Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2011
Modul 1
HASIL PENGAMATAN
a. Pengaruh Pelarut Campur (Cosolvent) Terhadap Kelarutan suatu Zat Tabel 1. Komposisi Pelarut Campur Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilen glikol (% v/v)
30 30 30 30
10 17,5 20 15
10 2,5 0 5
Tabel 2. Volume NaOH Setelah Titrasi Asam Basa No 1. 2. 3. 4. Volume NaOH 48,4 ml 28,3 ml 26,5 ml 45 ml Konsentrasi Asam Salisilat Terlarut 9,68 5,66 5,3 9 10-2 M 10-2 M 10-2 M 10-2 M
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University1 dari 4
2011
b. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat. Penambahan Campuran Surfaktan 0 ml 1.5 ml 10 ml 20 ml Konsentrasi Asam salisilat 1.72 10-2 1.64 10-2 2.1 10-2 2.5 10-2 Konsentrasi Tween 0 0.6 4 8 8.6 8.2 10.5 12.5 NaOH 0,1 N
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University2 dari 4
2011
c. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat pH 5 6 7 8 NaOH 1 N 27,9 6,3 4 3,9 Konsentrasi kadar Asam salisilat yang terlarut 1,116 0,252 0,16 0,156
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University3 dari 4
2011
Modul 1
HASIL PENGAMATAN
Y-Values
63 Konstanta dielektrik 62 61 60 59 58 57 56 55 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 Kelarutan asam salisilat 0.077 0.071 0.082 Y-Values 0.064
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University4 dari 4
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
2011
0,8
10,8
0,0216
4,0
8,2
0,0164
10,0
9,1
0,0182
Y-Values
12 10 Konsentrasi surfaktan 8 6 4 2 0 0 0.005 0.01 0.015 Kelarutan asam salisilat 0.0172, 0.02 0.0216 0.025 Y-Values 0.0164 0.0182
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University5 dari 4
2011
pH 6 7 8
Y-Values
8 7 6 pH larutan 5 4 3 2 1 0 0 0.2 0.4 Konsentrasi zat 0.6 0.8 0.16 Y-Values 0.192 0.608
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University6 dari 4
2011
Modul 1
HASIL PENGAMATAN
Pelarut Campur dan Perbandingannya (% x V) 50 ml pelarut campur = 60% air, 0% alkohol, 40% propilen glikol 50 ml pelarut campur = 60% air, 5% alkohol, 35% propilen glikol 50 ml pelarut campur = 60% air, 10% alkohol, 30% propilen glikol 50 ml pelarut campur = 60% air, 15% alkohol, 20% propilen glikol
NaOH 0,1 N
68
40 ml
0,078 N
66,5
45,5 ml
0,089 N
65
49 ml
0,096 N
61
68 ml
0,13 N
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University7 dari 4
2011
Konsentrasi Tween Jumlah Tween 80 (dalam mg) 6 10 2 0,2 15 25 5 0,5 12,4 11 16 10,4 NaOH 0,1 N Kadar Asam Salisilat yang Tercampur 0,025 N 0,022 N 0,032 N 0,0208 N
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University8 dari 4
2011
10
15
C. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat pH 4 5 6 7 NaOH 0,1 N 250 221 67 38,7 Konsentrasi kadar Asam Salisilat yang Terlarut 0,98 N 0,86 N 0,26 N 0,15 N
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 2 y = -0,309x + 2,262 2 R = 0,9103 4 pH 6 8 Y -V alues L inear (Y V alues )
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University9 dari 4
2011
KESIMPULAN
a. PENGARUH PENAMBAHAN COSOLVENT TERHADAP KELARUTAN. Pengamatan pada kelompok 1 menunjukan bahwa berdasarkan data kurva yaitu menunjukan antara asam salisilat dengan konstanta dielektrik pelarut campur seharusnya terus meningkat, namun saat percobaan kelarutan semakin terus menurun. Hal ini mungkin terjadi dengan adanya factor yang mempengaruhi, salah satunya saat kurang pengocokan, dengan pengocokan yang kurang maka akan mengakibatkan adanya zat terlarut yang kurang terdistribusi dalam pelarutnya. Namun secara keseluruhan, percobaan telah memperlihatkan adanya hubungan antara kelarutan suatu zat dengan konstanta dielektrik pelarut campur. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin KD pelarut mendekati KD zat terlarut, maka zat terlarut akan memiliki kelarutan yang optimum pada pelarut tersebut. Dengan mengetahui KD zat terlarut, maka dapat membuat variasi pelarut campur dengan perbandingan tertentu sehingga menghasilkan KD campuran yang sesuai dengan KD zat terlarut. Pengamatan pada kelompok 4 menunjukan bahwa Dari grafik terlihat bahwa semakin rendah konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan, semakin besar konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Hal ini disebabkan karena asam salisilat sukar larut dalam air, namun mudah larut dalam etanol. Sehingga, semakin banyak jumlah etanol dalam pelarut campur, semakin besar konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Konstanta dielektrik etanol memiliki nilai yang rendah sehingga semakin besar jumlah etanol dalam pelarut campur, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campuran. Oleh sebab itu, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campur, semakin besar kelarutan asam salisilat. Pengamatan pada kelompok 6 menunjukan bahwa Dari grafik berdasarkan litelatur pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan, dapat diketahui bahwa semakin banyak alkohol yang terkandung dalam pelarut campur tersebut maka kelarutan asam salisilatnya semakin tinggi.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University10 dari 4
2011
Pengamatan pada kelompok 1menunjukan bahwa Dari data pengamatan didapatkan suatu kurva yang naik dengan tajam kemudian setelah KMK menjadi menurun. Hal ini terjadi karena seharusnya percobaan kelarutan ini tidak hanya dilakukan sekali, tetapi dilakukan berkali-kali untuk menghasilkan data yang akurat. Secara keseluruhan, kurva antara konsentrasi surfaktan dan kelarutan asam salisilat telah menunjukan adanya titik dimana saat titik tersebut terjadi KMK, dan setelah melewati KMK, surfaktan akan melarutkan suatu zat dengan konsentrasi yang cenderung tetap atau konstan. Pengamatan pada kelompok 4 menunjukan bahwa Dari grafik terlihat bahwa kadar asam salisilat naik turun pada tiap konsentrasi surfaktan. Hal ini terjadi mungkin terdapat kesalahan saat pentitrasian asam salisilat. Sedangkan menurut literatur bahwa semakin tinggi konsentrasi surfaktan maka semakin besar pula kadar asam salisilat yang terdapat dalam larutan tersebut begitu pula sebaliknya semakin kecil konsentrasi maka akan semakin kecil pula kadar asam salisilat yang terkandung dalam larutan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pelarut dan penambahan surfaktan sangat berpengaruh terhadap kelarutan suatu zat. Pengamatan pada kelompol 6 menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang dimasukan ke dalam larutan asam salisilat, semakin besar juga volume NaOH pada saat dilakukan titrasi asam basa. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan, maka semakin tinggi juga kelarutan dari asam salisilat. Berdasarkan grafik, konsentrasi asam salisilat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi surfaktan. Grafik setelah naik akan memperlihatkan garis lurus yang berarti konsentrasinya menjadi konstan. c. PENGARUH PH TERHADAP KELARUTAN Pengamatan pada kelompok 1 menunjukan bahwa Ph 4 garam tidak terbentuk banyak karena pH tidak optimum asam salisilat itu pada pH basa atau netral agar bisa terbentuk garam sehingga dapat larut dalam air saat pengocokan. begitu juga pada pH 5 dan 6. dan pada pH 7 asam salisilat larut karena pada pH netral, dan menurut literatur asam salisilat dan sebagai larutan penitrasinya adalah laritan NaOH 0,1 N. Kelarutan di sini sangat dipengaruhi oleh pH. Kelarutan asam-asam lemah akan meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena terbentuk garam yang mudah larut antara asam salisilat dengan NaOH. sedangkan kelarutan basa- basa lemah akan bertambah dengan menurunya pH larutan.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University11 dari 4
2011
Pengamatan pada kelompok 4 menunjukan bahwa Dari grafik terlihat bahwa kadar asam salisilat pada pH 6 lebih tinggi dibandingkan pada pH 7 dan 8. pH 6 merupakan asam lemah, menurut teori kelarutan asam-asam lemah akan meningkat dengan meningkatnya pH larutan, karena bila asam ditambahkan basa akan terbentuk garam yang mudah terlarut. Sedangkan kelarutan basa-basa lemah akan bertambah dengan menurunnya pH larutan. Pengamatan pada kelompok 6 menunjukan bahwa Asam salisilat yang bersifat asam lemah akan lebih mudah larut dalam pelarut yang bersifat basa. Dalam hal ini, asam salisilat larut dengan baik pada pH 8. Semakin tinggi pH-nya maka semakin larut pula asam salisilatnya. Dalam perhitungan juga terbukti jelas konsentrasi maksimum pelarutan ada di pH 8 sebesar 0,1284 N, lebih besar dibandingkan pH dibawahnya. Diketahui bahwa semakin tinggi pH maka akan semakin rendah konsentrasi asam salisilat yang terlarutnya. Hal ini dipengaruhi oleh dari hasil titrasi yang kurang tepat, sehingga dapat mempengaruhi larutan dapar tersebut. Sedangkan seharusnya apabila pH nya tinggi, maka kelarutannya pun akan naik atau meningkat. Hal ini terjadi karena suatu zat aktif yang memiliki pH asam, maka kelarutannya pun akan tinggi.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E Farmasi Fisika Department of Pharmacy Bandung Islamic University12 dari 4