Sie sind auf Seite 1von 116

191

Bagian II. ALIRAN INKOMPRESIBEL


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 192



BAB
5
Teori Potensial Untuk Aliran
Inkompresibel





5.1 Pendahuluan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk aliran disekitar benda di mana harga
cukup tinggi, asumsi invisid dapat digunakan. Asumsi ini juga dapat digunakan untuk
kasuskasus di mana
e
R
u sangat kecil sehingga ( ) u = menjadi sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Untuk kasuskasus seperti ini maka persamaan (I.3) (lihat
sub bagian asumsi inkompresibel) menjadi lebih sederhana,

+ + = +

2
2
u p
u
t
u
(MI)
Apabila aliran adalah aliran steady maka 0 =

t
sehingga,

+ + =

2
2
u p
u
Sekarang kita ambil dot product persamaan di atas dengan,
l
e , unit vector di arah
kecepatan (searah dengan streamline), maka
)
2
( 0
2

+ +

=
u p
l

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 193



atau
= + +
2
2
u p
konstan sepanjang streamline
Catatan: Persamaan terakhir juga dapat diturunkan dari persamaan Bernoulli untuk
aliran kompresibel dengan e = konstan seperti telah dijelaskan di Bab 2.

Persamaan di atas memberikan hubungan antara p dan u. Jadi apabila solusi u telah
ditemukan, maka p dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bernoulli. Solusi
u dapat ditemukan dengan menyelesaikan persamaan vortisitas yang untuk kasus ini
adalah,
( )
d
u
dt

=

Apabila selain asumsi inviscid, aliran juga adiabatik maka entropy (S) tidak berubah
sepanjang pergerakan sebuah fluid elemen ( 0
dS
dt
= ) dan aliran menjadi aliran
isentropic (lihat sub-bagian 2.6 tentang asumsi-asumsi yang biasa digunakan).
Sehingga apabila asumsi-asumsi ini kita gunakan untuk mempelajari aliran
inkompresibel disekitar benda yang diletakkan pada aliran dengan freestram yang
seragam, harga S menjadi konstan diseluruh daerah fluida dimana asumsi-asumsi
tersebut dapat digunakan. Sebagaimana telah kita pelajari sebelumnya, ini berarti = 0
sehingga asumsi irotasional dapat digunakan dan aliran ini disebut aliran potensial.


5.2 Teori potensial untuk aliran inkompresibel

Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya, aliran disekitar benda di mana tinggi
pada umumnya adalah aliran irotasional kecuali di daerah di dekat permukaan (lapisan
batas). Oleh karena itu masalah aliran di luar lapisan batas dapat diselesaikan dengan
menggunakan teori potensial. Karena
e
R
0 = = u dan kita ketahui dari kalkulus
vektor bahwa 0 = untuk setiap skalar , maka u dapat dinyatakan sebagai,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 194



= u
dan persamaan kontinuitas menjadi,
0
2
= = u
0
2
= (IP.1).
Persamaan di atas adalah persamaan Laplace. Persamaan ini dapat diselesaikan apabila
kondisi batasnya diberikan. Untuk aliran inviscid, kondisi batasnya adalah,

solid
u n U n = atau
solid
n U n =
sehingga

solid
U
n
n

=

(IP.2)

Kondisi batas lainnya adalah kondisi batas di freestream (daerah yang jauh dari benda).
Kondisi batas ini menyatakan bahwa = u didaerah ini adalah kecepatan freestream
atau,
( ) ( ) u x U

= = (IP.2.b).

Permasalahan aliran irotasional inkompresibel menjadi permasalahan untuk
mendapatkan solusi ( ) dari persamaan (IP.1) dengan kondisi batas (IP.2) dan (IP.2.b).
Apabila telah ditemukan maka u didapatkan dari definisi = u . Setelah
u didapatkan maka tekanan p dapat ditemukan.

Untuk menemukan p, kita kembali ke persaman momentum untuk aliran inkompresibel
(MI) (lihat 5.1) dengan = 0 dan u = .
0
2
2
2
2
=

+ + +

+ + =

u p
t
u p
t


atau
) (
2
2
t f
u p
t
= + + +

.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 195



f(t) yang didapatkan dari integrasi, dapat diikutsertakan kedalam karena tidak
didefinisikan secara unik. Sehingga apabila
) ( ' t f + =
maka
u u = = = ' '
Dengan demikian maka persamaan di atas menjadi
tan
2
2
kons
u p
t
= + + +

(IP.3.a)
atau kasus steady,
tan
2
2
kons
u p
= + +

(IP.3.b)
Persamaan (IP.3.b) dapat diturunkan dari persamaan
tan
2
2
kons
u
h = + + .
Dengan e = konstan untuk aliran inkompresibel, didapatkan persamaan Bernoulli
(IP.3.b).


5.3 Sifat-sifat umum dari solusi persamaan Laplace

Kita telah lihat permasalahan aliran inviscid inkompresibel berubah menjadi
permasalahan matematik, yaitu mendapatkan solusi persamaan Laplace, apabila asumsi
irrotasional dapat digunakan. Dalam subbagian ini kita akan mempelajari sifat-sifat
umum dari solusi persamaan Laplace. Karena sifat-sifat ini adalah sifat-sifat matematis
dari sebuah persamaan, maka apa yang kita dapatkan dalam subbagian ini berlaku
secara umum untuk segala macam fenomena fisis yang dijelaskan oleh persamaan
Laplace, termasuk aliran potensial untuk kasus inkompressible.

Sebelum kita mulai mempelajari sifat dari solusi persamaan Laplace lebih dalam,
diperlukan beberapa definisi dan teorema berikut ini. Definisi-definisi yang diperlukan
untuk mempelajari sifat-sifat persamaan Laplace adalah:
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 196



1. Reducible circuit: adalah sebuah sirkuit yang dapat dikontraksikan menjadi
sebuah titik tanpa melewati daerah yang dipelajari.
2. Reconciable circuit: adalah dua buah sirkuit yang dapat dipertemukan dengan
cara yang kontinyu tanpa melewati daerah yang dipelajari.
3. Daerah simply connected: daerah di mana semua sirkuit adalah reducible dan
reconcilable.
4. Daerah Doubly connected: daerah di mana didalamnya terdapat satu sirkuit yang
tidak reducible.

Contoh: daerah exterior dari benda 3 dimensi, daerah ini adalah daerah simply
connected karena semua sirkuit, C
1
dan C
2
misalnya, adalah sirkuit yang reducible
dan reconciable.

Contoh : daerah exterior dari benda 2 dimensi.


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 197



Daerah exterior dari benda yang digambarkan di atas (a dan b) adalah daerah doubly
connected karena sirkuit C
1
misalnya, adalah sirkuit yang tidak reducible. (C
1
hanya
dapat dikontraksikan menjadi sebuah titik dengan cara memotong sayap dalam kedua
gambar di atas. Dengan kata lain, harus melewati daerah yang dipelajari (fluida).
Namun, pada kedua gambar di atas sirkuit C
0
adalah reducible.

Berikut ini adalah teorema-teorema yang dibutuhkan:
Teorema Stokes:
Apabila l adalah sirkuit reducible maka,
( )

= =

=
A l l
dS n d dl
l

(Teorema Stokes)
di mana l adalah batas dari permukaan A (seperti terlihat dalam sketsa dibawah).

Teorema Green:
( )
2

R S
dV ndS + =

(Teorema Green)
apabila , adalah fungsi yang single valued.

Bukti untuk Teorema Green:
Kita mulai dari Teorema Gauss (*)

V S
AdV A ndS =


sekarang kita definisikan A sehingga,
( )
2
A = = +
sekarang kita subsitusikan kedalam teorema Gauss,
( )
2

V
dV ndS + =


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 198



Perlu diingat bahwa (*) berlaku untuk A yang kontinyu ( & haruslah kontinyu).
Jadi teorema ini berlaku apabila & adalah fungsi yang single valued.

Bentuk lain dari Teorema Green adalah sebagai berikut, definisikan
A
2 2
A = +
Apabila kita subsitusikan kedalam teorema Gauss,

( )
2 2

. , .

V S
dV dS
n n
n n
n n





=


= =



(Teorema Green Kedua)

5.3.1 Keunikan solusi persamaan Laplace dalam daerah Simply
Connected

Untuk kasus ini teorema Stokes dapat digunakan sehingga,

0
0
l
d n ds = = =

.

Jadi untuk kasus ini = 0 untuk setiap sirkuit. Karena = 0 maka,
0
2 1 C lewat C lewat
= =

B
A
B
A
d d d

sehingga,
[ ] [ ]
1 2 lewat C lewat C
(B) (A) (B) (A) =
.

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 199



Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa ( ) B & ( ) A hanya mempunyai satu nilai
(single valued). Dengan kata lain hanya ada satu harga di setiap titik di daerah
simply connected yang merupakan daerah exterior dari benda B (daerah R).

Sekarang kita akan lihat apakah solusi dari persamaan (IP.1) dengan kondisi batas (IP.2)
(Problem ini disebut juga Neumann exterior problem) di daerah simply connected
adalah solusi yang unik. Misalkan ada dua ,
1
&
2
, yang memenuhi persamaan
(IP.1) dan kondisi batas (IP.2) sehingga,
( )
1 2
2
0 =
di R dan
( )
1 2 0
n

di S
di mana S adalah permukaan benda. Selain itu turunan dari (
1

2
) di infinity adalah
nol karena ( ) ( ) 1
2
x U x

= = .

Sekarang kita gunakan Teorema Green dengan =
1

2
& =
1

2
(teorema ini
dapat digunakan karena daerah di luar benda adalah simply connected sehingga adalah
single valued).
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2

R S
dV ndS dS
n





Apabila kita ambil yang berada di infinity maka ( ) 0 dS

, karena
( ) 1 2 0
n

di S sehingga,
( ) ( ) 1 2 1 2
2
0 0
R
dV

= =


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 200



Jadi, 1 2 k = + di mana k adalah konstan atau fungsi waktu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa solusi dari di R (daerah
exterior dari S) dengan
0
2
=

wall
n U n =
di S adalah unik sampai dengan sebuah
additive k apabila R adalah daerah simply connected.

5.3.2 Keunikan solusi persamaan Laplace dalam daerah Doubly
Connected


Untuk kasus ini Teorema Stokes hanya dapat digunakan untuk daerah-daerah seperti
yang dibatasi dengan sirkuit seperti yang dibatasi oleh C
0
. Untuk daerah-daerah yang
dibatasi dengan sirkuit seperti C
2
, C
1
, Teorema Stokes tidak berlaku. Oleh karena itu,
walaupun kita tahu bahwa = 0 di daerah di luar S, kita tidak tahu apakah atau
tidak (karena Teorema Stokes tidak dapat digunakan). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa,
0
2
= C
Di daerah doubly connected, dari sirkuit yang tidak reducible tidak harus
sama dengan nol dan harga tidak dapat ditentukan dengan menggunakan apa
yang telah kita pelajari selama ini.

Teorema Stokes dapat digunakan di daerah yang dibatasi oleh sirkuit C
1
& C
2
.

= =
C C
dS n l d u l d u 0
2 1

sehingga . Oleh karena itu dapat disimpulkan,
2 1
C C =
di sepanjang sirkuit yang tidak reducible mempunyai harga yang sama.

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 201



Sekarang kita akan lihat sifat dari di dalam daerah doubly connected.

B B B
A A A
u dl dl d
l

= =




Karena Teorema Stokes dapat digunakan di daerah
12
maka,
[ ] [ ]
12
1 2
1 2
0
lewat C lewat C
B B
A A
lewat C lewat C
d d n dS
(B) (A) (B) (A)


= =
=


Sehingga dapat disimpulkan bahwa sepanjang reducible circuit adalah single
valued.

Hal yang berbeda terjadi untuk sirkuit yang tidak reductible seperti C
1
+ C
3
. Untuk
sirkuit-sirkuit seperti ini Teorema Stokes tidak dapat digunakan sehingga,
3 1 lewat C lewat C
B B
A A
d d =


atau
[ ] [ ]
2 1 lewat C lewat C
(B) (A) (B) (A) =


Jadi dapat disimpulkan bahwa
Sepanjang sirkuit yang tidak reducible, multivalued kecuali untuk kasus = 0.

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 202



Daerah doubly connected dapat diubah menjadi simply connected dengan memasukkan
barrier (lihat gambar!).

Daerah di dalam barrier tidak diikutsertakan di dalam daerah yang dipelajari. Sekarang
kita hitung sirkulasi untuk sirkuit dalam sketsa diatas,
( ) ( )
1
1
1 1
lim lim
p
p
d p
p p p p
p = =


Maka dapat disimpulkan bahwa
Apabila kita melompati pembatas (barrier) maka akan ada lompatan sebesar

Sekarang kita akan lihat apakah solusi dari (IP.1) dengan (IP.2) adalah unik sampai
dengan sebuah additive k, sebagaimana kasus di daerah simply connected. Kemudian,
seperti sebelumnya, kita anggap ada dua (
1
dan
2
), yang memenuhi (IP.1) dan (IP.2)
sehingga,
( )
2
1 2
0 = di R dan ( )
1 2
0
n

di S
Definisikan
1

2
sehingga,
2
0 = di R (daerah doubly connected) dan 0
n

di S

Sama seperti kasus simply connected, kita akan gunakan Teorema Green untuk melihat
apakah adalah unik. Namun, untuk kasus ini R adalah daerah doubly connected
sehingga
1
,
2
, dan adalah multivalued. Oleh karena itu, Teorema Green tidak dapat
digunakan. Untuk itu kita perlu menambahkan barrier membuat domain yang baru
R
b
menjadi simply connected dan Teorema Green dapat digunakan.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 203




( )

0
2
1 1
0
AB C CD C
dS dl dl dl dl
n n n

=
n

= +




Apabila kita ambil C yang berada di infinity maka ( ) 0
C
dl

dan
( )
2
1 1 1 AB CD b b
dS dl dl dl dl
n n n
+

=


1
n


Walaupun multivalued,
1
n

adalah single valued karena kecepatan di sebuah titik


haruslah single valued. Jadi,
1 1
b b
n n
+

=




Dengan demikian,
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
{ }
2
1 1 2 2
1
b b b b
barrier
dS dl
n


+ +

=






Karena maka ( ) ( )
lim
D A
D A
=


( ) ( )
2
1 2
barrier
dS dl
n



atau
( ) ( ) ( ) ( )
2
1 2 1 2 1 2
barrier
dS dl
n


.

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 204



Jadi apabila
1
=
2
maka
2
=
1
+ k tetapi apabila
1

2
maka
1

2
. Dengan kata
lain, solusi unik untuk kecepatan hanya akan didapatkan apabila kedua solusi (1 dan 2)
mempunyai sirkulasi yang sama. Ini berarti untuk kasus ini selain kondisi batas,
sirkulasi juga harus dispesifikasikankan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Solusi dari di R (daerah doubly connected) dengan
2
0 =
s
n U n = di S
adalah unik (sampai dengan sebuah konstanta k) apabila diberikan. Untuk kondisi
batas di S dan yang sama, harga yang berbeda akan memberikan solusi yang
berbeda.

Jadi untuk mendapatkan solusi yang unik untuk masalah aliran potensial
(inkompresibel) di daerah doubly connected harus diberikan. Spesifikasi
didapatkan dari pengertian fisis dari aliran yang dipelajari. Dalam permasalahan aliran
di sekitar airfoil, dispesifikasikan oleh apa yang disebut dengan Kutta condition.
Kondisi Kutta menyatakan bahwa: aliran di permukaan airfoil harus meninggalkan
airfoil tepat di trailing edge.

5.3.3 Sifat-sifat lain dari

Sifat-sifat umum dari akan dibahas di sini. Sifat-sifat ini berlaku baik untuk R yang
simply connected walaupun R yang doubly connected.

Sifat-sifat ini adalah:
1. tidak mungkin mempunyai harga maksimum atau minimum di interior dari
fluida. Harga maksimum atau minimum hanya dapat dicapai di batas-batas
fluida.
Bukti: Misalkan sebuah titik P berada di interior fluida. V adalah sebuah
volume element kecil yang mengelilingi P dengan permukaan S.
( )
( )
2

0
S S
dS ndS V
n
V

= =

= =


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 205



Ini artinya di sekitar P,
n

tidak mungkin seluruhnya negatif atau


positif. Jadi tidak mungkin mempunyai harga minimum atau
maksimum di titik P
2. Turunan spatial dari memenuhi persamaan Laplace.
Bukti: Turunan spatial dari adalah
u = ,
2
0 u = = , 0 u = =
karena

( )
2
0
u u
=

=



u maka,
2
0 u = atau ( )
2
0 =
atau turunan spatial menuruti persamaan Laplace. Oleh karenanya, maka
mempunyai sifat 3 dan 4 di bawah
3. Turunan spatial dari tidak bisa mencapai minimum atau maksimum di interior
dari fluida.
4. Komponen kecepatan tidak dapat mencapai minimum atau maximum di interior
fluida.
5. Besar kecepatan tidak dapat mencapai harga maksimum di interior fluida
Bukti: Kita gunakan Teorema Green dengan 1 =

( )
2
2
0
ndS dV
S V

=

= +





( )

2
2
0
1
0
2
ndS dV
s v

>
= >


Karena
z y x


, , mematuhi persamaan Laplace (sifat 2) maka :
2
1
0
2
u nds >

di mana
2
2 2
2
u
x y z

= + +





Jadi di sekitar titik P,
2
u
n

tidak mungkin negatif sehingga u


2
tidak mungkin
mencapai maksimum di dalam interior fluida.
6. Tekanan mencapai minimum di batas dari fluida
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 206



( )
2
2
u
p f t
t


= + +

2
2
2
0
0

2
2
S S S S
S
p
dS p ndS ndS u ndS
n t
u
V dS
t n


=
>

= =



=




_

0
S
p
dS
n

<


Jadi disekitar titik P,
p
n

tidak mungkin positif sehingga p tidak mungkin


mencapai minimum di dalam interior fluida.

5.3.4 Prinsip Superposisi

Persamaan Laplace (IP.1) adalah persamaan diferensial parsial yang linier. Oleh karena
itu, Prinsip Superposisi berlaku apabila kondisi batasnya dijelaskankan oleh persamaan
yang juga linier. Prinsip ini menyatakan bahwa :
Apabila , , , ,
1 2 3 n
adalah solusi dari persamaan-persamaan :
2
1
0 = ,
2
2
0 = ,
2
0
n
=
dengan
1
1
a
n

=

,
2
2
a
n

=

,
n
n
a
n

=

yang linier,
maka
1 2
...
n
= + + + juga memenuhi persamaan Laplace
2
0 =
dengan kondisi batas
1 2
...
n
a a a
n

= + + +



Prinsip ini dapat dibuktikan dengan mudah dengan menggunakan kenyataan bahwa
(IP.1) dan (IP.2) adalah persamaan-persamaan yang linier.

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 207



Jadi apabila kita mengetahui beberapa solusi dari persamaan Laplace, maka solusi-
solusi dapat digabungkan untuk mendapatkan solusi yang baru. Metode untuk
mendapatkan solusi dari (IP.1) (dengan(IP.2)) dengan cara menggabungkan beberapa
solusi adalah salah satu metode yang banyak digunakan. Metode lainnya adalah dengan
menggunakan Methods of separation of variable.


5.4 Permasalahan aliran potensial ditinjau dari rangka acuan
yang berbeda


Dalam praktik, sering sekali kita harus menyelesaikan permasalahan aliran potensial di
sekitar benda yang bergerak dengan kecepatan U(t) relatif terhadap fluida yang diam.
Untuk kasus ini permasalahan matematis yang harus diselesaikan adalah persamaan
(IP.1), (IP.2), (IP.2.b) yang untuk kasus ini menjadi,
( )
( )
2
0
( ) dim ( )
( ) 0
b
b b
S
n U t n ana S S t
u x


=
= =
= =

Sementara itu tekanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk
kasus unsteady yaitu,
2
tan
2
p u
kons
t

+ + =



Hubungan matematis diatas adalah hubungan yang dituliskan dengan menggunakan
rangka acuan yang diam relatif terhadap ruang (K). Dari hubungan tersebut dapat
dilihat bahwa kita harus menjelaskan permukaan benda yang bergerak tersebut (S
b
)
dengan menggunakan sebuah fungsi waktu walaupun benda tersebut adalah benda rigid.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 208



Namun, apabila kita gunakan rangka acuan yang bergerak dengan benda (K
1
), fungsi
yang menjelaskan permukaan benda menjadi time independent. Ini disebabkan
karena permukaan benda S
b
tidak berubah terhadap waktu apabila kita jelaskan
permukaan tersebut dengan menggunakan K
1
. Jadi permasalahan akan menjadi lebih
sederhana apabila kita guanakan rangka acuan K
1
yang bergerak bersama dengan benda.

Untuk melihat ini, kita transformasikan hubungan diatas yang dituliskan dengan
menggunakan dari K ke K
1.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa posisi sebuah titik P
dijelaskan oleh x
1
apabila diamati dari K
1
dan x apabila diamati dari K. Hubungan
antara vektor x
1
dan x adalah :
( ) ( )
1
0
,
t
x x t x U d =


Dari persamaan ini maka terlihat bawa kecepatan potensial dan tekanan relatif terhadap
K
1
( ( ) (
1 1
, , , ) x t p x t ) adalah,
( ) ( ) ( ) ( )
1 1
, , , , x t x x t t x = = t
( ) ( ) ( ) ( )
1 1
, , , p x t p x x t t p x t = = ,
Ini tentunya sesuai dengan prinsip bahwa harga sebuah skalar tidak tergantung dari
rangka acuan yang digunakan. Selain itu hubungan-hubungan berikut juga berlaku:
1
1
x

= =

,
2 2
1
= (karena ( ) ( )
0
t
U d f x

)
( )
1
1
1
1
, x t
x
U
t t t x t


= + =

(3)

Jadi dengan menggunakan sistem koordinat yang bergerak bersama rangka acuan K
1,
permasalahan aliran potensial disekitar benda yang bergerak dengan kecepatan U(t)
selesaikan dengan mencari solusi dari permasalahan,
( )
( )
2
1
1
1
0
( ) dim ( )
( ) 0
b
b b
S
n U t n ana S S t
u x


=
=
= =

di mana sekarang ( )
1
, x t =
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 209



Hubungan ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap waktu didapatkan hanya
melalui ( ) U t dan apabila benda bergerak dengan kecepatan konstan maka permasalahan
ini dilihat dari K
1
adalah permasalahan yang steady. Perlu ditekankan disini, bahwa S
b

dalam rangka acuan K
1
bukan merupakan fungsi waktu karena S
b
dijelaskan dengan
menggunakan x
1
yang tidak berubah terhadap waktu apabila vektor ini berada didalam
benda. Dengan menggunakan rangka acuan K
1
, persamaan Bernoulli menjadi,
( ) ( )
2
1 1 1
1
, t
2
p x t U kons
t



+ + =


an

Terakhir, permasalahan aliran disekitar benda yang bergerak didalam fluida yang diam
dapat pula dianggap sebagai permasalahan aliran disekitar benda yang diam. Ini dapat
dilihat dengan mendefinisikan,
1 1

( ) U t .
Dengan kata lain, sekarang persoalan ini diamati oleh pengamat yang diam relatif
terhadap K
1
dan
1

adalah kecepatan relatif. Dengan menggunakan definisi ini maka


hubungan persamaan Laplace dan kondisi batasnya menjadi,
( )
( )
( )
( )
2
1
1 1
1 1

( ) 0

( ) ( )
b
b
S
S
n U t
U t U t

=
= =
= =
n
Ini menunjukkan bahwa permasalahan aliran benda yang bergerak dengan kecepatan U
relatif terhadap fluida yang diam ekuivalen dengan permasalah aliran disekitar benda
diam yang diletakkan didalam aliran dengan kecepatan freestream U(t). Dengan kata
lain, permasalahan aliran potensial yang dihasilkan oleh benda yang bergerak relatif
terhadap fluida yang diam dapat diselesaikan dengan menyelesaikan permasalahan
relatif terhadap benda (mencari
1

) kemudian menambahkan kecepatan relatif ini


dengan kecepatan benda atau,
1 1

( ) U t = +
Dalam literatur

dikenal dengan sebutan pertubation potential atau potensial


gangguan.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 210



Namun, dalam menggunakan ekuivalensi diatas kita perlu berhati-hati. Sebelumnya
kita perlu melihat apakah aliran ini tetap merupakan aliran potensial apabila kita amati
dari rangka acuan K
1.


Secara umum, benda rigid dapat bergerak secara translasi dan rotasi (
tran
U U r = + )
sehingga kecepatan disebuah titik didalam aliran dapat dinyatakan sebagai,
tran rel
u U r u = + +
dimana u adalah kecepatan fluida dititik tersebut relatif terhadap K dan
rel
u kecepatan
fluida dititik tersebut dilihat oleh pengamat yang bergerak bersama K
1
. Untuk melihat
apakah aliran tetap merupakan aliran potensial di K
1
, kita hitung vortisitas di titik
tersebut.
( ) ( ) ( )
3 2
tran rel rel
rel rel
u U r u r r

= = + + = +
= + = +

dimana
rel rel
u adalah vortisitas relatif terhadap K
1
. Dari hasil ini terlihat bahwa
aliran yang irotasional relatif terhadap K, belum tentu juga aliran yang irotasional
apabila dilihat dari K
1
. Aliran hanya akan irotasional relatif terhadap kedua rangka
acuan apabila benda tersebut tidak berputar atau 0 = .


5.5 Gaya-gaya yang beraksi di permukaan benda yang
bergerak dalam aliran potensial tak terbatas


Misalkan B bergerak dengan kecepatan U(t) dalam fluida. Apabila S adalah permukaan
dari B maka gaya yang bekerja pada B (gaya-gaya fluida) adalah:
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 211



( )
,
S
F p x t nd =

S (1)
( , ) p x t dapat dituliskan dengan menggunakan potensial kecepatan dan hubungan
antara p dan didapatkan dari persamaan Bernoulli
( ) ( ) ( )
2
,
2
p x t f t p
t


+ + = =


Seperti telah dibahas disub-bagian sebelum ini permasalahan yang harus diselesaikan
akan menjadi lebih sederhana, secara matematis, apabila kita gunakan rangka acuan K
1
.
Persamaan Bernoulli yang dituliskan dengan menggunakan rangka acuan ini adalah,
( ) ( ) ( )
2
1 1 1
1
, ,
2
p x t p U p x t
t


= + =



Apabila persamaan ini kita substitusikan ke persamaan (1) maka,
2
2

2

2
S S
S S
I
q
F ndS U q ndS
t
q
ndS U q ndS
t



=

= +



= +




_

di mana
1
q .

Karena
( ) ( ) ( )
U n q U q n U n = q maka
( ) ( )
2

2
S S
II
I q
n U n q dS U n q dS

=

=



_
.
Karena
1
n q n U n = = di S(x) maka
( )
2

2
S
q
II n q n q dS

=


Di daerah di antara S dan (daerah R
0
)

0 0
2
( ) ( ) ( )
2
S R
q
n q n q dS q q q q dV

= =




0.
Karena adalah permukaan dan maka,
0
S S
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 212



2 2
( ) ( )
2 2
S
q q
II n q n q dS n q n q dS


= =




Jadi, apabila kita pilih di infinity, maka II = 0 karena ( )
1
( ) u x q

= = = 0
apabila aliran adalah aliran tak terbatas yang tak mempunyai efek di infinity. Dengan
mensubtitusikan hasil-hasil ini ke persamaan untuk F didapatkan,
( )
S S
F ndS U n q dS
t


(4)

Sekarang kita akan lihat arti dari


S
dS q n ) ( dan untuk itu kita akan lihat permasalahan
ini menggunakan sudut pandang alternatif yang diperkenalkan di akhir sub-bagian 5.3.5.
Seperti telah dijelaskan disub-bagian 5.3.5, permasalahan ini ekuivalen dengan
permasalahan aliran disekitar benda diam yang diletakkan didalam aliran dengan
kecepatan freestream U(t). Apabila u adalah kecepatan absolut dari fluida dalam
sudut pandang ini, maka u U = + q .

Karena 0
S S
n U dS U n dS = =

maka,

= =
S S S
udS e dS u n dS q n ) ( ) (
di mana dengan e u n & . Apabila kita tuliskan dS dl = S , di mana S adalah span
dan adalah elemen sepanjang kontur benda maka, dl
( )
S S l
n q dS e udS e udl e u dl e = = = =

S S S .
Dengan demikian maka suku


S
dS q n ) ( menjelaskan sirkulasi dari benda.

Akhirnya formula untuk gaya F dapat tuliskan seperti,
(
S
F ndS U e
t

= +


S )
(F)
di mana S adalah span dan adalah unit vektor yang tegak lurus dengan e U dan . n
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 213




Apabila kita ingat bahwa ( , ) ( ; ( )) x t x U t = maka
dU
t U dt

=

. Jadi, apabila U
konstan, 0 =

, sehingga
0
S
ndS
t


(untuk U = konstan).

Dari hasil-hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ;
1) Apabila benda rigid 3-D bergerak dengan kecepatan yang konstan di dalam aliran
potensial yang tak terbatas (infinite), maka gaya fluida yang beraksi pada benda
tersebut adalah nol karena ini (3-D), 0 = .
2) Apabila benda rigid 2D bergerak dengan kecepatan konstan di dalam aliran
potensial yang tak terbatas, maka pada benda tersebut tidak terdapat Drag (karena
benda adalah benda 2-D dan tidak harus sama dengan nol. Namun, gaya
( U e) S adalah tegak lurus dengan U sedangkan drag sejajar dengan U ).
3) Aliran steady di sekitar benda 2-D yang mempunyai menghasilkan gaya
sebesar
F
U =
S
e . Oleh karena gaya ini tegak lurus dengan U dan e , maka
gaya ini adalah lift per unit span (l) sehingga,

l U = (Kutta-Joukowski Theorem)
Teorema ini sangatlah penting dalam Aerodinamika.

Kesimpulan 1) dan 2) dikenal sebagai DAlemberts Paradox. Sekali lagi diingatkan
bahwa hasil-hasil di atas didapatkan untuk aliran yang tak terbatas. Jadi, untuk aliran
yang terbatas (aliran di sekitar benda) dapat menghasilkan drag dan tidak terdapat
DAlemberts Paradox.


5.6 Solusi Elementer dari Persamaan Laplace 3D

Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 214



Untuk mengenal lebih jauh solusi dari persamaan Laplace, kita akan memperhatikan
beberapa solusi yang disebut solusi elementer dari persamaan Laplace. Solusi-solusi
elementer yang akan dibaas didalam dua sub-bagian berikut ini adalah solusi-solusi
persamaan Laplace yang mempunyai singularitas di sebuah titik. Pertama-tama kita
akan bahas kasus 3-D, lalu di subbagian berikutnya kita bahas kasaus 2-D.

5.6.1 Source 3-D

Source adalah sebuah singularitas yang menghasilkan aliran dengan streamline berupa
garis-garis lurus yang berasal dari sebuah titik pusat. Selain itu, kecepatan yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat (jarak dari titik pusat).

Misalkan terdapat sebuah potensial dengan bentuk,
c
r
=
di mana c adalah konstanta dan r adalah koordinat radial. Apabila kita gunakan
spherical coordinate system maka
2

r
c
u e
r r


= = =


Dari hasil di atas maka terlihat bahwa
c
r
= adalah potensial untuk source karena
kecepatan berbanding terbalik dengan r
2
dan streamline-nya adalah garis-garis lurus
yang berasal dari titik pusat. Untuk mendapatkan harga konstanta c, kita evaluasi flux
massa ( ) yang keluar dari permukaan bola dengan radius r, yang pada titik pusatnya
terdapat sebuah source.
m`

S
m u nd =

` S ,
S
m
M u ndS

`

2
2 2
1
4 4
S
c
M c dS r
r r
c = = =


sehingga
4
M
c =
Dengan demikian maka,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 215



4
M
r

= dan
2

4
r
M
u e
r
=
dimana M biasanya disebut source strength.
5.6.2 Doublet 3-D

Solusi elementer kedua yang kita pelajari adalah doublet. Doublet adalah sepasang
source dan sink (sink adalah source dengan M negatif) yang diletakkan dengan jarak
sangat dekat.

Apabila terdapat sebuah source dan sink yang berjarak l antara satu sama lain maka
potensial kecepatan di titik P adalah superposisi dari keduanya,
1 1
4 4
P
r r l
M M
r l r r r l



= =





Namun
0
lim cos
l
r r l l

= dan
2 2
0
lim
l
r r l r r

= = .

Doublet adalah kasus di atas dengan
0
lim
l
dan sehingga M lM di mana
adalah finite. Dengan demikian maka,
2 2
cos cos
lim
4 4
lM
Ml
r r


= =



Potensial ini dapat dituliskan dalam bentuk lain. Misalkan adalah vektor satuan yang
menunjukkan arah dan

l
e

l adalah sudut antara dan

l r (lihat sketsa). Kita definisikan

l
e dan dengan definisi ini maka
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 216



doublet
3
1 1

4 4
l
r
e
r r l 4 r





= = =



doublet source
M l


5.7 Solusi Elementer dari Persamaan Laplace 2D

Dalam subbagian ini, akan diberikan solusi-solusi elementer dari persamaan
untuk kasus 2-D. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk aliran 2-D, persamaan
kontinuitas
0
2
=
0 u = dipenuhi juga oleh
1
2
u
x

=

,
2
1
u
x

=


di mana adalah streamfunction yang juga mengikuti persamaan Laplace (untuk kasus
aliran potensial). Dalam subbagian ini, akan diberikan solusi-solusi elementer untuk
maupun untuk .

5.7.1 Source 2D

Untuk kasus dua dimensi, source flow adalah aliran yang didefinisikan oleh :
r r
e u u =
0 ( )
r
r r
u ru
r
B
ru B u
r
0

= =

= =

Kecepatan ini berlaku di mana pun kecuali di titik r = 0. Di titik ini menjadi infinite.
Sekarang kita akan mencari harga untuk B. Pertama-tama kita definisikan
r
u
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 217


r r
m u e dl u d = l


di mana dl adalah segmen kecil sepanjang lingkaran. m disebut juga source strength.
Dari definisinya, dapat dilihat bahwa q adalah volume fluida yang keluar dari sebuah
kurva yang menutupi source tersebut. Apabila kita substitusikan , (
r
u rd dl = )
B dl
r
B m

= = 2
1

Jadi,
r r r
e u e r
m
u
2
= =


Untuk mendapatkan dan , kita tuliskan sebagai berikut.
r
u
1
r
u
r r


= =

,
1
0 u
r r


= = =


m
konstan
2

= + ,
m
log konstan
2
r

= +
di mana
2
1 2
r x x = +
2
dan
1 2
1
tan
x
x



=


.

5.7.2 Doublet 2D

Kita telah lihat bahwa, untuk kasus 3-D hubungan antara doublet dengan kekuatan
dan source dengan kekuatan M adalah
doublet source
M l


di mana l adalah vektor yang menghubungkan posisi sink dan source. Untuk kasus
doublet 2-D dengan kekuatan maka,
doublet
log log
2 2 2
l l
m
r e r e
m l r r



= = =

r
e


sehingga,
doublet
cos
2 r

=
1
2
2
x
r

=
di mana adalah sudut antara dan . Karena
l
e
r
e
1
r
u
r r


= =

dan
1
u
r r


= =


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 218



maka,
doublet
sin
2 r

=
2
2
2
x
r

=

Streamline dari sebuah doublet didapatkan
dengan menyatakan = konstan. Bentuk dari
streamline untuk doublet dapat dilihat dalam
sketsa di atas.



5.8 Solusi Umum Persamaan Laplace 3-D dan 2-D


Di dalam subbagian ini, kita akan memempelajari solusi umum dari persamaan Laplace
3-D. Secara umum persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut,

2
= m
di mana m = 0. Apabila m 0 maka persamaan diferensial itu disebut persamaan
Poisson. Solusi umum ini didapatkan dengan menggunakan apa yang disebut dengan
teorema Green. Teorema ini didapatkan sebagai berikut. Kita mulai dari teorema
Gauss yaitu,

V S
A dV A n dS =


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 219



Apabila kita pilih A = maka,
( )
2
A = = +


Sehingga,
( )
2

V S
dV ndS + =

( L3D.1)
Apabila kita tukar variabel dan ( ) dalam (L3D.1), =
( )
2

V S
dV ndS + =

( L3D.2)
Berikutnya kita kurangi (L3D.1) dengan ( L3D.2) didapatkan,
( ) ( )
2 2

V S
dV ndS =

(Teorema Green)

Untuk mendapatkan solusi persamaan Poisson, kita pilih =
r
1
dimana
1
r x x = (lihat
sketsa diatas). Dari definisi r terlihat bahwa,
2
= 0 di V kecuali di titik p di mana r =
0. Apabila kita tidak sertakan titik p, dengan membuat bola Sp dengan jari-jari R
1
(lihat
sketsa dibawah sebelah kanan) maka
2
= 0 di volume yang baru ini (permukaan yang
baru adalah , S
b
, S
p
). Dengan demikian maka teorema di atas menjadi,
2
1 1

V Sb Sp
dV ndS
r r

+ +

=



1
r
.

Apabila kita definisikan permukaan S
t
yang merupakan gabungan permukaan dan S
b

(dan permukaan lain yang merupakan batas-batas fluida) maka,
2
1 1 1 1 1

t p
V S S
dV ndS ndS
r r r r r


= +




Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 220




Sekarang kita ambil limit R
1
0 sehingga,
1 1
1
2
1
0 0
1 1 1 1
1
0
1
1 1 1 1
lim lim 4
lim 4 4
p
R R
Sp
p p
R
ndS R
r r R R R R
R
R


= + =

(p berada di dalam V)
Perlu diingat bahwa hasil terakhir didapatkan untuk titik p yang berada didalam domain
(fluida). Apabila titik p berada di permukaan S
t
, tentunya kita tidak bisa membuat
sebuah bola. Yang bisa kita lakukan untuk kasus dimana titik p berada di permukaan S
t

adalah membuat setengah bola (lihat sketsa dibawah sebelah kiri) dan untuk kasus ini,
1 1
1
2
1
0 0
1 1 1 1
1
0
1
1 1 1 1 1
lim lim 4
2
lim 2 2
p
R R
Sp
p p
R
ndS R
r r R R R R
R
R


= + =

(p berada di permukaan S
t
)

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa,
{
1 1
2
1 2 3
( ) ( )
4
2
1 1 1 1
( ) ( , , ) ( )
t
t
p
V x S x
p didalam V
p dipermukaan S
x x x x dV ndS
n r r r
n


= = +


=

(L3D.a)
Hasil di atas adalah solusi dari persamaan Poisson 3-D. Kita lihat bahwa apabila
& n
n

diketahui di S
t
maka di setiap titik dalam aliran dapat dihitung.

Untuk persamaan Laplace, sehingga, 0
2
=
S
p
S
p
R
1
R
1
P
P
S
t
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 221



{
1 1
( ) ( )
4
2
1 1 1 1 1 1
( ) ( )
t t
t
S x S x
p didalam V
p dipermukaan S
x ndS dS
n r r n n r r n
n





= =



=

(L3D.b)
Jadi untuk aliran irrotasional 3-D, solusi didapatkan dengan menggunakan (L3D.b) di
mana S
b
dan adalah batas-batas fluida (total kedua permukaan adalah S
t
) dalam
permasalahan tersebut. Perlu diingat, bahwa integrasi dilakukan relatif terhadap
variabel
1
x dan
1
r x x = .

Untuk kasus 2-D, solusi umum untuk persamaan Laplace didapatkan dengan memilih
ln r = untuk di dalam teorema Green. Untuk kasus 2D, domain dari persamaan
Laplace bukanlah volume melainkan area. Dengan demikian maka kita perlu mengganti
integral volume dan area dalam kasus 3D menjadi integral area dan integral sepanjang
kurva. Sama seperti kasus 3-D,
2
0 = di dalam domain (area) kecuali di titik P di
mana r = 0. Dengan membuat lingkaran Sp dengan jari-jari R
1
maka di dalam
area yang dibatasi oleh kurva-kurva , S
2
0 =
b
, S
p
. Di dalam domain ini, teorema Green
menjadi,
( )
2
ln ln ln
b p
S S S
r dS r r nd
+ +
=

l
Seperti sebelumnya kita definisikan kurva S
t
yang merupakan gabungan antara kurve
dan S
b
(dan kurva lain yang merupakan batas-batas fluida) sehingga,
( ) ( )
2
ln ln ln ln ln
t p
S S S
r dS r r ndl r r nd = +

l
Apabila kita ambil limit R
1
0
( )
1 1
1
1 1
0 0
1 1
1 1
0
1
lim ln ln lim ln ln 2
lim2 ln 2
p
p
R R
S
p p
R
r r ndl R R
R R
R R
R

1
R


=




=

=
( p berada di dalam S)
Seperti dalam kasus 3D, apabila p terdapat di kurva S
t
maka,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 222



( )
1 1
1
1 1
0 0
1 1
1 1
0
1
1
lim ln ln lim ln ln 2
2
lim ln
p
p
R R
S
p p
R
r r ndl R R
R R
R R
R

1
R


=




= =




(p berada di permukaan S
t
).

Dengan demikian maka,
( ) ( ) ( )
{
2
2
1
1 1
ln ln ln
t
t
p
S S
p didalam S
p dikurva S
x r dS r r nd
n n
n


= +
=

l

Apabila maka
2
0 =
( )
{
1
( )
2
1
1 l
ln
t
t
p
S x
p didalam S
p dikurva S
r n
x r d
n n
n

l
n

(L2D)
Sekali lagi diingatkan bahwa integrasi dilakukan terhadap variabel
1
x dan
1
r x x = .
5.8.1 Solusi umum sebagai superposisi dari source dan doublet

Dalam sub-bagian ini, akan diperlihatkan bahwa solusi umum dari persamaan Laplace,
baik 3D maupun 2D, adalah superposisi dari source dan doublet yang terdapat di
permukaan banda atau batas-batas fluida. Bentuk solusi umum yang akan kita dapatkan
ini adalah bentuk yang dapat digunakan untuk mendapatkan solusi secara numerik.

Solusi umum untuk persamaan Laplace, baik 3-D maupun 2D, dapat dituliskan seperti
(untuk kasus 2D integral area tentunya diubah menjadi integral sepanjang kurva),
( )
1
( )
t
s
s
S x
x dS
n n



=



(MP.1)
di mana
s
adalah,
{
1
( 3
ln
( 2 )
kasus D
n r
s
r
kasus D
n



=
)

dan harga n tergantung dari letak titik x didalam domain atau dibatas domain (lihat
persamaan (L3D.b) dan (L2D)). Jadi harga di setiap titik di dalam aliran dapat
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 223



dihitung apabila kita mengetahui harga dan
n

di permukaan S
t
.
n

tentunya
diketahui dari kondisi batas tetapi bagaimana dengan harga di S
t
?

Untuk itu, pertama-tama kita perluas domain perhitungan dengan mengikutsertakan
daerah di luar aliran seperti daerah di dalam S
t
dan kita nyatakan harga yang
dihasilkan oleh aliran didaerah ini dengan simbol

.

Untuk melihat kontribusi dari aliran imajiner ini, di sebuah titik P di dalam aliran, kita
kembali ke teorema Green dan gunakan teorema ini di daerah baru (volume daerah ini
adalah V
t
)
( )
2 2
t t
V S
dV dS
n n




=








Karena aliran di daerah baru ini adalah aliran (imajiner) potensial maka .
Selain itu, karena kita pilih titik P yang berada di luar V
2
0 =

t
maka apabila
1
r
= kita tidak
akan menemui kesulitan dengan kasus r = 0 (r tidak akan sama dengan nol karena P di
luar V
b
, lihat sketsa) sehingga di V
2
0 =
b
dan
0
t
s
s
S
dS
n n



=



(MP.2)
Karena maka apabila kita jumlahkan (MP.1) dan (MP.2) didapatkan n = n
( ) ( )
t
s
s
S
A
B
x dS
n n n





= +




_
_


Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 224



Karena untuk kasus 3D, misalnya,
source
4
M
r

= dan
doublet
1
4 l r

)
maka
jelaslah bahwa suku A pada integral di atas menjelaskan sebuah doublet dengan
kekuatan
(
=

. Sedangkan suku B menjelaskan sebuah source dengan
kekuatan M
n n

=

. Oleh karena itu, maka solusi umum persamaan Laplace 3-D


dapat dituliskan seperti
{
1
( )
1
( 3 ), 4 ( ) 2 (
ln
( 2 ), 2 ( ) 1 ( )
( )
t
t
t
s s
S x
kasus D n untuk x yang berada di V atau n untuk x yan ) g berada di S
n r
s
r
kasus D n untuk x yang berada di S atau n untuk x yang berada di S
n
x M dS
n

= =
= =


= +

(MP.3)

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa solusi umum dari persamaan Laplace
3-D adalah superposisi dari source dan doublet pada permukaan benda. Berbeda
dengan (MP. 1) dimana solusi ditentukan oleh harga potensial di S
t
, dapat dilihat
bahwa dengan menggunakan persamaan (MP.3) kita mendapatkan kebebasan untuk
memilih bentuk dari potensial

. Ini disebabkan karena baik

maupun turunannya
diarah normal belum dispesifikasikan. Dengan kata lain, distribusi dari source dan
doublet di permukaan S
t
bukan merupakan distribusi yang unik sehingga kita dapat
memilih suatu distribusi source dan doublet yang mempermudah perhitungan. Selain
itu (MP.3) menunjukkan bahwa solusi persamaan Laplace didapatkan apabila harga
dan M di permukaan diketahui. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagaimana
mendapatkan harga dan M di permukaan?

Solusi umum persamaan Laplace dalam bentuk (M.P.3) memberikan kita kebebasan
untuk memilih bentuk dari potensial

maupun turunannya diarah normal. Misalnya,


kita dapat memilih =

di permukaan S
t
sehingga harga di S
t
adalah nol dan (M.P.3)
menjadi,
( )
1
( )
( )
t
s
S x
x M dS =

.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 225



Dengan pilihan ini, persamaan solusi Laplace didapatkan dengan menggunakan
distribusi source.

Apabila kita dapat memilih
n n

=

di permukaan S
t
, harga di S
t
menjadi nol dan
(M.P.3) menjadi,
1
( )
( )
t
s
S x
x d
n


=

S
Dengan pilihan ini, persamaan solusi Laplace didapatkan dengan menggunakan
distribusi doublet.

Secara umum, harga dan M di permukaan didapatkan dengan mengevaluasi ( ) x di
permukaan S
t
dan biasanya ini dilakukan secara numerik dengan menggunakan metoda
yang dikenal dengan sebutan Metoda Panel. Metoda ini akan kita pelajari lebih lanjut
di BAB 7.

5.9 Solusi dengan Menggunakan Vortex

x
r
x
1

Dalam subbagian ini kita akan mempelajari medan kecepatan yang dihasilkan oleh
vortex. Kemudian kita akan melihat bagaimana vortex digunakan untuk mendapatkan
solusi dari persamaan Laplace 3-D.

Apabila terdapat vortisitas pada sebuah titik dalam aliran inkompresibel maka pada titik
tersebut,
u = dan 0 u =
Dari analisis vektor kita ketahui bahwa apabila
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 226



u A = (V.1)
di mana A adalah vektor potensial, maka persamaan 0 u = akan terpenuhi. Apabila
(V.1) kita substitusikan ke hubungan u = maka didapatkan,
( ) ( )
2
A A A = =
Berikutnya kita anggap, 0 A = (nanti kita akan lihat konsekuensi dari pilihan ini)
sehingga,
2
A = (V.2)
Persamaan (V.2) adalah persamaan Poisson yang mana solusinya telah kita lihat
sebelumnya (L3D. a) yang untuk kasus ini adalah (aliran tak batas),
( )
1 1
2 1
( ) ( )
1 1 1 ( )
4 4
V x V x
x
A x AdV dV
r r


= =

(V.3)
Dari (V.3), kita dapat gunakan (V.1) untuk menghitung kecepatan yang disebabkan
adanya vortisitas di titik tersebut. Kecepatan itu adalah,
1
1
( )
1 (
4
V x
x
u A d
r
)
V

= =

(V.4)
di mana, sekali lagi,
1
r x x = dangan x
1
adalah titik yang mempunyai vortisitas
sehingga = (x
1
)

dan x adalah titik yang harga kecepatannya kita hitung dan volume
dalam integrasi (V.4) adalah volume yang membungkus titik-titik yang mempunyai
vortisitas, sehingga kita melakukan integrasi pada variabel x
1
dan x dianggap konstan
dalam proses integrasi tersebut. Selain itu perlu diingat bahwa
x

.
5.9.1 Vortex Filament: Biot-Savart Law

Sekarang kita akan gunakan (V.4) untuk menghitung
kecepatan pada sebuah titik P yang dihasilkan oleh
sebuah vortex filament dengan kekuatan . Apabila
adalah area cross section dari vortex filament
dan d
ndS
l adalah panjang filamen (lihat sketsa) maka,
( )
dV ndS dl =
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 227



Karena ndS = dan dl dl

= ,
( )

dl
dV ndS dl dl



= = = .
Dengan demikian maka (V.4) menjadi,
3
4 4
dl dl r
u
r r

= =

(Biot-Savart)
dapat dikeluarkan dari integral karena harganya konstan sepanjang dl dan bahkan
menurut Helmholtz Vortex Theorem juga konstan sepanjang vortex filament (lihat sub-
bagian 3.2). Hukum Biot-Savart juga dijumpai pada elektromagnetik.

5.9.2 Vortex Sheet

Vortex sheet adalah daerah tipis/ lembaran yang
mempunyai vortisitas. Biasanya vortex sheet
dimodelkan dengan menggunakan vortex filament
yang sangat kecil yang membentuk sebuah lembaran
(lihat sketsa). Misalkan titik P berada di tengah-
tengah lembaran, maka
P P
dV dS =

Vortex sheet didapatkan dengan mengambil lim 0dan
p
sehingga adalah
konstan atau
0
lim
P
dS dS

=
di mana disebut vortex sheet strength, adalah finite.

Sekarang kita akn hubungkan harga dengan harga u dengan menggunakan definisi dari
.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 228



1 2
1 2
0

lim
S
S S
dV udV n udS
dS n udS n u dS n u dS


= =
= = +



di mana
0
lim 0 n udS

telah digunakan. Dengan demikian maka,


( )
1 2
dS n u u dS =
karena .
2 1
n n = = n

Hubungan di atas dapat pula dituliskan seperti,
1 2
u u n = (V.5)
sehingga
( ) ( )
( )
1 2
1 2
0

u u n n n
u u t

= =
=
(V.S).

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa vortex sheet menghasilkan kecepatan di
arah normal yang kontinyu dan terdapat diskontinuitas kecepatan di arah tangensial.
Karena sifat-sifat ini vortex sheet biasanya digunakan sebagai model untuk wake dan
airfoil dalam aerodinamika, karena keduanya menghasilkan diskontinuitas kecepatan di
arah tangensial. Karena vortex sheet merupakan superposisi dari banyak vortex
filament maka kecepatan induksi (kecepatan yang dihasilkan oleh) vortex sheet
didapatkan dengan mengintegrasikan kecepatan induksi dari vortex-vortex filament
tersebut. Kecepatan induksi dari vortex sheet didapatkan dengan mensubtitusikan
dV dS = kedalam (V.4) yang hasilnya adalah,
( ) ( ) ( )
1 1 1
1 1
3
( ) ( ) ( )
1 1 1
4 4 4
V x S x S x
x x r
u A dV dS dS
r r



= = = =

1
x
r



5.9.3 Solusi Persamaan Laplace dengan Menggunakan Vortex

Sekarang kita lihat kembali hukum Biot-Savart yang menjelaskan kecepatan yang
dihasilkan oleh sebuah vortex filament
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 229



1
1 1
( ) ( )
1

4 4
x
l x S x
dl
u ndS
r r

= =



,
1
1
x
x


di mana telah digunakan analog dari teorema Stokes untuk kuantitas skalar yang
diintegrasikan sepanjang kurva tertutup. Sekarang kita perhatikan kuantitas berikut,
( )
1 1
1 1

x x
n n
r r


=



1
1

x
n
r

dimana kita telah gunakan sifat dari triple product 3 buah vector. Tetapi karena
1
1 1
x
r r

=


dan
2
1
0
r
= maka,
1
2
1 1 1
0
x
n n
r r r


= = =



n .

Dengan demikian maka u dapat dituliskan menjadi,
( )
1
1 1

4 4
x
u n dS dS
r n

= =


4
u dS
n r

=

,
1

x
n
n



Daerah di luar vortex filament adalah daerah di mana = 0 sehingga u = . Dengan
demikian maka,
vortex
1
4
dS
n r

(V.6)
Apabila hasil ini kita bandingkan dengan suku pada (L-3D.b) yang menjelaskan
distribusi doublet yaitu,
( )
doublet
1
4
dS
n r


maka jelaslah bahwa vortex adalah doublet dengan kekuatan .

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa vortex filament dapat digunakan untuk
menggantikan doublet pada metode penyelesaian persamaan Laplace. (Inilah mengapa
kita membahas vortex filament yang tentunya 0 di dalam bab ini yang membahas
aliran irrotasional)
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 230




5.9.4 Konsekuensi dari 0 A =

Sebelum kita akhiri subbagian ini marilah kita kembali ke bagian awal dari subbagian
ini di mana kita memilih 0 A = untuk mendapatkan (V.2) yang solusinya telah
dibahas panjang lebar.

Kita akan gunakan (V.3) untuk mendapatkan syarat yang harus dipenuhi agar pilihan
kita 0 A = terpenuhi. Dengan menggunakan (V.3),
1
1 1
0
4 4
1 1
4 4
x
A dV
r r
n
dV dS
r r



dV


= = =

= =



di mana sekali lagi kita telah gunakan
1
1 1
x
r r
= .

Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa 0 A = akan terpenuhi apabila
0 n = di seluruh batas-batas fluida.
5.9.5 2D vortex

Sama seperti dalam kasus 3-D, kita dapat menggunakan vortex untuk mendapatkan
solusi persamaan Laplace 2-D. Vortex yang digunakan di sini disebut point vortex
yang didapatkan dengan mengintegrasikan hokum Biot-Savart untuk vortex filament
yang lurus yang terbentang dari - ke +. Tetapi untuk pembahasan di sini kita akan
gunakan cara lain, yang lebih mudah, untuk mendapatkan potensial untuk point vortex.

Streamline yang dihasilkan oleh point vortex mempunyai bentuk
seperti sketsa di atas. Dari sketsa ini kita ketahui bahwa u
haruslah seperti,
( )
u u r e

=
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 231



Dengan = 0 maka,
( )
1
0 0
d
u ru
r dr

= = =
sehingga,
k
u
r

=

Untuk mencari konstanta k, kita hitung sepanjang salah satu garis r = konstan.

= = = k rd
r
k
l d u 2
sehingga,

2
u e
r

=

Untuk mendapatkan dan kita gunakan,
1
0
r
u
r r


= = =

dan
1
2
u
r r r




= = =


Hasilnya adalah
log konstan
2
= konstan
2
r

= +

+
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 232



BAB
6
Aliran Potensial Inkompresibel
2D





6.1 Superposisi dari Solusi Elementer dan potensial untuk
aliran seragam

Dari hasil yang telah kita dapatkan, kita ketahui bahwa solusi dari persamaan Laplace,
baik 3-D maupun 2-D, dapat dinyatakan sebagai superposisi dari source, doublet, dan
vortex. Sebelum kita gunakan kesimpulan ini untuk menyelesaikan permasalahan
praktis, kita perlu mempelajari lebih dalam sifat-sifat dari setiap solusi elementer
tersebut. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita akan memfokuskan pada kasus 2-
D dan melihat apa yang dihasilkan oleh distribusi dari setiap solusi elementer sepanjang
sebuah axis (lihat sketsa).



Aliran Potensial Inkompresibel 2D 233



6.1.1 Distribusi Source

Apabila kita letakkan beberapa source dengan kekuatan (per unit panjang diarah x
1
), m,
yang berbeda pada garis x
1
, maka didapatkan,
( ) ( )
1
2 2
2
1 2
1
ln
2
m t x t x dt


= +

(i)
( )
( )
( )
1
1 2
2
1
1 2
1
2
x t
u m t
x
dt
x t x

= =

(ii)
( )
( )
2
2 2
2
2
1 2
1
2
x
u m t
x
dt
x t x

= =

(iii)

Apabila kita perhatikan (iii), maka jelaslah bahwa u
2
= 0 pada x
2
= 0 kecuali pada titik
di mana x
1
= t. Dengan demikian maka harga dari integral tersebut hanya ditentukan
oleh titik tersebut. Oleh karenanya, m(t) dapat kita ganti dengan m(x
1
) dan dikeluarkan
dari integral. Selain itu, limit dari integrasi dapat kita ubah menjadi karena ini tidak
akan mengubah harga dari integral. Sehingga apabila kita mendekati garis x
2
= 0 (axis
x1 di mana sama-sama diletakkan), dari arah atas (+) maka,
( )
( )
( )
2
1
2
2 1 2
2
0
1 2
, 0 lim
2
x
m x
x
u x dt
x t x

+
+
+

=
+


Perkenalkan
1
2
x t
x


= ,
2
dt
d
x
=
sehingga,
( )
( ) ( )
( )
( )
2
1 1 1
2 1 2
0
1
2
, 0 lim tan
2 1 2
2
x
m x m x
d
u x
m x
u



+
+
+

= =
+
=



Dengan cara yang sama maka dapat ditunjukkan bahwa apabila kita mendekati garis x
2

= 0 dari arah bawah (-) didapatkan
( )
( )
1
2 1 2
, 0
2
m x
u x u

=
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 234



Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa distribusi source menghasilkan
diskontinuitas kecepatan di arah normal sebesar,
( )
2 2 1
u u m x
+
=
Sedangkan kecepatan di arah tangensial adalah kontinyu sehingga,
1 1
u u
+
=
sebagaimana terlihat pada (ii).

6.1.2 Distribusi Doublet


( x
1
, x
2
)
x
2

Source ( + )
(x
1
-t)
Sink ( - )
Apabila kita letakkan doublet-doublet kekuatan (per unit panjang diarah x
1
), m, yang
berbeda pada axis x
1
dengan arah vektor l (vektor yang menghubungkan source dan
sink) sejajar dengan sumbu x
2
maka,
2
1
x
cos
x t
=


karena adalah sudut antara l dan r (vektor yang menghubungkan doublet dengan titik
(x
1
, x
2
)). Dengan demikian maka,
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
2
2
2
1 2
1 2
1 2
2
2
1 2
2
1 2
2
2
2
1 2
1
2
1
1
2
x
t d
x t x
x t x
u t
x t x
x t x
u t
x t x

=
+

=

+


=
t
dt
dt

+


Aliran Potensial Inkompresibel 2D 235



Dari hasil ini terlihat bahwa bentuk integral dari serupa dengan u
2
untuk source (iii).
Dengan demikian maka distribusi doublet menghasilkan diskontinuitas sebesar,
( )
1
x
+
=
Karena
1
1
u
x

=

maka distribusi doublet menghasilkan diskontinuitas kecepatan


tangensial (u
1
).
1 1
1
d
u u
dx

+
=
Sedangkan kecepatan di arah normal (u
2
) tidak berubah atau,
2 2
u u
+
= .

6.1.3 Distribusi Vortex

Apabila yang diletakkan di garis x
1
adalah vortex dengan kekuatan ( )
1
x yang
merupakan sirkulasi per unit panjang (definisi ini diperkenalkan untuk memastikan agar
unit dari potensial kecepatan tetap m
2
/sec) maka,
( )
( )
( )
( )
( )
1 2
1
2
1 2
2
1 2
1
2 2
2
1 2
1
tan
2
1
2
1
2
x
t d
x t
x
u t
x t x
x t
u t
t
dt
dt
x t x


=
+

=
+


Dari hasil ini terlihat bahwa u
1
serupa dengan u
2
untuk source (iii). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa distribusi vortex menghasilkan diskontinuitas kecepatan di
arah tangensial (x
1
) sebesar,
( )
1 1
u u x
+
=
Sedangkan kecepatan di arah normal tidak berubah (kontinyu),
2 2
u u
+
=
Catatan:
Untuk kasus 2-D seperti yang dibahas di sini, terlihat bahwa distribusi doublet dan
distribusi vortex menghasilkan aliran yang serupa. Dengan kata lain, aliran yang
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 236



dihasilkan oleh distribusi doublet dapat dimodelkan dengan menggunakan distribusi
vortex yang mempunyai kekuatan
( )
1
1
d
x
dx

=
Kesimpulan bahwa distribusi doublet dapat digantikan oleh distribusi vortex ini
serupa dengan apa yang kita telah lihat pada kasus 3-D.

6.1.4 Potensial untuk aliran seragam
U


Kasus aliran seragam adalah kasus yang paling sederhana. Untuk kasus ini komponen
kecepatan baik di x
1
maupun di x
2
tidak berubah terhadap posisi. Dari definisi fungsi
arus dan potensial kecepatan,
1 2
U
x x


= =

,
2 1
V
x x


= =


Oleh karenanya, potensial kecepatandan fungsi arus adalah,
1 2
1 2
V x U x
U x V x



= +
= +


6.2 Contoh penerapan: Kasus Aliran Disekitar Silinder 2-D

Disubbagian ini kita akan melihat contoh penerapan prinsip superposisi dari solusi-
solusi elementer 2-D. Sebagai contoh, kita akan pelajari aliran di sekitar silinder.
Contoh ini sangatlah penting karena, walaupun relatif cukup sederhana namun contoh
ini memberikan petunjuk bagaimana menyelesaikan permasalahan yang lebih rumit.

Aliran Potensial Inkompresibel 2D 237



6.2.1 Superposisi dari aliran seragam + sebuah source

Misalkan kita mempunyai aliran seragam diarah x
1
. Fungsi arus untuk kasus ini adalah,
2
x U
u
+ =
Kemudian kepada aliran ini kita tambahkan sebuah source yang fungsi arusnya adalah,

2
m
so
=
Apabila kita gunakan koordinat sistem (r,) seperti
digambarkan di atas maka,
2
sin x r = ,
1
cos x r =
Dalam koordinat sistem ini
u
menjadi,
sin r U
u
=

Aliran yang dihasilkan oleh superposisi dari aliran uniform dan sebuah source
mempunyai ,


2
sin
m
r U
so u
+ = + =


Streamline dari aliran ini didapatkan dengan menuliskan
konstan sin
2
m
U r

= = +
Berikutnya kita lihat kecepatan,
r
m
U
r
u
r
. 2
cos
1

+ =

sin

= U
r
u
Titik-titik stagnasi atau titik-titik di permukaan benda di mana u = 0 untuk kasus ini
adalah titik di mana
cos 0
2
m
U
r

+ = & 0 sin =

U
Apabila kita selesaikan persamaan di atas untuk r & maka hasilnya adalah,

,
2
) , (
U
m
r
s s

dengan r
s
= r stagnasi; dan
s
= stagnasi.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 238



Dengan demikian maka titik stagnasi berjarak

U
m
2
di depan source. Apabila
koordinat titik stagnasi kita substitusikan kedalam persamaan konstan = maka
didapatkan,
sin konstan
2 2 2
m
U m m
U


= + = =

Dengan demikian maka permukaan benda dijelaskan oleh persamaan, (streamline
dijelaskan oleh persamaan konstan = )

2
sin
2
m
r U
m
+ =

atau

+ =

1
2 1
2
tan
2 2 x
x m
x U
m



Apabila kita gambarkan fungsi ini maka didapatkan,



Jadi dari contoh ini dapat dilihat bahwa superposisi dari aliran seragam dengan sebuah
source merepresentasikan aliran disekitar benda tumpul yang panjangnya tak berhingga.

6.2.2 Aliran di sekitar silinder bundar

Sekarang ktia akan lihat bahwa superposisi dari aliran uniform dengan sebuah doublet
menghasilkan aliran yang merupakan representasi dari aliran potensial (incompressible)
di sekitar sebuah silinder bundar.

Fungsi arus untuk aliran yang merupakan superposisi dari aliran seragam dan sebuah
doublet adalah
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 239



doublet
2
sin
sin
2
sin 1
2
u
U r
r
U r
U r

= + =

=



Karena

2
mempunyai unit m
2
maka kita dapat definisikan

U
R

2
2

sehingga

=

2
2
1 sin
r
R
r U .

Berikutnya, kita lihat komponen-komponen dari kecepatan (u
r
dan u

).

cos 1
1
2
2

= U
r
R
r
u
r

sin 1
2
2

+ =

= U
r
R
r
u
Untuk menentukan bentuk dari benda yang direpresentasikan oleh superposisi ini, kita
cari titik-titik stagnasi karena titik-titik ini berada di permukaan benda.
0 sin 1 0
0 cos 1 0
2
2
2
2
=

+ =
=

U
r
R
u
U
r
R
u
r

Solusi dari kedua persamaan terakhir di atas adalah
( ) ( ) 0 , , R r
S S
= dan ( ) ( ) , , R r
S S
=
Apabila ktia substitusikan ( )
S S
r , ini ke ( ) , r dalam persamaan untuk maka untuk
kedua-duanya dan ( 0 , R ) ( ) , R , 0 = .

Dengan demikian, maka permukaan benda dijelaskan oleh persamaan = 0 atau
( )

=

2
2
1 sin 0
r
R
r U
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 240



Persamaan ini akan selalu terpenuhi untuk setiap harga apabila r
2
= R
2
= konstan.
Dengan demikian maka benda yang aliran di sekitarnya direpresentasikan adalah sebuah
silinder bundar dengan radius

= =
U
R r

2

Apabila kita lihat streamline-streamline lainnya maka aliran di sekitar benda ini terlihat
seperti digambarkan di bawah.

Karena aliran di sekitar silinder bundar ini
adalah aliran yang simetris, maka distribusi
tekanannya juga simetris. Dengan kata lain
silinder bundar ini tidak akan mempunyai
lift. Drag sudah pasti sama dengan nol
karena aliran ini adalah aliran potensial. Jadi
aliran di sekitar silinder ini tidak menghasilkan gaya apa pun.

Observasi ini tentunya dapat dibuktikan dengan mengintegrasikan distribusi tekanan di
sekitar silinder tersebut. Untuk itu pertama-tama kita cari Cp.
( )
2 2
2
2 2
2
1
1
2
U u
p p u
Cp
U U
U

= = =



di mana telah digunakan persamaan Bernoulli,
2 2
1 1
2 2
p U p u

+ = + .
Di permukaan benda r = R,
0 =
r
u dan

sin 2

= U u
sehingga,

2 2 2
sin 4

= U u
Oleh karena itu, maka Cp di permukaan benda,

2
sin 4 1 = Cp
Apabila Cp tersebut diintegrasikan di permukaan maka akan didapatkan C

= 0 dan C
d
=
0.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 241



Dari contoh ini kita dapat observasikan sesuatu yang penting yaitu,
Distribusi dari source dan sink yang diletakkan pada garis yang sejajar dengan
freestream memrepresentasikan aliran di sekitar benda yang simetris terhadap
garis tersebut. Oleh karena aliran yang dihasilkan adalah aliran yang simetris,
maka aliran di sekitar benda ini tidak menghasilkan lift.

6.2.3 Aliran di sekitar silinder bundar yang dengan sirkulasi

Telah kita lihat di iii) bahwa aliran di sekitar silinder bundar tidak menghasilkan gaya
angkat/ lift. Sekarang kita akan lihat apabila silinder yang sama berputar (spinning),
apakah aliran di sekitar benda tersebut menghasilkan lift.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana merepresentasikan aliran ini. Kita akan
coba merepresentasikan aliran ini dengan menambahkan sebuah vortex ke dalam aliran
di sekitar silinder bundar. Apabila kita lakukan ini maka fungsi arus untuk aliran ini
adalah
r
r
R
r u
vortex doub u
log
2
1 sin
2
2

= + + =


Di mana vortex yang ditambahkan sedemikian rupa sehingga alirannya berputar searah
jarum jam.

Seperti sebelumnya, langkah berikutnya adalah mendapatkan u
r
dan u
.
2
2
2
2
1
1 cos
1 sin
2
r
R
u U
r r
R
u U
r r


= =



= = +



Dengan maka kita dapat temukan titik-titik stagnasi dipermukaan benda.

u u
r
&
2
2
1 cos
R
U
r


0 =


(cc.1)
2
2
1 sin
2
R
U
r r


+ +


0 = (cc.2)
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 242



Dari persamaan yang pertama kita dapatkan solusi r = R. Apabila solusi ini kita
substitusikan ke persamaan yang kedua maka didapatkan,
1
sin
4 U R

(cc.3)

Karena maka haruslah berada di kuadran ketiga dan keempat. Jadi dari hasil
ini dapat dilihat bahwa titik-titik stagnasi tergantung dari harga
0 >
. Dengan kata lain,
aliran di sekitar benda ini hanya akan menjadi aliran yang unik apabila harga
ditentukan. Ini sesuai dengan hasil yang telah kita dapatkan sebelumnya bahwa solusi
dari persamaan Laplace untuk aliran disekitar benda 2-D yang mempunyai adalah
solusi yang unik hanya untuk kasus-kasus di mana
0
dispesifikasikan.

Dari ekspresi untuk , dapat disimpulkan bahwa titik-titik stagnasi berada di permukaan
benda apabila 4 U R

. Apabila 4 U R

> maka sin >1 dan persamaan tersebut
tidak mempunyai arti.



Untuk kasus 4 U R

> , kita kembali ke persamaan (cc.1). Selain persamaan ini
terpenuhi untuk r = R, persamaan ini juga terpenuhi untuk
2

= atau
2

= .
Apabila kita substitusikan
2

= ke dalam (cc.2) maka didapatkan


2
2
4 4
r R
U U


=



Jadi untuk kasus ini terdapat 2 titik stagnasi yang salah satunya berada di dalam silinder.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 243



Berikutnya kita lihat apakah aliran ini menghasilkan lift. Untuk itu kita perlukan
distribusi tekanan di permukaan. Seperti sebelumnya (lihat (iii)), adalah
p
c
2
2
1
p
u
c
U

=
Untuk kasus ini distribusi kecepatan di permukaan adalah
0
r
u = dan 2 sin
2
u U
r


=
2 2 2
r
u u u u
2

= + =
Dengan didapatkannya di permukaan maka C
p
c
d
dan C
l
dapat dihitung dan hasilnya
adalah,

+ =



2 0
, .
0 2
, ,
) (sin ) (sin
2
1
) (cos ) (cos
2
1
d c d c C
d c d c C
u p l p l
l p u p d

di mana : di permukaan bawah
l p
c
, p
c
u p
c
,
: di permukaan atas
p
c
Apabila kita integrasikan maka akan didapatkan,
0
d
C = dan
l
C
RU

=
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa aliran ini menghasilkan lift. Dari
contoh ini kita dapat observasikan sesuatu yang penting yaitu :
Apabila kita tambahkan distribusi vortex kepada aliran yang awalnya simetris
maka aliran yang dihasilkan menjadi tidak simetris relatif terhadap garis yang
sejajar dengan freestream dan gaya angkat/lift akan dihasilkan.

6.3 Complex Potensial dan Conformal Mapping untuk Aliran
Potensial 2-D

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran potensial yang incompressible memenuhi
persamaan Laplace (1P.1) yang untuk kasus 2-D menjadi,
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 244



0
2
2
2
2
1
2
=

x x


Apabila solusi dari persamaan ini telah didapatkan maka kecepatan u
1
& u
2
dapat
ditentukan.
1
1
u
x

=

,
2
2
u
x

=


Namun, telah dijelaskan pula bahwa persamaan kontinuitas untuk aliran incompressible
2-D dapat dipenuhi secara otomatis apabila kita definisikan fungsi arus () seperti,
1
2
u
x

=

,
2
1
u
x

=


Dengan demikian maka fungsi dan dihubungkan dengan persamaan,
1 2
x x

=

dan
2 1
x x

=

(cp.1)

Dalam teori bilangan komplex, (cp.1) dikenal sebagai persamaan Cauchy-Riemann.
Persamaan ini menjelaskan kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah fungsi F(z) apabila
fungsi tersebut adalah fungsi analytic di mana,
2 1
2 1 2 1
) , ( ) , ( ) (
ix x z
x x i x x z F
+ =
+ =

dari (cp.1) dapat dilihat pula bahwa juga memenuhi persamaan Laplace,
0
2
2
2
2
1
2
=

x x


Dengan demikian maka kita dapat gunakan hasil-hasil dari teori bilangan kompleks
untuk mendapatkan solusi dari aliran inkompresible potensial 2-D dan ini sangat
memudahkan secara matematis. Kelemahannya adalah metode ini metode inverse.
Dengan kata lain, dalam metode ini kita tentukan sebuah fungsi F(z) yang analytic
kemudian kita lihat aliran apa yang direpresentasikan oleh F(z). Namun, dengan
metode ini kita tidak perlu menyelesaikan persamaan diferensial parsial dan ini tentunya
sangat membantu.

Apabila fungsi analytic F(z) telah ditentukan, kecepatan u
1
dan u
2
didapatkan dengan
mengambil turunan dari F(z),
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 245



2 1
1 1 1
iu u
x
i
x x
F
dz
dF
W =

=


atau karena
2 1
x
F
i
x
F
dz
dF

= (ini hasil dari teori bilangan komplex),


2 1
2 2 2
iu u
x
i
x
i
x
F
i W =

=



Apabila kita gunakan koordinat polar seperti
digambarkan di atas maka,

cos sin
sin cos
2
1
u u u
u u u
r
r
+ =
=

Karena cos maka,


i
e i

= sin

i
e iu

)
r
u iu u W = = (
2 1


Sekarang kita lihat integral tertutup dari W.
( )( )
( ) (
1 2 1 2
1 1 2 2 1 2 2 1
dF
Wdz dz u iu dx idx
dz
u dx u dx i u dx u dx
Wdz im
= = +
= + +
= +

)
di mana adalah sirkulasi dan m adalah source strength. Namun, Residue theorem,
salah satu teorema penting dalam teori bilangan komplex menyatakan:
Apabila W adalah fungsi analytic kecuali di beberapa titik dalam domain maka,


=
k
k
A i Wdz 2
di mana A
k
adalah residue dari W (A
k
bisa real atau komplex).

Dengan demikian maka,
2
k
k
im i A + =

(cp.2)
Jadi apabila F(z) telah ditentukan, A
k
dapat dicari dan oleh karenanya dan m dapat
ditentukan. Karena telah didapatkan maka L(lift) dapat dihitung dengan
menggunakan teorema Kutta-Joukowski.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 246



contoh-contoh untuk F(z) :
a) Uniform flow : F(z) = Uz (uniform flow di arah x
1
)
b) Source flow :

= =

=
z
m
dz
dF
W
z
m
z F
1
2
log
2
) (
*
*

Sehingga A
1
(residue dari W) adalah
*
2
m

. Dengan menggunakan (cp.2),


*
2 *
2
m
im i im


+ = =



Sehingga untuk aliran ini = 0 dan m = m*. Hasil ini sesuai dengan source flow.
c) Vortex flow: ( )
*
log
2
F z i z

=
* 1
2
dF
W i
dz z

= =


sehingga A
1
adalah
*
2
i

. Dari (cp.2),
2 *
2
i
im i


+ = =



sehingga untuk aliran ini = * dan m = 0 sesuai dengan vortex flow.

Keuntungan lain dari penggunaan metode bilangan kompleks dalam menyelesaikan
permasalahan aliran potensial yang inkompresibel untuk kasus 2-D adalah dapat
digunakannya conformal mapping. Dengan menggunakan mapping ini, kita dapat
selesaikan permasalahan aliran di sekitar benda yang mempunyai geometri yang rumit
dengan menyelesaikan permasalahan aliran di sekitar benda dengan geometri yang lebih
sederhana. Dengan kata lain, kita gunakan sebuah transformasi
( ) f z = (cp.3)
yang mentransformaskan geometri dari benda yang sesungguhnya di z-plane menjadi
benda dengan geometri yang lebih sederhana di -plane. Kedua bidang ini adalah
bidang kompleks ( dan z adalah complex plane) di mana,
1 2
z x ix = + , i = +
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 247



Karena dan haruslah memenuhi Laplace Equation di z-plane maka kita harus lihat
apakah juga memenuhi persamaan Laplace di -plane.

Pertama-tama kita transformasikan (z) menjadi ().
( ) ( )
( )

( ) ( )
.3
1 2
, ,
cp
z x x = = =
Kemudian kita lihat
2
2
1
x

dan
2
2
2
x

. Karena (,) maka


1 1 1
x x x



= +

dan
2 2 2
x x x



= +


2 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1
2
x x x x x x x
2



= + + + +





2 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2
2
x x x x x x x
2



= + + + +





Karena
2 2
2 2
1 2
0
x x

+ =

maka apabila kita tambahkan 2 persamaan terakhir hasilnya
adalah,
2 2 2 2
2 2
2 2
1 2 1 2 1 1 2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
1 2 1 2
2
0
x x x x x x x x
x x x x
2






+ + + + +






+ + + + =




(cp.4)

Conformal transformation adalah tranformasi dari z ke di mana dan memenuhi
persamaan Laplace atau
2 2
2 2
1 2
0
x x

+ =

dan
2 2
2 2
1 2
0
x x

+ =


Dengan demikian maka dan harus memenuhi Cauchy-Riemann Equation (cp.1),
1 2
x x

=

dan
2 1
x x

=

(cp.5)
Dengan ini maka persamaan (cp.4) menjadi,
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 248



2 2 2 2
2 2
2 2
1 2 1 2
0
x x x x




+ + +





=
Apabila kita guakan (cp.5) maka persamaan ini menjadi,
2 2
2 2
2 2
1 2
0
x x




+ + =






atau
2 2
2 2
2 2
1 2
0
x x




+ + =






Kedua persamaan terakhir akan selalu terpenuhi apabila,
2 2
2 2
0



+ =

juga
2 2
2 2
0



+ =


(kita tinggal ganti dengan dalam penurunan di atas)

Jadi conformal transformation memastikan bahwa dan di z-plane dan di -plane
memenuhi persamaan Laplace. Karena itu F(z) di z-plane juga berlaku di -plane.
Dengan kata lain apabila solusi dari aliran di sekitar sebuah benda sederhana diketahui
di -plane maka solusi untuk aliran di sekitar benda yang lebih kompleks didapatkan
dengan mensubstitusikan = f(z) ke dalam kompleks potensial F().

Sekarang kita lihat hubungan antara kecepatan di z-plane dengan kecepatan di -plane.
( )
( ) ( ) dF z dF
d
W z
dz d dz

= =
atau
( ) ( )
d
W z W
dz

= (cp.6)
Jadi kecepatan di z-plane tidak dapat dihitung dengan mensubstitusikan = f(z) saja
tetapi harus ditentukan dengan menggunakan (cp.6).
Berikutnya kita lihat hubungan antara dan m di kedua plane yang berbeda tersebut.
( )
( )
( ) ( )
z z
dF z
im W z dz dz dF z dF
dz
+ = = = =


Aliran Potensial Inkompresibel 2D 249



atau
z z
im im

+ = + (cp.7)
dimana
z
: di z-plane, m
z
: m di z-plane

: di -plane, m

: m di -plane

Jadi conformal transformation tidak mengubah harga dan m (vortex strength dan
source strength). Dengan demikian, apabila F() diketahui maka F(z) untuk aliran di
sekitar benda yang sesuai dengan conformal transformation = f(z) didapatkan
dengan mensubstitusikan = f(z) ke dalam F(z). W(z) didapatkan dengan menggunakan
(cp.6) sedangkan dan m mempunyai harga yang sama.

Dalam aerodinamika, metode ini digunakan untuk mempelajari aliran di sekitar airfoil.
Biasanya dicari = f(z) yang mentransformasikan geometri airfoil di z-plane menjadi
silinder di -plane. Dengan demikian maka aliran di sekitar airfoil dapat dipelajari
dengan melihat aliran di sekitar silinder yang solusinya telah kita pelajari sebelum ini.
Salah satu transformasi yang penting adalah Joukowski Transformation. Dengan
menggunakan transformasi ini kita bisa dapatkan solusi untuk aliran di sekitar family of
airfoils.

Transformasi Joukowski mempunyai bentuk,
2
c
z

= +
di mana c adalah konstan yang biasanya dianggap sebagai bilangan riil. Di Bab 6 kita
akan pelajari transformasi ini lebih dalam.

Dalam aerodinamika, sering kali kita perlu mengetahui moment yang dihasilkan oleh
aliran di sekitar sebuah benda. Moment ini dapat dihitung sebagai berikut. Gaya-gaya
yang bekerja di permukaan benda adalah tekanan dikalikan dengan area permukaan
tersebut. Dari sketsa di bawah dapat dilihat bahwa moment (dM
0
) yang dihasilkan oleh
aliran di permukaan ds adalah
( ) ( ) ( )
0 1 1 2 2 1 1 2
dM pdx x pdx x p x dx x dx = + = +
2

Aliran Potensial Inkompresibel 2D 250



Namun
1 2
z x ix = + dan
1 2
dx idx = d z
( z adalah kompleks konjugate dari z)


Dengan demikian maka,
( )( ) ( ) ( )
1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2
zd z x ix dx idx x dx x dx i x dx x dx = + = + +
Sehingga,
{ } 0
Re dM pzd z = di mana Re{} adalah bagian riil dari entitas di dalam {}.
Dari persamaan Bernoulli,
2
1
konstan
2
p u = . Karena
( )
2 2 2
1 2
u u dan
p=konstan tidak memberikan kontribusi maka
u WW = + =
2
p WW

= . Dengan demikian maka


0
Re
2
dM WWzd z

=

. Namun di permukaan benda W W = (buktikan!). Oleh


karena itu,
2
0
Re
2
dM W zdz

=


atau
2
0
Re
2
c
M W zdz



=





Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan (lakukan ini sebagai latihan) bahwa, apabila
X
1
dan X
2
adalah gaya-gaya diarah x
1
dan x
2
, hubungan di bawah ini berlaku.
2
1 2
Re
2
c
X X i W dz



=






Hubungan untuk momen dan gaya-gaya diatas dikenal dengan sebutan Blasius
Relation. Hubungan kedua (untuk gaya-gaya) dapat digunakan untuk mendapatkan
kembali teorema Kutta-Joukowski yang telah kita dapatkan di Bab 5.
Aerodinamika Inkompresibel 251



BAB
7
Aerodinamika inkompresibel





7.1 Kondisi Kutta untuk kasus aliran disekitar airfoil

Didalam bab ini kita akan menggunakan aliran potensial untuk mempelajari aliran
disekitar airfoil dan sayap. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, solusi dari persamaan
Laplace 2-D tidaklah unik apabila sirkulasi tidak diberikan. Untuk aliran disekitar
airfoil, dispesifikasikan dengan menggunakan kondisi Kutta.

Asal mula dari kondisi ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan kasus aliran disekitar
benda bundar dengan sirkulasi . Kasus ini telah dibahas di BAB 6 dan menurut hasil
yang didapatkan, aliran potensial disekitar benda ini mempunyai solusi dimana titik-titik
stagnasi berada dilokasi yang berbeda-beda untuk harga yang berbeda, walaupun
kondisi batasnya sama. Hal yang sama tentunya juga akan dialami dalam kasus aliran
di sekitar airfoil yang menghasilkan gaya angkat. Untuk kasus ini harga tidak sama
dengan nol.

3
Aerodinamika Inkompresibel 252



Aliran untuk kasus ini terlihat didalam sketsa diatas, dimana telah digambarkan aliran
disekitar airfoil yang sama (kondisi batas yang sama) namun mempunyai harga yang
berbeda. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah kasus mana yang terjadi dalam
aliran yang sesungguhnya? Hasil experimen menunjukan bahwa aliran dengan harga
sirkulasi
3
adalah pola aliran yang benar untuk kasus ini. Dengan kata lain pada aliran
disekitar airfoil yang menghasilkan gaya angkat, aliran akan lepas dari permukaan
airfoil di trailing edge. Dengan demikian maka,

Kondisi Kutta:
Harga

yang harus dispesifikasikan adalah

yang menghasilkan

aliran yang
meninggalkan permukaan airfoil di trailing edge.

Kondisi Kutta dapat dinyatakan dengan menggunakan beberapa pernyataan matematis.
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang sering digunakan:



a) Untuk kasus dimana trailing edge mempunyai sudut tertentu, aliran hanya akan
meninggalkan permukaan airfoil apabila trailing edge adalah titik stagnasi
(kecepatan ditrailing edge mempunyai harga nol). Dari definisi terlihat bahwa
pernyataan ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai 0
triling edge
= .

p
-
p
+
Kasus c)
Kasus b)
Kasus a)
u
-
u
+

trailing edge
= (u
+
-u
-
)
trailing edge
u
trailing edge
=0
Aerodinamika Inkompresibel 253



b) Untuk kasus dimana trailing edge mempunyai sudut nol (cusp trailing edge),
aliran akan meninggalkan permukaan airfoil apabila kecepatan ditrailing edge
bagian atas dan bawah mempunyai harga yang sama ( triling edge triling edge u u
+
= ,
dimana + menjelaskan permukaan atas dan - menjelaskan permukaan bawah).
Dari definisi terlihat bahwa pernyataan ini secara matematis juga dinyatakan
sebagai 0
triling edge
= .

c) Kondisi Kutta yang lebih umum didapatkan dengan mengingat bahwa aliran
akan meninggalkan airfoil di trailing edge apabila tekanan di trailing edge
bagian atas sama dengan tekanan di trailing edge bagian bawah (tidak ada beda
tekanan yang menyebabkan fluida mengalir dari atas ke bawah (atau sebaliknya)
di trailing edge). Dengan demikian maka kondisi Kutta akan selalu dipenuhi
(termasuk kondisi yang diberikan di a) dan b) ) apabila,
( ) ( )
trailing edge trailing edge
p p
+
=
Kondisi ini dapat digunakan untuk kasus airfoil umum, seperti kasus dimana
trailing edge tidak lancip atau airfoil bergerak.

Secara fisis, asal dari kondisi Kutta ini adalah lapisan batas. Dalam analisi aliran
potensial 2-D efek viskositas, yang selalu ada didalam lapisan batas, diabaikan.
Konsekuensinya adalah solusi aliran potensial 2-D menjadi tidak unik. Dengan
menambahkan kondisi Kutta, kita sebenarnya memasukkan efek lapisan batas kedalam
teori potensial.

Hal yang sama juga terjadi didalam kasus 3-D. Sebagaimana telah kita lihat
sebelumnya aliran potensial 3-D menghasilkan harga = 0 yang berarti aliran ini tidak
akan menghasilkan gaya apapun. Apabila kita menggunakan analisa aliran potensial
disekitar sayap, tentunya kita mengharapkan sayap tersebut menghasilkan gaya angkat.
Nanti akan ditunjukkan bahwa aliran potensial disekitar sayap akan menghasilkan gaya
angkat apabila kita menambahkan sebuah permukaan diskontinuitas (yang dapat
dimodelkan dengan sebuah vortex sheet). Sama dengan kasus 2-D, dengan
Aerodinamika Inkompresibel 254



menambahkan pemukaan diskontinuitas ini kita pada dasarnya memasukkan efek
viskositas (yang ada didalam lapisan batas) ke dalam teori potensial.


7.2 Teori Airfoil dengan Menggunakan Conformal Mapping

Di subbagian ini kita akan mempelajari aliran di sekitar airfoil dengan menggunakan
conformal mapping. Metode ini cukup popular beberapa waktu yang lalu namun saat
ini jarang lagi digunakan. Oleh karena itu, kita hanya akan mengambil salah satu
contoh conformal mapping untuk mendapatkan ide bagaimana metode ini digunakan.
Contoh yang akan kita pelajari adalah conformal mapping dengan menggunakan
Joukowski Transformation:

2
c
z

= + (CM.1)
di mana c adalah konstanta.

Transformasi macam ini mempunyai beberapa sifat umum
1. Apabila harga 1 >> maka
2
0
c

dan transformasi menjadi z. Dengan


demikian maka apabila freestream yang seragam mendekati sebuah benda
dengan sudut serang di z-plane maka freestream yang sama dengan yang
sama mendekati transformasi dari benda tersebut di -plane.

2. Apabila kita ambil turunan dari z terhadap z maka,
2
2
1
dz c
d
=
Jadi pada titik-titik di mana = c, 0
dz
d
= . Titik-titik ini disebut critical
points. Pada titik-titik ini, transformasi (CM.1) tidak konformal. Untuk
mengatasi hal ini, biasanya kita pilih sedemikian rupa agar salah satu dari
critical point ini berada di permukaan silinder di -plane sedangkan critical
point lainnya berada di dalam silinder.
Aerodinamika Inkompresibel 255



3. Transformasi (CM.1) adalah double-valued. Dengan kata lain, titik-titik yang
exterior (di luar) silinder di z-plane ditransformasikan ke seluruh titik di z-plane.
Sedangkan titik-titik di dalam silinder juga ditransformasikan ke seluruh titik di
z-plane. Ini dapat dilihat sebagai berikut:
Apabila kita pilih
2
0
c
r
= di mana r
0
adalah radius dari lingkaran, maka di z-
plane titik ini akan ditransformasikan ke titik,
2 2 2
0 2
0 0
0
c c c
z r
c r r
r
= + = +
Namun titik yang sama di z-plane akan kita dapatkan apabila kita pilih = r
0
.
Apabila silinder mempunyai radius c maka lingkaran
0
r c = > berada di luar
silinder sedangkan lingkaran
2
0
c
r
= berada di dalam lingkaran. Maka menurut
hasil di atas, kedua lingkaran ini akan ditransformasikan ke titik-titik yang sama
di z-plane. Untuk mengatasi permasalahan double-valued ini, biasanya
diperkenalkan branch cut sepanjang x
1
-axis di z-plane antara titik z = -2c
sampai titik z = 2c. Namun masalah double-valued ini bukanlah masalah yang
cukup serius karena titik-titik di dalam silinder biasanya ditransformasikan ke
dalam benda di z-plane sehingga berada di luar medan aliran.

4. Airfoil yang dijelaskan oleh Jukowski Transformation mempunyai cusped
trailing edge (trailing edge yang sangat lancip sehingga sudut antara
permukaan atas dan bawah airfoil di trailing edge sama dengan nol) dan ini akan
kita buktikan nanti.

Karena transformasi Joukowski mentransformasikan bentuk-bentuk seperti airfoil di z-
plane menjadi silinder di -plane, kita memerlukan fungsi F() untuk aliran di sekitar
benda bundar. Kita ketahui bahwa aliran di sekitar benda bundar (silinder) dapat
direpresentasikan dengan mensuperposisikan aliran uniform +doublet+vortex. Dari
contoh-contoh sebelumnya, F() untuk aliran uniform dan vortex adalah, (arah vortex
searah jarum jam)
Aerodinamika Inkompresibel 256



( )
uniform
F U

= , ( )
vortex
log
2
F i

= +
Sedangkan F() untuk doublet adalah,
( ) ( )
doublet doublet doublet
1 1
cos sin
2 2
i
F i i
r r

2 e



= + = = =
Dengan demikian maka F() untuk silinder dengan sirkulasi adalah,
( ) log
2 2
F U i C


= + + +
di mana C adalah sebuah konstanta. Harga C didapatkan dengan melihat harga F di
permukaan silinder. Dengan
2
R
U


dan
i
R e

= ,
2 cos log
2 2
i
F UR R C



= + +
Karena F adalah konstanta di permukaan dan kita dapat pilih harga konstanta tersebut
sama dengan nol (F = 0) dan harga C dapat ditentukan. Dengan harga C ini maka,
( )
2
log
2
R
F U i
R


= + +



Perlu diingat bahwa hasil di atas didapatkan untuk silinder dengan titik pusat di (0,0)
dan freestream seragam di arah Re() atau .

Untuk kasus yang lebih umum, di mana freestream membentuk sudut dengan Re()
dan titik pusat silinder berada di = , kita perlu mentransformasikan F()

dengan menggunakan ( )
i
e



(lihat sketsa).
Dengan transformasi ini maka,
( ) ( )
2
log
2
i i
i
U R
F U e e i
ae


= + +


Aerodinamika Inkompresibel 257



dan
( )
( )
( )
( )
2
2
1
2
i
i
dF
U R e
W U e i
d


= = +



Harga di persamaan di atas ditentukan dengan menggunakan kondisi Kutta. Menurut
kondisi Kutta , harga kecepatan di trailing edge haruslah finite dan kontinyu.
Secara matematis, ini berarti
( )
( )
TE
TE
TE
W
W z z finite
dz
d

=
=
= = =



(TE = trailing edge)
Tetapi kita telah lihat sebelumnya (sifat umum 2) bahwa terdapat satu critical point di
permukaan benda dan kita akan lihat nanti bahwa critical point ini adalah trailing edge.
Dengan demikian maka,
0
TE
dz
d

=

=



Oleh karena itu, maka untuk memenuhi kondisi Kutta,
( ) 0
TE
W = =

( )
( )
2
2
1
0
2
i
i
TE
TE
U R e
U e i


= +

(CM)
(agar finite). Kondisi (
TE
W z z = ) ( ) 0
TE
W = = memberikan kita harga yang
spesifik yang ditentukan oleh posisi trailing edge. Sekarang kita telah siap untuk
mempelajari kasus-kasus berikut ini.

7.2.1 Kasus Silinder dengan = R e
i
di mana R = c


Aerodinamika Inkompresibel 258



Untuk kasus ini,
2 2
2 cos
i
i
c c
z ce c
ce

= + = + = (CM.2)
Jadi titik-titik (c,0) dan (c,) di -plane ditransformasikan ke titik-titik (2c,0) dan (-
2c,0). Juga titik-titik di permukaan silinder ditransformasikan ke daerah sepanjang x
1

karena (CM. 2) adalah riil. Dengan demikian maka transformasi ini menjelaskan aliran
di sekitar pelat datar di z-plane. Panjang pelat datar ini adalah 4c atau 4R.

Sekarang misalkan di -plane terdapat aliran freestream yang seragam di depan silinder
dengan sudut serang . Titik-titik stagnasi di -plane terdapat di s
1
dan s
2
seperti
terlihat di sketsa di atas. Oleh transformasi (CM. 2) titik-titik tersebut
ditransformasikan ke titik-titik,
2
2 cos s c = dan ( )
1
2 cos s c = + di z-plane
Titik s
1
tidak bermasalah namun titik s
2
di z-plane bermasalah karena tidak sesuai
dengan kenyataan fisik untuk aliran ini. Dalam aliran yang sebenarnya, titik s
2
selalu
berada di titik A di z-plane. Dengan kata lain, titik A adalah titik stagnasi di z-plane dan
ini adalah Kutta Condition untuk kasus ini. Kita telah lihat bahwa kondisi Kutta
menspesifikasikan sehingga aliran 2-D ini menjadi unik.

Untuk memenuhi kondisi Kutta tersebut, titik stagnasi s
2
harus berada di posisi A dalam
-plane, dimana = 0 atau
TE
= c. Tetapi dari sifat umum transformasi Joukowski
yang ke 2, titik ini adalah titik kritis dari transformasi sehingga persamaan (CM) berlaku
agar kondisi Kutta terpenuhi. Dengan mensubtitusikan
TE
= c pada persamaan (CM)
didapatkan,
0 2 s
2
U
c
in

= atau 4 sin 4 sin cU RU



= =
Lift dari silinder dapat dihitung dengan menggunakan teorema Kutta Joukowski,
2
4 si l U R U n

= =

Sekarang kita lihat aliran seperti apa yang dihasilkan oleh transformasi ini di z-plane.
Kita telah lihat bahwa dengan transformasi ini, silinder di -plane ditransformasikan
Aerodinamika Inkompresibel 259



in
menjadi pelat datar di z-plane. Aliran di z-plane adalah aliran di sekitar silinder dengan
uniform freestream yang mempunyai sudut serang . Karena sifat (1) dari Joukowski
Transformation maka aliran freestream yang sama terdapat di z-plane dengan demikian
maka kasus ini merepresentasikan kasus aliran di sekitar pelat datar yang mempunyai
sudut serang . Karena harga tidak berubah dalam conformal mapping maka untuk
pelat datar ini sama dengan untuk silinder di -plane. Karena

, U

juga sama di
kedua plane ini maka lift yang dihasilkan oleh aliran di sekitar pelat datar juga sama
yaitu,
2
4 s l R U

= sehingga
( )
2
1
chord
2
l
l
C
U

=
dengan chord = 4R untuk kasus ini atau,
( )
2
2
2 sin
4
l
l
C
U R


= =
sehingga untuk pelat datar,
2 sin
l
C =

7.2.2 Kasus Silinder dengan z = R e
i
di mana R > c


Untuk kasus ini,
2 2 2
1 2
cos sin
i i
c c c
z R e e R i R
R R R
z x ix


= + = + +


= +

Maka
2
1
cos
c
x R
R


= +


,
2
2
sin
c
x R
R


=



Aerodinamika Inkompresibel 260



= Karena maka,
2 2
sin cos 1 +
2 2
1 2
2 2
2 2
1
x x
c c
R R
R R
+ =

+



Namun ini adalah persamaan untuk elips yang mempunyai semi-axis major dengan
panjang
2
c
R
R

+

di x
2
axis. Jadi kasus ini (R > c) menjelaskan aliran di sekitar elips.

7.2.3 Airfoil yang Simetris



Sekarang kita akan lihat transformasi untuk kasus silinder dengan radius R yang
mempunyai titik pusat lingkaran di titik = -M. Apabila di dalam lingkaran ini kita
gambarkan lagi sebuah lingkaran dengan radius c yang berpusat di (0,0) maka radius R
dapat dituliskan sebagai
R c M = +

Karena titik A di permukaan silinder bersinggungan dengan titik di permukaan
lingkaran dengan radius c maka di z-plane garis di sekitar A akan serupa dengan garis
yang ditransformasikan oleh lingkaran dengan radius c. Kita telah lihat bahwa
lingkaran dengan radius c ditransformasikan menjadi pelat datar. Oleh karena itu, garis
di sekitar A akan ditransformasikan seperti ujung dari pelat datar (cusp). Langkah
berikutnya adalah membuat lingkaran yang berpusat di z = (0,0) dengan radius
sedemikian sehingga lingkaran ini bersinggungan dengan titik B di permukaan silinder
Aerodinamika Inkompresibel 261



L. Karena lingkaran ini mempunyai jari-jari R yang lebih besar dari c (R > c) maka
lingkaran ini akan ditransformasikan menjadi elips di z-plane. Oleh karena itu, garis di
sekitar titik B akan ditransformasikan menjadi lengkungan di ujung sebelah kiri dari
elips tersebut.

Dari observasi ini maka jelaslah bahwa lingkaran dengan radius R yang berpusat di titik
= - M akan ditransformasikan menjadi sebuah bentuk yang simetris terhadap x
1
dan
mempunyai ujung yang tumpul di ujung kiri dan ujung yang sangat lancip di ujung
kanan. Dengan kata lain, kasus ini merepresentasikan sebuah airfoil yang simetris.
Selain itu kita juga telah buktikan sifat umum (4) dari Joukowski transformation yaitu
airfoil yang dihasilkan mempunyai ujung yang sangat lancip (cusp).

7.2.4 Airfoil yang tidak simetris

Di contoh sebelum ini kita telah lihat bahwa sebuah lingkaran dengan titik pusat di =-
M ditransformasikan menjadi sebuah airfolil yang simetris. Oleh karena itu sangat
masuk akal apabila kita mempunyai sebuah lingkaran dengan titik pusat di
c c
i = +
( 0 dan 0 ), lingkaran ini akan ditransformasikan mejandi sebuah airfoil yang
tidak simetris di z-plane. Selain itu airfoil ini akan mempunyai trailing edge yang
sangat lancip (cusp)



Lift yang dihasilkan airfoil ini apabila airfoil tersebut diletakkan dengan sudut serang
dapat dihitung sebagai berikut. Pertama-tama untuk memenuhi Kutta condition, titik
Aerodinamika Inkompresibel 262



stagnasi di permukaan silinder harus dipindahkan dari titik A ke A. Dari sketsa di atas
terlihat bahwa posisi
TE
adalah (karena
TE
M c = ),
i
TE
M ce

= + .
Dengan mensubtitusikan
TE
pada persamaan (CM) didapatkan,
4 ( U R Sin )

= +
Dari geometri dalam sketsa di atas dapat dilihat bahwa

=

c
c
c

1
tan dan ( )
2 2 2
c c
c R + =
untuk silinder yang berpusat di titik (-
c
,
c
). Dengan demikian maka,
( )
2
4 sin l U R U

= = +
( )
( )
( ) chord
R
chord V
l
c
l

+
= =

sin 8
2
1
2
(CM.3)
Persamaan (CM.3) adalah persamaan umum untuk C
l
dari benda yang digenerasikan
dari Joukowski transformation (CM.1).

Contohnya : untuk pelat datar, (
c
,
c
) = (0,0) sehingga 0
cos
sin
=

atau = 0. Selain itu


untuk pelat datar telah kita lihat bahwa chord = 4R. Dengan harga-harga
ini maka dari (CM.3),
2 sin
l C
=
dan hasil ini sama dengan hasil yang kita dapatkan beberapa saat yang lalu.

Apabila kita mempunyai sebuah airfoil dengan cusps trailing edge, maka kita dapat
mentransfromasikan airfoil ini menjadi sebuah silinder bundar dengan menggunakan
(CM.1). Lift atau C
l
dari airfoil ini dapat dihitung dengan menggunakan (CM.3). Dari
(CM.3) terlihat bahwa untuk mendapatkan C
l
kita perlukan harga R dan . Karena R
dan adalah fungsi dari
c
,
c
, dan c maka kita perlu menentukan posisi dari pusat
silinder di -plane dan harga dari konstanta c untuk menghitung C
l
. Jadi yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah bagaimana menentukan
c
,
c
, dan c atau posisi titik pusat
Aerodinamika Inkompresibel 263



dan jari-jari silinder yang merepresentasikan airfoil tersebut. Prosedur penentuan
c
,
c
,
dan c adalah sebagai berikut:
a) Apabila kita mempunyai sebuah airfoil maka kita mengetahui harga-harga z
untuk airfoil tersebut. Dari harga-harga z, kita dapat menentukan harga c
sebagai berikut.

chord dari airfoil tentunya kita ketahui dan harganya adalah,
A B
chord z z = +
Karena titik A berada di titik = c di -plane maka titik ini akan berada di tititk
z=2c di z-plane. Dengan demikian maka,
2
B
chord c z = + atau
2
B
z chord
c

=
Karena chord dan z
B
diketahui maka c dapat dihitung.
b) Dengan diketahuinya harga c, harga-harga z untuk airfoil dapat
ditransformasikan menjadi dengan menggunakan inverse dari
transformasi (CM.1) atau = f(z,c).
c) Hasil dari b) adalah sebuah silinder bundar di -plane. Tentunya titik pusat dari
silinder ini (
c
,
c
) dapat ditentukan.
d) Karena (
c
,
c
) dan c diketahui maka R dan dapat dihitung. Dengan demikian
maka kita telah siap untuk menggunakan (CM.3) untuk menghitung C
l
airfoil
tersebut.

Perlu diketahui bahwa transformasi Joukowski bukan satu-satunya transformasi yang
digunakan untuk mempelajari airfoil. Selain transformasi ini, terdapat pula
transformasi-transfromasi lain seperti Karman-Trefftz transformation. Transfromasi
Aerodinamika Inkompresibel 264



ini bahkan dapat digunakan untuk airfoil yang mempunyai finite trailing edge (trailing
edge mempunyai sudut yang finite).


7.3 Teory Airfoil Tipis (Incompressible)

Di bagian 7.2 kita telah pelajari bagaimana menghitung lift dari sebuah airfoil dengan
menggunakan metode Conformal mapping. Sekarang, kita akan mempelajari metode
alternatif untuk mempelajari aliran di sekitar airfoil. Walaupun metode yang akan kita
pelajari adalah metode aproximasi, namun metode ini telah terbukti cukup sukses dan
ide yang digunakan dalam metode ini telah ditingkatkan menjadi metode-metode
modern yang dipecahkan dengan menggunakan komputer.

Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah :
Airfoil yang tipis
Sudut serang yang kecil
Selain itu juga asumsi lainnya seperti inviscid, adiabatic, dan uniform freestream
sehingga aliran di luar lapisan batas dapat diasumsikan sebagai aliran irrotasional dan
teori aliran potensial dapat kita gunakan.

Secara matematis permasalahan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Dapatkan solusi dari persamaan :
0
2
=
dengan kondisi batas : ( . ) 0
n
n = dan ( ) U

=
Selain itu juga diperlukan Kondisi Kutta karena kasus ini
adalah kasus 2-D
(T.A.T.1)
Aerodinamika Inkompresibel 265



Catatan: Kondisi Kutta diperlukan agar solusi yang didapatkan adalah solusi yang unik.
Perlu diingat bahwa kasus 2-D dan solusi persamaan Laplace adalah unik
apabila dispesifikasikan.

Karena airfoil diasumsikan sebagai airfoil yang tipis, maka kita dapar nyatakan :
u U v

= + ,
1
1

x
v

=

,
2
2

x
v

=


, di mana v adalah gangguan kecil yang disebabkan oleh adanya airfoil. Apabila kita
substitusikan u kedalam persamaan (T.A.T.1) hasilnya adalah :
0

2
= (T.A.T.2)
dengan kondisi batas

n U n

= 0 ) (

= , ditambah kondisi Kutta.



Sekarang kita akan mulai dengan menuliskan kondisi batas dipermukaan airfoil.
Apabila permukaan airfoil kita nyatakan sebagai berikut,
1 2 2 1
( , ) ( ) 0 F x x x h x = =
maka adalah n

=
2
2
1
1

|| ||
1
|| ||
x
x
F
x
x
F
F F
F
n .
Dengan demikian kondisi batas di permukaan airfoil,
1 2
1 2

0 ( cos ) ( sin
F F
n U n U v U v )
x x



= + = + + +

.
Karena
1 1
F dh
x dx

dan 1
2
=

x
F
maka,
2 1
1
( cos ) sin
dh
v U v U
dx


= + .

Dengan asumsi 1 << , sin & 1 cos sehingga
2 1 1 1
1
( , ( )) ( )
dh
v x h x U v U
dx


= +
Karena airfoil diasumsikan sebagai airfoil tipis, maka kita dapat gunakan ekspansi
Taylor untuk menuliskan .
2
v
Aerodinamika Inkompresibel 266



... ) ( | ) 0 , ( )) ( , (
1 ) 0 , (
2
2
1 2 1 1 2
1
+

+ x h
x
v
x v x h x v
x


Selain itu, sehingga kondisi batas di permukaan airfoil menjadi,
1
U v U

+

2 1
1
( , 0)
dh
v x U U
dx


=
Sekarang kita tuliskan h dengan menggunakan definisi berikut ini,
) (
2
1
), (
2
1
l u t l u c
h h h h h h +
t c u
h h h + = &
t c l
h h h
Dengan definisi h
c
dan h
t
kondisi batas di permukaan airfoil menjadi

2 1
1 1
2
3 1
( , 0 )
c t
dh dh
v x U U U
dx dx


=
_ _


di mana 0
+
adalah permukaan atas dan 0
-
adalah permukaan bawah.

Jadi permasalahan aliran disekitar airfoil tipis dengan sudut serang yang kecil
secara matematis dijelaskan oleh persamaan,
0

2
= ,
1
2 1 1

( , 0 )
c t
dh dh
x U U
x dx dx


0
) (

2
=

,
ditambah kondisi Kutta.

(T.A.T.3)

Kita ketahui bahwa yang membedakan antara solusi dari persamaan Laplace adalah
kondisi batasnya. Kondisi batas yang terdapat dalam permasalahan ini merupakan
superposisi dari dua macam aliran, yaitu
1.
2 1 1
1 2

( , 0 ) ( , 0 )
t
dh
U v x x
dx x


= =


Apabila kita perhatikan bentuk persamaan di atas, maka terlihat bahwa
2 1 2 2 1 2
( , ) ( , ) v x x v x x = atau ) , (

) , (

2 1
2
2 1
2
x x
x
x x
x


.
Dari hasil di atas, maka terlihat bahwa untuk kasus ini,
) , (

) , (

2 1 2 1
x x x x =
Aerodinamika Inkompresibel 267



Dengan kata lain, persoalan ini adalah persoalan yang simetris terhadap sumbu
x
1
. Jadi kondisi batas ini menjelaskan aliran di sekitar airfoil yang simetris
dengan ketebalan tertentu. Secara intuitif kita dapat memprediksi bahwa aliran
ini tidak akan menghasilkan gaya angkat (karena kasus ini = 0)
2.
( ) ( )
2 1 1
1 2

, 0 , 0
c
dh
U v x
dx x


= =



x
Apabila kita perhatikan bentuk persamaan di atas maka terlihat bahwa :
( ) ( )
2 1 2 2 1 2
, , x x v x x v = atau
( )
1
2

, 0 x
x


Dari hasil di atas maka terlihat untuk kasus ini

mempunyai bentuk :
( ) ( )
1 2 2 2

, , x x x = x
Dengan kata lain, persoalan ini adalah persoalan aliran yang antisimetris
terhadap sumbu x. Jadi kondisi batas ini menjelaskan aliran-aliran seperti :
Aliran disekitar pelat datar dengan sudut serang ( ) ( )
2 1
, 0 U v x

=
Aliran disekitar cambered airfoil dengan ketebalan = 0 dan = 0
( )
2 1
1
, 0
c
dh
v x U
dx


=




Biasanya dalam permasalahan di sekitar airfoil, yang kita cari adalah lift atau C
l

yang dihasilkan airfoil tersebut. Untuk itu, kita cukup memperhatikan kondisi batas (2).
Dengan demikian maka secara matematis permasalahan ini dapat dituliskan seperti :
1 2

0
x x

+ =


dengan kondisi batas
2

( ) 0
x

=

,
( )
1
2 1

, 0
c
dh
x U
x d

& kondisi Kutta




(TAT 4)

Solusi (TAT 4) dapat dicari dengan menggunakan superposisi dari doublet atau vortex
2D seperti yang telah kita pelajari di BAB 5. Namun, dalam sub-bagian ini kita akan
gunakan metoda lain yaitu dengan meggunakan analisa bilangan kompleks. Sedangkan
Aerodinamika Inkompresibel 268



2
'
solusi yang didapatkan dari superposisi doublet atau vortex akan kita pelajari nanti di
sub-bagian Metoda Panel.

Karena persoalan ini adalah persoalan 2-D, maka kita dapat menggunakan teknik
analisa bilangan kompleks untuk menyelesaikan persamaan Laplace di atas. Salah satu
teorema penting dalam teori bilangan complex adalah Cauchys integral formula.
Teorema ini menyatakan bahwa apabila f(z
1
) adlah fungsi yang analitik di bidang
maka,
1 1
' z x ix +
1
1
1 ( )
( )
2
c
f z
f z d
z z
=


z
di mana c adalah kurva tertutup yang menutupi titik
1
z z = .

Sekarang kita akan aplikasikan teorema ini untuk mendapatkan solusi dari (TAT.4).
Pertama-tama kita lihat,
( ) ( )
2 1 2 2 1 1
, , ) ( x x iv x x v
dz
dF
z W = =
di mana i F + = . Karena W(z) adalah fungsi analitik maka kita dapat menggunakan
Cauchys integral formula sehingga,

+ + +

=

=
c c c c c
dz
z z
z W
i
dz
z z
z W
i
z W
1
1
1
1
1
1
4 3 2 1
) (
2
1 ) (
2
1
) (

.

di mana c adalah kurva tertutup seperti dalam sketsa di bawah.
ix
2

C
3
C
4
x
1

C
2
R
1
Airfoil berada di z = z
1
dengan panjang c
C
1

Aerodinamika Inkompresibel 269



Apabila kita pilih R
1
maka kontribusi dari integral c
1
= 0 karena 0 ) ( =
sehingga W() =0. Kontribusi dari integral c
2
dan c
4
saling menghilangkan sehingga,
( )
3
1 1 1 1
1 1
1 1 1 0 0
1 1
1
1 0
1 ( ) 1 ( ' , 0 ) ( ' , 0 )
( ) ' '
2 2 ' '
( ' , 0 ) ( ' , 0 )
1
'
2 '
c c
c
c
W z dz W x W x
W z dx dx
i z z i x z x z
W x W x
dx
i x z

+
+


= =




( ) ( )
1 1
1 1 1 1 2 1 1 1 2 1
( ' , 0 ) ( ' , 0 ) ( ' , 0 ) ( , 0 ( , 0 ) ( ' , 0 ) W W x W x v x iv x v x iv x
+ + +
=

.

Karena maka,
2 1 2 1
( ' , 0 ) ( ' , 0 ) v x v x
+
=
1 1 1 2
1
1 0
1 ( ' , 0 ) ( ' , 0 )
'
2 '
c
v x v x
W d
i x z
+

x
Apabila kita definisikan
1 1 1 1 1
( ' ) ( ' , 0 ) ( ' , 0 ) x v x v x
+

maka,
1 1
1 1 2 0
1 ( ' ) '
( )
2 ' (
c
)
x dx
W x
i x x ix

=
+

(TAT.5)

Dari hasil di atas, solusi dari (TAT.4), yaitu
2 1
) ( iv v z W = , harganya tergantung dari
harga . Jadi permasalahan ini belum selesai karena harga belum diketahui. Untuk
menghitung , kita ambil harga imaginer dari (TAT.5) di permukaan airfoil .
Bagian imaginer tersebut adalah :
) 0 (
2
x
1
2 1 1
1 1 0
( ' )
( , 0 ) '
'
c
x
v x dx
x x


Karena kita ketahui dari kondisi batas maka, ) 0 , (
1 2

x v
1
1
1 1 1 0
1 ( ' )
' (
2 ( ' )
c
c
dh x
dx U )
x x d

x
(L)
Kondisi Kutta untuk kasus ini adalah W(z) = 0 di trailing edge atau
0 ) ( = TE (K)

Aerodinamika Inkompresibel 270



Sekarang kita perhatikan persamaan (L) lebih mendalam apabila bentuk airfoil diketahui
maka
1
dx
dh
c
diketahui sehingga untuk setiap kasus dengan U

dan tertentu, persaman


(L) dengan kondisi kutta (K) dapat digunakan untuk menghitung . Dengan
diketahuinya maka kecepatan di setiap titik dalam aliran dapat dihitung dengan
menggunakan (TAT.5) (ingat: kecepatan ini adalah kontribusi dari bagian yang
asimetrik saja. Kecepatan yang sebenarnya didapatkan dengan menambahkan solusi
yang didapatkan dari permasalahan airfoil yang simetris dengan kondisi batas (1)).
Selain itu, bagian riil dan imaginer dari (TAT.5) adalah :
2 1
1 1
2 2
1 1 2 0
1 ( ' )
'
2 ( ' )
c
x x
v dx
x x x

=
+

&
1 1 1
2 1
2 2
1 1 2
1 ( ' ) ( ' )
'
2 ( ' )
c
o
x x x
x
x x x


=
+

v d

Namun, ini adalah distribusi kecepatan yang dihasilkan oleh line vortex distribution.
Dengan demikian maka,
1
1
( ' )
'
d
x
dx



Sehingga apabila telah didapatkan maka dapat dihitung dan lift dapat ditentukan
dengan menggunakan teorema Kutta-Joukowski .

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mendapatkan solusi:
a) Gunakan transformasi (
1
' 1 cos
2
c
x ) = sehingga
1
' sin
2
c
dx d = dan
( )
1 10
1 cos '
2
c
x x =

(TE)
= 0,
(LE)
= (LE: Leading Edge)
b) Subtitusikan (1) ke dalam persamaan (L). Solusi dari persamaan tersebut
adalah:
( )
0
1
(1 cos )
2 s
sin
n
n
U A A n

in

=
+
= +


c) Subtitusikan kembali ke dalam persamaan ( L ) dan hasilnya adalah
( )
0
1 1
cos
c
n
n
dh
A A n
dx

=
= +


Aerodinamika Inkompresibel 271



d) Persamaan di atas adalah Fourrier Series dari
1
c
dh
dx
. Dengan menggunakan
hasil dari Fourrier Series kita dapatkan
0
0
1
0 0
1 0
1
2
cos
c
c
n
dh
A d
dx
dh
A n
dx

=
=


Sehingga apabila h
c
= h
c
(x
1
) diketahui A
n
dan A
0
dapat ditentukan dan () dapat
kita hitung.
e) Hitung ( ) ( )
1
1 1 0
0
0
' ' sin
2 2
c
c
c A
x dx d cU A


= = = +




l U

= dan ( )
0 1
2
2
1
2
l
l
C A
U c


= = A +
atau
( )
0 0
0
1
1
2 cos 1
c
l
dh
C d
dx


= +

, 2
l
dC
d

=
Apabila kita nyatakan ( ) ( )
0 0
2
l
l L
dC
C
d

= =
= =
L
maka
( )
0 0
0
1
1
cos 1
c
L
dh
d
dx

=
=


Sehingga dengan menggunakan teori ini kita dapat memprediksikan sudut
serang di mana lift adalah nol.
f) Sekarang kita dapat tentukan pitching moment coefficient. Dari definisinya
pitching moment di leading edge adalah,
1 1 1
1
' ' '
'
LE
d
dM x dL x U d U x dx
dx

1
'

= = =
Apabila kita integrasikan maka,
( )
1 1
0
' '
LE 1
' M U x x dx

=


dan
( )
, 1
2
1
4 4
2
l LE
m LE
C M
C A
U cS



= = +


2
A
Aerodinamika Inkompresibel 272



Apabila kita hitung moment coefficient di posisi
1
4
c
x =
( )
, 2
,
4
1
4 4
c m LE l
m
C C C A A

= + =


1

Karena A
1
dan A
2
bukan merupakan fungsi maka dapat disimpulkan bahwa
4
c
adalah Aerodynamic Center (posisi dimana harga momen tidak
bergantung ).
g) Posisi center of pressure (posisi efektif di mana total lift bereaksi) dapat
ditentukan sebagai berikut. Dari definisinya,
LE cp
M x L = sehingga
, m LE
cp
C
x c
C
=
/
atau, ( )
1 2
1
4
cp
l
c
x A A
C

= + +



Catatan: () di langkah 2 memenuhi kondisi kutta (k) karena
( ) ( )

0
0
"L'Hospital's Rule"
2 sin (1 cos )
2 0
sin cos
U A
TE U A


= = = =


+



7.4 Teory Sayap

7.4.1 Induced Drag

Pada 7.2 dan 7.3 kita telah menggunakan teori potensial untuk mempelajari aliran di
sekitar airfoil. Sekarang kita akan melihat bagaimana teori potensial digunakan untuk
mempelajari aliran di sekitar sayap.
Aliran di sekitar sayap adalah aliran di sekitar benda 3-D. Dari pembahasan kita
sebelum ini telah kita lihat bahwa aliran irrotasional benda 3-D tidak menghasilkan
(circulation) dan oleh karenanya tidak akan menghasilkan lift. Jadi jelaslah bahwa
Aerodinamika Inkompresibel 273



dalam mempelajari aliran di sekitar sayap, kita tidak dapat hanya mengandalkan teori
potensial, kita harus mengamati fenomena fisik untuk aliran ini lebih dalam.
Pertama-tama kita ketahui bahwa aliran di belakang sebuah benda terdapat apa yang
disebut dengan wake. Untuk benda slender seperti sayap, daerah wake ini
sangatlah tipis. Di dalam wake aliran tentunya tidak dapat diasumsikan sebagai aliran
irrotasional. Namun, di luar wake (yang sangat tipis ini) aliran dapat diasumsikan
sebagai aliran irrotasional
x
3

Sekarang kita hitung di mana
3 3
v dx

x
u Ue v = + dan 0 v = di
karena wake ini sangat tipis dan kecepatan u
3
di dalam wake tidak terlalu jauh dengan
hanya u
3
di luar wake, maka,
3 3 3 3 3 3
31
32
dx v dx v dx v
x
x



+ =
Daerah di luar wake alirannya irrotasional sehingga,
3
3
v
x

=


Dengan mengingat bahwa v
3
= 0 di sehingga kita dapat menyatakan = konstan = 0
di sehingga,
U

Wake
x
1
1
3
x
2
3
x
Aerodinamika Inkompresibel 274



( )
3 3 2 1
v dx


Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat diskontinuitas dalam harga . Dengan kata lain
wake adalah surface of discontinuity (wake dapat dimisalkan sebagai surface of
discontinuity). Karena dalam asumsi ini, fluida di luar wake tidak dapat menembus
wake,
3 3
1 2
x x

=



atau
3
x

kontinyu.
Dengan kata lain diskontinuitas ini adalah tangential discontinuity. Satu lagi properti
iskontinuitas e ini adalah (lihat bab tentang shock wave), p
1
= p
2.
Karena di
luar wake
dari d tip
( ) ( )
2
2
1 1
'
0 0
2 2
p U p p U v + = + + +
1
' p Uv atau dapat pula dilihat bahwa
( ) ( )
1 1
1 2
1 1
1 2
x x

=



v v = atau
sehingga
1
x


juga kontinyu.

adalah diskontinuitas adalah pada harga Jadi satu-satunya kemungkinan
2
x

. Namun,
ari apa yang telah kita pelajari sebelumnya, diskontinuitas ini akan dihasilkan oleh d
sebuah vortex sheet. Dengan kata lain wake pada belakang sayap dapat dimodelkan
sebagai vortex sheet yang menghasilkan diskontinuitas harga
2
x

(lihat gambar di
Aerodinamika Inkompresibel 275



nol sehingga sayap akan menghasilkan gaya angkat.
ngan apa yang harus kita lakukan
ada kasus 2-D, yaitu menambahkan kondisi Kutta. Penambahan ini adalah
engan airfoil, sayap mempunyai dua wingtip, atau ujung
bawah). Dengan menambahkan vortex sheet ini maka harga tidak lagi sama dengan

Penambahan vortex sheet ini pada dasarnya serupa de
p
konsekuensi dari diabaikannya efek viskositas yang selalu ada pada aliran
sesungguhnya. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagaimana membuat sistem vortex
sheet ini?


Selain apa yang telah dibicarakan di atas ada lagi satu hal yang penting dalam aliran di
Vortex
Sheet
x
1
x
2
x
3
sekitar sayap. Berbeda d
sayap. Di wing tip ini, aliran dari bagian bawah sayap (dengan tekanan yang tinggi)
bertemu dengan aliran atas sayap (dengan tekanan yang lebih rendah). Jadi fluida
mengalir dari bagian bawah ke bagian atas sayap. Ini mengakibatkan terjadinya
perubahan sudut serang apabila dilihat secara lokal dari setiap airfoil section.


Aerodinamika Inkompresibel 276



Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ini mengakibatkan arah lift vektor berubah dan
menghasilkan komponen yang sejajar dengan sumbu x
3
(lift) dan sumbu x
1
(drag). Drag
ini disebut juga induced drag. Dari geometri di atas dapat dilihat bahwa,

eff i
= (W.T.I)

Untuk mempelajari induced drag lebih lanjut kita perhatikan apa yang terjadi apabila
sebuah sayap bergerak melintasi suatu daerah didalam fluida yang diam pada saat
e ini
bergerak karena adanya wak
volume berbeda dari nol. Menurut hukum kekekalan energi, penambahan
engakibatkan berkurangnya (disipasi) energi dari gerakan


Bidang A dan B adalah bidang-bidang yang berada jauh didepan dan jauh dibalakang
sayap. Selain itu posisi bidang B cukup jauh dari sayap sehingga didalam wake hanya
ada pergerakan udara yang mempunyai arah sejajar dengan bidang B (hanya ada v
2
dan
sebelum dilintasi oleh sayap. Apabila kita pilih sebuah volume tertentu, maka sebelum
sayap melewati volume ini energi kinetik dari fluida didalam volume ini adalah nol.
Setelah sayap tersebut melewati daerah ini, sebagian dari fluida didalam volum
e, dan ini tentunya menyebabkan energi kinetik fluida
didalam
energi kinetik fluida ini m
sayap. Hilangnya energi dari sayap inilah yang menyebabkan adanya drag. Drag ini,
yang tentunya berbeda dengan drag yang diakibatkan oleh gaya gesek (skin friction
drag), disebut induced drag.

Sekarang penjelasan diatas akan kita gunakan untuk mendapatkan formula untuk
menghitung besarnya induced drag. Untuk itu kita perhatikan situasi yang digambarkan
pada sketsa dibawah ini. Pada sketsa terlihat sebuah sayap yang bergerak menuju udara
diam.
U
C B A
X = U t
Wake (vortex sheet)
Aerodinamika Inkompresibel 277



v C

Dari sketsa terlihat bahwa bertambahnya energi kinetik fluida didalam volume atur yang
dibatasi oleh A dan B disebabkan oleh masuknya wake yang sebelumnya berada
diantara B dan C kedalam volume atur tadi. Dari penjelasan diparagraf sebelumnya
bertambahnya energi kinetik ini sama dengan kerja yang dilakukan oleh drag. Dengan
ikian maka secara matematis kita dapat nyatakan bahwa,
3
sedangkan

v
1
= 0). Bidang ini juga dikenal dengan sebutan Trefftz Plane. Bidang
sejajar dengan bidang B dan berjarak U t dibelakang B.
dem
2 2
2 3
1 1
( ) ( ) ( )
2 2
V
D U t dV U tdx dx = =


atau
2
2 3
1
( )
2
wake
S
D dx dx =



Dengan menggunakan teorema green (GT) integral diatas dapat dituliskan menjadi,
2 2
2 2
3 3
2 2
1
2
b b
b b
D dx dx
x x


+
+




=




dan adalah harga pada
bagian bawah. Sedangkan b adalah panjang dari sayap dan ujung-ujung sayap berada
pada posisi x
2
= b/2.
Sekarang kita akan modelkan wake dengan menggunakan vortex sheet. Vortex sheet
adalah sebuah diskontinuitas tangensial (tangential discontinuity) maka dari sub bagian
ang membahas diskontinuitas dalam fluida kita ketahui bahwa




dimana superscript + menyatakan harga pada bagian atas wake

y
3 3
x x

+

=


sehingga,


2
2
3
2

1
( )
2
b
b
D dx
x


+



=





Dari sifat-sifat sebuah v


ortex sheet kita ketahui bahwa,
Aerodinamika Inkompresibel 278



2
3 2
2
1 ( ') 1
'
4 ' '
b
d z
dz
x dz x z


b


+
= dan =


Akhirnya, dengan mensubtitusikan persamaan-persamaan terakhir kedalam hubungan



untuk drag didapatkan
2
2 2
2
2 2
2
2
2 2
2
1 ( ) ( ')
'
2 ' '
( )
b
b
b
b
b
b
x d z
D d
x z dz
L U x dx

z dx


=


dimana formula untuk lift didapatkan dari teorema Kutta-Joukouski.

Dalam praktek, formula untuk lift dan drag di transformasikan dengan menggunakan
transformasi,
2
(1 cos )
2
b
x = dimana 0
Kemudian adalah fungsi yang kontinyu sehingga dapat diexpansikan dengan
menggunakan deret Fourier,
n ( )
1
2 si
n
bU An n

=
=


Apabila deret ini kita subtitusikan ke dalam formula untuk lift dan drag maka
R
didapatkan,
1 L
C A A = dan
2
1
Di n
n
C AR nA

=
=


2
b
AR = dimana
S
dan (c = panjang chord). Koefisien-koefisien A
n
didapatkan
denan menyelesaikan persamaan
S bc =
2
0 = berikut kondisi batasnya. Ini akan kita
Dari expresi untuk C
Di
terlihat jelas bahwa induced drag yang minimum akan dihasilkan
apabila semua A
n
, kecuali A
1,
adalah nol. Untuk kasus m mum induced drag ini,
lakukan disub bagian setelah ini.

ini
Aerodinamika Inkompresibel 279



2
2
L
C
1 Di
C ARA
AR

= =
dan ini akan dihasilkan oleh distribusi ,
3 3
4
( )
L
C x b x
AR
=
Distribusi ut ell l distribution karena akan dihasilkan oleh sayap yang
berbentuk seperti ellips.

diseb iptica
.4.2 Penyelesaian dengan menggunakan teori potensial
ekitar
sayap diasumsikan sebagai aliran irrotational maka untuk darah di luar sayap dan wake ,
7

Sekarang kita akan lihat permasalahan ini secara matematis. Karena aliran di s
0 =

2

Dengan kondisi batas:
a) di sayap,
( )
3 1 2
1 1
x x
, , 0
t c
simetris
antisimetris
h h
v x x U U



= +



_
_

b) di wake,
( ) ( )
3 1 2 3 1 2
, , 0 , , 0 v x x v x x

=
c) di ,

0 v = =

di mana kondisi batas disayap yang digunakan di sini adalah kondisi batas yang sama
dengan yang digunakan untuk airfoil tipis alpha kecil. Jadi asumsi yang telah kita
gunakan di sini sama dengan yang digunakan sebelum ini yaitu sayap tipis dengan sudut
serang kecil.

Untuk mendapatkan

dalam kasus ini, kita dapat gunakan solusi persamaan Laplace 3-


D (L3D.b). Namu kasus ini, lebih mudah apabila kita mencari solusi untuk v
1

terlebih dah bbagian sifat-sifat dari
n dalam
ulu. Dari su , kita ketahui bahwa v memenuhi
persamaan Laplace (
2
0 v = ) sehingga
2
1
0 v = . Oleh karena itu, solusi untuk v
1
bisa
kita dapatkan juga dengan menggunakan (L3D.b) yaitu,
Aerodinamika Inkompresibel 280



( )
b
1
1 1
1 1 1
4
wake
S S
v
v x v dS
n r r n
+

=



Di S
b
dan S
wake
,
3
0
3
1 1
x
n r x r

=

=


Karena, dari pemb hasan sebelumnya di awal bab ini, kita ketahui bahwa
( ) ( )
1 1 2 1 1 2
, , 0 , , 0 v x x v x x
+
= di S
wake
sehingga,
a
1
1
wake
S
0 v dS
n r

Selain itu dari kondisi irrotational menyatakan bahwa,


( ) 0 u = ,
3 1
3 1
v v
x x

=


sehingga
3 1 1
3 1
1 1 1
b wake b wake b wake
S S S S S S
v v v
dS dS dS
r n r x r x
+ + +

= =



.
Dari pembahasan di awal b pulkan bahwa

ab ini kita telah sim
3
3

v
x

=

adalah kontinyu
di S
wake
sehingga
3
1
v
x

juga kontinyu. Dengan demikan maka,


1
3
1
0
wake
S
v
dS
r x

. Oleh
karena itu,
( )
3
1 1
3 1
1 1 1
4
b
S
v
v x v dS
x r r x

=




Seperti halnya dengan kasus airfoil, kita akan menggunakan teori ini untuk menghitung
ft. Oleh karenanya, kita akan lanjutkan pembahasan di sini untuk kasus sayap dengan
kondisi batas yang antisimetris (kondisi batas simetris tidak memberikan kontribusi
menandakan posisi di permukaan sayap),
li
apapun terhadap lift). Untuk kasus antisimetris kita ketahui bahwa (subscript S
b

( ) ( ) ( )
( ) ( )
1 1 2 1 1 2 1 2
3 1 2 3 1 2
, , 0 , , 0 ,
, , 0 , , 0
b b b b b b
b b b b
S S S S S S
S S S S
v x x v x x x x
v x x v x x

+

+
=

Aerodinamika Inkompresibel 281



sehingga
( ) ( )
3 3
1 2 1 2
1 1
, , 0 , , 0
b b b b
S S S S
v v
x x x x
x x
+

=



Dengan demikian maka,
( ) ( )
1 2
1 2 1 2
1 1
3
3
1 1 1 1
,
4 4
b b b b
b S S
b b
S S S S
S x x
b
x dS x x dx dx
v v
r x r
x
S



= =



Seperti dalam kasus airfoil, kita perlukan harga untuk mendapatkan solusi, yang
dalam kasus ini adalah v
1
. Harga n oleh kondisi batas
)
S

, sehingga kita perlukan persamaan untuk v
3
. Karena,
tentunya ditentukka
(
3 1 2
,
S
v x x , 0
b b
1
1

v
x

=

dan
3
3
=
v
x


aka, m
( ) ( ) ( )
1
x
1
1 2
2
3 1 0 2 3 0 1 2 1 2 2
3 3
1 1
, , ,
4
b b b b
S S
b b
x
S S S S c
x x
v x v x x x dx x x dx dx dx
x x r




= =





i mana telah digunakan
3 3
b
S
x x

=

. d

Untuk
3
lim 0 x , persamaan di atas menjadi (Ashley-Landahl,1965),
( )
( )
( ) ( )
( )
1 2
2
1 1 2 2
3 1 2 1 2
2 2 2 1
1 1
, , 0
4
b b
b b
b S S b b b b
S S
S S
S x x S S
x x x x
v x x dx dx
x x x x

+

=




Persamaan ini dapat disederhanakan lagi seperti dibawah ini.
2

1
1
x
+


( ) ( )
( )
1 2
2
b S S
b b
b S x x
b

( ) 2S
b
x =
2
1 2
1 2
2 0 2 2 2 2
2
2
1 2
2 0 2 2
2
1
1
b b
b b
b
b b
b b
b b
b
c
S S
S S
S S S
c
S S
b S S
dx dx
dx dx
x x x x x x
d
dx dx
dx x x



=





=




_

Aerodinamika Inkompresibel 282



Jadi
( )
( )
( ) ( )
( )( ( ))
1 2
/ 2
2
3 1 2
2 / 2 2 2
2 2
2
1 2
2
1 1 2 2
1
1
, , 0 [
4
]
sb
sb sb
sb
1 1 2
sb
sb
sb
sb sb sb sb
b
b
sb
x x
c
dx
d
v x x
dx x x
x x x x
dx dx
h
U
x

x
x x x x
+

(WT.*)
di mana Hubungan terakhir adalah persamaan yang harus di selesaikan
mendapatkan

=
c
sb
dx
0
1

untuk apabila U

, ,
( )
1 2
, c x x
h diberikan. Apabila telah diketahui
maka persoalan aliran di sekitar sayap yang menghasilkan lift terselesaikan.

7.4.3 Teori garis angkat Prandt`L (Prandtl Lifting Line)
Persamaan (WT.*) sangatlah sulit disesuaikan secara analitis. Karena itu permasalahan
aliran disekitar sayap biasanya dimodelkan dengan sistem vortex yang meliputi vortex
yang mempresentasikan sayap dan vortex sheet yang mempresentasikan wake. Sistem
a harus m ini tentuny emenuhi teorema helmholtz tentang vortex, yaitu vortex line tidak
dapat muncul & berakhir di fluida.
bawah ini.
Dalam model di bawah terlihat bahwa vortex line dimulai dan berakhir di fluida
hingga memenuhi teorema Helmholtz.
Model yang memenuhi syarat-syarat di atas dapat dilihat dalam gambar di
se

Aerodinamika Inkompresibel 283



Vortex line yang berada di dalam sayap sayap disebut bound vortex karena vortex
ini tidak bergerak bersama fluida seperti vortex line yang berada di luar sayap. Selain
model di atas terdapat pula model-model lainya seperti dalam gambar di bawah ini.
Model ini dikenal dengan sebutanlifting surface
Model-model di atas umumnya tidak memberikan solusi
yang analitik dan biasanya diselesaikan dengan
menggunakan komputer. Alternatif lainnya adalah
menggunakan model yang disebut Prandtl lifting line.
Dengan menggunakan model ini kita dapat
menyelesaikan permasalahan ini secara analitik walaupun model ini tidak seakurat
model-model sebelumnya. Dalam model ini bound vortex lines yang terlihat dalam
gambar (wt.1) disatukan di dalam satu garis yang disebut lifting line.

Dengan model ini kita dapat melakukan perhitungan untuk mendapatkan C
L
dan C
Di
.
Pertama-tama kita lihat bahwa vortex sheet ini menghasilkan downwash sebesar,
( ) ( )
/ 2
2
3 1 2 2 3 line vortex distribution
2 2 / 2
1 1 1
, , 0
2 2 2
sb
sb
sb
b
b
d
dx
v x x dx v
x x



= =


Dengan menggunakan model ini, kondisi batas yang sebelumnya tidak lagi berlaku
(sekarang tidak ada lagi h
c
karena sayap telah diganti dengan lifting line). Sekarang kita
lihat (gambar x). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa,
Aerodinamika Inkompresibel 284



1 3
tan
i
v
U



=



Karena pada umumnya v
3
<< U maka,
3
i
v
U
= atau
2
2
3 2
2 2
2
1
4
sb
sb
sb
b
i
b
d
dx
v U dx
x x

= =


Dari definisi untuk C
l
,
2
2
1
2
l
L
C
Uc
U c

= =
Namun, kita dapat juga menyatakan bahwa,
dan
( )
0
2
l eff L
C
=
=
i eff
= (dari W.T.I)
sehingga,
3
0 L
v
UC
U

=

=



Dengan mensubstitusikan v
3
ke dalam persamaan di atas didapatkan,
/ 2
2
0 2
2 2 / 2
1
4
sb
sb
sb
b
L
b
d
dx
UC dx
U x x

(WT)
c, U,
L=0
, dan b diketahui maka (WT) adalah persamaan differensial
(intregro-differential) untuk .
Persamaan (WT) dapat pula diturunkan langsung dari persamaan (WT*), tanpa perlu
menggunakan model seperti diatas, dengan menggunakan asumsi high-aspect ratio
Karena ,
atau b/c >>1. Apabila asumsi ini dapat digunakan maka,
Aerodinamika Inkompresibel 285



( ) ( )
( )( ) ( )
sb sb
sb sb
x x x x
x x x x
2 2 1 1
2
2 2
2
1 1

+

( )
( )( )) (
sb sb
sb
x x x x
x x
2 2 1 1
2 2


karena x x <<

( )
2
( )
2
1 1
sb
2
sb
2
x x untuk kasus b/c>>1. Dengan demikian maka suku
( ) ( )
( )( ) ( )
1 2
1 2
2
1 1 2 2
sb
sb
s b s b sb sb
sb
x x
x
x x x x
2 2
1 1 2 2
sb s b
x x x x
dx dx I


pada (WT*) menjadi,


( )
( )( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( )

( )
1 2 2
2
2
2 2 2 2
1 2 2 1
2 1 1 2 0 2 2
1 1 2 2
/ 2
1 2
2 2 / 2
2 2
1
,
sb sb
1
2 2 1
1 1 0 0 1 1
2
sb sb b
sb sb sb sb sb sb sb sb sb
sb
sb sb
c
sb sb
sb sb
sb S
x x x
x c b c
b x
x x x x
sb
s
b b
I dx dx dx dx
x x x x x x
x x x x
x x
dx
d
x x

x dx dx
x x
x x


=
=



=

sehingga,
=



b
( )
( )
( )
/ 2
1 2
2
1 2
4
b
1
2 1 1 1 / 2 0 2 2
,
1
, , 0 2
sb
sb
sb sb sb
b c
c
sb
x x
dx
h d
v x x dx U
dx x x x x x




= + =



( WT.**)
Apabila (WT*) dikalikan dengan
1
1
x
c x
lalu diintegrasikan diarah x
1
maka akan
didapatkan kembali persamaan (WT) (lihat Ashley-Landahl,1965). Penurunan cara
kedua ini memperlihatkan bahwa Teori garis angkat Prandtl layak digunakan untuk
sayap-sayap yang mempunyai Aspect Ratio yang tinggi.
Solusi dari persamaan (WT) adalah yang dapat gunakan untuk menghitung gaya
angkat dan gaya hambat induksi dengan menggunakan hubungan-hubungan berikut :
2

/ 2 / 2 / 2
2 2
/ 2 / 2 / 2
cos
b b b
i
b b b
L l dx ldx U dx

= =

=
Aerodinamika Inkompresibel 286



dan
b b b
ut
untuk menghitung gaya angkat dan gaya hambat induksi. Berikut ini adalah langkah-
langkah praktis untuk mendapatkan L & D
i
;
1. Solusi dari persamaan (W.T) dapat di tuliskan sebagai berikut,
n
/ 2 / 2 / 2
2 2 2
/ 2 / 2 / 2
sin
i i i i
b b b
D l dx l dx U dx

= =

=
Dengan demikian jelaslah prosudur penyelesaian permasalahan aliran disekitar sayap
yang mempunyai aspect ratio yang tinggi. Pertama-tama kita selesaikan persamaan
(WT) untuk mendapatkan distribusi . emudian, kita gunakan distribusi terseb
( )
1
2 si
n
bU An n

=
=


Apabila kita subtitusikan ke dalam persamaan (W.T) maka,
( )
( )
( )
( )
( )
0
0 0 0
1 1 0 0
sin
2
sin
sin
n L n
n n
n
b
A n nA
C




=
= =
= + +

(W.T.2)
Persamaan (W.T.2) adalah satu persamaan untuk N variabel yang tidak diketahui
(A
1
, ,A
N
). Namun, apabila kita pilih N titik sepanjang lifting line (
1
o
, ,
N o
)
diselesaikan. Jadi
apabila kita lakukan ini maka kita akan dapatkan harga untuk A
1
, ,A
N.
2. Hitung
maka kita akan dapatkan N persamaan yang tentunya dapat
2 2
1 1
2
2
2
b

2
1
b
l
L b
C dy A A AR
US S
U S


= = = =


Di mana
S
b
AR
2
, R
1 L
C A A =
3. Hitung ( ) ( ) ( )
2
2
1
2
2
1
b
Di i
b
C y y dy AR A
US

= = +


Aerodinamika Inkompresibel 287



Di mana

N
n
n
A
A
n
2
2
1
,
2
(1 )
L
Di
C
C
AR

= +


7.5 Metoda Panel
Didalam bab ini kita telah lihat beberapa contoh tentang bagaimana menggunakan teori
potensial untuk menyelesaikan permasalahan aliran incompressible disekitar airfoil
(kasus 2-D) dan sayap (kasus 3-D). Namun, penyelesaian secara analitis seperti yang
dipaparkan disub-bagian 7.1-7.4 hanya berlaku untuk kasus-kasus tertentu. Misalnya,
n dengan menggunakan conformal mapping hanya dapat digunakan untuk
airfoil dengan geometri tertentu yang dapat ditransformasikan menjadi silinder dengan
sebuah transformasi, seperti transformasi Joukowski. Selain itu solusi analitis juga
didapatkan untuk kasus airfoil dan sayap dimana benda-benda tersebut dianggap
ngatlah tipis (dan mempunyai Aspect Ratio yang tinggi untuk kasus sayap). Tentunya
lusi-solusi tersebut berlaku sangat terbatas, karena pada umumnya asumsi yang
digunakan untuk mendapatkan solusi-solusi tersebut hanya terpenuhi oleh airfoil atau
g sederhana. Untuk kasus-kasus yang lebih umum,
ermasalahan ini tidak dapat diselesaikan secara analitis. Kasus-kasus ini, hanya dapat

penyelesaia
sa
so
sayap dengan geometri yan
p
diselesaikan secara numerik dan salah satu metoda numerik yang populer untuk
menyelesaikan permasalahan aliran potensial incompressible adalah Metoda Panel.
Metoda ini mencari solusi dengan menggunakan solusi umum dari persamaan Laplace
dengan cara yang telah kita pelajari sebelumnya di sub-bagian 5.6.3.

Sekali lagi permasalahan matematis yang harus diselesaikan untuk aliran
incompressible potensial disekitar airfoil atau sayap yang diletakkan dibelakang aliran
seragam adalah mencari solusi dari,

2
0 = ,
dengan kondisi batas 0 n = dan ( ) U

= , ditambah dengan kondisi Kutta
untuk kasus airfoil (2-D).
Aerodinamika Inkompresibel 288



7.5.1 Dekomposisi dengan menggunakan potensial gangguan

Seperti biasa, permasalahan matematis ini diselesaikan dengan menggunakan
dekomposisi

= + di mana

adalah potensial dari aliran freestream dan


disturbance potential) yang juga memenuhi persamaan adalah potensial gangguan (
Laplace
2

0 = . Kondisi batas yang harus dipenuhi

didapatkan dari (IP.2),



0 u n n U n
n n n n


= + = + = = =


sehingga

b
S
U n
n

Selain itu, untuk aliran tak terbatas

lim 0
r

= (karena dari definisinya,

= + ->

= pada permukaan ). Dengan m nggunakan dekomposisi ini, permasalahan


dengan kondisi batas
e
matematis yang harus diselesaikan menjadi,
0

2
= ,


n U n = , 0 ) ( =
ditambah kondisi Kutta untuk kasus airfoil (2-D).


Apabila

telah didapatkan maka dapat dihitung dengan menggunakan,


1 2

( cos sin ), ln 2 U x x misa ya untuk kasus D




= +
= +


perma encari
kekuatan source dan doublet di S
t
. Namun, karena sehingga
pada permukaan , kontribusi dari integral permukaan adalah nol
dan S
t
= S
b
pada (MP.3). Dengan demikian maka solusi didapatkan dengan mencari M
dan dari persamaan MP.3 yang untuk kasus ini adalah,

Dari 5.8.1, kita ketahui bahwa solusi dari salahan ini didapatkan dengan m
0 ) (

tan 0 kons = =
Aerodinamika Inkompresibel 289



{
1
b
( 3 ), 4 ( ) 2 ( )
)

( )
t
t
s s
S
kasus D n untuk x yang beradadi V ataun untuk x yan
ln
( 2 ), 2 ( ) 1(
g beradadi S
s
S
n
x M dS
n

= =


= +

( MP.3.a)
basan dalam
memilih
n r
r
kasus D n untuk x yangberadadi S atau n untuk x yang beradadi

= =

Harga dan M didapatkan dengan mengingat bahwa kita mempunyai kebe

maupun
n

. Untuk kasus ini, kita pilih 0


n

=

sehingga harga dari energi


kinetik fluida imaginer didalam benda adalah,
1 1 1 1
0
2 2 2 2
t t t
V V S
KE u udV dV ndS dS


t
S
n


= = = =

dimana telah d


igunakan hubungan (L3D.1) (dengan
2
0 =

dan =

) untuk
mengubah integral volume menjadi integral area.

Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan aliran imajiner di dalam benda sama dengan
nol sehingga

dengan nol sehingga


adalah konstan di dalam benda. Harga dari konstanta ini dapat kita pilih
sama dan, 0 =

b b
b b
S S
S S
M U n dan
n n n



= = =



.
Karena M diketahui, maka (MP.3.a) dapat digunakan untuk mencari harga
Sb
apabila

persamaan integral tersebut kita evaluasi dipermukaan benda S
b
. Dengan ditemukannya
harga M dan di permukaan S
b
maka harga

di mana pun di dalam fluida dapat


dihitung dengan menggunakan (MP.3.a).
Aerodinamika Inkompresibel 290




Dalam
S
a
)
dan perm S
w
) ( akan dijelaskan diparagraf selanjutnya bahwa
permukaan ini adalah barrier untuk kasus airfoil da rtex sheet untuk kasus sayap).
Selain itu integral area dS da kasus 2D tentuny enjadi integral sepanjang garis
permukaan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk kasus 2-D (airfoil), kita per nambahkan
barrier agar harga

(MP.3.a), S
b
adalah permukaan benda dan batas-batas internal lainnya. Baik
untuk kasus airfoil maupun kasus sayap, S
b
terdiri dari permukaan airfoil atau sayap (
ukaan diskontinuitas (
n vo
pa a m
lu me
menjadi single valued. Namun, Barrier ini menghasilkan
diskontinuitas dari harga sebesar

+
=
dimana superscript + dan menunjukkan harga di permukaan atas dan bawah
diskontinuitas. Sedangkan untuk kasus 3-D (sayap) kita harus memodelkan wake
(dengan sebuah vortex sheet) karena tanpa wake maka solusi dari aliran 3-D ini tidak
akan menghasilkan lift. Vortex sheet yang ditambahkan ini adalah permukaan
diskontinuitas karena menghasilkan diskontinuitas dari harga u
2
sebesar,
2 2
2
d
u u
dx
+

=

S

S
-
S
+
S
a

w
S S S
+
=


x
1
x
3
Aerodinamika Inkompresibel 291



a kontinuitas tangensial sehingga kecepatan diarah
normal kontinyu) sehingga kondisi batas pada permukaan S
w
adalah,
Namun, baik barrier maupun vortex sheet tidak menghasilkan diskontinuitas kecepatan
di arah normal (barrier tidak menghasilkan diskontinuitas kecepatan di arah manapun
sedangkan vortex sheet dalah dis
( ) ( )
( ) ( )

w w
w w
w w
S S
S S
S S
atau M M
n n
p p

+
+
+


= =



, juga
berarti kontinuitas tekanan. Sedangkan untuk kasus sayap, kontinuitas tekanan adalah
kondisi batas yang harus dipenuhi oleh vortex sheet yang merupakan diskontinuitas
skontinuitas dalam fluida).

=

Kondisi tentang kesamaan tekanan di permukaan atas dan bawah S
w
untuk kasus airfoil
disebabkan oleh kontinuitas kecepatan di S
w
yang, menurut persamaan Bernoulli
tangensial (lihat bagian di

Dengan demikian maka,
( ) ( ) ( ) ( )
w
s s s s
S S S S
M dS M dS M dS M M
+ +
+ +
= + =

0 dS =

Sehingga hanya ada satu suku yang tersisa didalam integral permukaan S
w
yang
merupakan distribusi dari doublet dengan kekuatan . Dengan demikian maka, baik
untuk kasus 2-D maupun 3-D, persamaan (MP.3.a) dapat dituliskan menjadi,
{
1
( 3 ), 4 ( ) 2 ( )
ln
( 2 ), 2 ( )

a w
t
s s s
S S
kasus D n untuk x yang berada di V atau n untuk x yan
1 ( )

t
g berada di S
n r
s
r
kasus D n untuk x yang berada di S
n
M dS dS
n n

= =
=

a
atau n untuk x yang berada di S
M

=
S
n




= + +





=

(PN)
U n

=

Tujuan kita sekarang adalah mencari dengan mengevaluasi persamaan diatas
ukaan S
b
dimana =. Dalam Metoda panel, pencarian harga dilakukan secara
numerik.

a
S

diperm
Aerodinamika Inkompresibel 292



ang harus
diberikan agar kecepatan yang didapatkan mempunyai harga yang unik. Seperti yang
telah dijelaskan di 7.1, kondisi Kutta dapat dinyatakan secara matematis sebagai,
7.5.2 Metoda panel untuk kasus 2-D (airfoil)

Untuk kasus airfoil, S
w
ditambahkan untuk memenuhi kondisi Kutta, y
0
trailing edge
=

Namun, dari sub-bagian 6.1.3 diketahui bahwa hubungan antara kekuatan doublet dan
vortex adalah,
1
0
trailing edge
trailing edge
x


= =



sehingga
( )
w
U L S
trailing edge
= = .
ima D na &
U L

trailing edge. Sekarang bagaim
adalah kekuatan doublet di bagian atas (upper) dan bawah (lower) dari
S
w
? Karena harga kecepatan
w
adalah unit vektor
ana harga di permukaan
di sepanjang S kontinyu maka dapat disimpulkan bahwa apabila s
diarah yang sejajar (paralel) dengan S
w
,
( )
0
s s s s


+
+

= = =




Dengan demikian maka adalah konstan sepanjang S
w
sehingga,
w
S
tan ( )
w w
S S
kons
+
= = =
Dengan kata lain, untuk kasus ini kekuatan doublet di S
w
adalah konstan.

Untuk mendapatkan harga , kita evaluasi (PN) di titik-titik di permukaan airfoil. Oleh
karena itu maka permasalahan matematis yang harus diselesaikan untuk kasus airfoil
ngan menggunakan (MP.3.a) dimana n = 1 karena potensial dievaluasi di
permukaan),
adalah (de

( ) ln ( ) ln ( ) ln
a w
U L
S S
x r U n r dS rdS
n n

= +




Aerodinamika Inkompresibel 293





o
yelesaikan integral diatas (mencari ) secara
numerik. Untuk itu geometri airfoil di aproksimasikan dengan menggunakan Polygon
sebanyak N seperti terlihat digambarkan dalam sketsa dibawah ini. Titik-titik didalam
k disebut panel.


Selanjutnya terdapat beberapa metode untuk mendiskritisasikan persamaan integral
Sekali lagi dalam kasus airfoil dS adalah integral sepanjang garis pr fil dari permukaan-
permukaan. Sekarang kita harus men
sketsa disebut node sedangkan garis yang menghubungkan 2 titi
3
2
4
1
N
N-1
S
w
U


x
2
x
1
diatas. Salah satu yang paling sederhana adalah mengasumsikan bahwa harga disetiap
panel adalah konstan atau
tan
i
kons = untuk setiap panel i
Dengan demikian maka untuk kasus ini,
( )
( )
1
1 1 1
1
1 1 1
ln ( ) ln ( ) ln
wake
N N N
r dS U n r dS rdS

= +


ln ( ) ln ( ) ln
j j n
b body wake
wake
j n j
body wake body
i j j j N j
j j j N
S S S
N N N
j j i N j j
j j N j
S S S
n n
atau
r dS rdS U n r dS
n n

= = = +

= = + =




+ + =







Dengan demikian maka terdapat N harga
i
yang harus ditemukan untuk me
perm lahan aliran disekitar airfoil tersebut. Persam ral diatas adalah
pernyataan kondisi batas yang harus dipenuhi disetiap titik di permukaan benda. Untuk
tiap titik dipermukaan benda harga r berbeda-beda. Dengan menuliskan persamaan
definisikan,
ody
nyelesaikan
asa aan integ
se
integral diatas dititik tengah setiap panel, didapatkan N persamaan untuk N harga
i

yang harus ditemukan. Ke N persamaan ini dapat dituliskan dengan menggunakan
notasi matriks apabila kita
Aerodinamika Inkompresibel 294



( )
{
1
1
1,
0,
ln ( ) + ln
( ) ln
n
wake
j
body
ij ij j ij jN j ij j
S
N
i ij j
j
S
i j
ij i j
A r dS r dS
n
B U n r dS

=
=


+



=



dimana r
ij
adalah jarak antara titik tengah panel i dengan panel-panel lainnya.
Dengan diperkenalkannya definisi-definisi tersebut, persamaan integral dapat dituliskan
bagai,
j
body
S
n

se
[ ]{ } { } A B =
dimana matriks A dan vektor B mempunyai harga yang dapat dihitung dari geometri
panel, sudut serang, dan besar kecepatan U

. Untuk menghitung matriks A diperlukan


bentuk dari S
wake
. Namun, karena untuk kasus airfoil S
wake
adalah barrier, suatu
permukaan imaginer yang ditambahkan agar harga potensial kecepatan menjadi unik,
maka kita dapat menganggap S
wake
adalah garis lurus yang menghubungkan permukaan
airfoil dan S . Dengan demikian matri

ks A dapat dihitung dan kita dapat menggunakan


metode aljabar linier (seperti metoda Gauss-Seidell) untuk mendapatkan harga dari
vektor
.


7.5.3 Metoda panel untuk kasus 3-D (Sayap)
enambahkan S
wake
. Namun, berbeda dengan kasus airfoil, dimana
S
wake
hanya menghasilkan diskontinuitas potensial kecepatan, untuk kasus sayap
permukaan ini juga menghasilkan diskontinuitas kecepatan diarah panjang sayap
merupakan model dari wake, yang terbentuk di trailing edge sayap. Ini berarti

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kasus sayap yang menghasilkan gaya
angkat, kita perlu m
(spanwise). Jadi untuk kasus sayap S
wake
adalah benar-benar permukaan dari wake
yang dimodelkan sebagai sebuah vortex sheet. Dengan demikian, sebelum kita
menyelesaikan permasalahan ini seara numerik kita perlu menspesifikasikan kekuatan
dan bentuk dari vortex sheet tersebut.
a) Kekuatan Vortex sheet
Seperti telah kita lihat sebelumnya, S
wake
adalah sebuah vortex sheet, yang
Aerodinamika Inkompresibel 295



b-bagian 7.1, kita ketahui bahwa ini adalah pernyataan kondisi Kutta. Oleh
karena itu, maka cara yang paling sederhana untuk menspesifikasikan kekuatan
vortex sheet adalah dengan memberikan kondisi Kutta pada trailing edge dari
aliran harus lepas dari permukaan sayap ditrailing edge Namun, dari pembahasan
di su
sayap tersebut sehingga,
( )
2 2
( ) ( )
trailing edge U L
wake
x x = =
Namun, berbeda dengan kasus airfoil, kekuatan doublet di wake ini adalah fungsi
dari x
2
.
b) Bentuk Vortex sheet
Untuk kasus ini bentuk dari S
wake
(vortex sheet) sangat penting karena permukaan
ini merepresentasikan wake, sesuatu yang memang ada dalam aliran yang
sesungguhnya. Dari kondisi batas diketahui bahwa harga tekanan di permukaan
vortex sheet adalah kontinyu, sehingga permukaan ini tidak dapat menghasilkan
ma Kutta-Joukowski ini berarti, gaya angkat. Dari teore
0 ( ) F F u e u
+
= = S =
dimana F
+
dan F
-
adalah gaya di permukaan atas dan bawah S
wake
dan adalah
kekuatan dari vortex sheet. Dari pembahasan di akhir BAB 5, kita ketahui bahwa
distribusi vortex ekuivalen dengan distribusi doublet dengan kekuatan,
= sehingga =
Oleh karena itu maka,
0 u u = = .
Hubungan diatas menunjukkan bahwa axis dari vortex sheet tersebut harus sejajar
dengan arah vektor kecepatan. Syarat ini agak sulit untuk diterapkan karena u
baru dapat hitung apabila sudah ditentukan. Dalam praktik, biasanya vortex
sheet dianggap meninggalkan trailing edge dengan sudut
2
trailing edge

. Bentuk
dari vortex sheet ini diketahui sangat mempengaruhi akurasi dari hasil
perhitungan.

an dispesifikasikannya kekuatan dan bentuk dari vorte Deng x sheet, kita dapat mulai
mendiskritisasi persamaan integral dengan menggunakan panel-panel seperti
Aerodinamika Inkompresibel 296



sebel
panel
dima
umnya. Dengan menganggap bahwa kekuatan doublet adalah konstan pada setiap
, seperti dalam kasus airfoil maka didapatkan (dengan menggunakan (MP.3.a)
na n = 2 karena potensial dievaluasi di permukaan),
1
j
body
j
S
n
=

1 1
1 1 1
2 ( )
1 1 1
wake
j n
body wake
wake
N N N
i j j j j j
j j N
S S
N N N
dS dS dS
r r n r
atau

= = +

=




1 1 1
2 ( )
j n j
body wake body
j j i j j j
j j N j
S S S
dS dS U n dS
n r n r r


= = + =
+ + =


U n

+




dima
menuliskan persamaan integral diatas dititik tengah setiap panel, didapatkan N
persa ti telah
sebel



na sekarang dS
j
adalah permukaan panel j. Seperti kasus airfoil, dengan
maan untuk N harga
i
yang harus ditemukan. Seper dijelaskan
umnya kekuatan doublet di wake didapatkan darikondisi Kutta untuk kasus ini,
( )
2 2
1
( ) ( )
trailing edge U L
j N
x x
+
= =
sehingga harga
wake
adalah fungsi dari x
2
dan tidak berubah diarah x
1
(searah dengan
Ke N persamaan ini juga dapat dituliskan dalam bentuk matriks sehingga persamaan
yang harus diselesaikan adalah,
panjang wake). Dengan kata lain, harga
wake
dari panel-panel di vortex sheet yang
berurutan diarah x
1
adalah konstan. Harga konstanta in adalah sama dengan selisih
harga di atas dan bawah dari kedua panel ditrailing edge yang sejajar (diarah x
1
)
dengan panel-panel di vortex sheet tersebut.

[ ]{ } { }
3d
A B =
dimana B adalah vektor yang serupa dengan B untuk airfoil (namun, kali ini integrasi dS
adalah integrasi area dan , tentunya, ln r diganti dengan 1/r) dan A
3d
matriks yang
sejenis dengan matriks A untuk kasus airfoil. Jadi sekali lagi, persamaan matriks diatas
dapat digunakan untuk mendapatkan harga kekuatan doublet disetiap panel.


Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 297



8
Topik Lain Dalam Aliran

BAB

inkompresibel





8.1 Konveksi Termal

Fluida dapat berada dalam keadaan setimbang (equilibrium) secara mekanik atau diam
walaupun temperatur dari bagian-bagian fluida tersebut tidak homogen, apabila kondisi
ini tidak terpenuhi, keadaan equilibrium tersebut menjadi tidak stabil dan terjadilah
gerakan dalam fluida. Gerakan yang mencampur-adukkan bagian-bagian fluida yang
mempunyai perbedaan temperatur tersebut terus berlangsung hingga perbedaan
temperatut tersebut hilang. Gerakan ini disebut gerakan convection atau konveksi.

8.1.1 Kondisi untuk equilibrium yang stabil

Sebelum kita pelajari gerakan konveksi, kita lihat dulu kondisi yang harus dipenuhi agar
terjadi kesetimbangan mekanik di dalam fluida yang mempunyai temperatur yang tidak
homogen. Untuk itu, kita perhatikan sebuah fluida element di ketinggian x
3
yang
mempunyai massa jenis ( p,s ) di mana p dan s adalah tekanan dan entropi di
ketinggian tersebut. Kemudian kita pindahkan fluid element ini ke atas ketinggian x
3
+
di mana adalah sangat kecil. Untuk kondisi equilibrium yang stabil harus ada
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 298



kecenderungan
untuk mengembalikan fluid element ini ke posisinya semula. Ap
perpindahan tersebut adalah isentropik, maka (p,s) di mana p adalah
ketinggian yang baru. Kondisi yang harus terpenuhi untuk kesetimba
adalah:
abila proses
tekanan di
ngan yang stabil
( ) ( ) ', ', ' 0 p s p s >
atau fliud element yang dipindahkan tersebut lebih berat dari fluid element-flui
lainnya yang berada d
kembali ke tempat sem

arena sangat kecil maka s dapat dituliskan dengan menggunakan expansi taylor,
d element
i x
3
+ sehingga ada kecenderungan dari fluid element ini untuk
ula.
K
3
'
ds
s s
dx
= + dan ( ) ( )
3
', ' ' , s
ds
p s p

p
s dx


= +

hingga kondisi untuk equilibrium yang stabil adalah


se
3
0
p
s d


ds
x



> atau
3
0
p
ds
s dx

<


.

Namun dari termodinamik,
p p p
T
s T s

=



dan
p
p
s
C T
T



sehingga
3
0
p p
T ds
C T dx

<


atau
3
0
p
ds
T dx

<



arena T > 0 dan C
p
> 0. Kebanyakan material mempunyai hubungan dan T seperti k
1
~ sehingga
0

<

. Dengan demikian maka
T
p


kondisi kesetimbangan yang
T
stabil menjadi
3
0
ds
dx
> atau entropi bertambah bersama ketinggian.

Sekarang kita ingin lihat hubungan antara temperature T dan x
3
untuk itu kita tuliskan
3
ds
dx
sebagai,
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 299



3 3 3 3 3
p
p
T T
C
ds s dT s dp dT s dp
dx T dx p dx T dx p dx

= + = +





Dengan hubungan ini maka kodisi equilibrium yang stabil menjadi,
3 3 p
T
dT T s dp
dx C p dx

>



Namun, persaman x3-momentum untuk fluida yang diam adalah,
3
0
dp
g
dx
= dan
dari termodinamik (hubungan Maxwell),
1
p
T
p
s v
T T





= =






di mana

1
v

coefficient of thermal expansion (), dimana Selain itu kita perkenalkan


1 1
P P P
v
v v
T T

= =





.
engan demikian maka kondisi untuk equilibrium yang stabildari fluida dengan
ogen adalah,
D
temperature yang tidak hom
3
dT g T
dx Cp

>



8.1.2 Konveksi bebas (free conve )


ction
Apabila kondisi
3
dT
di atas tidak terpenuhi maka fluida akan mulai bergerak dan
. Untuk mendapatkan persamaan yang menjelaskan
perubahan yang disebabkan oleh perubahan p dapat diabaikan. N
dx
gerakan ini disebut free convection
gerakan fluida ini, kita misalkan tekanan (p) hanya berubah sedikit sehingga sehingga
amun perubahan
ang disebabkan variasi T tidak dapat diabaikan karena inilah yang menyebabkan

Sekarang kita menyatakan T, , p sebagai berikut:
y
konveksi.
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 300



0
' T T T = + ,
0
' p p p = + ,
0
' = +
Di mana subscript 0 menyatakan harga equilibrium dan adalah perubahan yang
T << T
0
, <<
0
, p << p
0

Tekanan p
0
memenuhi persamaan momentum,
disebabkan oleh konveksi. Selain itu T, , p memenuhi kondisi.

0 0 3
p ge = atau
0 0 3
konstan p gx = + (TC. 1)
dimana adalah perubahan yang disebabkan oleh T sehingga,
0
0
p
T T
T



= =


(TC.2).

Karena perubahan yang disebabkan oleh perubahan p dapat diabaikan kita dapat
ikian maka
persamaaan momentum adalah
gunakan persamaan-persamaan, untuk aliran inkompresible. Dengan dem
2 1 u
u u p G v
t

+ = + +


di mana
3
G ge = . Kemudian substitusikan p dan ,
( )
( )
( )
( )
( )
0 0 0 0 0 0
2
0 0 0
' ' '
' '
p p p p p
p
'

+ +

=
+

di mana perkalian antar telah diabaikan alam suku terakhir. Dengan (TC.1) dan
(TC.2) hubungan terakhir menjadi,
0
1
'
p
G p G T

+ + .
mak Dengan demikian a persamaan momentum untuk kasus ini,
2
0
'
1 du
p G T v u
dt

= + + ,
3
G ge =

Untuk persamaan energi kita gunakan persamaan (i) di mana untuk kasus ini
0
T
p

=



dan Q = 0.
( )
2
P
C k T
dt

dT
u = +
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 301



Untuk kasus free convection yang dibahas di sini, dapat ditunjukan bahwa
( )
u
jauh lebih kecil dibanding suku-suku lainnya. Karena T
0
adalah konstan maka
persamaan energi menjadi,
2
T d
T
dt
= di mana
p
k
C

.
Persamaan energi ini dibutuhkan karena adanya T dalam persama

Karena kasus ini dapat dianggap sebagai kasus aliran inkompresible maka persamaan
ontinuitasnya adalah,
an momentum untuk
kasus ini.
k
0 u = .
Dengan demikian maka sistem persamaan yang harus diselesaikan dalam persoalan
konveksi bebas adalah:
0 u =
2
0
z
1
'
du
p T ge v u = +
dt
2
dT
T
dt

= ,
p
k
C


(TC)

Contoh-contoh aliran konveksi bebas terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
asap rokok yang selalu bergerak ke atas. Demikian juga asap di sekitar permukaan
cangkir teh yang juga bergerak ke atas.

Gelombang Permukaan (surface waves)

pir selalu
terdapat gelombang-gelombang di permukaan. Gelombang
2
ini disebabkan oleh gaya
bang-gelombang seperti inilah yang akan kita bahas di bab ini.



8.2
Apabila kita lihat permukaan air, seperti permukaan danau atau kolam, ham
gravitasi dan gelom
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 302




ngga dalam analisis di bawah ini kita akan
abaikan suku
8.2.1 Gelombang di Fluida yang Dalam
Apabila kita perhatikan gelombang-gelombang permukaan, maka dapat kita lihat bahwa
biasanya kecepatan fluida sangat kecil. Sehi
u u dalam persamaan m . Syarat yang harus dipenuhi untuk
i
periode dari osilasi). Sedangkan karakteristik jarak adalah
omentum
penggunaan asumsi ini adalah sebagai berikut. Karakteristik waktu dalam kasus in
adalah T ( . Apabila A
dalah amplitudo dari gelombang, maka kecepatan karakteristik adalah
A
T
. Dalam a
asumsi ini kita anggap
u
<< u u
t
sehingga
2
T T

2
1 A A
<<

atau << A
Dengan kata lain asumsi di atas dapat digunakan dalam kasus di mana amplitudo dari
gelombang jauh lebih kecil dibandingkan panjang gelombangnya. Dengan asumsi ini,
maka persamaan momentum menjadi
p
u
t

=



di mana telah kita tuliskan persamaan unt presible, asumsi-
sumsi yang tentunya dapat digunakan di sini. Sekarang kita ambil dari
uk aliran inviscid inkom
( ) a
persamaan di atas.
0 u
t t


= =

sehingga konstan =
Namun, time average dari kecepatan untuk sesuatu yg berosilasi adalah nol. Dengan
emikian maka: d
0 u = =
Sehingga aliran dapat dianggap sebagai aliran potensial.

Kita ketahui bahwa persamaan-persamaan untuk aliran potensial (incompressible)
adalah:
2
3
0
konstan
2
p gx
t

=

+ + + =

(GW.1)
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 303



Karena = u sangat kecil maka,
3
konstan 0 p gx
t



+ + = =

(persamaan Bernoulli)
= x
3

Apabila kita evaluasi persamaan Bernoulli di permukaan fluida, maka
3
x =
0
o
p g
t



+ + =


(GW.2)

Permukaan fluida dapat direpresentasikan dengan menggunakan persamaan
( )
3 1 2
, , x x x t = atau
3
0 x = . Sekarang kita lihat gerakan permukaan dengan
mengambil turunan waktu,
( )
3
0
d
x
dt
= atau ( ) ( )
3 3
0 x u x
t

+ =

.
Karena x
3
adalah koordinat yang bukan fungsi t, x
1
, x
2
, maka,
1 2
0 u v w
t x x

+ =

atau
1 2
w u v
t x x
3
x

= + + =


Karena u,
1
x

,
2
x

, dan v sangat kecil, m aan di atas menjadi aka persam


3
3
x
x t




(GW3)
Apabila kita ambil turunan parsial t dari (GW.2) maka,
( )

3 3
2
1
2
.3 3 GW
x x
t g t x
= =
= =




sangat kecil, maka sehingga
3
3
lim
0
0
x
x
= =

Karena
3
2
2
3
0
1
0
x
x g t

=

+ =



(GW4)
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 304



amaan ikan untuk kasus ini adalah (GW.1) dengan kondisi
batas (GW.4).

Untuk kasus fluida yang sangat dalam, ada satu lagi kondisi batas yang harus dipenuhi
yaitu,
Jadi pers yang harus diselesa
( )
3
0. x
Karena kasus ini adalah kasus gelombang, maka haruslah berbentuk :
( ) ( )
3 1
cos f x kx t =

agam di arah x
2
. Apabila kita Untuk gelombang yang merambat di arah x
1
dan ser
substitusikan ke dalam persamaan (GW.1) hasilnya
2
2
2
3
0 k f
x
f
=


maan in
3 3
kx
dan solusi persa i adalah:
3
kx kx
f Ae = Be Ae

+ = karena ( )
3
0 x =
( )
3
1
cos
kx
Jadi solusi untuk kasus ini adalah Ae kx t .
Sekarang kita masukkan solusi ini ke dalam (GW.4) kita dapatkan
=

kg = (GW)
di ersi a dapat hitung
kecepatan dari rambatan gelombang ini (group velocity, C
Ini adalah sp on relation untuk gelombang ini. Dengan (GW), kit
g)
k
g
k
Cg
2
1
=



Jadi gelombang merambat lebih cepat di daerah di mana
k

2
= tinggi.

ang Dan
Sekarang kita akan pelajari rambatan gelombang di permukaan yang dangkal. Dalam
pembahasan di sini diasumsikan bahwa ketinggian pe
8.2.2 Gelombang di Fluida y gkal

rmukaan adalah fungsi dari x
1
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 305




z = x
3
x = x
1
Untuk mendapatkan persamaan kontinuitas untuk kasus ini, kita perhatikan sketsa di
kanan atas. Mass flux yang keluar masuk volume atur adalah:
1. sisi kiri; Ketinggian adalah ( ) + h sehingga massa flux adalah ( ) + h u
2. sisi kanan; Untuk sisi ini kita dapat gunakan expansi Taylor sehingga mass flux-
nya adalah ( ) ( ) ( )
1
u h u h x

+ + +
1
x
3. sisi atas; Untuk sisi ini kecepatan permukaan yang juga kecepatan fluida di
1
x
t

permukaan adalah
t

sehingga, mass fluxnya adalah



aka Karena aliran adalah aliran inkompresible, m
0 mass flux masuk mass flux keluar =


Dengan demikian maka,
( ) ( ) { ( )) ( }
1 1
0 x x
1
x t
u h u h u h



+ = + + + +
Karena u dan sangat kecil, maka u 0. Dengan demikian persamaan kontinuitas
menjadi ( dan h adalah konstan),


1
0 h u
t x

+ =

(GW.5)
Sekarang kita lihat persamaan x
1
dan x
3
momentum. Karena dalam kasus ini u dianggap
x
1
dan x
3
momentum menjadi,

memenuhi kriteria u >> v dan u >> w maka persamaan
1
t x
1 u p
=

dan
3
g
x
1 p
=


Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 306



Dalam persamaan di atas
1
u
u
x

juga diabaikan seperti biasa. Persamaan x


3
-momentum
dapat diintegrasikan sehingga,
( )
0 3
p p g x = +
Di mana p
0
adalah p di permukaan. Apabila kita substitusikan hasil ini ke dalam
persamaan x
1-
momentum maka karena ( )
1
, x t =
1
u
g
t x

=

(GW.6)
Sekarang kita gabungkan (GW

.5) dan (GW.6) dengan mengambil
t
(GW.5) dan
1
x


(GW.6) hasilnya adalah,
2 2
2 2
1
0 gh
t x

=



ersamaan di atas adalah persamaan gelombang. Seperti persamaan acoustic, P gh
adalah kecepatan dari hambatan gelombang tersebut (koefisien di depan
2
2
1
x

adalah
adrat). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
dalam fluida yang dangkal gelombang merambat dengan kecepatan,
kecepatan gelombang ku
g
C gh C = =
Karena C
g
adalah konstan maka tidak ada dispersi/ penyebaran gelombang dalam kasus
ini.

Das könnte Ihnen auch gefallen