Sie sind auf Seite 1von 44

Blok Sistem Urinary

Disusun oleh Jamaluddin

HASIL TUTORIAL PART 1 1. hesitancy : keraguan, keadaan dimana bila buang air kecil harus menunggu lama karena uretra tersumbat sehingga urin tidak dapat keluar. 2. urge incontinence : terkadang keinginan miksi tidak dapat tertahan 3. urgency : pada saat miksi tergesa gesa 4. dribbling : sisa urine yang menetes 5. interrupted : keadaan menyela disaat miksi II 1. Apakah ada korelasi kasus dengan umur penderita? - Ada : a. Dilihat dari umur, utk hyperplasia prostat lebih sering pada usia 60 thn >, salah satu gejalanya adalah gangguan berkemih. Penyebab obstruksi, sehingga menyebabkan jarang berkemih di siang hari dan nyeri VU / bagian bawah b. Salah satu penyebab adalah hormone dihidrotestosteron dan estrogen yang memacu sensitivitas pada prostat tersebut c. Proses fisiologi pada usia lanjut akan mengalami penurunan, maka fungsi organ juga akan mengalami penurunan, salah satu fx ginjal adalah eksresi/non eksresi, apabila salah satu fx nya menurun akan menyebabkan salah satu penyakit tsb (hyperplasia prostat), termasuk gaya hidup yg tidak baik + usia lanjut akan meningkatkan kemungkinan batu ginjal/hyperplasia prostat 2. Kenapa lebih sering berkemih pada malam hari? - Factor internal & eksternal: minum sebelum tidur a. Internal : ginjal tidak mampu memekatkan urin, sehingga ketika miksi keluar sedikit, dan involunteer. Eksternal : minum sebelum tidur. b. Eksternal : terlalu banyak minum, nocturia/berkemih lebih dari satu kali pada malam hari (sering terjadi pada gagal ginjal, hati) c. Obstruksi aliran urin terhambat3. Mengapa nyeri perut bagian bawah? Apa yang menyebabkan gejala ini muncul? - Obstruksi saluran kemih bagian bawah a. VU : Kongenital (katup uretra posterior), neoplasma (kanker VU, PPH, Kanker prostat), inflamasi (cystitis, abses), VU neurogenic dan Batu VU b. Persarafan di urinaria = persarafan di gastro intestinal tract , bisa menyebabkan nyeri pada bagian perut

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary


c. Nyeri suprapubic disebabkan karena retensi dan intermittent, yang terkait adalah penyumbatan uretra d. Kanker VU. Bisa dilakukan rectal toucher e. Inflamasi (stenosis, meatus uretrae externa), stricture, phimosis f. Ada persambungan, uretro vesica junction, sebelum mengeluarkan urin dia akan mengalami kontraksi lalu otot vesica nya akan relaksasi. Apabila ada kelainan akan menyebabkan nyeri saat berkemih. 4. Apakah gejala ini bisa terjadi juga pada wanita? - Bisa a. Apabila pencetusnya dari urolithiasis, kanker uretra b. Pada wanita biasanya disebabkan setelah melahirkan, otot uretra melemah. c. Uretra lebih pendek, dekat dengan perineum d. Penderita diabetes insipidus bisa 5. DD? - Hiperplasia prostat - Obstruksi saluran kemih bagian bawah - Ca prostat 6. Pemeriksaan yang dilakukan? - IVP : Untuk mendeteksi adanya obstruksi, lebih ke saluran kemih bagian atas (ren) - USG : Untuk mendeteksi ketebalan parenkim, cortex, dilatasi pelvis, calyx ureter proximal, dilatasi pada ren - Darah tepi : untuk mendeteksi infeksi/obstruksi, mendeteksi adanya asidosis - Led - Fx ginjal : ureum, kreatinin - Elektrolit : K, Na (obstruksi ginjal menyebabkan reabsorpsi Na berkurang -> shok hipovolemik), Cl, Ca, Fosfat. - Urin lengkap : mendeteksi adanya eritrosit (hematuria->obstruksi) / leukosit (isk) - Asam urat - Sistokopi : melihat obstruksi melalui uretra, sal kemih bagian bawah - Rectal toucher : memasukan jari telunjuk ke lubang dubur, biasanya akan menimbulkan rasa nyeri, untuk mengetahui keadaan prostat. - Renografi : kurva obstruksi datar, normalnya kurva akan naik/diatas terus - Px dan uji urodinamik : mengecek pemasukkan saraf di VU 7. Terapi? - Watchfull waiting 8. Komplikasi? 9. Prognosis? 10. Mengapa tidak berkemih sejak tadi sore? - Obstruksi
(Pendidikan Dokter 12) LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

BPH dan GANGGUAN FUNGSI GINJAL LO 1. 2. 3. 4. Diagnosis dan alasan (Terapi / Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi) Pencegahan obstruksi sal kemih (BPH) ? Terapi operatif / non operatif dan Indikasinya ? Di temukan kondisi perut membesar di karenakan penuh dg urin, penanganan apa yg harus dilakukan ? 5. Interpretasi data lab ? 6. Memastikan bahwa pasien tdk mengalami ca prostat dan apa perbedaan dari BPH dg Ca prostat ? DATA TAMBAHAN 1. USG menujukan Pembesaran prostat -------> BPH 2. Ada gangguan fungsi ginjal dari kreatinin dan BUN yg meningkat ---------> terdapat gangguan fungsi ginjal --------> Muncul kondisi gagal ginjal PEMERIKSAAN LAB dan PENUNJANG

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

LO Skenario 1

Analisis Kasus SK 1

Laki Laki berusia 60 tahun


Laki laki, 60 tahun KU: usia dan jenis kelaminnya merupakan faktor resiko BPH

Tidak urinasi sejak kemarin sore (kurang lebih 16 jam) dan nyeri abdomen bawah

Ada dua hal yang menyebabkan pasien tidak dapat mengeluarkan urin, pertama adalah terjadinya retensi urin yang disebabkan oleh obstruksi aliran urin oleh karena neoplasma, infeksi (prostat atau saluran kemih), batu, dan sebagainya. Dan yang kedua adalah karena urin itu sendiri yang tidak diproduksi, ini menandakan adanya kelainan ginjal. Tetapi karena pasien juga mengeluhkan nyeri pada abdomen bagian bawah, lebih mungkin dikarenakan oleh adanya obstruksi dan bukan kelainan ginjal. Karena ginjal terletak didaerah retroperitoneal setinggi vertebrae thorakal 11-12 hingga vertebrae lumbal 2, sehingga nyerinya seharusnya terasa didaerah tersebut dan jika menjalar akan ke daerah inguinal hingga femoralis. Kemungkinan Diagnosis: retensi urin yang di sebabkan obstruksi urin dikarenakan oleh ? Neurogenic bladder, UTI, Ca. prostat, prostatitis, BPH.

RPD: aliran urin melemah & dribbling, nocturia, tidak ada hematuria/urolithiasis Aliran urin yang melemah disebabkan oleh karena adanya obstruksi urin yang dapat disebabkan oleh adanya urolitiasis, atau masalah pada prostat yang menyebabkan pembesaran prostat seperti BPH, karsinoma prostat, ataupun prostatitis. Pasien lebih cenderung menderita BPH dan karsinoma prostat karena factor usia yang lebih dari 50 tahun, merupakan seorang pria, dan tidak adanya riwayat urolitiasis. Sedangkan dribbling adalah tanda terjadinya inkontinensia urin yang tipe overflow yang dapat disebabkan oleh obstruksi aliran urin yang menyulitkan pasien mengosongkan vesika urinarianya ataupun kelainan dari persarafan (neurogenic bladder). Nocturia dapat disebabkan oleh karena pada saat tidur, posisi tubuh kita membuat tekanan intraabdominal meningkat, juga terdapat peningkatan rangsangan parasimpatis sewaktu tidur, sehingga rangsang untuk berkemih terjadi lebih sering. Karena pasien menyatakan bahwa ia tidak memiliki riwayat hematuria ataupun urolitiasis, maka ini menandakan bahwa tidak ada kerusakan glomerulus, tidak ada luka sepanjang saluran kemih, dan factor resiko urolitiasis adalah RPD adanya hematuria ataupun batu sebelumnya. Kemungkinan Diagnosis : UTO (obstruksi saluran kemih) yang disebabkan oleh BPH/karsinoma prostat/prostatitis/neurogenic bladder

Px Fisik: VS: BP (tekanan darah) meningkat, yang dapat disebabkan oleh retensi urin sehingga terjadi kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan peniningkatan tekanan
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Analisis Kasus SK 1
darah. Tetapi VS yang lainnya normal, ini berarti tidak terjadi infeksi akut. Sehingga lebih mendukung hipotesa BPH, Ca. prostat, dan neurogenic bladder. Palpasi: terdapat massa suprapubic yang kistik dan nyeri. Ini menandakan adanya retensi urin. Digital Rectal Examination: Tidak ada nyeri. Pada prostatitis, pasien akan merasakan nyeri yang bahkan dapat mencegah kita melakukan pemeriksaan ini. Tidak ada nodul. Pada karsinoma prostat, permukaannya akan bernodul-nodul dizona perifer prostat. Sedangkan BPH lebih sering terjadi pada zona transisional dan sentralis, yang terletak lebih ketengah bagian prostat, sehingga hanya teraba pembesaran tanpa nodul. Berat prostat: 40gram. Berat normal prostat adalah 20 gram. Jadi memang terjadi pembesaran prostat yang karena hal-hal diatas, kemungkinan besar disebabkan oleh BPH. Tetapi, tetap harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Karena pada pemeriksaan ini tidak disebutkan apakah tonus sphincter ani-nya normal, maka saya anggap normal. Ini akan melemahkan hipotesa neurogenic bladder.

Pemeriksaan Laboratorium: Hb dan atau Ht menurun. Ini dapat disebabkan oleh pendarahan atau karena overload cairan. BUN dan creatinine meninggi. Berarti ada gangguan fungsi ginjal pasien akibat dari Obstruksi oleh BPH, terjadi refluk urin dari VU ke ureter lalu ke ginjal karena masih terdapat residu di VU. GDS normal, tidak ada tanda-tanda DM, berarti hipotesa neurogenic bladder yang disebabkan oleh DM dapat diabaikan. PSA <1,2ng/dL. Karena ini masih dalam rentang normal, berarti melemahkan hipotesa karsinoma prostat.

USG: menunjukan adanya perbesaran kelenjar prostat karena tampak VU yang terdesak. TRUS: terjadi pembesaran prostat sebesar 43cc yang dapat disebabkan oleh BPH atau karsinoma prostat. Tetapi tidak terdapat area yang hiperechoic (Ca) atau hipoechoic (prostatitis), ini dapat membuang hipotesa karsinoma ataupun prostatitis. Sehingga hipotesa yang tersisa dan merupakan diagnosis kita adalah:

Urinary Tract Obstruction yang di sebabkan oleh BPH Dengan alasan: hasil USG, TRUS, PSA, RPD, DRE.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Analisis Kasus SK 1
Terapi yang dilaksanakan untuk pasien adalah TURP dengan prognosa baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Dengan follow up biopsy 3-6 bulan kemudian untuk memastikan bahwa hanya terjadi BPH dan belum menjadi karsinoma prostat. Kategori Gejala klinis DRE BPH LUTS Kenyal, tidak bernodul, simetris Normal Pembesaran prostat yang tidak hiper/hipoechoic Ca. Prostat LUTS Keras, noduler, irregular >4ng/dL dg DRE abnormal Pembesaran prostat yang hiperechoic Prostatitis LUTS + tanda2 infeksi Colok dubur sangat nyeri shg tdk dilakukan Normal Pembesaran prostat yang hipoechoic

PSA TRUS

Dasar Diagnosa
DRE: BPH: kenyal, tidak bernodul karena yang membesar yang bagian dalam, dan simetris Dengan rectal grading stage 0: teraba <1cm, berarti berat <10gram; Stage 1: teraba 1-2cm, berarti berat 10-25gram; Stage 2: teraba 2-3cm, berarti berat 25-60gram; Stage 3: teraba 34cm, berarti berat 60-100gram; Stage 4: teraba>4cm, berarti beratnya >100gram. PSA: <0,10ng/dL/cm3 TRUS: pembesaran prostat yang tidak hiper/hipoechoic USG KUB: cari tanda-tanda klinis BPH

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Analisis Kasus SK 1
Patofisiologi
Teori etiologi: Testosteron NADPH + aktivitas 5--reduktase DHT>> -1aRA Sel hidup lbh lama Sintesa GF>> Pertumbuhan sel>> Teori aging: Testosteron >> estrogen N

Sensitivitas RA>>

Jml RA>>

Apoptosis <<

Stroma (autokrin/parakrin)

Epitel (parakrin)

Proliferasi sel >> Multiple fibroadenomatous nodules

Hyperplasia sel

Ukuran prostat membesar, tetapi kapsulnya tidak Kompresi uretra (UTO)

Resistensi thd aliran urin >>

Tekanan urinasi/tekanan VU >>

Tonus otot polos uretra >>

Compliance VU<<

Ddg VU menebal (hipertrofi , bertrabekula, irritable, divertikuli

Kekuatan kontraksi >>

Destrusor instability

LUTS

Komplikasi: hernia, hemorrhoid, hematuria

Incomplete bladder emptying

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Analisis Kasus SK 1
Retensi urin dlm VU

Overflow incontinence (dribbling, nocturia)

Massa suprapubik (kistik, nyeri) Hockey stick ureter Hemodilusi

Stasis urin

Hidronefrosis

Gangguan elektrolit

Metabolic wastes tidak terbuang

Hb, Ht<<

Hiponatremia relatif

Urosepsis

Aktivasi SRAA BP & HR >>

Prostate Specific Antigen (PSA)


Adalah salah satu protease dalam semen yang menyebabkan liquefaksi seminal coagulum. Waktu paruhnya adalah 2-3 hari dan terikat dengan 1-chymotrypsin. Ini diperiksa jika curiga adanya karsinoma prostat. Kadar normalnya adalah 0-2,5 pada usia 40-49 tahun, 0-3,5 pada 50-59 tahun, 0-4,5 pada 60-69 tahun, 0-6,5 pada 70-79 tahun. Jika meningkat, berarti ada kemungkinan pasien menderita karsinoma prostat.

Transurethral Ultrasonografi (TRUS)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari nodul pada keganasan prostat, menentukan volume atau besarnya prostat, menentukan jumlah residual urine, mencari kelainan dalam vesika urinaria. Dan dilakuakn jika kadar PSA meningkat, ada hematuria, RPD urolitiasis atau UTI, kadar creainine serum meningkat, dan volume PVR meningkat. Volume prostat normal adalah antara 15-20cc dengan tidak ada area hiper atau hipoechoic.

Uroflowmetri
Adalah pemeriksaan dinamika urin. Volume urin diukur dalam ml/s dan kita menilai lama pancaran, waktu, kecekatan, dsb.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Analisis Kasus SK 1
Intravenous Pyelography (IVP)
Pemeriksaan ini dilakukan jika terjadi hematuria, LUTS dengan gejala iritatif yang lebih menonjol, terdapat urolitiasis, BPH. Jika ditambah kontras, dapat melihat dilatasi ureter, trabekulasi, selulae/divertikuli, dan impresi prostat.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
1. Definisi BPH Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) disebut juga Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. BPH adalah pertumbuhan berlebihan sel-sel prostat yang tidak ganas. BPH kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi jika tumor ini terus berkembang, pada akhirnya akan mendesak uretra yang mengakibatkan rasa tidak nyaman pada penderita. BPH merupakan sejenis keadaan di mana kelenjar prostat membesar dengan cepat. Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination (DRE). BPH prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal, ukuran dan konsistensi prostat perlu diketahui, walaupun ukuran prostat yang ditentukan melalui DRE tidak berhubungan dengan derajat obstruksi. Apabila teraba indurasi atau terdapat bagian yang teraba keras, perlu dipikirkankemungkinan prostat stadium 1 dan 2. 2. Anatomi Prostat Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.5 Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : 1. 2. 3. 4. lobus medius lobus lateralis (2 lobus) lobus anterior lobus posterior

Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.6 Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.7,8 Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers. Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.6 Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari : 1. Kapsul anatomis Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat. 2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler 3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian: 1. Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang menghasilkan bahan baku sekret. 2. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous zone 3. Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut. Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis : 1. kapsul anatomis 2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul 3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat. BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.5,6 Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis. Vaskularisasi Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral darivesico prostatic junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar periurethral. 2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).9 Aliran Limfe Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral.9 Persarafan Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.

3. Fisiologi Prostat Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodiesdan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1

4. Etiologi BPH Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).7 Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1. Teori Hormonal Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen. 2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan) Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factoryaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming growth factor 2, dan epidermal growth factor. 3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati 4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan. 5. Teori Dehidrotestosteron (DHT) Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.5,6,8,10

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
FAKTOR-FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah : 1. Kadar Hormon Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH. Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5-reductase, yang memegang peran penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat. 2. Usia Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor) dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan kemampuan bulibuli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala. Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan dinamakan androgen. Hormon tersebut mencakup testosteron, dihidrotestosteron dan androstenesdion. Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim 5alfa-reduktase menjadi dihidrotestosteron yang lebih aktif secara fisiologis di jaringan sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi. Tugas lain testosteron adalah pemacu libido, pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas. 3. Ras Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi BPH dibanding ras lain. Orang-orang Asia memiliki insidensi BPH paling rendah. 4. Riwayat keluarga Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, semakin besar risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH. Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi 2-5 kali. Dari penelitian terdahulu didapatkan OR sebesar 4,2 (95%, CI 1,7-10,2). 5. Obesitas Obesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual, tipe bentuk tubuh yang mengganggu prostat adalah tipe bentuk tubuh yang membesar di bagian pinggang dengan perut buncit, seperti buah apel. Beban di perut itulah yang menekan otot organ seksual, sehingga lama-lama organ seksual kehilangan kelenturannya, selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja testis. Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas pada laki-laki biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen. Salah satu cara pengukuran untuk memperkirakan lemak tubuh adalah teknik indirek, di antaranya yang banyak dipakai adalah Body Mass Indeks (BMI) dan waist to hip ratio (WHR). BMI diukur dengan cara berat badan
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
(kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). Interpretasinya (WHO) adalah overweight (BMI 25-29,9 kg/m2), obesitas (BMI > 30 kg/m2). Pengukuran BMI mudah dilakukan, murah dan mempunyai akurasi tinggi. WHR diukur dengan cara membandingkan lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Pengukurannya dengan cara penderita dalam posisi terlentang, lingkar pinggang diambil ukuran minimal antara xyphoid dan umbilicus dan lingkar pinggul diambil ukuran maksimal lingkar gluteus - simfisis pubis. Pada laki-laki dinyatakan obesitas jika lingkar pinggang > 102 cm atau WHR > 0,90.19 Pada penelitian terdahulu didapatkan Odds Rasio (OR) pada laki-laki yang kelebihan berat badan (BMI 25-29,9 kg/m2) adalah 1,41 pada lakilaki obesitas (BMI 30-34 kg/m2) adalah 1,27 sedangkan pada laki-laki dengan obesitas parah (BMI >35 kg/m2) adalah 3,52. 6. Pola Diet Kekurangan mineral penting seperti seng, tembaga, selenium berpengaruh pada fungsi reproduksi pria. Yang paling penting adalah seng, karena defisiensi seng berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang selanjutnya berakibat penurunan kadar testosteron.6 Selain itu, makanan tinggi lemak dan rendah serat juga membuat penurunan kadar testosteron. Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,38 (95% CI : 1,20- 4,90). Walaupun kolesterol merupakan bahan dasar untuk sintesis zat pregnolone yang merupakan bahan baku DHEA (dehidroepianandrosteron) yang dapat memproduksi testosteron, tetapi bila berlebihan tentunya akan terjadi penumpukan lemak pada perut yang akan menekan otot-otot seksual dan mengganggu testis, sehingga kelebihan lemak tersebut justru dapat menurunkan kemampuan seksual. Akibat lebih lanjut adalah penurunan produksi testosteron, yang nantinya mengganggu prostat. Suatu studi menemukan adanya hubungan antara penurunan risiko BPH dengan mengkonsumsi buah dan makanan mengandung kedelai yang kaya akan isoflavon. Kedelai sebagai estrogen lemah mampu untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat terhadap estrogen. Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam prostat, dapat menyebabkan BPH. Studi demografik menunjukkan adanya insidensi yang lebih sedikit timbulnya penyakit prostat ini pada laki-laki Jepang atau Asia yang banyak mengkonsumsi makanan dari kedelai. Isoflavon kedelai yaitu genistein dan daidzein, secara langsung mempengaruhi metabolisme testosteron. Risiko lebih besar terjadinya BPH adalah mengkonsumsi margarin dan mentega, yang termasuk makanan yang mengandung lemak jenuh. Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi (terutama lemak hewani), lemak berlebihan dapat merusak keseimbangan hormon yang berujung pada berbagai penyakit. Estrogen, hormon yang jumlahnya lebih besar pada wanita ternyata juga dimiliki oleh pria (dalam jumlah kecil). Namun, hormon ini sangat penting bagi pria, sebab estrogen mengatur libido yang sehat, meningkatkan fungsi otak (terutama ingatan), dan melindungi jantung. Tetapi jika tingkatnya terlalu tinggi, maka tingkat hormone testoteron akan berkurang, dan pria akan mengalami kelelahan, lemas, fungsi seksual yang menurun, dan akan terjadi pembesaran prostat. Masukan makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar sebagian besar aktivitas hormon seksual dalam plasma, tingginya kadar SHBG (sex hormone-binding globulin), rendahnya/bebas dari testosteron.
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Mekanisme pencegahan dengan diet makanan berserat terjadi akibat dari waktu transit makanan yang dicernakan cukup lama di usus besar sehingga akan mencegah proses inisiasi atau mutasi materi genetik di dalam inti sel. Pada sayuran juga didapatkan mekanisme yang multifactor dimana di dalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karoteniod, selenium dan tocopherol. Dengan diet makanan berserat atau karoten diharapkan mengurangi pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal. 7. Aktivitas Seksual Kalenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan hormon lakilaki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan kebersihan. Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron.20 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,40. 8. Kebiasaan merokok Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.6 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,74 (95% CI : 1,43-5,25). 9. Kebiasaan minum-minuman beralkohol Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting untuk kelenjar prostat. Prostat menggunakan zink 10 kali lipat dibandingkan dengan organ yang lain. Zink membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin meningkatkan penukaran hormone testosteron kepada DHT.24,25 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2.56 (95% CI : 1,37-4,75). 10. Olah raga Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih sedikit mengalami gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif olahraga, kadar dihidrotestosteron dapat diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko gangguan prostat. Selain itu, olahraga akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetap stabil. Olahraga yang dianjurkan adalah jenis yang berdampak ringan dan dapat memperkuat otot sekitar pinggul dan organ seksual. Olahraga yang baik apabila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam waktu 30 menit setiap berolahraga, olahraga yang dilakukan kurang dari 3 kali dalam seminggu terdapat sedikit sekali perubahan pada kebugaran fisik tetapi tidak ada tambahan keuntungan yang berarti bila latihan dilakukan lebih dari 5 kali dalam seminggu.1 Olahraga akan mengurangi kadar lemak dalam darah sehingga kadar kolesterol menurun. Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,58. 11. Penyakit Diabetes Mellitus Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai risiko tiga kali terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes Mellitus
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki dengan kondisi normal. Penelitian terdahulu didapatkan Odds Ratio (OR) pada penderita Diabetes Mellitus adalah 2,25 (95%, CI : 1,23-4,11). 5. Patofisiologi BPH Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.7 Hiperplasi prostat Penyempitan lumen uretra posterior Tekanan intravesikal

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Buli-buli Ginjal dan Ureter
o o o o

Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter Trabekulasi - Hidroureter Selula - Hidronefrosis Divertikel buli-buli - Pionefrosis Pilonefritis - Gagal ginjal

Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.6 6. Gambaran Klinis BPH Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah : 1. 2. 3. 4. 5. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy) Pancaran miksi yang lemah (weak stream) Miksi terputus (Intermittency) Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu : 1. Volume kelenjar periuretral 2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat 3. Kekuatan kontraksi otot detrusor7,10,11 Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.8 Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah : 1. 2. 3. 4. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) Nokturia Miksi sulit ditahan (Urgency) Disuria (Nyeri pada waktu miksi)

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <> Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml.8 Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan : skor 0-7 - Sedang : skor 8-19 - Berat : skor 20-35 Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut. Faktor pencetus Kompensasi Dekompensasi (LUTS) Retensi urin Inkontinensia paradoksa International Prostatic Symptom Score Pertanyaan Keluhan terakhir pada Jawaban dan skor bulan Tidak <20% <50% 50% >50% Hampir selalu sekali 1 2 3 4 5

a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong 0 setelah berkemih b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam 0 waktu 2 menit c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti 0 sewaktu berkemih d. Berapa kali anda tidak dapat menahan 0 untuk berkemih
(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
e. Beraapa kali terjadi arus lemah sewaktu 0 memulai kencing f. Berapa keli terjadi bangun tidur anda 0 kesulitan memulai untuk berkemih g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih 0 di malam hari Jumlah nilai : 0 = baik sekali 3 = kurang 1 = baik 4 = buruk 2 = kurang baik 5 = buruk sekali

Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain:
o

o o

Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain: golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.7

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
3. Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.7 7. Diagnosis BPH a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) Adakah asimetris Adakah nodul pada prostate Apakah batas atas dapat diraba Sulcus medianus prostate Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis. c. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. 1. Darah : - Ureum dan Kreatinin

Elektrolit Blood urea nitrogen Prostate Specific Antigen (PSA) Gula darah

2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test


Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik Sedimen

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria. d. Pemeriksaan pencitraan 1. Foto polos abdomen (BNO) BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. 2. Pielografi Intravena (IVP)
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: 1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis 2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat (pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atauhooked fish 3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi vesica urinaria 4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

3. Sistogram retrograd Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi. 4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS) Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesica urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel. 5. Pemeriksaan Sistografi Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra. 6. MRI atau CT jarang dilakukan Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
e. Pemeriksaan Lain 1. Uroflowmetri Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh : - daya kontraksi otot detrusor

tekanan intravesica resistensi uretra Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.

2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur. 3. Pemeriksaan Volume Residu Urin Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.3,6,8,10,11 8. Diagnosis Banding 1. Kelemahan detrusor kandung kemih 1. kelainan medula spinalis 2. neuropatia diabetes mellitus 3. pasca bedah radikal di pelvis
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
4. farmakologik 2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh : 1. 2. 3. 4. 5. kelainan neurologik neuropati perifer diabetes mellitus alkoholisme farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)

3. Obstruksi fungsional : 1. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter 2. ketidakstabilan detrusor 4. Kekakuan leher kandung kemih : Fibrosis 5. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh : 1. 2. 3. 4. 5. hiperplasia prostat jinak atau ganas kelainan yang menyumbatkan uretra uretralitiasis uretritis akut atau kronik striktur uretra

6. Prostatitis akut atau kronis3,11 9. Kriteria Pembesaran Prostat Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah : 1. Rektal grading Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :

derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum


Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1

derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum

2. Berdasarkan jumlah residual urine


derajat 1 : <> derajat 2 : 50-100 ml derajat 3 : >100 ml derajat 4 : retensi urin total

3. Intra vesikal grading


derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi : - derajat 1 : kissing 1 cm

derajat 2 : kissing 2 cm derajat 3 : kissing 3 cm derajat 4 : kissing >3 cm6

10. Komplikasi Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Inkontinensia Paradoks Batu Kandung Kemih Hematuria Sistitis Pielonefritis Retensi Urin Akut Atau Kronik Refluks Vesiko-Ureter Hidroureter Hidronefrosis
Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1
10. Gagal Ginjal11 11. Penatalaksanaan Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu: - Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. - Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. - Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml - Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHOProstate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.3,11 Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan.

Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1

Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.3,11

Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk : 1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat 2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat 3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor 7,11 Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher vesica urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif. Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna7 Observasi Watchfull waiting Medikamentosa Penghambat adrenergik Penghambat reduktase Fitoterapi Hormonal Operasi Invasif Minimal TUMT Prostatektomi terbuka TUBD Endourologi 1. TUR P 2. TUIP 3. TULP (laser) Strent uretra dengan prostacath TUNA

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Terapi Konservatif Non Operatif 1. Observasi (Watchful waiting) Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obatobatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.5 2. Medikamentosa Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk: 1. mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan blocker (penghambat alfa adrenergik) 2. menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT) Obat Penghambat adrenergik Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obatobatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu 1a (tamsulosin), sehingga efek sistemik yang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis alpha 1 adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat. Obat Penghambat Enzim 5 Alpha Reduktase Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia. 3,4,12 Fitoterapi Merupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang digunakan untuk pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin Seeds. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks watchfull waiting strategy. Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal:

frekuensi nokturia berkurang aliran kencing bertambah lancar volume residu di kandung kencing berkurang gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang.

Mekanisme kerja obat diduga kuat:


menghambat aktivitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor androgen bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitas enzim cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase. 4,5

3. Terapi Operatif Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra. 1. Prostatektomi terbuka a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin) Keuntungan :

Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal Mortaliti rate rendah
Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1

Langsung melihat fossa prostat Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dirawat Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesika Kerugian :

Dapat memotong pleksus santorini Mudah berdarah Dapat terjadi osteitis pubis Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika Komplikasi : perdarahan, infeksi, osteitis pubis, trombosis a.2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer) Keuntungan :

Baik untuk kelenjar besar Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit : batu buli, batu ureter distal, divertikel, uretrokel, adanya sistostomi, retropubik sulit karena kelainan os pubis, kerusakan sphingter eksterna minimal. Kerugian : - Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh

Sulit pada orang gemuk Sulit untuk kontrol perdarahan Merusak mukosa kulit Mortality rate 1 -5 % Komplikasi :

Striktura post operasi (uretra anterior 2 5 %, bladder neckstenosis 4%) Inkontinensia (<1%)
Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1

Perdarahan Epididimo orchitis Recurent (10 20%) Carcinoma Ejakulasi retrograde Impotensi Fimosis Deep venous trombosis a.3. Transperineal Keuntungan :

Dapat langssung pada fossa prostat Pembuluh darah tampak lebih jelas Mudah untuk pinggul sempit Langsung biopsi untuk karsinoma Kerugian :

Impotensi Inkontinensia Bisa terkena rektum Perdarahan hebat Merusak diagframa urogenital 3,6,7,8,1011

b. Prostatektomi Endourologi b.1.Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP) Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O steril (aquades). Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin, membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat. Keuntungan :

Luka incisi tidak ada Lama perawatan lebih pendek Morbiditas dan mortalitas rendah Prostat fibrous mudah diangkat Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol Kerugian :

Teknik sulit Resiko merusak uretra Intoksikasi cairan Trauma sphingter eksterna dan trigonum Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar Alat mahal
Blok Sistem Urinary

(Pendidikan Dokter 12)

Materi LO Skenario 1

Ketrampilan khusus Komplikasi: - Selama operasi: perdarahan, sindrom TURP, dan perforasi - Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi lokal atau sistemik - Pasca bedah lanjut: inkontinensia, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura uretra. b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP) Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran prostatnya mendekati normal.Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR. b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy) Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TUR P) untuk mengangkat prostat yang membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan TUMT dan TURF belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba cara operasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan. Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ablasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang akan menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR.

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
Keuntungan bedah laser ialah : 1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi 2. Teknik lebih sederhana 3. Waktu operasi lebih cepat 4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat 5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan 6. Resiko impotensi tidak ada 7. Resiko ejakulasi retrograd minimal Kerugian : Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional).6,8,11

3. Invasif Minimal 1. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT) Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. lanjut mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin timbul. Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwave kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkurang. Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang radio frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat juga arah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode
(Pendidikan Dokter 12) Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat pemanasnya mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar. 2. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD) Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka (transvesikal). Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar. Mekanismenya : 1. Kapsul prostat diregangkan 2. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut 3. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak 3. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA) Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan. 4. Stent Urethra Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath). Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya, panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. 2,7,8,11

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Materi LO Skenario 1
DAFTAR PUSTAKA 1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC, 1994. 2. Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek Efek Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 2002. 3. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997. 4. Majalah Illmu Bedah Indonesia: ROPANASURI Vol XXV, No. 1, Januari-Maret 1997; 37 5. Anonim. Kumpilan Kuliah Ilmu Bedah Khusus, Jakarta : Aksara Medisina, 1997. 6. Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP. 7. Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2000. 8. Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak; Beberapa Perkembangan Cara Pengobatan, Jakarta : Kuliah Staf Subbagian Urologi Bagian Bedah FK UI R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo, 1993. 9. Cockett A.T.K, Koshiba K : Manual of Urologic Surgery, New York, Springer Verlag, 5, 1979, 125-4 10. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, Jakarta : Binarupa Aksara, 1995. 11. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi Prostat, Majalah Kedokteran Indonesia volume: 48, Jakarta : IDI, 1998. 12. Mansjoer, A., dkk, Kapita Selekta Indonesia, Penerbit Media Asculapius, FK UI 2000; 320-3

(Pendidikan Dokter 12)

Blok Sistem Urinary

Das könnte Ihnen auch gefallen