Sie sind auf Seite 1von 16

TEORI AKUNTANSI RISET MENGENAI MANAJEMEN LABA

Oleh: Ni Luh Dea Kemuning 110 !0"0#$

%AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNI&ERSITAS UDA'ANA (01! Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Standar akuntansi yang ditetapkan oleh katan Akuntan ndonesia ( A ) mengijinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam mengaplikasikan metode akuntansi guna menyampaikan informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pihak ekstern. !emberian fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih satu dari seperangkat kebijakan

akuntansi membuka peluang untuk perilaku oportunis dan kontrak efisien. Artinya, manajer yang rasional, akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata lain, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan expected utility"nya dan atau nilai pasar perusahaan. !erilaku oportunis dan kontrak efisien ini, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Scott (#$$%& '(() mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut& manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi )euangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. *anajemen laba menurut *ulford dan +omiskey (#$$#), merupakan financial numbers game (permainan angka,angka keuangan) yang dilakukan melalui creative accounting practises akibat adanya kelonggaran flexibility principles yang dikeluarkan oleh -AA! (-eneral Accepted Accounting !rincipal). *anajemen laba merupakan topik yang menarik, baik bagi peneliti akuntansi maupun praktisi. .enomena manajemen laba juga telah meramaikan dunia bisnis dan pemberitaan pers. /eberapa bukti empiris dan sistematik telah menunjukkan adanya fenomena manajemen laba ini, diantaranya -u dan 0ee (1222), De Angelo (1233), 4olthausen dan Sloan (1225), dan lain"lain. Secara khusus, -u dan 0ee (1222) telah menunjukkan bah6a manajemen laba telah meluas dan ada di setiap pelaporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. *ereka memberikan suatu bukti bah6a manajemen laba terjadi di setiap laporan keuangan kuartalan, dan tingkat manajemen laba terbesar ditemukan pada kuartal ketiga. ni menunjukkan bah6a praktik manajemen laba merupakan suatu fenomena yang umum terjadi, tidak hanya pada peristi6a"peristi6a tertentu saja tetapi telah sedemikian mengakar dalam kehidupan bisnis. !enelitian"penelitian mengenai manajemen laba menunjukkan bah6a penggunaan discretionary accrual menyebabkan terjadinya kesalahan dalam prediksi manajemen laba (/ernard dan Skinner, 122%). )esalahan tersebut disebabkan oleh kesulitan pengklasifikasian akrual total kedalam bentuk discretionary accrual dan non-discretionary accrual, sehingga penggunaan model akrual menjadi kurang tepat dan mengalami kesulitan (Aljifri, #$$7). Decho6 (1225) menguji lima model akrual dan menemukan bukti bah6a tidak ada di antara kelima model tersebut yang benar"benar tepat untuk mendeteksi manajemen laba. )esalahan memprediksikan dilakukan atau tidaknya manajemen laba, menyebabkan kesalahan dalam menilai kualitas laba perusahaan sehingga menyebabkan bias dalam penilaian kinerja perusahaan. !enelitian Algharaballi dkk. (#$$3) juga menguji kekhususan dan kekuatan empat model untuk mendeteksi manajemen laba. 4asilnya adalah

model 8ones merupakan model yang mempunyai kekuatan tertinggi dalam mendeteksi kenaikan laba yang disebabkan manipulasi akrual. /eberapa peneliti mencoba mengatasi kelemahan model akrual dengan mencari faktor alternatif yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba. !enelitian baru" baru ini menginvestigasi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) sebagai indikator manajemen laba (*ills dan 9e6berry, #$$1: !hillips dkk., #$$': ;atmono, #$$(: <uliati, #$$(). !enelitian"penelitian tersebut didasari oleh literatur akuntansi keuangan yang menegaskan bah6a book-tax differences dapat memberikan informasi tentang laba berjalan (current earnings). 0ogika yang mendasarinya adalah sedikitnya kebebasan yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal, menyebabkan book-tax differences memberikan informasi tentang management discretion dan proses akrual. *ills dan 9e6berry (#$$1) dan !hillips dkk. (#$$') berpendapat bah6a para manajer mempunyai banyak kebebasan dalam pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak, dan dapat memanfaatkan kebebasannya tersebut untuk menaikkan laba akuntansi dengan suatu cara tertentu tanpa menaikkan laba fiskal. <uliati (#$$() menemukan bah6a kedua pengukur manajemen laba (akrual dan beban pajak tangguhan) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. .enomena manajemen laba merupakan topik yang telah lama muncul baik dalam dunia akademik maupun bisnis. !enelitian De Angelo (1233), 4olthausen dan Sloan (1225) menunjukkan bah6a manajemen laba telah meluas dan ada dalam setiap pelaporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. *ereka memberikan bukti empiris bah6a manajemen laba ada dalam setiap laporan keuangan kuartalan dan tingkat manajemen laba yang terbesar ditemukan pada kuartal ketiga. Te)*i A+un,an-i .)-i,i/ Teori akuntansi positif (TA!) secara jelas dikemukakan oleh =atts dan >immerman (123%). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak"pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisi tertentu. Teori ini didasarkan pada pandangan bah6a perusahaan merupakan suatu ?nexus of contracts@. Artinya, perusahaan merupakan suatu muara bagi berbagai kontrak yang datang padanya. *isalnya, kontrak dengan karya6an (termasuk manajer), pemasok, dan dengan pemberi modal. Sebagai suatu kumpulan dari berbagai kontrak, secara rasional

perusahaan ingin meminimalkan contracting cost yang berkaitan dengan kontrak"kontrak yang masuk padanya, seperti kos negosiasi, pemantauan kinerja kontrak, kemungkinan kebangkrutan atau kegagalan, dan lain"lain. /eberapa dari kontrak tersebut melibatkan variabel"variabel akuntansi, dan teori akuntansi positif berargumentasi bah6a perusahaan akan memanfaatkan kebijakan akuntansi guna meminimumkan contracting cost. )ondisi ini diperkuat dengan pemberian fleksibilitas oleh badan penetap standar kepada manajemen guna memilih dari seperangkat kebijakan akuntansi yang diperkenankan. Teori akuntansi positif menggunakan teori keagenan untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer. Teori akuntansi positif yang diformulasikan oleh =atts dan >immerman (123%) telah memprediksi tiga hipotesis yang mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen laba, yaitu& a) The bonus plan hypothesis *anajer perusahaan yang memiliki program bonus yang terkait dengan angka"angka akuntansi cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser reported earnings dari future period ke current period (menaikkan laba yang dilaporkan sekarang), ceteris paribus. b) The debt covenant hypothesis !erusahaan yang semakin mendekati pelanggaran debt covenant (perjanjian kontrak hutang) cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser reported earnings dari future periods ke current period (menaikkan laba yang dilaporkan sekarang), ceteris paribus. c) The political cost hypothesis Semakin besar political cost yang dihadapi suatu perusahaan, maka manajer cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan reported earnings dari current ke future period (menurunkan laba yang dilaporkan sekarang), ceteris paribus. M),i0a-i Mana1emen La2a Scott (#$$%& '(() membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. !ertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (oportunistic Earnings Management). )edua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian"kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak"pihak

yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang 6aktu. Definisi manajemen laba yang hampir sama juga diungkapkan oleh Schipper (1232) yang menyatakan bah6a manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai la6an untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Aktivitas laba dapat terjadi karena tiga faktor yaitu dengan cara& pemanfaatan transaksi akrual, perubahan metoda akuntansi, dan penerapan suatu kebijakan. Scott (#$$%& '(%"'55) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba adalah sebagai berikut& 1. *otivasi !rogram /onus 4ealy (1235) menunjukkan secara empiris bah6a sebelum melakukan manajemen laba, manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih perusahaan. !enelitian ini juga menunjukkan kecenderungan manajemen yang secara oportunistik mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan program kompensasi perusahaan. 4ealy (1235) berusaha untuk membuktikan dan memprediksi metoda akuntansi yang akan dipilih manajer. !enelitian ini merupakan perluasan dari bonus plan hypothesis. 8ika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di ba6ah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. ntinya manajer akan melakukan manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap. !enelitian yang telah dilakukan oleh +heng dan =arfield (#$$5) menguji hubungan antara manajemen laba dengan insentif ekuitas. 4asilnya adalah insentif ekuitas berkorelasi positif dengan manajemen laba. Artinya, semakin tinggi insentif ekuitas yang diberikan kepada manajer, semakin tinggi kejadian manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. ni terkait hubungan antara kompensasi yang berdasarkan saham dan elemen insentif ekuitas lain dengan insentif manajer untuk

meningkatkan harga saham jangka pendek. 4asil penelitian /eneish dan Aargus (#$$#) menunjukkan bah6a periode di mana akrual sangat tinggi berhubungan dengan penjualan saham oleh insiders. Di 6aktu yang sama laba dan return saham yang rendah mengikuti periode di mana terdapat akrual tinggi yang disertai penjualan oleh insiders. /ergstresser dan !hilippon (#$$%) menguji hubungan antara manajemen laba dan +BC insentif dengan menggunakan pendekatan discretionary accruals model 8ones. #. *otivasi !olitik (Political Motivations) !erusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk dia6asi. !erusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. !ada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik"praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka. +ontoh hasil penelitian yang lain pada industri perbankan, yaitu tingkat manajemen laba dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi perbankan tentang tingkat kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati" hatian serta adanya asimetri informasi yang merupakan peluang untuk dapat melakukannya (;ahma6ati #$$%). '. *otivasi !erpajakan (Taxation Motivations) *otivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. 9amun demikian, ke6enangan pajak cenderung untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba. !enelitian *ayde6 (1227) membuktikan bah6a penghematan pajak menjadi insentif bagi manajer (khususnya manajer yang mengalami net operating loss pada tahun 123%"1221) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. Di DSA, perusahaan yang mengalami net operating loss diijinkan untuk mengkompensasi rugi operasi tersebut dengan laba tiga tahun sebelumnya (atau dengan laba 15 tahun yang akan datang). Dampak dari kompensasi rugi terhadap laba adalah restitusi pajak. !erubahan tingkat pajak pada tahun 1237 di Amerika akibat T;A (tax reform act) adalah akibat memaksimalkan restitusi pajak yang didapatkan dari perusahaan mengalami kerugian pada tahun 123%"1221, karena restitusi tersebut didasarkan atas tarif pajak yang berlaku pada tahun pajak ditarik. -uenther (122()

menginvestigasi pengaruh publikasi T;A terhadap perusahaan di Amerika. /erbeda dengan *ayde6, -uenther memilih mengevaluasi perusahaan yang tidak mengalami net operating loss. !enelitian -uenther berhasil membuktikan bah6a tingkat akrual perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding tingkat akrual perusahaan kecil. Aktivitas manajemen laba dengan motivasi pajak dapat terdeteksi dengan book-tax differences, yaitu dilakukan dengan cara menaikkan ke6ajiban pajak tangguhan bersih (yaitu ke6ajiban pajak tangguhan dikurangi aktiva pajak tangguhan bersih), dan mengakibatkan naiknya beban pajak tangguhan (deferred tax expense). !endapat ini konsisten dengan !hillips et al. (#$$') yang membuktikan bah6a beban pajak tangguhan yang merupakan 6akil empirik untuk book-tax differences menghasilkan total akrual dan ukuran abnormal akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun. Selanjutnya !hillips et al. (#$$(), ;ahma6ati dan Solikhah (#$$3), serta Subekti dkk. (#$$3) menggunakan komponen"komponen perubahan dalam aktiva pajak tangguhan dan ke6ajiban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun. (. *otivasi !erubahan !hief Executif "fficer (!hanges of !E" Mativations) *anajemen laba juga terjadi disekitar 6aktu pergantian +BC. 4ipotesis program bonus memprediksi bah6a ketika 6aktu mendekati pengunduran diri +BC maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan +BC yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka. *otivasi melakukan manajemen laba juga dapat dilakukan oleh +BC baru, terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan. 5. #nitial Public "ffering (#P") !erusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka. 9ampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan dalam prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat kemungkinan bah6a manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya dengan harapan dapat menaikkan harga saham. %. *otivasi !erjanjian Dtang ($ebt !ovenants Motivations) *anajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang jangka panjang. !erjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap

tindakan manajer. !elanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap covenant.

Corporate Sosial Responsibility 34SR5 *otivasi manajemen laba di atas mengindikasikan secara eksplisit praktik manajemen laba yang disengaja oleh manajer, yang pada akhirnya memba6a konsekuensi negatif terhadap shareholders karya6an, komunitas dimana perusahaan beroperasi, masyarakat, karier dan reputasi manajer yang bersangkutan (>ahra, !riem dan ;asheed, #$$5). Salah satu konsekuensi paling fatal akibat tindakan manajemen yang memanipulasi laba adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari para stakeholders"nya. %takeholder akan memberikan respon negatif berupa tekanan dari investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negatif media massa (!rior et al., #$$3). Tindakan tersebut 6ujud ketidakpuasan stakeholders terhadap kinerja perusahaan yang dimanipulasi, dan pada akhirnya berimbas merusak reputasi perusahaan di pasar modal (.ombrun, -ardberg, dan /arnett, #$$$). Cleh karena itu, manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri (entrenchment strategy) untuk mengantisipasi ketidakpuasan stakeholder"nya ketika ia melaporkan kinerja perusahaan yang kurang memuaskan. Strategi pertahanan diri manajer tersebut sebagai upaya untuk tetap mempertahankan reputasi perusahaan dan melindungi karier manajer secara pribadi. Salah satu cara yang digunakan manajer sebagai strategi pertahan diri adalah mengeluarkan kebijakan perusahan tentang penerapan !orporate %ocial &esponsibility (+S;). +S; berkaitan dengan persoalan etika dan moral mengenai pembuat keputusan kebijakan dan perilaku, seperti menempatkan persoalan komplek terhadap penjagaan pelestarian lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan kerja, hubungan dengan komunitas lokal, dan menjalin hubungan harmonis dengan pemasok dan pelanggan (+astelo dan 0ima, #$$%). !engungkapan informasi mengenai perilaku dan hasil berkenaan dengan tanggung ja6ab sosial sangat membantu membangun sebuah citra (image) positif diantara para stakeholders (CrlitEky, Schmidt dan ;ynes, #$$'). +itra positif ini dapat membantu perusahaan untuk mendirikan ikatan komunitas dan membangun reputasi perusahaan di pasar modal karena dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menegosiasikan kontrak yang menarik dengan suplier dan pemerintah, menetapkan premium prices terhadap barang dan jasa, dan mengurangi biaya modal (.ombrun et al. #$$$). +astelo dan 0ima (#$$%) menjelaskan bah6a melalui praktik +S;, perusahaan dapat

menghasilkan lebih banyak perlakuan yang lebih menguntungkan berkenaan dengan regulasi, serta mendapatkan dukungan dari kelompok aktivis sosial, legitimasi dari komunitas industri, dan pemberitaan positif dari media, yang pada akhirnya reputasi perusahaan tetap terjaga dengan baik. !engungkapan sosial perusahaan didefinisikan sebagai penyediaan informasi keuangan dan non"keuangan yang berhubungan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan sosial, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan atau laporan sosial terpisah (4ackston dan *ilne 122%). !engungkapan sosial perusahaan meliputi rincian dari lingkungan fisik, energi, sumber daya manusia, produk dan hal"hal yang terkait dengan kemasyarakatan. The 'orld (usiness !ouncil for %ustainable $evelopment (=/+SD) mendefinisikan corporate social responsibility (!%&) atau tanggung ja6ab sosial perusahaan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karya6an serta per6akilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat, baik dari segi bisnis maupun untuk pembangunan. )onsep +S; melibatkan tanggung ja6ab kemitraan antara pemerintah, lembaga masyarakat, serta komunitas lokal yang bersifat statis. )emitraan ini sebagai bentuk tanggung ja6ab bersama secara sosial antara stakeholders. Sementara /elkaoui (#$$%) menjelaskan bah6a disiplin akuntansi merespon perkembangan pertanggungja6aban sosial perusahaan dengan melahirkan 6acana baru tentang social responsibility accounting (S;A), total impact accounting (T A), dan sosio economic accounting (SBA). -ray et al. (1225) dalam <uliana dan !urnomosidhi (#$$3) mengemukakan beberapa teori yang melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial yaitu& )). $ecision *sefulness %tudies Teori ini memasukkan para pengguna laporan akuntansi yang lain selain para investor ke dalam kriteria dasar pengguna laporan akuntansi sehingga suatu pelaporan akuntansi dapat berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh semua unsur pengguna laporan tersebut. +). Economic Theory %tudies

Studi ini berdasarkan pada economic agency theory. Teori tersebut membedakan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan dan menyiratkan bah6a pengelola perusahaan harus memberikan laporan pertanggungja6aban atas segala sumber daya yang dimiliki dan dikelolanya kepada pemilik perusahaan ,). %osial and Political %tudies Sektor ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik, sosial, dan kerangka institusional tempat ekonomi berada. Studi sosial dan politik mencakup dua teori utama, yaitu stakeholder theory dan legitimacy theory. Teori"teori lain yang mendukung praktik +S; yaitu teori kontrak sosial. Teori tersebut menjelaskan bah6a perusahaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari suatu komunitas. -ray dkk. (#$$1) menyatakan pengungkapan sosial dan lingkungan dapat secara khusus terdiri dari informasi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, aspirasi, dan image publik yang berkaitan dengan lingkungan, penggunaan karya6an, isu konsumen, energi, kesamaan peluang, perdagangan yang adil, tata kelola perusahaan dan sejenisnya. !engungkapan sosial dan lingkungan juga dapat terjadi melalui berbagai media seperti laporan tahunan, iklan, kelompok terarah, de6an karya6an, buklet, pendidikan sekolah, dan sebagainya. .eluang mana1emen la2a: a-ime,*i In/)*ma-i Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dengan pemilik (prinsipal). 8ensen dan *eckling (127%) menambahkan bah6a jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang"orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bah6a agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. !rinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Ba,a-an mana1emen la2a: +uali,a- au6i,)* /erdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bah6a manusia itu selalu self interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan anatara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen.

nvestor akan lebih cenderung merespon pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi ( 0i Dang et al., #$$(). )ualitas audit menurut De Angelo (1233) didefinisi sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. !robabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. su"isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. DeAngelo (1233) berargumentasi bah6a ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor. Economies of scale )A! (kantor akuntan publik) yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SB+ sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian )A! tersebut. )antor akuntan publik diklasifikasi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan )A! /ig .ive, dan kantor akuntan publik lainnya. Auditor beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya keagenan tinggi, manajemen mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih tinggi untuk menambah kredibilitas laporan, hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pemonitoran. !roksi pengukuran kualitas audit dalam penelitian"penelitian terdahulu ada tiga, yaitu ukuran )A!, reputasi )A!, dan auditor spesialisasi industri, tetapi proksi yang sesuai dengan kondisi pasar modal di ndonesia adalah spesialisasi industri. Ben,u+ -,*a,egi mana1emen la2a Strategi untuk membuat manajemen laba antara lain& a7 Meman/aa,+an 8eluang un,u+ mem2ua, e-,ima-i a+un,an-i +ara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui -udgement terhadap estimasi akuntansi antara lain& estimasi tingkat piutang tidak tertagih (;ahma6ati #$$%, #$$7), estimasi kurun 6aktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak ber6ujud, dan estimasi biaya garansi. 27 Mengu2ah me,)6e a+un,an-i !erubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh& merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Strategi manajemen laba dengan pemilihan metoda akuntansi dan pengaturan 6aktu transaksi mempengaruhi manajemen laba dengan proksi akrual kelolaan (;ahma6ati dkk., #$$2). Semakin besar manajemen laba dengan menggunakan strategi pemilihan metoda dan pengaturan 6aktu transaksi semakin besar pula manajemen laba (yang diproksikan dengan akrual kelolaan).

97

Mengge-e* 8e*i)6e 2ia:a a,au 8en6a8a,an /eberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan operasional (.ischer dan ;osenE6eig, 1225: /runs dan *erchant, 122$). +ontoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain& mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya (Daley dan Aigeland, 122'), mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai (/artov, 122': /lack, Dellers, dan *anly, 1223). !erusahaan yang mencatat persediaan menggunakan asumsi 0 .C, juga dapat merekayasa peningkatan laba melalui pengaturan saldo persediaan (.rankel dan TreEervant, 122().

Ada tiga bentuk manajemen laba menurut Ayres (122() yaitu& 17 Mana1emen a+*ual *anajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan 6e6enang dari para manajer. +ontoh manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan (revenue), menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya, dan perkiraan , perkiraan akuntansi lainnya, seperti& beban piutang ragu,ragu, dan perubahan, perubahan metode akuntansi. (7 .ene*a8an +e2i1a+-anaan a+un,an-i :ang ;a1i2 Terkait dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang 6ajib dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua pilihan, yaitu& apakah menerapkan lebih a6al dari 6aktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. /iasanya, untuk suatu kebijaksanaan akuntansi baru yang 6ajib, badan akuntansi yang ada memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dapat menerapkannya lebih a6al dari 6aktu berlakunya. !ara manajer tentu saja akan memilih untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang baru bila dengan penerapan tersebut akan dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan. !7 .e*u2ahan me,)6a a+un,an-i -e9a*a -u+a *ela

Dalam kaitannya dengan faktor yang ketiga, yaitu perubahan metode akuntansi secara suka rela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntasi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada. Classification Shifting 38e*ge-e*an +la-i/i+a-i5 !lassification shifting merupakan alat manajemen laba yang lain diluar manajemen akrual dan manipulai aktivitas ekonomi riil. !lassification shifting adalah kesalahan klasifikasi items di dalam laporan laba rugi. !lassification shifting dapat juga diartikan menggeser atau merubah biaya intiFcore expenses (harga pokok penjualan, dan biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) ke special items. !ergerakan vertikal dari biaya tidak akan mengubah bottom line earnings, tetapi core earnings akan overstatement. !ara manajer dalam memaksimumkan pelaporan kinerja akan menurunkan biaya atau akan menaikkan pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menyajikan suatu gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. !lassification shifting berbeda dengan manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil dalam beberapa hal. !ertama classification shifting tidak mengubah laba akuntansi, dan yang kedua adalah classification shifting memudahkan analisis dengan mengelompokkan item"item yang mempunyai karakteristik serupa. Selain terdapat perbedaan antara manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil dengan classification shifting, terdapat pula persamaan di antara ketiga metode manajemen laba tersebut, yaitu& sama,sama mempunyai harapan yang tinggi terhadap kinerja masa depan. !enelitian yang telah dilakukan oleh *c Aay (#$$%), !ratama dan ;ahma6ati (#$$7), serta ;ahma6ati dkk. (#$1$), membuktikan bah6a para manajer yang menjalankan penggeseranFperubahan biaya dari biaya inti (harga pokok penjualan, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) ke pos khusus. Strategi pergeseran klasifikasi berbeda dengan manipulasi aktivitas riil karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas dan perusahaan dapat terdeteksi melakukan strategi tersebut dari arus kas. 8adi manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang akan mempengaruhi kinerja saham. -erakan vertikal biaya ini tidak mengubah garis dasar laba, tetapi terlalu menaikkan laba inti. Sebagai tambahan, nampaknya para manajer menggunakan alat manajemen laba ini untuk melakukan peramalan analisis laba benchmark, pos khusus cenderung tidak termasuk ke dalam pro forma dan definisi laba analisis. Dntuk metode classification shifting, dititik

beratkan pada alokasi biaya antara biaya inti (harga pokok penjualan, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi) dan special items. !enelitian mengenai classification shifting (pengujian atas core earnings dan special items) masih jarang karena kebanyakan dari mereka meneliti alat manajemen laba yang sudah sering diangkat dalam penelitian"penelitian dan umumnya banyak digunakan oleh para manajer, yaitu& manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi riil. Sebenarnya classification shifting (pengujian atas core earnings dan special items) tidak kalah bagus dengan alat manajemen laba yang lain, bahkan clssification shifting mempunyai beberapa kelebihan, tetapi masih jarang penelitian yang mengangkat tema classification shifting sebagai objek penelitiannya. Mani8ula-i A+,i0i,a- Riil *anajemen laba melalui aktivitas riil dapat dideteksi melalui arus kas operasi, biaya diskresioner, dan biaya produksi. !enelitian mengenai manajemen laba melalui aktivitas riil hanya mengkonsentrasikan pada aktivitas investasi seperti pengurangan pengeluaran riset dan pengembangan (;oycho6dury, #$$%). ;oycho6dury (#$$%) memberikan bukti bah6a manajer melakukan manipulasi melalui aktivitas riil dengan memberikan potongan harga untuk meningkatkan penjualan, mengurangi kos barang yang terjual melalui peningkatan persediaan, dan mengurangi biaya diskresioner untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. /eberapa penelitian mengenai manajemen laba telah dilakukan dengan memfokuskan pada investasi dan pengeluaran riset dan pengembangan. Decho6 dan Sloan (122%) menemukan bah6a manajer mengurangi biaya riset dan pengembangan pada akhir masa jabatan untuk meningkatkan laba jangka pendek. /ushee (1223) menemukan bukti yang konsisten dengan mengurangi biaya riset dan pengembangan untuk meningkatkan laba. /urgstahler dan Dichev (1227) menemukan buki bah6a analis peramalan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. -raham et al. (#$$5) mengatakan bah6a eksekutif keuangan menunjukkan kesediaan untuk memanipulasi laba melalui aktivitas riil dibanding akrual. Terdapat dua alasan untuk melakukan manipulasi laba melalui aktivitas riil yaitu& (1) manipulasi akrual mungkin menarik perhatian auditor atau regulator untuk memeriksa lebih dalam dibanding keputusan nyata tentang harga dan produksi, (#) manipulasi berdasarkan akrual memberikan suatu risiko. ;oycho6dury (#$$%) mengatakan bah6a manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil adalah berpindahnya pengelolaan laba dari praktik operasi normal ke praktik

operasi tidak normal, yang dimotivasi oleh keinginan manajer untuk menipu beberapa stakeholders agar percaya terhadap laporan keuangan yang dibuat atas dasar operasi normal. !erpindahan dari praktik operasi normal ke tidak normal tidak memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan 6alaupun manajer mencapai sasaran pelaporan. *anajer yang terlibat manajemen laba mementingkan keuntungan pribadi untuk mencapai sasaran pelaporan karena mereka bertindak sebagai agen. +ontohnya, manajemen laba dilakukan untuk menghindari kerugian, dan menghindari pelanggaran perjanjian utang, untuk menghindari intervensi pemerintah, serta untuk meningkatkan bonus. Di ndonesia, penelitian tentang manipulasi aktivitas riil telah dilakukan oleh Andayani (#$$3). 4asilnya adalah perusahaan manufaktur melakukan overproduksi, memberi diskon, dan kelonggaran kredit sebagai indikasi adanya manajemen laba, yang menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi.

Das könnte Ihnen auch gefallen