Sie sind auf Seite 1von 40

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis, (Afrian, 2011). Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otototot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ internal, (Afrian, 2011). Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kirakira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8 1.2.9 Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis? Bagaimana epidemiologi tromboflebitis? Bagaimana klasifikasi tromboflebitis? Apa saja etiologi tromboflebitis? Bagaimana tanda dan gejala tromboflebitis? Bagaimana patofisiologi tromboflebitis? Bagaimana komplikasi dan prognosis tromboflebitis? Bagaimana Penatalaksanann tromboflebitis? Bagaimana pencegahan tromboflebitis?

1.2.10 Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan tromboflebitis? 1.2.11 Bagaimana pathway tromboflebitis? 1.2.12 Bagaimana asuhan keperawatan tromboflebitis?

1.3 Tujuan 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Mampu menjelaskan pengertian tromboflebitis; mampu menjelaskan epidemiologi tromboflebitis; mampu menjelaskan klasifikasi tromboflebitis; mampu menjelaskan etiologi tromboflebitis; mampu menjelaskan tanda dan gejala tromboflebitis;

1.3.6 1.3.7 1.3.8 1.3.9

mampu menjelaskan patofisiologi tromboflebitis; mampu menjelaskan komplikasi tromboflebitis; mampu menjelaskan penatalaksanaan tromboflebitis; mampu menjelaskan pencegahan tromboflebitis;

1.3.10 mampu menjelaskan pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan tromboflebitis; 1.3.11 mampu menjelaskan pathway tromboflebitis; 1.3.12 mampu menjelaskan asuhan keperawatan tromboflebitis.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tromboflebitis Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku (Prawirrohardjo, 2009). Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007). Menurut DepKes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang mempermudah terjadinya inflamasi. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis, (Smeltzer, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas.

2.2 Epidemiologi Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi. Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena (tromboflebitis) antar lain stasis (perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi),dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

2.3 Klasifikasi Menurut Saifuddin (2002) tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 2.3.1 Pelvio Tromboflebitis Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah kevena renalis dan dari vena ovarika kanan kevena kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum. Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark. 2.3.2 Tromboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi

2.4 Etiologi Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah: 1. Perluasan infeksi endometrium Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium. 2. Mempunyai varises pada vena Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis. 3. Obesitas Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi

salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula kemungkinan terjadi tromboflebitis. 4. Pernah mengalami tromboflebitis Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena

perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri. 5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis 6. Trauma Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena. 7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai. 8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena

2.5 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011) yaitu: Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempattempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda

adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise. Secara Khusus: 2.5.1 Pelvio Tromboflebitis 1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas. 2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut: a. Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (3040 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadangkadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas. b. Suhu badan naik turun secara tajam (360C menjadi 400C) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis. c. Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan d. Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru 3. Gambaran darah a. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia) b. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob. 2.5.2 Tromboflebitis femoralis 1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali. 2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

a.

Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

b.

Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas

c. d.

Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

e.

Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.

f.

Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

2.6 Patofisiologi Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orangorang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena

perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas sehingga ektremitas mengalami edema.Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan trombus. Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.

10

Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi. 1. Statis Vena Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin. 2. Kerusakan pembuluh darah Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena, melalui : a. b. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan proses peradangan. Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah. 3. Perubahan daya beku darah Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun.

11

Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.

2.7 Komplikasi dan Prognosi 2.7.1 Komplikasi Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut: a. Tromboflebitis pelvica Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah: 1. Emboli paru septik Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen 2. Septikemia Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk b. Tromboflebitis femoralis Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli yang lain. Trombus tersebut bisa berasaldari vena di bagian tubuh yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru

12

sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen 2.7.2 Prognosis Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih

memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.

2.8 Penatalaksanaan 2.8.1 Pelvio tromboflebitis 1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik 2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum 3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum 4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan (syaifudin,2002). 2.8.2 Tromboflebitis femoralis 1. Terapi medik dengan pemberian analgesik dan antibiotik.

13

2.

Anjurkan

ambulasi

dini

untuk

meningkatkan

sirkulasi

pada

ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. 3. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis. 4. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis. 5. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya. 6. 7. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan. 8. 9. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat. 10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena. 11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran. 12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi. 13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.

14

14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin. 15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi subkutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis yang tepat telah dilakukan (Adele Pillitteri, 2007)

2.9 Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut: 4. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin. 5. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4 usaha penting harus dilaksanakan yaitu: a. b. c. d. 6. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir Membatasi perlukaan Membatasi perdarahan Membatasi lamanya persalinan

Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh lakukan Proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.

7.

Membatasi

perlukaan

dan

membatasi

pendarahan.

Pembatasan

perdarahan sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi). 8. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kumankuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah

15

membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan perineum.

2.10 Pemeriksaan penunjang 2.10.1 Ultrasonograf Doppler Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas. 2.10.2 Pemeriksaan hematokrit Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan

hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan trombus 2.10.3 Pemeriksaan Koagulasi Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen. 2.10.4 Biakan darah Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah 2.10.5 Pemindai ultrasuond dupleks

16

Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten 2.10.6 Venografi Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan

gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

17

BAB 3. PATHWAY

Varises Vena

Perluasan infeksi Itrauterus

Trauma pada tungkai

Gangguan kardiovaskuler

Stasis darah dalam vena Mikroorganisme meningkat didalam darah Mengenai vena ditungkai

Peningkatan osmolaritas darah

Merangsang trombosis primer

Trombus meradang Banyak Vena yang terhambat trombus Peradangan pada vena Peradangan pada vena Peradangan pada vena

Banyak pus dan trombus dalam darah

Peradangan pada vena

Peningkatan resiko trombosis

TROMBOFLEBITIS

18

TROMBOFLEBITIS

Perubahan persepsi terhadap penyakit

Ansietas Respon peradangan Penyempitan pembuluh darah vena

Adanya mediator peradangan bradikinin, prostaglandin dll

Aliran darah vena terganggu

Terjadi stasis darah nyeri Peningkatan suhu tubuh Penggumpalan darah pada ekstremitas

Hipertermi

edema

Kurang informasi mengenai penyakit

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Kurang pengetahuan

19

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian 1. Identitas klien Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan klien atau pasien. Identitas klien meliputi: a. Nama : Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja, tidak ada permasalahan yang mungkin ditimbulkan b. Umur : Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia diatas 30 tahun c. Jenis kelamin : Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita hamil d. Agama : Agama atau keyakinan seseorang tidak mempengaruhi, dalam terjadinya tromboflebitis e. Pendidikan : Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan tingkat pengetahuan klien, tingkat pengetahuan akan

mempengaruhi terjadinya tromboflebitis dimana klien yang sudah mengetahui tromboflebitis akan lebih merawat diri sehingga dapat meminilkan atau mencegah untuk terjadinya tromboflebitis f. Pekerjaan : Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan yang lebih banyak duduk lama g. Status perkawinan : Status perkawinan seseorang tidak akan mempengaruhi terjadinya tromboflebitis

20

2. Keluhan utama Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema

3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan terdahulu Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko tinggi terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami trauma atau tidak, mepunyai varises vena atau tidak, dan menderita tumor atau tidak. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh nyeri yang dialami c. Riwayat kesehatan keluarga Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung d. Riwayat psikososial Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan.

4. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit yang dialaminya saat ini. b. Pola nutrisi dan metabolik Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak

21

mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan klien kembali kepada semula c. Pola eliminasi Pola eleminasi tidak mengalami gangguan d. Pola aktivitas dan latihan Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah karena selain nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis juga malaise e. Pola tidur dan istirahat Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri f. Pola kognitif perseptual Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra. g. Pola persepsi dan konsep diri Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu, gangguan intergritas ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan. h. Pola hubungan dan peran Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan bermasyarakat klien. i. Pola reproduksi seksual Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien. j. Pola pertahanan diri dan toleransi stres Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga akan mempengaruhi konsep diri klien.

22

k. Pola keyakinan nilai Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji. 5. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih Kesadaran : Composmentis Tanda-tanda vital : TD : 110/70 nnHg Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami klien Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-400 derajat C Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai dari rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar kepala tidak terganggu b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan (normal) c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada, pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada murmur. d. Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada

23

areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan, kolostrum sudah keluar lancar. e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus baik. f. Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban. g. Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas ata (normal) h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat nyeri tekan, ektremitas teraba hangat 6. Pemeriksaan penunjang a. Ultrasonograf Doppler Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas. b. Pemeriksaan hematokrit Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan

hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan trombus c. Pemeriksaan Koagulasi Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji

24

activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen. d. Biakan darah Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah e. Pemindai ultrasuond dupleks Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten f. Venografi Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan

gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

4.2 Diagnosa Keperawatan 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah vena (stasis vena) 3. Nyeri berhubungan dnegan proses inflamasi 4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 5. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

25

4.3 Intervensi Keperawatan Dx keperawatan Ketidakefektifan perfusi periver dnegan aliran Tujuan dan kriteria hasil Tujuan: Intervensi 1. Lihat ekstremitas untuk warna kulit, adanya edema. Catat Rasional 1. Mengetahui adanya

jaringan Setelah dilakukan tindakan berhubungan selama 3x24 jam diharapkan gangguan klien darah menunjukkan

gangguan atau kelianan pada ektremitas

kesimetrisan betis, ukur dan catat lingkar betis 2. Kaji ekstremitas vena yang untuk jelas.

vena perbaikan perfusi jaringan Kriteria hasil: 1. Menunjukkan perbaikan jaringan perfusi yang

2. Distensi vena dapat terjadi karena aliran balik melalui vena percabangan

(stasis vena)

penonjolan

Palpasi perlahan untuk tegangan jaringan lokal, regangan kulit, ikatan atau penonjolan vena 3. Tingkatkan tirah baring selama fase akut

dibuktikan oleh adanya nadi perifer, warna

3. Pembatasan menurunkan

aktivitas kebutuhan

kulit dan suhu normal, tidak edema 2. Menunjukkan peningkatan aktivitas 4. Anjurkan klien untuk toleransi

oksigen dan nutrisi pada ekstremitas yang sakit dan meminimalkan kemungkinan penyebaran trombus atau

pembentukan emboli 4. Menurunkan pembengkakan

26

meninggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk sesuai indikasi. Secara periodik tinggikan kaki dan telak kaki lebih tinggi dari pada jantung

jaringan dan pengosongan cepat vena superfisial dan tibial, mencegah yang aliran distensi dapat balik

berlebiha meningkatkan vena

5. Anjurkan klien untuk melakukan latihan aktif atau pasif sementara ditempat tidur misal seperti fleksi ekstensi

5. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik

vena dari ekstremitas yang lebih rendah dan menurunkan stasis vena, tonus juga otot

memperbaiki

umum atau regangan 6. Peringatkan klien untuk 6. Pembatasan fisik terhadap sirkulasi mengganggu aliran darah stasis dan vena meningkatkan dan pelvis,

menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (posisi duduk dengan kaki menggantung atau berbaring menyilang) dengan posisi

popliteal, dan pembuluh kaki, jadi meningkatkan

27

pembengkakan ketidaknyamanan 7. Anjurkan menghindari klien pijatan untuk atau 7. Aktivitas ini

dan

berpotensial atau trombus,

memecahkan menyebarkan

mengurut ekstremitas yang sakit

meningkatkan embolisasi dan meningkatkan komplikasi 8. Anjurkan untuk melakukan 8. Dapat diberikan untuk resiko

kompres hangat pada ekstremitas yang sakit bila dianjurkan

meningkatkan

vasodilatasi

dan aliran balik vena dan perbaikan edema lokal

9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antikoagulan

9. Membantu mengatasi maslah dengan medikasi

contohnya heparin Nyeri berhubungan akut Tujuan: dengan Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri yang dialami klien 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien 1. Derajat nyeri secara langsung dapat berhubungan dengan luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi, derajat

proses inflamasi

28

berkurang Kriteria hasil: 1. Klien mengatakan 2. Atur posisi yang nyaman bagi klien

hipoksia, dan edema luas sehubungan terbentuknya trombus 2. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan dengan

sudah tidan nyeri 2. Klien menunjukkan

tindakan rileks mampu istirahat dan dapat seperti 3. Pertahankan tirah baring selama fase akut

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin 3. Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan gerakan 4. Anjurkan kompres hangat pada daerah yang nyeri 5. Berikan health education tentang penyebab nyeri yang dialami pasien 4. Mengurangi dilami klien 5. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien pasien dan memudahkan diajak dalam nyeri yang

beraktivitas yang diinginkan

untuk

bekerjasama

29

melakukan tindakan. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. 6. Obat-obat analgesik dapat

membantu mengurangi nyeri pasien

Hipertermi berhubungan

Tujuan: dengan Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh klien normal Kriteria hasil: Suhu tubuh klien normal 370C

1. Pantau suhu tubuh klien (derajat dan pola) perhatikah menggigil atau diaforesis 2. Ukur TTV secara rutin

1. Peningkatan

suhu

menunjukkan proses penyakit infeksius akut. 2. Mengetahui perubahan suhu adanya

proses inflamasi

3. Pantau

suhu

lingkungan, tempat

3. Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan mendekati normal suhu

batasi/tambahkan linen tidur sesuai indikasi

4. Berikan kompres hangat

4. Kompres membantu demam

hangat

dapat

mengurangi

5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat penurun demam

5. Membantu mengatasi maslah dengan medikasi

30

Ansietas berhubungan Tujuan: dengan persepsi penyakit perubahan terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, ansietas pasien berkurang. Kriteria hasil: 1. Tingkat kecemasan

1. Kaji tingkat kecemasan

1. Untuk

mengetahui

tingkat

kecemasan pasien 2. Kaji faktor pencetus kecemasan 2. Mengetahui faktor pencetus kecemasan pasien 3. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 4. Berikan mengenai informasi diagnosis, aktual tindakan 3. Untuk mengurangi

kecemasan pasien 4. Memberi wawasan kepada pasien sehingga bisa

pasien pada rentang 1-5 dengan komposisi skala 1-10. 2. Pasien mampu

prognosis penyakit 5. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

mengurnagi kecemasannya. 5. Agar pasien mampu

mengungkapkan secara verbal berkurang. ansietasnya

mengenal situasi yang bisa menimbulkan kecemasan.

6. Libatkan

keluarga

untuk

6. Peran keluarga mendukung dalam mengurangi pasien. penatalaksanaan kecemasan

mendampingi klien

7. Dorong

pasien

untuk perasaan,

7. Membiasakan pasien untuk terbuka mengungkapakan dan secara

mengungkapkan ketakutan, persepsi

31

verbal ketika cemas. 8. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi Kurang pengetahuan Tujuan: dengan Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengetahui yang 1. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala kemungkinan 8. Untuk mengurangi

kecemasan pasien. 1. Memberikan dasar

berhubungan

pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan

kurangnya informasi

komplikasi

berdasarkan informasi dan memahami/ mengidentifikasi kebutuhan kesehatan. 2. Jelaskan aktivitas tujuan dan pembatasan kebutuhan 2. Istirahat kebutuhan menurunkan oksigen dan perawatan

mengenai diderita

penyakit

Kriteria hasil: 1. Menyatakan pemahaman mengenai penyakit dialami 2. Dapat mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan perawatan 3. Adakan latihan/program latihan yang tepat proses yang

keseimbangan aktivitas/tidur

nutrisi jaringan yang rusak. Keseimbangan mencegah gangguan seluler. 3. Membantu mengembangkan dalam sirkulasi istirahat dan

kelelahan lanjut

perfusi

32

kolateral, aliran balik

meningkatkan vena, dan

mencegah kambuh. Selesaikan masalah faktor Melibatkan pasien secara

pencetus yang mungkin ada,

aktif dalam identifikasi dan melakukan perubahan pola hidup/perilaku untuk

meningkatkan kesehatan dan mencegah kondisi/terjadinya komplikasi. Sumber: Doenges, 2000 kambuhnya

33

4.4 Implementasi dan eveluasi Dx keperawatan Ketidakefektifan perfusi jaringan Implementasi 1. Telah melihat S: Evaluasi klien bahwa mengatakan bengkak

ekstremitas untuk warna kulit, adanya edema.

periver berhubungan dnegan aliran gangguan darah vena

pada kakinya sudah sembuh O: kaki klien sudah tidak bengkak lagi

Catat kesimetrisan betis, ukur dan catat lingkar betis 2. Telah ekstremitas mengkaji untuk

(stasis vena)

dan

klien

dapat

beraktivitas lagi A: masalah teratasi P: Lanjutkan Intervensi

penonjolan vena yang jelas. Palpasi perlahan untuk tegangan jaringan lokal, regangan kulit,

ikatan atau penonjolan vena 3. Telah klien meningkatkan menganjurkan untuk tirah

baring selama fase akut 4. Telah menganjurkan

klien untuk meninggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk sesuai

indikasi. Secara periodik tinggikan kaki dan telak kaki lebih tinggi dari pada jantung 5. Telah menganjurkan

klien untuk melakukan latihan aktif atau pasif

34

sementara ditempat tidur misal ekstensi 6. Telah memperingatkan seperti fleksi

klien untuk menghindari menyilang kaki atau

hiperfleksi lutut (posisi duduk dengan kaki atau

menggantung

berbaring dengan posisi menyilang) 7. Telah menganjurkan

klien untuk menghindari pijatan atau mengurut ekstremitas yang sakit 8. Telah untuk kompres menganjurkan melakukan hangat pada

ekstremitas yang sakit bila dianjurkan 9. Telah melakukan

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antikoagulan contohnya hepari Nyeri dengan inflamasi berhubungan 1. Telah mengkaji tingkat proses nyeri yang dialmi klien 2. Telah mengatur posisi yang nyaman bagi klien 3. Telah klien menganjurkan untuk S: klien mengatakan

bahwa nyeri pada kakinya sembuh O: klien terlihat tampak rileks dan tidak sudah

35

mempertahankan

tirah

meringis nyeri

menahan

baring selama fase akut 4. Telah kompres menganjurkan hangat

A: masalah teratasi

pada P: Lanjutkan Intervensi

daerah yang nyeri 5. Telah memberikan

health education tentang penyebab nyeri yang

dialami pasien 6. Telah kolaborasi melakukan dengan

dokter untuk pemberian analgesik. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 1. Telah memaantau suhu tubuh klien (derajat dan pola) menggigil diaforesis 2. Telah mengukur TTV secara rutin 3. Telah memaantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan tempat indikasi 4. Telah memberikan tidur linen sesuai perhatikah atau O: S: klien mengatakan

bahwa sudah tidak demam lagi suhu tubuh klien norma 370C A: masalah teratasi P: Lanjutkan Intervensi

kompres hangat 5. Telah melakukan

kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat penurun demam

36

Ansietas berhubungan 1. Telah mengkaji tingkat dengan persepsi penyakit perubahan kecemasan

S:

klien

mengatakan

bahwa sudah tidak cemas lagi O: pasien tampak rileks dan tidak terlihat cemas A: masalah teratasi P: Lanjutkan Intervensi

terhadap 2. Telah mengkaji faktor pencetus kecemasan 3. Telah menemani pasien untuk keamanan mengurangi takut 4. Telah informasi mengenai tindakan penyakit 5. Telah membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 6. Telah keluarga mendampingi klien 7. Telah meminta pasien untuk mengungkapkan ketakutan, melibatkan untuk menberikan aktual diagnosis, prognosis memberikan dan

perasaan, persepsi

8. Telah menginstruksikan pada pasien untuk tehnik

menggunakan relaksasi

Kurang pengetahuan 1. Telah mengkaji ulang berhubungan dengan kurangnya informasi patofisiologi kondisi dan tanda/gejala

S:

klien bahwa

mengatakan sudah

mengerti mengenai

37

kemungkinan komplikasi 2. Telah tujuan menjelaskan pembatasan

penyakit diderita

yang

O: klien tampak tidak cemas lagi A: masalah teratasi P: Lanjutkan Intervensi

aktivitas dan kebutuhan keseimbangan aktivitas/tidur 3. Telah mengadakan

latihan/program latihan yang tepat Telah menyelesaikan

masalah faktor pencetus yang mungkin ada,

38

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio

tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada vena, obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

5.2 Saran 5.2.1 Untuk pembaca agar memahami apa yang dimaksud tromboflebitis dan dapat melakukan sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif. 5.2.2 Tenaga kesehatan

39

agar lebih memperhatikan pasien post partum sehingga terhindar dari komplikasi post partum seperti tromboflebitis 5.2.3 Mahasiswa keperawatan Mengetahui dan mempelajari konsep tromboflebitis sehingga dapat menjelaskan tromboflebitis dan mengerti mengenai konsep dasar mengenai

40

DAFTAR PUSTAKA

Afrian, mesra. 2011. Askep tromboflebitis. http://mesraafrian./2011/09/askeptromboflebitis.html {4 februari 2014} Fatmawati, Ayu. 2013. Makalah Flebitis. {4

http://ayufatmawatianterior./2013/05/makalah-tromboflebitis.html februari 2014}

Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka. FKUI. Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC. Wikhajosastro, Hanifa .2005. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

------. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. DepKes RI

Das könnte Ihnen auch gefallen