Sie sind auf Seite 1von 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.

1 Pengertian Diare Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.9 Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.10 2.1.2 Epidemiologi Diare Data statistik menunjukan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa.11 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1,8 juta orang meninggal setiap tahun karena diare dan 90% diantaranya adalah balita.12 Diare adalah salah satu penyebab utama kematian bayi dan anak dibawah usia satu tahun.13 Di Indonesia sendiri, penyakit diare merupakan penyebab kematian ke-2 setelah pneumonia. Pada tahun 2006 angka kejadian diare semua umur adalah 423/1000 penduduk.14 Diare tersebar disemua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada balita (16,7%).15 Kejadian diare di Provinsi Jawa Tengah sendiri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 tercatat sebesar 47.8% cakupan penemuan diare (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008).16 Episode diare pada balita di Indonesia 1,0 - 1,5 kali per tahun.17 Kematian diare semua umur adalah 23,2 per 100.000 penduduk, sedangkan kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita.14 Prevalensi diare pada anak kurang dari lima tahun adalah 10,8% laki-laki dan 11,2% perempuan. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi pada usia 6-11 bulan (19,4%), 12-23 bulan (14,8%) dan 24-35 bulan (12%).18

2.1.3 Etiologi diare Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:19 1. Infeksi yang dapat disebabkan: a) Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio, dan lain-lain; b) Virus misal: Rotavirus, dan adenovirus; c) Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Strongyloides, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli;, 2. malabsorbsi makanan, 3. keracunan bahan kimiawi, 4. Imunodefisiensi 5. Sanitasi dan, 6. Sebab-sebab lain Di Negara berkembang infeksi bakteri dan virus pada saluran cerna bayi lebih tinggi prevalensinya dibandingkan dengan parasit. Bakteri yang sering menyebabkan diare pada bayi adalah E.Coli sedangkan virus yang sering menyebabkan diare pada bayi adalah rotavirus. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di enam rumah sakit di Indonesia menunjukan bahwa 55% diare pada balita disebabkan oleh rotavirus.18

2.1.4 Faktor Risiko Diare 1. Pendidikan ibu Tingkat pendidikan Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular.20

2. Usia ibu Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi.20 3. Pemberian ASI eksklusif ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.21 4. Penggunaan botol susu Penggunaan botol susu meningkatkan resiko terjadinya infeksi karena botol mudah terkontaminasi oleh kuman. Selain itu beberapa daerah yang memiliki sanitasi dan ketersediaan air bersih yang kurang juga meningkatkan kontaminasi botol susu oleh bakteri.22 5. Kebiasaan cuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare yaitu menurunnya angka kejadian diare sebesar 47%.21 6. Kurang gizi Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anakanak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.23 7. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang
6

memenuhi persyaratan kesehatan. Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan menunjukan bahwa diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan.21 8. Sumber Air Bersih Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral, dapat melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh kuman penyebab diare. Menurut penelitian yang dilakukan oleh RISKESDAS masyarakat yang terjangkau oleh sarana air bersih memilik resiko terjadinya diare lebih rendah dari pada masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.21 9. Penggunaan Jamban Pengalaman dieberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.21 Peneltiian yang dilakukan oleh Nilton, dkk pada tahun 2008 menyatakan bahwa responden yang tidak memiliki jamban kejadian diarenya lebih besar dibandingkan yang memiliki jamban, dan pada responden yang memanfaatkan jamban angka kejadian diarenya lebih rendah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan jamban.24 10. Pembuangan Limbah Cair Air limbah baik limbah yang berasa dari pabrik maupun limbah yang berasal dari limbah rumah tangga perlu dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sumber saluran infeksi terutama diare. Sarana pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat dapat mengakibatkan timbulnya bau, mengganggu estetika, dan dapat menjadi sarana penularan penyakit, contohnya: melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh manusia.21 11. Pembuangan Sampah Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vector penyakit seperti contonya lalat, kecoa dan tikus. Selain itu sampah yang kurang diperhatikan dengan baik dapat mencemari tanah disekitarnya dan dapat menjadi sarang penyakit. Oleh karena itu pengelolaan sampah baik didalam maupun luar rumah perlu diperhatikan dengan baik, untuk mencegah penularan penyakit tersebut.21

2.1.5 Patofisiologi Diare Ada dua mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik. Diare osmotik terjadi akibat adanya makanan yang tidak dapat diserap. Makanan yang tidak diserap ini akan menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus meningkat yang akan menarik air dan elektrolit ke dalam lumen usus, sehingga air dan elektrolit terbuang bersama feses dan timbul diare. Diare sekretorik terjadi akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan merangsang peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, sekresi air dan elektrolit ini menyebabkan air dan elektrolit terbuang bersama feses dan timbul diare. Hal ini menyebabkan timbulnya diare.25 Terbuangnya air dan elektrolit bersama feses akan menyebabkan tubuh kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. 2.1.6 Komplikasi Diare - Dehidrasi
Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO26 Penilaian Lihat : Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau tidak sadar Sangat cekung dan kering Mata Normal Cekung Kering Sangat kering Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Periksa : turgor kulit Hasil pemeriksaan : Ada Basah Minum biasa tidak haus Kembali cepat Tanpa dehidrasi Tidak ada Kering *haus, ingin minum banyak *kembali lambat Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain *kembali sangat lambat Dehidrasi berat Bila ada1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain *malas minum atau tidak bisa minum A B C

Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

2.1.7 Pencegahan Diare Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan:27 1. Memberikan ASI ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI bersifat steril, berbeda dengan susu formula yang dapat terkontaminasi oleh kuman penyakit. ASI turut memberikan perlindungan 4 kali lebih besar terhadap diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh selama 6 bulan pertama mempunyai resiko terkena diare 30 kali lebih besar. 2. Menggunakan air bersih Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan air dirumah. 3. Menggunakan Jamban Pengalaman dibeberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap diare. 4. Membuang tinja bayi yang benar Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak maupun orang tuanya. Oleh sebab itulah sangat penting untuk membuang tinja dengan cara yang benar. 2.2 Tinjauan Mengenai Sanitasi Lingkungan 2.2.1 Sumber Air bersih Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian agen infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Agen infeksius tersebut dapat ditularkan dengan masuknya masuknya agen ke dalam mulut lewat cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum yang terkontaminasi, jari-jari tangan yang terkontaminasi, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.28

Menurut Depkes RI (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:28 1. Mengambil air dari sumber air yang bersih. 2. Menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air. 3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter. 4. Mengunakan air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih). 5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup. 2.2.1.1 Jenis sumber air Macam-macam sumber air minum antara lain :29 1. Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air sungai, air rawa dan danau. 2. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air. 3. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan. 2.2.2 Penggunaan Jamban Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Menurut Depkes RI, 2004 suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan, apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:30 1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
10

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna 6. Cukup penerangan 7. Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik 9. Tersedia air dan alat pembersih Menurut Entjang (2000), macam-macam kakus atau tempat pembuangan tinja, yaitu:30 1) Pit-privy (Cubluk) Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata, dan dapat ditembok ataupun tidak agar tidak mudah ambruk. Lama pemakaiannya antara 5-15 tahun. Bila permukaan penampungan tinja sudah mencapai kurang lebih 50cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yang penuh ditimbun dengan tanah. Ditunggu 9-12 bulan. Isinya digali kembali untuk pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. 2) Aqua-privy (Cubluk berair) Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti halnya pembusukan tinja dalam air kali. Untuk kakus ini, agar berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak. 3) Watersealed latrine (Angsa-trine) Jamban jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus. 4) Bored hole latrine Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara.
11

5) Bucket latrine (Pail closet) Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan tempat tidur. 6) Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat penampungan tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya. 7) Overhung latrine Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam, selokan, kali dan rawa. 8) Chemical toilet (Chemical closet). Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum, misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan dalam rumah sebagai pembersih tidak dipergunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper). Berdasarkan hasil penelitian (Wibowo,2004) jenis tempat pembuangan tinja yang terbanyak digunakan pada kelompok kasus adalah jenis leher angsa (68,3%), sedangkan 7,9% menggunakan jenis plengsengan yaitu jamban dengan tempat jongkok tidak berada diatas lubnag kotoran, melainkan kotoran dialirkan melalui saluran ke penampungan kotoran dan 23,8% tidak memiliki jamban.31 2.2.3 Pembuangan Limbah Air limbah menurut Metcalfn dan Eddy adalah kombinasi dari cairan dan sampah, sampah cair berasal dari daerah pemukiman, perkotaan dan industry bersama-sama dengan air hujan yang mungkin ada.32 Azrul Azwar mendefinisikan air limbah adalah kotoran air bekas atau air bekas tidk bersih yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia dan hewan lainnya yang muncul karena hasil perbuatan manusia.33 2.2.3.1 Syarat-syarat sarana pembuangan air limbah21 (a) Tidak mencemari sumber air bersih (b) Tidak menimbulkan genangan air (c) Tidak menimbulkan bau
12

(d) Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biak nyamuk dan serangga lainnya. 2.2.4 Pembuangan Sampah Sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri.34 Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.35 Sedangkan Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.36 2.2.4.1 Penyimpanan sampah35 Merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut atau dibuang ke tempat pembuangan tarakhir, sebaiknya : 1. Terbuat dari bahan-bahan lama, tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan. 2. Harus ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau binatangbinatang lainnya seperti tikus, lalat dan kecoa.

13

2.3 Kerangka Teori


Faktor Lingkungan: 1. Sumber Air bersih 2. Pembuangan Limbah 3. Pembuangan limbah cair 4. Pembuangan Sampah 4 Faktor ibu - Pendidikan - Pengetahuan - Pemberian ASI eksklusif - Pemakaian botol susu - Praktek cuci tangan

Diare Akut

Faktor sosial ekonomi

Faktor Gizi Balita

Gambar 2. Kerangka Teori

Kejadian diare pada anak disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dari faktor Lingkungan yang dilihat dari praktek sumber air bersih, penggunaan jamban, pembuangan limbah cair serta pembuangan sampah. Selain itu faktor ibu, faktor social ekonomi keluarga, serta faktor gizi balita juga ikut berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak 0-12 bulan.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen