Sie sind auf Seite 1von 16

MAKALAH KONSERVASI GIGI II JENIS-JENIS TRAUMA DAN FRAKTUR GIGI BESERTA PENATALAKSANAANNYA

OLEH : Repika Ayu Yulanda 04121004057

Dosen Pembimbing: drg. Ulfa Yasmin S.

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Jenis-Jenis Trauma dan Fraktur Gigi Beserta Penatalaksanaannya I. Pendahuluan

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan

mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda. Definisi lain menyebutkan bahwa trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis. Trauma pada gigi dapat menyebabkan injuri pulpa, dengan atau tanpa kerusakan mahkota atau akar, atau pemindahan gigi dari soketnya. Bila mahkota atau akar patah atau mengalami fraktur, pulpa dapat sembuh dan hidup terus, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati. Trauma pada gigi merupakan masalah yang sering dihadapi oleh dokter gigi. Trauma dapat terjadi pada jaringan keras dan jaringan lunak termasuk pulpa dan jaringan periodontal. Trauma yang secara langsung mengenai gigi, gingival dan tulang alveolar dapat menyebabkan terjadinya avulsi gigi. Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada gigi tetap, antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi. Beberapa reaksi yang terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi, resorpsi internal, resorpsi eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis pulpa. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan maka trauma dan fraktur gigi harus segera dilakukan perawatan yang tepat.

II.

ISI

KLASIFIKASI GIGI YANG MENGALAMI FRAKTUR 1. Klasifikasi fraktur menurut Ellis. Klasifikasi Ellis (1961) terdiri dari enam kelompok dasar: a. Fraktur email. Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin. b. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa. Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa mengenai pulpa. c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka. d. Fraktur akar. e. Luksasi gigi. f. Intrusi gigi 2. Klasifikasi menurut Ellis dan Davey. Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu : Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan terbukanya pulpa. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan. Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.

3. Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) dan modifikasi oleh Andreasen. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases), sebagai berikut: 873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka. 873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga disebut fraktur akar horizontal. 873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa. 873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi. 873.67: Intrusi atau ekstrusi. 873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya. 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak. Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh berikut: 873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa. 873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa. 873.64 (Fraktur mahkota-akar komplit atau tidak komplit)

873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang bereaksi terhadap perkusi. 873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan kegoyahan abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi. 873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke aksial, diikuti oleh fraktur soket alveolar. 873.66 (Konkusi, subluksasi, lateral luksasi) Klasifikasi fraktur mahkota gigi menurut World Health

Organization(WHO) dengan nomor kode yang sesuai dengan klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases) tahun 1995, sebagai berikut: (S 02.50): Infraksi enamel. Sebuah fraktur tidak utuh atau retaknya enamel tanpa kehilangan substansi giginya. (S 02.50): Fraktur enamel. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang mengenai enamel. (S 02.51): Fraktur enamel-dentin. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang melibatkan enamel dan dentin tanpa terbukanya pulpa. (S 02.52): Fraktur mahkota yang mengenai enamel dan dentin, dengan terbukanya pulpa. (S 02.53): Fraktur akar. Sebuah fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa. (S 02.54): Fraktur mahkota-akar. Sebuah fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan sementum dengan atau tanpa terbukanya pulpa. Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization(WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut yaitu sebagai berikut : I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa.

1. Retak mahkota (enamel infraction) (N 502.50), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal. 2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) (N 502.50), yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja. 3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture) (N 502.51), yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa. 4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture) (N 502.52), yaitu fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa. II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar. 1. Fraktur mahkota-akar (N 502.53), yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture(N 502.54)) dan fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture (N 502.54)). 2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa melibatkan lapisan email. 3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket. 4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi. 5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi. III. Kerusakan pada jaringan periodontal. 1. Concusion (N 503.20), yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

2. Subluxation (N 503.20), yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. 3. Luksasi ekstrusi (partial displacement) (N 503.20), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang. 4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal. 5. Luksasi intrusi (N 503.21), yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek. 6. Avulsi (hilang atau ekstrartikulasi) (N 503.22) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket. IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut 1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel. 2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa. 3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet. 4. Klasifikasi menurut Andreasen. NO 1. KLASIFIKASI Fraktur Email GIGI PERMANEN Pengasahan tepi-tepi yang tajam atau memugar kembali struktur yang hilang jika tidak ada GIGI SULUNG Sama seperti gigi permanen, namun perbedaannya terletak dikerjasama pasiennya.

perubahan letak gigi dan merusak pembuluh darah. 2. Fraktur Mahkota dan - Restorasi resin komposit. Pulpanya Belum Terbuka - Pemakaian teknik veneer indirect. Sama seperti gigi permanen, namun perbedaannya terletak dikerjasama pasiennya. 3. Fraktur Mahkota dan - Akar yang belum terbentuk Pulpanya Sudah Terbuka sempurna - Akar yang telah terbentuk sempurna komposit. 4. Fraktur MahkotaAkar restorasi resin Perawatan pulpotomi, perawatan saluran akar atau pencabutan, tergantung usia pasien dan tingkat kerjasamanya.

- Akar yang belum terbentuk - Pencabutan. sempurna - Akar yang telah terbentuk sempurna pulpektomi. Membuang segmen korona dan membiarkan segmen apeks ditempatnya. - Terkadang dilakukan rekonturing.

5.

Fraktur Akar

- Pemasangan splin, kawat ortodonsia, dan resin komposit. - Jika terjadi nekrosis, dilakukan perawatan saluran akar.

6.

Cedera Luksasi

- Cedera konkusi tidak diperlukan. - Subluksasi perawatan

- Cedera konkusi dan subluksasi jika sudah

nekrosis, dilakukan perawatan saluran akar atau pencabutan.

tidak diperlukan kecuali kegoyangan gigi moderat

dengan derajat kegoyangan - Luksasi lateral dan 2, mungkin perlu distabilkan. - Luksasi ekstrusi dan reposisi dan pemasangan splin. tidak dirawat atau dicabut, tergantung pada keparahan cedera. - Luksasi intrusi foto radiograf, jika tampak

- Luksasi intrusi

jika gigi

memendek, tidak dilakukan perawatan, jika gigi tampak lebih panjang, dilakukan pencabutan gigi.

yang belum tumbuh sempurna, tidak perlu dilakukan perawatan, jika gigi telah tumbuh sempurna, dilakukan ekstruksi aktif secara ortodonsia. 7. Avulsi - Replantasi imediet. - Perawatan saluran akar. 8. Fraktur Alveolus Perawatan saluran akar jika terjadi nekrosis.

Replantasi tidak dianjurkan.

5.

Klasifikasi menurut Heithersay dan Morile. Heithersay dan Morile (1982) menganjurkan suatu klasifikasi fraktur subgingival berdasarkan pada tinggi fraktur gigi dalam hubungannya terhadap berbagai bidang horizontal periodonsium, sebagai berikut:

Kelas 1 : Dengan garis fraktur tidak meluas di bawah tinggi ginggiva cekat. Kelas 2 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi gingiva cekat, tetapi tidak di bawah tinggi krista alveolar. Kelas 3 : Dengan garis fraktur meluas di bawah tinggi krista alveolar. Kelas 4 : Dengan garis frakturnya terdapat di dalam sepertiga koronal akar, di bawah tinggi krista alveolar. 6. Klasifikasi menurut Garcia-Godoy. Klasifikasi fraktur gigi akibat trauma menurut Garcia-Godoy adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Retak pada email. Fraktur pada email Fraktur email-dentin tanpa terbukanya pulpa. Fraktur email-dentin dengan terbukanya pulpa. Fraktur email-dentin-sementum tanpa terbukanya pulpa. Fraktur email-dentin-sementum dengan terbukanya pulpa.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 7.

Fraktur akar. Konkusi. Luksasi. Perpindahan gigi ke lateral. Intrusi. Ekstrusi. Avulsi. Klasifikasi menurut Hargreaves dan Craig. Hargreaves dan Craig (1970) memperkenalkan klasifikasi hanya untuk fraktur mahkota gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi tersebut hampir sama dengan klasifikasi Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas IV yaitu fraktur akar disertai atau tanpa mahkota gigi sulung:5 Klas I: Tidak adanya fraktur atau fraktur hanya pada email dengan atau tidaknya perubahan posisi pada gigi. Klas II: Fraktur pada mahkota pada email dan dentin tanpa terbukanya pulpa dan tanpa perubahan posisi pada gigi. Klas III: Fraktur pada mahkota dan terbukanya pulpa dengan atau tanpa perubahan posisi pada gigi. Klas IV: Fraktur pada akar dengan atau tanpa fraktur koronal, dengan atau tanpa perubahan posisi pada gigi. Klas IV: Perubahan posisi total pada gigi.

PERAWATAN PADA TRAUMA DAN FRAKTUR GIGI 1. Perawatan segera pada trauma gigi sulung Pada awal perkembangan gigi tetap, gigi insisif terletak pada palatal dan sangat dekat dengan apeks gigi insisif sulung. Oleh karena itu bila terjadi trauma pada gigi sulung maka dokter gigi harus benar-benar mempertimbangkan kemungkinan terjadi kerusakan pada gigi tetap di bawahnya.

1.1 Fraktur Email dan Email-Dentin Perawatan fraktur yang terjadi pada email dan email-dentin pada anak yang tidak kooperatif cukup dengan menghilangkan bagian-bagian yang tajam, namun bila

anak kooperatif dapat dilakukan penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer. 1.2 Fraktur Mahkota Lengkap Pencabutan gigi merupakan perawatan yang terbaik namun bila pasien kooperatif maka dapat dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan dengan penambalan. 1.3 Fraktur Mahkota-Akar Perawatan terbaik adalah ekstraksi, karena umumnya kamar pulpa akan terbuka dan keberhasilan perawatan kurang memuaskan. 1.4 Fraktur Akar Apabila pergeseran mahkota terlihat menjauh dari posisi seharusnya maka pencabutan adalah perawatan terbaik. Bagian akar yang tertinggal hendaknya tidak dicabut agar tidak mengganggu gigi tetap di bawahnya. Pada beberapa kasus terlihat bila bagian mahkota menjadi nekrosis namun pada bagian akar tetap vital, oleh karena itu resorpsi akar oleh gigi tetap dapat terjadi dan pertumbuhannya tidak terganggu. 1.5 Concussion Concussion umumnya tidak terlihat pada saat setelah terjadinya trauma. Keluhan akan muncul bila telah timbul perubahan warna pada gigi. Daerah sekitar umumnya akan terjadi luka (bibir, lidah), pembersihan daerah luka dengan mengoleskan kapas yang dicelupkan pada cairan klorheksidin 0,1% sehari 2 kali selama 1-2 minggu. 1.6 Subluksasi Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah luka dan memberikan makanan lunak beberapa hari. Kegoyangan akan berkurang dalam 1-2 minggu. 1.7 Extrusive luxation Perawatan terbaik adalah dengan mencabut gigi yang mengalami trauma. 1.8 Lateral luxation Luksasi mahkota ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi tetap di bawahnya. Perawatan terbaik adalah dengan mengevaluasi gigi tersebut. Gigi akan kembali pada posisi semula dalam waktu 1-2 bulan oleh karena tekanan lidah. Pada gigi yang

mengalami luksasi mahkota ke arah bukal perawatan terbaik adalah melakukan pencabutan, oleh karena akar akan mengarah ke palatal sehingga mengganggu benih gigi tetap di bawahnya. 1.9 Intrusive luxation Pada gigi yang mengalami intrusi ke arah palatal perawatan terbaik adalah ekstraksi. Alat yang digunakan untuk ekstraksi hendaknya hanya tang ekstraksi dan daerah pencabutan dilakukan sedikit penekanan untuk mengembalikan tulang yang bergeser. Apabila intrusi ke arah bukal cukup dilakukan evaluasi karena gigi akan erupsi kembali ke arah semula. Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah trauma dengan menggunakan cairan klorheksidin 0,1%. Daerah trauma rawan terjadi infeksi terutama pada 2-3 minggu pertama selama proses reerupsi. Apabila tanda-tanda inflamasi terlihat pada periode ini maka perawatan terbaik adalah ekstraksi. Waktu yang diperlukan untuk reerupsi umumnya antara 2-6 bulan. Bila reerupsi gagal terjadi akan timbul ankilosis dan pada kasus ini ekstraksi adalah pilihan yang terbaik. 1.10 Avulsi Pada gigi sulung yang mengalami avulsi replantasi merupakan kontraindikasi oleh karena koagulum yang terbentuk akan mengganggu benih gigi tetap.

2. Perawatan segera pada trauma gigi tetap Trauma pada gigi tetap umumnya terjadi pada anak antara usia 8-11 tahun. Pada usia ini apeks gigi tetap belum tertutup sempurna, sehingga perawatan yang dilakukan diharapkan dapat tetap mempertahankan proses penutupan apeks dan vitalitas gigi dapat dipertahankan.

2.1 Fraktur mahkota Fraktur mahkota yang terjadi dapat berupa infraksi email, fraktur email, dan fraktur email-dentin. 2.1.1 Infraksi email Infraksi adalah fraktur inkomplit tanpa hilangnya substansi gigi dan garis fraktur berujung pada enamel dentinal junction. Garis infraksi akan terlihat jelas dengan menggunakan cahaya langsung dengan arah paralel terhadap sumbu panjang gigi.

Tidak diperlukan perawatan khusus pada kasus ini dan pasien hanya disarankan untuk kontrol rutin untuk pemeriksaan gigi. 2.1.2 Fraktur email Pada fraktur ini akan tampak sedikit bagian email hilang. Tidak semua fraktur email dilakukan penambalan oleh karena pada beberapa kasus batas sudut fraktur memberikan gambaran yang baik sehingga hanya dilakukan penyesuaian pada gigi kontralateral agar tampak simetris. 2.1.3 Fraktur email-dentin Fraktur email-dentin akan mengakibatkan terbukanya tubuli dentin sehingga memungkinkan masuknya toksin bakteri yang berakibat inflamasi pulpa. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa tindakan agar nekrosis pulpa tidak terjadi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: 1). Pembuatan restorasi mahkota sementara Pemberian kalsium hidroksida pada dasar kavitas gigi dan penutupan email dengan menggunakan resin komposit merupakan langkah sederhana dan mudah dilakukan. Penutupan ditujukan untuk melindungi pulpa. 2). Melekatkan kembali fragmen mahkota Perlu disosialisasikan bagi masyarakat untuk menyimpan dengan benar fragmen mahkota gigi yang mengalami fraktur. Cara terbaik untuk menyimpan fragmen tersebut adalah dengan merendam di dalam air atau ke dalam NaClfisiologis bila tidak dapat dilakukan tindakan secara langsung. Preparasi permukaan fraktur dan dilakukan etsa serta pemberian bonding agent dan resin komposit guna melekatkan kembali fragmen tersebut. 3). Composite crown build up Dilakukan bila fragmen mahkota tidak ditemukan. 2.1.4 Complicated crown fracture Fraktur ini melibatkan email dan dentin dengan disertai terlibatnya sedikit kamar pulpa. Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan vitalitas. Jenis perawatan yang dapat dilakukan adalah direct pulp capping dan pulpotomi parsial.

2.2 Fraktur Mahkota Akar

Perawatan fraktur mahkota akar dilakukan pada gigi yang masih bisa dilakukan restorasi. Apabila bagian akar masih cukup panjang maka dapat dilakukan prosedur seperti di bawah ini: 1). Menghilangkan fragmen dan melekatkan gusi kembali 2). Menghilangkan fragmen dan melakukan bedah exposure pada fraktur subgingiva. 3). Menghilangkan fragmen dan orthodontic extrusion 4). Menghilangkan fragmen dan surgical extrusion

2.3 Fraktur Akar Gigi yang mengalami fraktur akar umumnya akan terjadi ekstrusi fragmen mahkota atau bergesernya mahkota ke arah palatal, oleh karena itu maka perawatan yang dilakukan harus meliputi reposisi fragmen mahkota segera dan stabilisasi.

2.4 Concusion Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa.

2.5 Subluksasi Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2 minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin.

2.6. Extrusive luxation Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi.

2.7 Lateral luxation Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.

2.8. Intrusive luxation Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih diperdebatkan.

2.9 Avulsi Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya trauma: (1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin. (2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu. (3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.

III.

Penutup

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma pada gigi dapat menyebabkan injuri pulpa, dengan atau tanpa kerusakan mahkota atau akar, atau pemindahan gigi dari soketnya. Bila mahkota atau akar patah atau mengalami fraktur, pulpa dapat sembuh dan hidup terus, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya mati. Perawatan trauma gigi merupakan suatu tindakan yang segera harus dilakukan dengan memperhatikan jenis perawatan yang tepat.

Daftar Pustaka
1. Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor, Sutatmi Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995: 303-4. 2. Rao A. Principles and practice of pedodontics. New Delhi: Jaypee, 2008: 304-5. 3. Walton, Richad E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata, Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2. Jakarta: EGC, 1997: 555-6. 4. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. St. Louis, Missouri: Mosby, 2003: 458-9. 5. Honsik, K.A. Emergency treatment of dentoalveolar trauma. Available at http://www.physsportsmed.com. Diakses 25 April 2007.

Das könnte Ihnen auch gefallen