Sie sind auf Seite 1von 12

Terdapat sebahagian daripada kisah-kisah Israiliyyat yang boleh menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam.

Antara kisah-kisah tersebut ialah yang berbentuk dongeng dan khurafat, yang bersalahan dengan akal dan syarak. Kisah-kisah ini boleh mengakibatkan kesan berikut;

1. Dalam Israiliyyat terdapat unsur penafian terhadap sifat maksum para anbiya dan mursalin dan menggambarkan mereka menolak kelazatan dan kenikmatan pemberian Tuhan kepada kekejian dan keaiban yang tidak layak bagi manusia biasa, sebagai anugerah Tuhan kerana dilantik menjadi nabi. Sebagai contoh apa yang digambarkan oleh kisah Israiliyyat tersebut terhadap apa yang menimpa Nabi Allah Ayub a.s.

2. Israiliyyat hampir-hampir menghilangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebahagian ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabiin. Bukan sedikit dongeng Israiliyyat yang disandarkan riwayatnya kepada segolongan daripada salafus salih yang terkenal dengan kepercayaan orang dan keadilannya. Mereka juga terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadith. Antara yang ditohmah ialah Abu Hurairah, Abdullah bin Salam, Kaab al-Ahbar dan Wahab bin Munabih.

3. Israiliyyat juga hampir-hampir memalingkan manusia dari tujuan asal penurunan al-Quran dan melalaikan mereka daripada meneliti dan memahami maksud ayat-ayat al-Quran, lalai daripada mengambil manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau membahaskan tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Memalingkan mereka kepada perkara sia-sia yang tiada kebaikan padanya. Contohnya membahaskan warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, tentang tongkat Nabi Musa a.s., daripada pokok apakah ianya dibuat, tentang nama budak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.

Inilah antara kesan terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam hasil daripada riwayat Israiliyyat. Kaum Yahudi berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk merosakkan aqidah umat Islam dan melemahkan kepercayaan mereka terhadap pegangan suci mereka terhadap al-Quran dan al- Sunnah. Mereka juga berusaha untuk menggoncang kepercayaan umat Islam terhadap Salafussoleh yang telah berperanan untuk memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke setiap penjuru Timur dan Barat. Oleh itu, umat Islam seharusnya memberi perhatian dan mengambil berat terhadap penyerapan Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menghapuskannya. |al-Dhahabi 1990: 29-34|

2.

Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya merangkumi segala aspek kehidupan manusia. Al Quran diturunkan sebagai kitabullah yang berisi aneka panduan dan hidayah bagi seluruh umat manusia isinya lengkap dengan segala kandungan dari segi aqidah, ibadah, perundang-undangan, akhlak, sejarah dan sebagainya. Al Quran disampaikan secara mutawatir dan merupakan kitab yang sentiasa dipelihara isi kandungannya oleh Allah dari penyelewengan oleh tangan manusia-manusia yang tak bertanggung jawab. Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah saw. yang sentiasa selaras dalam setiap zaman, tempat, dan keadaan. Untuk fungsi tersebut, Al-Quran dilengkapi dengan penafsiran bagi memudahkan dalam kalangan awam memahami kandungan ayat Al-Quran. Penafsiran yang dilakukan tanpa berhati-hati memungkinkan masuknya unsur-unsur Israiliyyat dan khurafat ke dalam tafsir. Unsur-unsur Israiliyyat ini mudah terserap ke dalam kitab tafsir akibat sikap penafsir yang cenderung menganggap enteng bahan tafsir yang mereka pakai. Mereka menukilkan kisah ke dalam tafsir mereka tanpa menganalisa kesahihan cerita. Ada banyak kalangan ahli tafsir zaman dahulu dan sekarang yang memasukkan unsur-unsur Israiliyyat dalam penafsiran mereka. Unsur-unsur tersebut biasanya banyak terserak dalam menggambarkan kisah atau cerita para nabi dan rasul. Faktor ini tak pelak lagi menjadi penyebab kelemahan dalam tafsir matsur. Kata Israiliyyat adalah kata jamak. Mufradnya berasal dari kata Israiliyyah, yang dinisbatkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Sementara, Israil adalah gelar bagi Nabi Yakub as. yang bererti Abdullah atau hamba Allah. Jadi, Bani Israil atau keturunan Israil berarti keturunan Nabi Yakub as. Keturunan Nabi Yakub as. atau Bani Israil dikenal pula dengan sebutan Yahudi. Yahudi berasal dari kataYahuda, salah satu suku dalam Bani Israil yang jumlah anggotanya paling banyak. Karena hal itu, Bani Israel identik dengan kata Yahudi, walau tidak semua orang Bani Israel termasuk dalam suku Yahuda. Suku Yahuda sendiri merupakan keturunan dari Yahuda bin Yakub, salah satu dari duabelas putera Nabi Yakub as. Definisi Israiliyyat, menurut sebahagian besar ahli tafsir, ialah kisah-kisah Yahudi yang terserap masuk ke dalam tradisi Islam melalui tafsir Al Quran yang banyak terjadinya pada zaman tabiin. Bahkan sebahagian ulama tafsir dan hadis mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah-kisah yang sengaja diciptakan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir Al Quran dengan tujuan untuk merusak kesucian Islam dan Al Quran (Al Zahabi 1990: 13). Secara umum, riwayat Israiliyyat dapat digolongkan menjadi tiga jenis riwayat: 1. Riwayat Israiliyyat yang sahih dan bertepatan dengan nash-nash Al Quran dan Sunnah. Riwayat Israiliyyat jenis ini didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Tak ada keraguan dalam riwayat Israiliyyat jenis ini, sudah pasti benar dan dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini wajib diriwayatkan dan diyakini kebenarannya. 2. Israiliyyat yang bertentangan dengan nash Al Quran dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal sehat.

Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Riwayat Israiliyyat jenis ini sangat diragukan kebenarannya dan tidak dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini haram diriwayatkan dan wajib ditolak diyakini kebenarannya. 3. Riwayat Israiliyyat yang tidak didukung nash-nash Al Quran dan Sunnah, namun tidakbertentangan dengan akal sehat dan logika Islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw, namun ada kemungkinan bahwa riwayat Israiliyyat jenis ini mengandung kebenaran dan dapat diterima oleh akal sehat dan logika islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak haram dan tidak pula wajib untuk diriwayatkan dan juga tidak haram juga tidak wajib diyakini kebenarannya. Masuknya Riwayat Israiliyyat ke dalam tafsir Quran merupakan perkara yang sulit supaya dihindari sejak zaman dahulu. Ini berkait langsung dengan asimilasi Bani Israel yang bermigrasi ke semenanjung Arab ke dalam bangsa Arab di masa pra-Islam.bersama hijrahnya Bani Israel ke semenanjung arab, mereka membawa pula tafsir dan landasan agama mereka yang kemudian mereka wariskan dari generasi ke generasi dalam kalangan mereka. Tafsir dan landasan agama Yahudi memiliki posisi yang kuat dalam tradisi bangsa Israel di manapun mereka berada kerana mereka memiliki sebuah sistem pendidikan agama terpadu yang mereka ajarkan dalam sekolah-sekolah agama yang mereka namakan El-Midras. Tempat pendidikan itu terintegrasi pula dengan rumah ibadat mereka, Sinagog. Ketika ajaran Islam dan kitabullah lahir dan tersebar di kalangan penduduk Semenanjung Arab, Rasulullah saw. membangun pusat negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Guna mendidik para sahabat, Rasulullah saw. menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Madinah. Di kota Madinah terletak permukiman beberapa golongan Yahudi seperti Bani Qainuqa, Bani Quraidzah, dan Bani Nadir. Sementara di sekitar Madinah, ada banyak umat Yahudi yang bermukim di Khaibar, Taima dan Fadak. Ketika itu, ada beberapa kalangan ulama ahli Kitab di Madinah yang ikut memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam ra. Beliau dan orang semacamnya menjadi sumber rujukan bagi para sahabat untuk menanyakan secara rinci beberapa kisah yang ada dalam kitab Al Quran dan kebetulan juga ada didalam Taurat. Walau begitu, para sahabat tidak mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan kepada mereka. Malah mereka sering menyangkal kisah-kisah yang tak masuk akal dengan dalil akal dan juga syara. Mereka hanya menerima apa yang bisa diterima oleh akal sehat dan syara dan menolak halhal yang tidak sesuai dengan keduanya. Selainitu, para sahabat membiarkan beberapa perkara yang tidak jelas tentang benar atau salahnya. Ada beberapa kisah Israiliyyat yang kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan dengan akal sehat dan Syara. Implikasi dari kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya: 1. Dalam Riwayat Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafian terhadap sifat maksum para Nabi dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan gambaran kekejian dan aib yang tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh misalnya kisah Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang, kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang puteri kandungnya, kisah bahwa Nabi Daud as. menzinahi isteri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi

Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk menyenangkan isteri-isterinya, 2. Riwayat Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian ulama salaf daripada dalam kalangan sahabat dan Tabiin. Ada banyak dongeng Israiliyyat yang riwayatnya dinisbahkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebahagian dari mereka bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang diriwayatkannya. Antara lain Abu Hurairah ra., Abdullah bin Salam ra., Kaab Al Ahbar, dan Wahab bin Munabih. 3. Riwayat Israiliyyat juga memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al Quran yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman maksud ayat-ayat AlQuran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as., membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya. Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu, umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya (Al-Zahabi 1990: 29-34). Sumber: Muhammad Hussin Al-Zahabi. 1990. al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadith. Qaherah:Maktabah Wahbah. Muhammad Hussin Al-Zahabi. t.th. al-Tafsir wa al-mufassirun. Qaherah: Maktabah Wahbah. Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad. 2004. Israiliyyat dalam Kitab Tafsir Anwar Baidhawi.Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi. 1968. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Maktabah al-Hayat.

Pengenalan :

Pengenalan Israiliyyat sebagaimana yang dinyatakan oleh Doktor Muhammad Husin az-Zahabi rahimahullah: lafaz Israiliyyaat- pada zahir adalah lafaz yang jama, lafaz mufradnya Israiliyyat. Ia adalah kisah atau peristiwa yang dinukilkan dari sumber Israiliyyi dinisbahkan kepada Israiliyyat iaitu Nabi Yaqub bin Ishak bin Ibrahim. Kepadanyalah dinisbahkan bangsa Yahudi, lalu dikatakan Bani Israil (Az-zahabi , Doktor Muhammad Husin, al-Israiliyyaat dalam Tafsir dan Hadis, muka surat 19)

Menurut Doktor Zahabi ulamak tafsir dan hadis telah memperluaskan pengertian Israiliyyat daripada hanya berkisar tentang cerita yang bersumberkan Yahudi kepada apa jua yang dianggap tidak berasas samada ia berbentuk dongeng dahulu kala ( sebahagian ulamak melabelkannya ) yang boleh jadi asalnya adalah dari sumber Yahudi atau Nasrani atau sumber-sumber lain (Ibid., muka surat 1920). Oleh kerana kebanyakan cerita yang diterima bersumberkan sumber Yahudi, maka lafaz Israiliyyat lebih sesuai digunakan.

Pengenalan atau definisi Israiliyyat yang dikemukakan oleh Doktor Zahabi amat penting kerana beliau dikira tokoh utama yang membincangkan persoalan berkaitan Israiliyyaat. Sehigga hari ini, saya tidak mendapati seseorang pun yang menulis atau membahaskan isu Israiliyyat melainkan ia terpaksa merujuk kepada tulisan dan pandangan Doktor Zahabi ( lihat: Doktor Ahmad Najib bin Abdullah. Tesis Ph.D muka surat 16-18.Universiti Islam Madinah)

Perkembangan ringkas Israiliyyat : (lihat, al-Israiliyyaat dalam Tafsir dan Hadis, muka surat 22-38)

Menurut sejarah, orang-orang Yahudi telah pun menetap bersama dengan orang-orang Arab sejak zaman sebelum Islam. Mereka memiliki ilmu pengetahuan yang diambil dari ajaran Kitab Taurat dan buku-buku ugama mereka yang lain. Orang-orang Arab sering kali bertanya orang-orang Yahudi tentang perkara-perkara yang berhubung sejarah lama berkenaan tokoh, peristiwa dan cerita tertentu.

Sebahagian sahabat nabi seperti Abu Hurairah dan Abu Abbas r.a ada bertanya ahli kitab Yahudi yang memeluk Islam tentang beberapa perincian cerita terdahulu (Ibid, muka surat 66. 07/1. Ibnu kasir, 10/1, ...) tetapi pertanyaan mereka adalah terhad kepada aspek-aspek tertentu, tidak termasuk persoalan akidah. Mereka melakukan demikian kerana mereka faham keharusan yang diberikan nabi SAW dalam meriwayatkan cerita Israiliyyat.

Di zaman tabiin, proses periwayatan Israiliyyat menjadi lebih aktif disebabkan kecenderungan masyarakat mendengar cerita-cerita yang agak luar biasa.

Apabila datangnya tabi tabiiin periwayatan menjadi lebih serius dengan munculnya golongan (al-Qassas) iaitu penyampai cerita yang tidak bertanggungjawab.

Era pembukuan karya Islam kemudiannya menyaksikan bagaimana tafsir al-Quran termuat dicelahcelah tajuk kitab-kitab hadis sebelum ia terpisah dan dapat menentukan kedudukannya sendiri.

Pada peringkat awalnya, tafsir al-Quran dipersembahkan dengan lengkap bersanad kemudiannya sanad-sanad yang menghiasi matan-matan riwayat dibuang dengan tujuan untuk meringkaskan dan meringankan saiz kitab-kitab tafsir yang penuh sarat dengan muatan rangkaian perawi itu.

Justeru terbuangnya sanad, maka riwayat-riwayat tafsir mula menempuh keadaan yang amat sukar dan bermasaalah di mana tidak dapat dipastikan lagi riwayat yang boleh diterima dan riwayat yang tidak boleh diterima. Dari timbunan riwayat inilah terdapat Israiliyyaat yang akhirnya melengkapi sebahagian besar tafsiran ayat-ayat al-Quran. Ini berlaku bukan sahaja kepada kitab-kitab Tafsir Bil Matsur bahkan menular kepada kitab-kitab Tafsir Birrayi dengan kadar yang berbeza.

Pembahagian Israiliyyat :

Apabila disebut Israiliyyat pada kebiasaanya ia merujuk kepada riwayat-riwayat Israiliyyat yang bersifat negatif atau yang sukar diterima isinya.

Merujuk kepada pembahagian ulamak antaranya Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ( Ibnu Taimiyyah,Muqaddimah dalam Usul Tafsir, muka surat 100) Israiliyyat dapat dibahagikan kepada tiga bahagian:

Pertama: Israiliyyat yang selari dengan apa yang ada di dalam sumber Islam, al-Quran dan as-Sunnah as-Sohihah. Contohnya: riwayat yang menyebut rakan seperjalanan Nabi Musa a.s ialah Khidir.

Kedua: Israiliyyat yang bercanggah dengan al-Quran dan as-Sunnah as-Sohihah. Contohnya: cerita malaikat Harut dan Marut yang terlibat dengan dosa besar. Minum arak, berzina dan membunuh

Ketiga: Israiliyyat yang tidak dapat dipastikan statusnya (maskut anhu). Contohnya, riwayat-riwayat yang menyebut bahagian anggota lembu yang diambil untuk memukul si mati dalam kisah bani Israil.

Hukum meriwayatkan Israiliyyat :

Terdapat dua pandangan ulamak dalam masalah ini.

Pandangan pertama: Tidak harus meriwayatkan Israiliyyat. Antara dalil mereka, hadis nabi S.A.W:

Maksudnya: Janganlah kamu mempercayai Ahli Kitab dan janganlah pula mendustai mereka, katakanlah kami beriman kepada Allah dan kepada kitab yang diturunkan kepada kami... (AlBukhari, Sohih Bukhari, hadis nombar 4485)

Hadis ini melarang orang orang Islam menaruh kepercayaan kepada cerita-cerita Ahli Kitab berkenaan Kitab Taurat dan sebagainya (Az-Zahbi, al-Israiliyyat dalam Tafsir dan hadis, muka surat 55-56).

Pandangan kedua: Harus meriwayatkan Israiliyyat. Antara dalil mereka, hadis nabi S.A.W:

, , .

Maksudnya; Sampaikanlah daripadaku sekalipun satu ayat, riwayatkanlah daripada Bani Israil, tiada salahnya. Sesiapa melakukan pendustaan terhadapku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya dalam neraka (Bukhari, Sohih al-Bukhari, Hadis Nombar 3461)

Kedua-dua pandangan ini mempunyai dalil dan hajat masing-masing tetapi setelah dibuat penelitian, kedua-dua pandangan tersebut dapat disesuaikan mengikut pertimbangan berikut:

1. Al-Quran sendiri banyak menceritakan cerita-cerita Bani Israil dan cerita-cerita tentang umat terdahulu. Ia juga mengisyaratkan keharusan merujuk kepada Ahli Kitab.

2. Nabi S.A.W pula ada menceritakan tentang cerita Bani Israil seperti A-Abros, Al-Ama, AlAkro dan cerita A-Ghor.

3. Hadis Nabi S.A.W yang mengharuskan periwayatan Israiliyyaat tidak bermaksud bahawa keharusan itu adalah mutlak. Ia terikat kepada apa yang baik atau sesuatu cerita atau perkara yang

tidak dipastikan statusnya yang mana ia boleh dianggap benar atau dusta, tetapi tiada petunjuk yang memperlihatkan dusta atau batilnya.

4. Riwayat-riwayat Israiliyyat yang jelas dustanya atau yang tidak boleh diterima akal yang waras, maka tidak harus disebarkan melainkan dengan disebut kebatilannya. Kaedah mengecam Israiliyyaat :

Bukanlah sesuatu perkara yang mudah untuk mengatakan sesebuah riwayat itu Israiliyyaat atau tidak. Ilmu yang amat mustahak yang tidak dapat tidak mesti dimiliki oleh mereka yang ingin menguasai bidang ini ialah Ilmu Tafsir al-Quran, khususnya yang melibatkan kisah-kisah al-Quran, Ilmu Mustholah Hadis, Ilmu Rijaal Hadis, di samping pengetahuan mendalam tentang hadis-hadis yang sohih dan tidak sohih berkenaan kisah para Nabi dan kisah-kisah lampau.

Di sini saya cuba menyenaraikan beberapa kaedah atau cara yang boleh membantu bagi mengenal atau mengecam Israiliyyaat. Kaedah ini diperolehi setelah penulis membuat kajian terperinci terhadap ciri-ciri Israiliyyaat yang terdapat di dalam Tafsir At-tobari dengan mengambil kira pandangan ulamak mutabar dalam membuat kritikan dalam riwayat-riwayat Israiliyyaat (lihat, Doktor Ahmad Najib Bin Abdullah. Tesis Ph.D, muka surat 40-66.Universiti Islam Madinah)

Supaya lebih teratur, saya bahagikan cara ini kepada empat sudut , pertama, pengamatan kepada sanad riwayat Israiliyyaat, kedua, pengamatan kepada matannya, ketiga, merujuk kepada pandangan ulamak yang mutabar dalam bidang Israiliyyaat dan keempat, merujuk kepada sumbersumber Yahudi sendiri.

Pertama: Pengamatan sanad

1. Rijaal / perawi terkenal dengan meriwayatkan Israiliyyat seperti Abdullah Bin Amar Bin al-Ash, Abu Hurairah dan Abdullah Bin Salam dari kalangan sahabat. Dari kalangan tabiin pula seperti Kaab Bin al-Ahbar, Wahab Bin Munabbbih, as-Saiyyidul al-Kabir, Qatadah, al-Hasan al-Basri dan Mujahid manakala dari kalangan golongan tabi tabiin pula seperti Ibnu Ishaq, Ibnu Zaid dan Ibnu Juraih.

2. Terdapat kenyataan jelas dari perawi menyebut bahawa riwayat yang disampaikan adalah bersumberkan sumber Israiliyyaat.

3. Sanad riwayat Israiliyyaat kebiasaannya bersifat terhenti mauquf kepada sahabat, bukan marfu kepada Nabi S.A.W.

Kedua: Pengamatan matan

1. Persoalan yang disentuh Israiliyyaat biasanya mengenai asal usul kejadian alam serta rahsianya seperti asal usul kejadian langit dan bumi serta cerita

2.

Matan mengandungi kisah para Nabi dan kisah-kisah lampau.

3. Perincian kepada kesamaran (mubhamat) iaitu perkara yang tidak dijelaskan al-Quran seperti menentukan jenis pokok larangan dalam syurga yang dilarang Allah kepada Nabi Adam dan isterinya Hawa dan menentukan bahagian anggota lembu yang digunakan untuk memukul si mati dalam kisah bani Israiliyyaaat.

4. Matan memperlihatkan keterlampauan ketara seperti cerita salah seorang anak Nabi Adam a.s yang memikul saudaranya yang dibunuh selama seratus tahun, dibawanya ke sana ke mari sehingga Allah menghantar burung gagak untuk mengajarnya cara menyimpan jenazah saudaranya itu.

5. Matan mengandungi perkara-perkara yang bercanggah dengan al-Quran dan as-Sunnah as-Sohihah seperti matan yang menyebut bahawa isteri Nabi Nuh a.s adalah daripada mereka yang selamat dari azab banjir besar.

6. Matan mengandungi perkara-perkara yang menyalahi kesucian `ashamah para Nabi dan malaikat seperti dalam cerita keinginan nabi Yusuf terhadap isteri pembesar Mesir yang sampai keperingkat paling kritikal iaitu menangggalkan seluar serta kisah tentang malaikat Harut dan Marut.

7. Matan menyebut cerita-cerita khurafat dan karut seperti cerita gergasi Aaj bin Unuq dan puak jabbaarin.

8. Matan menceritakan sesuatu yang pelik gharib seperti yang menyebut bahawa bilangan alam sebanyak lapan belas ribu atau empat belas ribu.

9. Adanya percanggahan fakta pada matan seperti penentuan anggota lembu bani Israil di mana ada yang mengatakan paha, lidah, ekor dan sebagainya.

10. Terdapat kenyataan di dalam matan menyebut bahawa ia diambil dari sumber Israiliyyaat samada dari Ahli Kitab atau kitab Bani Israil.

11. Disebut pada matan lafaz-lafaz tadhif atau tamridh yang menjelaskan bahawa ia dianggap lemah.

Ketiga: Merujuk kepada ulamak

Ulamak yang banyak membicarakan isu Israiliyyaat seperti:

1.

Ibnu Hazam dalam kitab al-Faslu Fil Milaali Wal Ahwai Wan Nihal.

2.

At-Thobari dalam kitab Jamiul Bayan Fi Tawili Aayil Quran dan Tarikhul Umami Wal Muluk.

3.

Al-Qodhi Iadh dalam Kitabus Syifaa Bitarifi Huquqil Mustafa.

4. Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab An-Nubuwwah dan Al-Jawabus Sahihu Li Man Baddala Diinul Masih.

5.

Ibnul Qayyim dalam kitab Hidayatul Hiyari Fi Ajwibatil Yahudi Wan Nashora.

6.

Al-Hafiz Ibnu Katsir dalan kitab tafsirnya dan juga Al-Bidayatu Wan Nihayah.

7.

Rahimahullah Al-Hindi dalam Izharul Haq.

8.

Jamaluddin al-Qosimi dalam Mahasinut Tawil.

9. Doktor Muhammad Husin az-Zahabi dalam Al-Israiliyyaat Fit Tafsir Wal Hadits dan Kitabut Tafsir Wal Mufassirun.

10.

Al-Allamah Abu Syahbah dalam Al-Israiliyyaat Wal Maudhuat Fi Kutubit. Tafsir.

11.

Syeikh Abdul Wahab an-Najjar dalam Qishoshul Anbiya.

Keempat: Merujuk sumber-sumber Yahudi

Tujuan merujuk kepada sumber-sumber Yahudi tidak bermaksud kita mengiyakan atau membenarkan apa yang termaktub dalam kitab-kitab mereka tetapi sekadar untuk melakukan perbandingan dengan kitab-kitab warisannya ulamak mutabar kita dalam soal-soal yang berkaitan dengan Israiliyyaat. Sekiranya ia disebut dalam sumber-sumber berkenaan maka ia meyakinkan kita bahawa ia memang satu riwayat Israiliyyaat.

Sumber-sumber Yahudi seperti berikut :

1.

Kitab Taurat.

2.

Talmud.

3.

Kitab-kitab Yahudi yang lain.

Selain daripada sumber Yahudi terdapat juga sumber Nasrani yang termuat dalam Kitab Injil tetapi Israiliyyaat di dalam sumber Nasrani amat sedikit berbanding sumber Yahudi sendiri.

Penutup :

Israiliyyaat merupakan cerita-cerita berkaitan rapat dengan warisan Yahudi. Ia tersebar melalui berbagai peringkat dan suasana sehingga mampu bertapak di dalam karya warisan Islam, tafsir dan hadis.

Kehadirannya perlu ditangani dengan sebaik mungkin melalui pengkelasan yang wajar berdasarkan pembahagian ulamak terhadap Israiliyyaat.

Tiada jalan pilihan bagi kita melainkan kita menolak segala rupa bentuk Israiliyyaat yang menyalahi pegangan kita sebagai orang Islam dan boleh menjahanamkan aqidah kita terhadap Allah, malaikatnya serta para Rasulnya.

Israiliyyaat yang statusnya tidak jelas maskut anhu hendaklah diriwayati dengan bijak walaupun ia harus diriwayatkan namun kita diingatkan untuk tidak memberi perhatian kepada perkara yang tidak

memberi faedah, tidak mendekatkan diri kita memahami dan menghayati al-Quran, sebaliknya ia hanya menghabiskan masa sahaja.

Pengamatan pelbagai dimensi penting bagi mengenal pasti riwayat Israiliyyaat. Penganalisis Israiliyyaat perlu mempunyai daya kritik yang tinggi serta sifat berani demi memperjuangkan kebenaran.

Das könnte Ihnen auch gefallen