Sie sind auf Seite 1von 25

BLOK XIX

KELAINAN MATA PADA ANAK ( STRABISMUS, KELAINAN REFRAKSI & TUMOR ) DAN KELAINAN MATA PADA LANSIA ( KELAINAN REFRAKSI DAN KATARAK)

Dr. Hj. Hasmeinah B, Sp.M 29 Juni 2012

I. KELAINAN MATA PADA ANAK


Pendahuluan :
- Indra penglihatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar terwujud manusia Indonesia yang cerdas, produktif serta mampu berperan dalam berbagai bidang pembangunan. - Kelainan mata harus diketahui sedini mungkin sejak bayi dilahirkan sampai pada anak usia sekolah, karena apabila tidak terdeteksi dapat menyebabkan hilangnya fungsi pemnglihatan permanen. - Survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993 1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5 % penyebab utama kebutaan adalah katarak ( 0,78 % ), glaukoma ( 0,20 % ) kelainan refraksi ( 0,14 % ), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia ( 0,38 % ). - Sebisa mungkin kita mewaspadai setiap gangguan pada anak biarpun sekecil apapun karena hal ini berhubungan dengan masa depan anak itu sendiri.

Penyebab :
1. 2. ROP ( Retinopathy of Prematurity ). Bayi : gestasi ( 30 minggu, BBL : 1500 gram proses pembentukkan pembuluh darah retina belum sempurna. Pada usia anak : - Kekurangan Vitamin A. - Penggunaan obat tetes yang salah & tidak sesuai aturan. - Infeksi campak. Pada anak pra sekolah : - Ambliopia ( mata malas ). - Strabismus ( mata juling ). Disebabkan : - Riwayat keluarga dengan kelainan mata. - Kelainan refraksi perbedaan kacamata kanan & kiri > 3 D. - Katarak kongenital. - Tumor mata. - Ibu menderita infeksi rubella atau toxoplasmosis. Pada usia sekolah - Miopia - Hipermetropia. - Astigmatisme.

3.

4.

Masa perkembangan penglihatan Bayi atau anak yang normal :


-

Dimulai sejak lahir 8 tahun. Masa paling kritis dimulai sejak lahir sampai 6 bulan ( retina harus berfungsi baik = dapat melihat baik ). Pemeriksaan : reaksi pupil dan reaksi kedip.

Tajam penglihatan normal adalah sbb :


- BBL 4 minggu : - Dapat membedakan cahaya terang & gelap. - Mengarahkan dan menutup mata bila ada cahaya. - Pupil mengecil bila disinari. - Pada minggu pertama : mata kadang-kadang terlihat juling. - Mata mulai terkoordinasi melihat cahaya. - Ada usaha melihat dengan kedua mata. - Bila satu mata ditutup ( baik ) gelisah. - Melihat dengan kedua mata. - Menjangkau benda benda yang dekat. - Kedudukan ke 2 mata sejajar, berarti kedua mata melihat bersama.

- Usia 1 3 bulan :

- Usia 3 6 bulan :

Pemeriksaan dilakukan dengan menutup mata bergantian.

Proses Penglihatan
Masuknya seberkas cahaya
Dibiaskan / difokuskan

Media refraktif Panjang sumbu bolamata

Retina ( merekam gambar ) Mengubah gambar

Inpul-inpul listrik
Otak ( SSP )

Diinterprestasikan / diartikan

Gambar / objek yang terlihat oleh mata

Kelainan Refraksi
Miopia ( rabun jauh ) :
-

Keadaan dimana mata mampu melihat obyek yang dekat, tetapi kabur melihat obyek-obyek yang jauh letaknya. Banyak ditemui pada anak-anak usia sekolah. Ciri khas perkembangan meningkat terus sampai usia remaja dan menurun pada usia dewasa muda. Walaupun jarang miopia dapat pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan kornea atau kelainan bentuk lensa mata. Sumbu bolamata panjang berkas cahaya terfokus didepan retina. Golongan usia 20 40 tahun : progresivitas miopia lambat, meskipun pertambahan tetap ada.

Pengobatan : - Kacamata : minus / cekung / konkaf divergen. - Lensa kontak. - Melumpuhkan akomodasi pemberian tetes mata sulfat atropin.

Miopia Pathologis
- Komplikasi lanjut perpanjangan bolamata membahayakan menyebabkan kebutaan. - Tidak dapat diatasi dengan pemberian kacamata. - Dibarengi dengan kerapuhan retina akibat penipisan retina yang berjalan terus menerus dari waktu kewaktu robek - Tindakan pembedahan sesegera mungkin.

Hipermetropia ( rabun dekat )


-

Melihat jauh kabur, melihat dekat lebih kabur lagi. Sumbu bolamata pendek cahaya difokuskan di belakang retina. Ditemui pada anak-anak karena bolamata belum tumbuh sempurna. Dapat menghilang sejalan bertambah panjangnya sumbu bolamata mengikuti pertumbuhan tubuh. Golongan remaja : masih bisa melihat dengan jelas baik obyek yang terletak jauh maupun dekat lensa mata masih memiliki daya akomodasi yang cukup lelah. Kelainan yang menyertai strabismus. Gejala sakit kepala dan tidak suka membaca. Koreksi : kacamata plus / cembung konvek / lensa konvergen.

Strabismus

Strabismus
-

Pada strabismus kedua mata tidak sejajar sehingga obyek di dalam ruangan tidak terlihat serentak oleh kedua fovea tiap-tiap mata. Ketidak mampuan / kegagalan ke-2 mata untuk melihat bersama-sama. Ada 2 jenis : 1. Strabismus paralitik : kelemahan atau paralisis otot-otot mata. 2. Strabismus non paralitik : salah fungsi ( multifunction ) pusat di otak biasanya timbulnya pada masa anak-anak. Kelumpuhan central : syndroma down, hydrocephalus, tumor otak.

Strabismus non paraklitik


Umur saat timbul paralisis : sebelum usia 6 bulan. Keluhan : - Mata juling - Diplopia kurang karena terjadi supresi pada mata yang berdeviasi. - Tidak ada satupun otot yang kurang aktif, deviasinya sama pada semua arah. Penglihatan : Pada mata yang berdeviasi penglihatannya bisa hilang ( ambliopi ). Rencana : Pemeriksaan oftalmologik.

Etiologi Strabismus Non Paralitik

Berkaitan dengan penyakit mata 1. Kelainan refraksi yang menghambat pembentukan bayangan yang jelas pada retina merupakan faktor tersering. Jika gangguan refraksi tidak sama pada kedua mata ( anisometropia ), maka satu bayangan retina akan kabur. 2. Opasitas media refrakta opasitas kornea, katarak. 3. Abnormalitas retina : mencegah transmisi bayangan yang terbentuk dengan benar menjadi impuls neural. 4. Anak dengan hipermetropia yang sama besar pada kedua mata strabismus konvergen.

Pemeriksaan Fisik Hal-hal yang dapat menimbulkan strabismus :


- Epikantus - Asimetri wajah reflek sinar dengan lampu Central fiksasi

Deviasi

strabismus

cover / uncover test mendeteksi strabismus yang bermanifestasi ( tropia ) - Sinaptofor apakah mata digunakan bersama apakah terdapat streopsis. sulfat atropin dilatasi

- Pengukuran kelainan refraksi pupil.

Terapi : Kelainan refraksi


-

kacamata. Ambliopia occlusi mata yang baik. Intervensi bedah : Alasan fungsional : mendapatkan penglihatan tunggal binocular. Alasan kosmetik : mencegah anak dikucilkan di sekolah.

Retino Blastoma
-

Neoplasma berasal dari neuretina ( sel kerucut dan batang ) atau sel glia yang bersifat ganas. Congenital baru terlihat pada umur 1-2 tahun. Gejala subyektif sukar ditemukan, karena anak tidak mengeluh. Dapat dicurigai leukoria, strabismus, glaukoma, mata sering merah atau penglihatan menurun. Gejala obyektif masa menonjol didalam badan kaca. Tipe endofilik masa tumor menonjol diatas retina didalam badan kaca. Tipe eksofilik terletak dibawah retina retina terdorong kedalam badan kaca.

Pengobatan :

Enukleasi bulbi radiasi. Exentrasi bila tumor meluas sampai jaringan orbita.

II. KELAINAN MATA PADA LANSIA Pendahuluan


- Mata merupakan bagian vital dalam kehidupan untuk pemenuhan hidup sehari - hari perubahan yang terjadi pada mata dapat menurunkan kemampuan beraktifitas. - Bertambah usia media refraktif mengalami perubahan / penurunan sensitifitas perubahan fungsi kerja pupil dan penurunan daya akomodasi.

Masalah-masalah pada lansia


1. Penurunan kemampuan penglihatan. 2. ARMD ( Age Related Macular Degeneration ). 3. Glaukoma. 4. Katarak. 5. Entropion dan Ektropion.

1. Penurunan Kemampuan Penglihatan Presbopia : - Bertambah usia lensa kelenturan berkurang


-

tidak mampu memfokuskan obyek-obyek yang letaknya dekat. Kelainan ini tidak dapat dihindari dikoreksi dengan kacamata baca. Tidak ada pengobatan termasuk diet dan latihan yang dapat memperbaiki atau menghambat perkembangannya. Pada pasien yang sebelumnya hipermetrop, miopia, astigmat dapat diberi resep kacamata bifocal. Untuk orang Indonesia dapat dipakai table : 40 th : add S + 1.00 45 th : add S + 1.50 50 th : add S + 2.00 55 th : add S + 3.00 60 th : add S + 3.00 seterusnya : add S + 3.00

Katarak
-

Berdasarkan survey angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5 % dari penduduk 0,78 % katarak. Katarak usia lanjut proses penuaan yang disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada lensa mata ( kekeruhan lensa mata ) buram / seperti susu tidak bisa melihat dengan jelas. Merupakan proses degeneratif. Tidak membuat kebutaan permanent. Dapat diatasi dengan jalan operasi. Gejala gangguan penglihatan tergantung dari letak kekeruhan lensa, penglihatan ganda, silau, nyaman di malam hari. Terjadi : paling cepat umur 40 tahun, bila dibiarkan keras dan keruh. Menyebabkan perubahan tajam penglihatan sering mengganti ukuran matanya. Deteksi dan diagnosa : slit lamp : menentukan jenis, kekeruhan dan letak katarak. Membedakan dengan penyakit lain yang mempunyai gejala mirip dengan katarak. Tidak ada cara untuk mencegah katarak, tapikebutaan permanent akibat komplikasi katarak dapat dicegah dengan pengobatan.

Tindakan
Fungsi penglihatan menganggu pekerjaan atau gaya hidup penderita Operasi memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya. - Kacamata afakia yang amat tebal lensanya. - Lensa kontak harian : lunak, keras. - Lensa kontak lunak mingguan. - Lensa intra okuler permanent ditanam dalam mata. - Fakoemulsifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Gangguan Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran. Analisis Data Morbiditas-Disabilitas, SKRT-SURKESNAS 2001. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Khusus dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Sekretariat SURKESNAS< Jakarta, Indonesia. Ilyas, Sidarta, 2011. Ilmu Penyakit Mata. edisi keempat cetakan kesatu. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Ilyas, Sidarta, 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. edisi kedua, CV Sagung Seto, Jakarta. J. Kanski, Jack. 2009, Clinical Opthalmology. Edisi kedua. Butterworth Heinemann, USA. James, B. Chris, C. Anthony, B. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. edisi kesembilan, Erlangga, Jakarta Leitman, Mark W. 1993. Panduan Diagnosis dan Pemeriksaan Mata. edisi ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta. Seri JEC Saturday Seminar. 2011. Retina dari Pediatrik Hingga Geriatrik. Cetakan kesatu. Indonesia Printer, Jakarta. Vaughan, D.G. Asbury, T. 2008, Oftalmologi Umum., edisi ketujuh belas, Widya Medika, Jakarta.

Das könnte Ihnen auch gefallen