiap kedalaman nilainya turun, pada kedalaman 0 - m nilainya berkisar antara 4,99 6,59. Pada kedalaman 2 4 m nilainya berkisar antara 4,39 6,39 dan kedalaman 4 6 m nilainya berkisar antara 4,30 5,99 mg/ (Rahayu,2007). f. Nitrat Berdasarkan pada pratikum yang telah dilakukan didapatkan nilai nitrat perairan sebesar 0,554 mg/, pada pukul 08.45 WIB maupun 14.00WIB. Menurut Effendi (2003), kadar nitrat pada perairan alami terlampir tidak punah lebih dari 0,1 mg/, kadar nitrat 5 mg/. Mengakibatkan pertumbuhan algae dan tumbuh pesat (bleaming). g. Phospat Berdasarkan pratikum yang sudah dilakukan, besar kadar pospat pada pukul 08.45 dan 14.00 WIB sebesar 0,284 mg/.

47 | P a g e

Menurut Effendi, (2003), kadar fospat total perairan dibagi menjadi tiga, kesuburan rendah 0 0,02 mg/, kesuburan sedang 0,021 0,05 mg/, kesuburan tinggi 0,051 0,1 mg/.

h. TOM Berdasarkan pratikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil nilai TOM pada pukul 08.45 WIB dan 14.00 WIB sebesar 121,34 mg/. Menurut Jafin (2008), ZooPlankton banyak terdapat dalam perairan kaya bahan organic, Karena bahan organic dan juga bakteri yang terdapat dalam popok merupakan sumber makanan zoo plankton.

48 | P a g e

PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada praktikum planktonology dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Plankton adalah organisme hidup yang hidup melayang layang dalam air laut atau air tawar dan pergerakkannya secara pasif bergantung pada angin dan arus. Pengelompokan plankton berdasarkan ukuran adalah ultra plankton, nano plankton, mikroplankton, meso plankton, mano plankton dan mega plankton. Pengelompokan plankton berdasarkan asal usulnya adalah dilopalnkton dan autoplankton. Pengelompokan plankton berdasarkan jenis makanannya adalah fitoplankton, sapra plankton, dan zooplankton. Macam-macam filum fitoplankton adalah Clonphyta, Cyanophyta,

Chrizophyta, Rhodophyta dan Dimoflagellata. Macam macam filum Zooplankton adalah Rotifera, Arthopoda dan Copepoda. Factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton adalah dari factor fisika yaitu suhu dan kecerahan, sedangkan factor kimia antara lain PH,DO, CO2,Nitrat, Phosfat, dan TOM. Indeks keragaman plankton dapat di pendeh dari persamaan :

H = - m log2 P1 n
Semakin besar nilai keragaman suatu perairan akan semakin peraian Indeks dominasi dapat dianalifus dengan persamaan

D=

n1 N

49 | P a g e

Nilai kelimpahan plankton dapat ditentukan dengan persamaan :

T.V N = L.V.P.N
Berdasarkan data yang diperoleh dan pengukuran parameter kolam permanen didepan perpustakaan pusat Universitas Brawijaya Malang termasuk local. Jenis plankton yang ditentukan berasal dari filum Chrysophyta dan Chlorophyta. Pada pagi hari (08.45 WIB) dan siang hari (14.00 WIB), divisi plankton yang mendominasi yaitu divisi Chryzophyta. Secara keseluruhan indeks keragaman dari plankton yang berhasil diidentifikasikan tergolong yakni pada H11.

x n (mg/)

5.2. Saran Pada praktikum Planktonology dasar ketika dilapang sebaiknya alat pengukuran dibawa pada suhu titik lokasi. Untuk materi ketika pratikum lapang, banyak yang tidak mendapatkan materi karena harus mengukur di lab fakultas. Untuk praktikum yang dilaksanakan dilaboraturium kurang efektif dalam pemberian materi.

50 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA Adnan , H . 2005. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Fitoplnkton Di Danau Hambalat Kelurahan Patuk , Ketimpan Kota Palangkaraya. Jurnal Central Kalimantan. Fishieris Volume Iii No. 2. September 2005. Lembaga Penelitian Universitas Palangkaraya. Apriyant .2008. Pengantar Planktonology Bagi Hasil Pembudidaya. Kanisius. Yogyakarta Antarhadi. 2006. Pengantar Biologi Laut. Erlangga. Jakarta Bambang , Santosa. 2007. Pengaruh Factor Lingkungan Terhadap Distribusi Spesies , Komunitas Zooplankton Di Tluk Klabat. Perairn Bangka Belitung. Pusat Penelitian Oseonagrafi . Upi Boyd,C.E. 2005. Water Quality Pond Of Aquaculture. Albana. Alabana Aquaculture Experiment. Stasiun. Abum Universitas Edamandani. 2009. Studi Daerah Palangkaraya Ikan Cakalang Dan Maclidang Di Perairan Sumatra Barat Pada Musim Timer. Jurusan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan . Fpik. Ipb. Bogor Effendie. H . 2005. Teladah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Penerbit Khusus. Yogyakarta Ekamawati . 2005. Budidaya Makanan Alami. Fpik. Ub. Malang Firmansyah, Risky, Agus Mawardhi H Dan Umar Pratama.2004. Belajar Biologi. Pt. Grafindo Media Pratama. Bandung Galugu,M.B.2005. Analisa Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Sehubungan Dengan Bahan Pencernaan Organic. Skripsi . Fpik . Ipb. Bogor Goldman .G.R. And Home.2008. Limnology-Mc-Growothe-Book-Company Uniped Statle Of Amerika. Amerika
51 | P a g e

Google,Image. 2013. Gambar Fitoplankton Dan Zooplankton. Diakses Pada Tanggal 9 Oktober 2013 Pukul 11.00 Wib Handayani Dan Diana. 2005. Pengantar Planktonology ( Fitoplankton ).Wuffic.Ub Madinawati. 2010. Kunci Indentitas Zooplankton. Ui. Jakarta Nontji, Anugrah. 2008. Plankton Laut. Upi. Press. Jakarta Rokfa. 2011. Plankton Dan Producticity In The Oceans. Perjaman Press. Oxford Satya , Awalira , S. Suranisan. R. Ramadanya Dan E.Mulyadi. 2010. Pada Distribusi Dan Laju Akumulasi Karbon Organic Dalam Sedimen Serta Hubungan Dengan Padatan Bersuspensi Di Situbanta. Umnotek (2010 ) If (1). 71-81 Sugianto, Yayuk, Krismono , Adriyani Sri Nastitidan Warsa,Andri. 2009. Keanekaragaman Fitoplankton Pada Perairan Calon Suaka Perairan Di Waduk Foto Panjang, Riau. Jurnal Life Perikanan Indonesia. Vol 15. No.1 Sutama. 2007. Petunjuk Identifiksi Plankton Di Periran Jepara. Undip. Semarang Syaufina. 2007. Produktifitas Perairan. Ub. Malang Triaminingsih. 2005. Pengertian Tentang Plankton Dan System Warna Oseanografixix (4): 25-29 Widyastuti. 2010. Pengantar Diktat Planktonology. Ui Press. Jakarta

52 | P a g e

LAMPIRAN 1

53 | P a g e

LAMPIRAN 2

Pengukuran DO Diket : V. Awal : 50 V. Akhir : 10 V. Botol : 294, 87

Ditanya : DO....?? Jawab : : : 37.135 Mg/L Pengukuran CO2 Diket : Vi : 0.8 V. Titran : 0.2 Ditanya : CO2....?? Jawab : : : 23.9712 Mg/L

54 | P a g e

LAMPIRAN 3

LBP : D1 = 5 : D2 = 18 5 = 13 LBP = x x D2 = x 3.14 x 132 = x 3.14 x 169 = 132.665

KELIMPAHAN PLANKTON Dimorphococus = = .2

= =

.2 = 8,8

Dicellula planctonicaswir = = = = .2 = 8,8 .2

55 | P a g e

Pamellopsis gelatinosa = = .2

.2

= 8,8

Aslynasyella = = = = .2 = 17,6 .1

Pyrosoma vertilicatum neuman = = = = .2 = 17,6 .1

56 | P a g e

Mastroglorase = = = = .2 = 17,6 .1

Fustulla rambales = = = = .2 = 17,6 .1

Hyacothe cadisi = = = = .2 = 17,6 .1

57 | P a g e

Broenbladia neglects = = = = .2 = 17,6 .1

Brebisonia baecki = = = = .2 = 17,6 .1

Ehoenphonesis retovera = = = = .2 = 17,6 .1

Hyacothea = = = . 18 . 18

58 | P a g e

= 316,8

INDEKS DOMINASI Dimorphococus = { }2 ={ }2

= 3, 90625 X 10-3

Dicellula planctonicaswir = { }2 ={ }2

= 3, 90625 X 10-3

Pamellopsis gelatinosa = { }2 ={ }2

= 3, 90625 X 10-3

Aslynasyella = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

59 | P a g e

Pyrosoma nertilicatum neuman = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Mastroglorase = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Fustulla ranbaldes = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Hyacothe cadisi = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Groenbladia neglects = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

60 | P a g e

Brebisonia baecki = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Ehoenphonesis retovera = { }2 ={ }2

= 9,765625 X 10-4

Hyacothea candisii = { }2 ={ }2

= 0, 31640625 KERAGAMAN RELATIF Dimorphococus = = = 6,25 % Dicellula planctonicaswir = = = 6,25 %

61 | P a g e

Pamellopsis gelatinosa = = = 6,25 % Aslynasyella = = = 3,125 % Pyrosoma nertilicatum neuman = = = 3,125 % Mastroglorase = = = 3,125 % Fustulla ranbaldes = = = 3,125 %

62 | P a g e

Hyacothe cadisi = = = 3,125 % Groenbladia neglects = = = 3,125 % Brebisonia baecki = = = 3,125 % Ehoenphonesis retovera = = = 3,125 % Hyacothea candisii = = = 56,

63 | P a g e

LAMPIRAN

64 | P a g e

Das könnte Ihnen auch gefallen