Sie sind auf Seite 1von 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA




2.1. Gigi Tiruan Penuh (GTP)
Gigi Tiruan Penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang menggantikan seluruh
gigi asli dan struktur di sekitarnya yang hilang pada rahang atas atau rahang
bawah.
6

Tujuan pemakaian atau perawatan dengan GTP antara lain:
7

1. Untuk mengembalikan fungsi mastikasi.
2. Untuk memperbaiki dimensi wajah dan kontur yang terganggu dengan
memperhatikan segi estetik.
3. Untuk memulihkan fungsi bicara (fonetik) yang diakibatkan oleh
kehilangan seluruh gigi.
GTP dapat diaplikasikan pada kedua rahang, baik pada rahang atas
maupun rahang bawah, atau hanya pada salah satu rahang saja. Menurut
Glosssary of Prosthodontics Terms
6
, single denture construction atau gigi
tiruan penuh tunggal merupakan pembuatan GTP pada salah satu rahang,
yakni rahang atas atau rahang bawah saja.
Gigi tiruan penuh tunggal (GTP tunggal) dapat digunakan pada beberapa
kondisi rahang antagonis sebagai berikut:
4, 5, 8

1. Gigi asli yang jumlahnya cukup dan tidak memerlukan gigi tiruan lepas
maupun cekat (hanya terdapat gigi asli).
2. Kehilangan gigi sebagian yang akan atau telah digantikan dengan gigi
tiruan cekat (kombinasi gigi asli dan gigi tiruan cekat).
3. Kehilangan gigi sebagian yang akan atau telah digantikan dengan gigi
tiruan sebagian lepas (kombinasi gigi asli dan gigi tiruan sebagian lepas).
4. GTP lama yang telah ada.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Dari keempat kondisi di atas, kondisi yang paling sering ditemui pada
kasus GTP tunggal adalah GTP tunggal rahang atas, yaitu kehilangan seluruh
gigi pada rahang atas dengan beberapa sisa gigi pada rahang bawah yang
telah atau akan digantikan dengan Gigi Tiruan Sebagian Lepas (GTSL).
4, 8-12

Sedangkan kehilangan seluruh gigi pada rahang bawah dengan beberapa gigi
pada rahang atas merupakan kondisi yang jarang terjadi, tetapi kondisi
tersebut dapat terjadi yang biasanya disebabkan oleh trauma bedah atau
kecelakaan.
8


2.2. Retensi dan Stabilitas
2.2.1. Definisi
Menurut Zarb. et al, retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap gaya
yang menyebabkan pergerakan ke arah yang berlawanan dengan arah
pemasangannya. Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tahan
terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan, dan gaya-gaya yang
berhubungan dengan pembukaan rahang, sehingga akan menghasilkan gigi
tiruan tetap pada posisinya di dalam rongga mulut.
2

Stabilitas adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau tetap pada
posisinya saat digunakan. Stabilitas mengacu pada suatu tahanan untuk
melawan pergerakan horizontal dan tekanan yang cenderung akan mengubah
kedudukan basis gigi tiruan dan pondasi pendukungnya pada arah horizontal
atau rotasi.
2

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi dan Stabilitas Gigi Tiruan
Penuh
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap retensi GTP di dalam rongga
mulut adalah:
1, 2

1. Adhesi.

Adhesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul
yang berbeda. Pada GTP terjadi pada saliva terhadap permukaan basis
gigi tiruan dan mukosa.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

2. Kohesi.
Kohesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul
yang sama. Hal ini terjadi pada lapisan tipis saliva di antara basis gigi
tiruan dan mukosa.
3. Tegangan permukaan interfasial.

Tegangan permukaan interfasial adalah tahanan terhadap pemisahan yang
dihasilkan oleh lapisan cairan di antara dua permukaan yang beradaptasi
dengan baik.
4. Kapilaritas (daya tarik kapiler).
Kapilaritas (daya tarik kapiler) adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan
permukaan yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan
saat berkontak dengan benda padat.
5. Tekanan atmosfer.
Untuk memanfaatkan tekanan atmosfer secara efektif, gigi tiruan harus
memiliki penutup yang baik di seluruh tepinya. Untuk memastikan
penutup ini, batas gigi tiruan diperluas sampai batas antara jaringan
bergerak dan tidak bergerak, namun tidak boleh sampai melukai.
6. Mechanical locks.
Mechanical locks berupa undercut merupakan salah satu pendukung
retensi.
7. Otot-otot fasial dan rongga mulut.

Gigi tiruan di dalam rongga mulut dapat memperoleh retensi dari otot-
otot bibir, lidah, dan pipi yang beradaptasi dengan baik dengan gigi
tiruan.

Faktor-faktor yang berperan dalam menghasilkan stabilitas gigi tiruan
adalah:
2

1. Ukuran dan bentuk basal seat.
2. Kualitas cetakan akhir.
3. Kontur permukaan yang halus.
4. Susunan gigi tiruan yang baik dan tepat.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

2.3. Perlekatan Dasar Mulut
Perlekatan dasar mulut perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan
intraoral pada pasien yang akan memperoleh perawatan GTP rahang bawah
karena hubungan perlekatan dasar mulut terhadap puncak alveolar sangat
penting dalam penentuan prognosis GTP rahang bawah.
3
Perlekatan dasar
mulut memiliki beberapa variasi bentuk, resiliensi (kelenturan), dan posisi
yang relatif terhadap puncak alveolar.
4

















Gambar 2.1. Perlekatan dasar mulut
http://www.doctorspiller.com/oral%20anatomy.htm#The_floor_of_the_mouth

Ketinggian perlekatan dasar mulut dapat diukur dengan Williams probe
atau kaca mulut No.3, pasien harus memposisikan lidahnya pada bibir atas
untuk mengaktifkan otot-otot dasar mulut.
3
Bila perlekatan dasar mulutnya
tinggi, yaitu mendekati ridge crest, dokter gigi akan mendapat kesulitan
dalam mencapai retensi yang optimal bagi GTP rahang bawah. Pengukuran
tinggi perlekatan dasar mulut ini diperlukan untuk menentukan panjang sayap
lingual gigi tiruan rahang bawah, yang akan mempengaruhi retensi dan
stabilitas gigi tiruan.


Perlekatan dasar
mulut
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Pemeriksaan visual dasar mulut dapat dilakukan dengan cara mengangkat
lidah oleh pasien. Selain itu, dapat dipalpasi dengan menekankan jari telunjuk
dan jari tangan yang lainnya menekan dari arah luar mulut.
Seperti permukaan ventral dari lidah, jaringan dasar mulut mengkilap,
dan beberapa pembuluh darah besar terlihat pada permukaan. Sulkus
alveolingual berukuran lebar, berbentuk lembah, berada diantara lidah dan
tulang alveolar rahang bawah. Cara pemeriksaan dilakukan dengan
meletakkan jari pada sulkus yang lebar secara hati-hati kemudian ditekan ke
arah lateral untuk membuktikan apakah terdapat tulang ridge dari permukaan
medial rahang bawah. Benjolan yang menonjol ke luar pada daerah ini relatif
sering timbul sebagai torus mandibula.
Torus mandibula biasanya tidak menimbulkan masalah, tetapi dapat
menyebabkan iritasi saat mengunyah makanan yang keras, atau ketika
dilakukan pencetakan. Sebelum beberapa atau semua gigi hilang atau
sebelum dibuat gigi tiruan lepas, torus mandibula harus dihilangkan dengan
cara pembedahan.
13


2.4. Resorpsi Alveolar Ridge
Menurut Glosssary of Prosthodontics Terms
6
, resorpsi adalah suatu
proses pengurangan (reduksi) volume dan ukuran substansi tulang alveolar
pada maksila dan mandibula yang disebabkan oleh faktor fisiologis atau
patologis. Resorpsi merupakan proses yang tidak dapat dihindari yang dapat
berpengaruh terhadap ridge maksila maupun mandibula karena tulang adalah
jaringan yang dinamis, bukan jaringan statis.
14

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses resorpsi alveolar ridge antara
lain :
5, 15, 16, 17
1. Faktor anatomi
Faktor antomi meliputi ukuran, bentuk, densitas ridge, ketebalan dan
karakteristik mukosa yang menutup hubungan antar ridge, jumlah dan
kedalaman soket.
15
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pada faktor
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

anatomi yaitu kualitas dan kuantitas tulang. Pada pemeriksaan klinis
residual ridge kuantitas tulang dilihat dari tinggi atau rendah, lebar atau
sempit, bulat atau tajam, tebal atau tipis mukosa periosteum yang
melapisi. Kualitas tulang dilihat dari densitas tulang.
15
Pada rahang
bawah, tingkat reduksi per tahun kira-kira 0,1-0,2 mm dan secara umum
pada rahang atas adalah empat kali lebih kecil dari angka tersebut.
16
2. Faktor metabolik
Faktor metabolik meliputi: nutrisi, seperti metabolisme kalsium, fosfor,
dan protein menentukan jumlah materi yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tulang, vitamin C membantu dalam pembentukan matrik
tulang, vitamin D berperan melalui pengaruhnya dalam kecepatan
absorbsi kalsium di usus halus dan asam sitrit tulang, berbagai vitamin B
kompleks penting untuk metabolisme sel tulang dan pengaruh hormonal,
seperti hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme sel dan
aktivitas osteoblas dan osteoklas, hormon paratiroid mempengaruhi
osteoklas.
15


3. Faktor fungsional
Faktor fungsional meliputi frekuensi, intensitas, durasi, dan arah tekanan
yang diterima tulang pada saat berfungsi.
15

4. Faktor prostetik
Faktor prostetik sulit dievaluasi karena dipengaruhi faktor-faktor
lainnya. Faktor ini meliputi teknik, material, konsep, prinsip, dan
penggunaan gigi tiruan.
15
Menurut penelitian, kehilangan jaringan tulang
akan terus berlanjut setelah pemakaian gigi tiruan penuh.
17

5. Usia, hilangnya massa tulang sebagai proses menua yang fisiologis kira-
kira 1% pertahun.
5,17
Menurut Esteves (1994), seiring pertambahan usia
seseorang, kualitas tulang di seluruh tubuhnya akan mengalami
penurunan. Penurunan kualitas ini disebabkan oleh penurunan efisiensi
kerja osteoblas, penurunan produksi estrogen, dan terjadinya reduksi
dari penyerapan kalsium pada saluran pencernaan.
17

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

6. Jenis kelamin, secara umum perempuan mengalami proses resorpsi yang
lebih besar daripada laki-laki.
5,17
Dalam penelitian kesehatan terhadap
hasil pemeriksaan pada perempuan U.S. berusia 50 tahun ke atas, 40%-
nya memiliki massa tulang yang rendah. Proses kehilangan tulang ini
terjadi lebih awal pada perempuan daripada laki-laki karena pada
perempuan terjadi penurunan estrogen pada fase menopause dan
memiliki ukuran tulang yang lebih kecil. Pada perempuan kehilangan
tulang mulai terjadi pada dekade keempat kehidupan.
17

7. Kesehatan umum, osteoporosis bermanifestasi terhadap kehilangan
tulang yang progresif.
5,16
Osteoporosis biasanya terjadi pada perempuan
setelah menopause.
17


2.5. Prognosis Perawatan
Prognosis adalah suatu prediksi terhadap kemungkinan keberhasilan
dalam suatu perawatan yang dibuat berdasarkan pengetahuan tentang
patogenesis penyakit dan faktor-faktor resikonya. Prognosis ditentukan
sesudah diagnosis ditetapkan dan sebelum perawatan dilakukan.
6, 18

Dalam menentukan prognosis, ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, antara lain:
1. Faktor klinis, seperti usia pasien, keparahan penyakit dan kerja sama
pasien
2. Faktor sistemik, seperti penyakit sistemik dan faktor genetik.
3. Faktor lokal, seperti oral hygiene, faktor anatomis, dan faktor prostetik/
restoratif.






Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

2.6. Kerangka Teori






























Ketinggian Perlekatan
Dasar Mulut
Retensi dan Stabilisasi
GTP Rahang Bawah
Prognosis Perawatan
Tinggi
Normal
Rendah
Resorpsi
Alveolar Ridge
Usia
Jenis Kelamin
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Das könnte Ihnen auch gefallen