Sie sind auf Seite 1von 27

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS SEMESTER III TAHUN AJARAN 2013/2014

kelompok III Lie Dwi Radifani Putri Alifah Fitra Waluyaning Tyas Boby Malika Kiki Nurmanto (0520011912) (0520012012) (0520012112) (0520015911)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paruparu).Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism. Anatomi pernafasan : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Paru-paru.

Tujuan 1. Mengetahui tentang definisi bronkitis 2. Mengetahui tentang anatomi bronkitis 3. Mengetahui patofiologi bronkitis 4. Mengetahui tentang tanda-gejala bronkitis 5. Memahami komplikasi bronkitis 6. Mengetahui penatalaksanaan bronkitis 7. Memahami askep asuhan keperawatan bronkitis.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran ( Ngastiyah, 1997 ). Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernapasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. (Taussig, 1982; Rahayu, 1984).

Etiologi/Penyebab

Bronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari hingga 3 minggu) Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang. Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).

Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk.Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), manifestasinya juga bisa berupa :


Batuk Berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) Bengek Lelah Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan Pipi tampak kemerahan Sakit kepala Gangguan penglihatan Sedikit demam. Dada merasa tidak nyaman.

Patofisilogi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus.

Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis. (manurung,2008)

Komplikasi
Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menja di bronkitis kronik: Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia. Bronkitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi. Bila sekret tetap tinggal,dapat menyebabkan atelektasis atau bronkietaksi

Pathway

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi paru Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri. Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.

Analisa gas darah


Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterioranterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian: Lapisan teratas agak keruh Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah) Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (celluler debris).(mutaqin, 2008)

Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi


Tindakan Perawatan Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir - Sering mengubah posisi - Banyak minum - Inhalasi - Nebulizer - Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain Tindakan Medis - Jangan beri obat antihistamin berlebih - Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial - Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari - Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

Pengkajian Keperawatan
Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnose medis, dll ) Identitas penanggung Jawab ( nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien ) Keluhan utama Sesak napas, batuk-batuk berdahak Dahak, sputum putih/mukoid Riwayat Penyakit Sekarang Berisi latar belakang penyakit (mulai dirasakan oleh pasien), berkembang dan tindakan yang dilakukan dalam mengatasi Penyakitnya

Riwayat Penyakit Dahulu Kaji dan tanyakan pada pasien, apakah seorang perokok, kaji riwayat penyakit pernapasan yang lainnya Riwayat Penyakit Keluarga Kaji apakah ada dalam anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien dan kaji apakah ada riwayat keluarga yang terkena penyakit saluran pernapasan.

Pemeriksaan Fisik, meliputi :


Keadaan Umum Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien saat datang. Pemeriksaan tanda-tanda vital Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat Sistem Kardiovaskuler Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Bunyi jantung redup. Pemeriksaan Dada Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. Terdengar Bunyi nafas ronchi. Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan. Pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru, Wizing kadang (+), kadang samar. Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan anggota gerak Bisa terdapat edema dependent. Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis. Pucat, dapat menunjukkan anemi. Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Pola aktifitas sehari-hari dengan: Aspek biologi: Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Aspek Psiko: Ansietas, ketakutan, peka terhadaprangsangan. Aspek Sosio: Terjadi hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/ terhadap pasangan orang terdekat

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasiperfusi. 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah, dispnea, kelemahan. 4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. 5. Koping individu tidak efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja. 6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang dideritanya.

Rencana Asuhan Keperawatan


Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi. Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan. Intervensi: Tinggikan kepala tempat tidur Bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu. R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokonstriksi, peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif, dan infeksi bronkopulmonal. Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas. Intervensi: Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk. R/ Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan keletihan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual/muntah, dispnea, kelemahan. Tujuan: Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat. Intervensi: Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri. Intervensi: Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri, berjalan, dan minum cairan. Bahas tentang tindakan penghematan energi. R/ Sejalan dengan teratasinya kondisi, klien mampu melakukan lebih banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan ketergantungan.

Koping individu tidak efektif b/d kurang sosialisasi, ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja. Tujuan: Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam program rehabilisasi paru. Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi klien. R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien untuk mengatasi ketidakmampuannya. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang dideritanya. Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi: Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi tentang sumber-sumber kelompok. R/ Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara terhambat dan kapasitas paru menurun.

PEMBAHASAN
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ) Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994) Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984). Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.

KESIMPULAN
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Yang terdiri dari bronchitis akut dan kronik. Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya.

DAFTAR PUSTAKA
(Taussig, 1982; Rahayu, 1984). Ngastiyah (1998). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. EGC. Jakarta. http://duniailmukeperawatan.blogspot.com/2011/10/asuh an-keperawatan-bronkitis.html asuhankeperawatanblog.blogspot.com/2012/05/asuhankeperawatan-askep-bronkitis-pada.html Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Das könnte Ihnen auch gefallen