Sie sind auf Seite 1von 7

4/5/2014

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

Home

*Mutiara hikmah*

Artikel

Farmasi ku ^^

for health

hadits

Ini ceritaku... ;)

just for smile

Muhasabah

news

puisi

SerialCinta

shirah shahabat

Search Something
Pengaduan Jiwa... Cinta dan Kimia Jiwa

20 Analisis Paracetamol Dalam Urin DES


Dikirim pada 20 Desember 2011 di Farmasi ku ^^ 0 Comments

Follow

1,594 follow ers

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Judul Percobaan Analisis parasetamol total dalam cuplikan urin 1.2. Tujuan Percobaan 1. Dapat memahami langkah-langkah analisa parasetamol dalam cuplikan urin. 2. Dapat melakukan analisa parasetamol dalam cuplikan urin.

Profile
Maratushsholihah Al Hafizhah (Yana Wahyuni Saher)
asyhadu bi anna muslimin.....!!! Cintai lah Allah dengan kepahamanmu, Biarkan cinta itu mekar dalam hatimu, Lalu kemudian menghasilkan buahbuah cinta yang manis untuk kau tebarkan di bumi. semoga Allah mencintaimu dengan keridhaanNya, sehingga Surga begitu pantas untuk kau miliki, dan saat-saat perjumpaan dengan Allah menjadi balasan terindah bagimu. __Yana Shalihah Al Hafizhah_ sahabat yg memberikan kemanfaaatn, saling mengingatkan kpd kebenaran dan kesabaran.. menjadi bunga yg mekar di taman2 syurga InsyaAllah... pharm_hafizhah*** :) More About me

1.3. Dasar Teori A. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Farmakokinetik Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. Waktu paruh parasetamol adalah antara 1 3 jam. Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah. Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya

Page
Home Abatasa

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

1/7

4/5/2014

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. B. Analisis Parasetamol

Archive
January 2012 December 2011 October 2009 September 2009 August 2009

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan / atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva atau cairan tubuh lainnya). Oleh karena itu agar nilai-nilai parameter kinetik obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria yaitu meliputi perolehan kembali (recovery), presisi dan akurasi. Persyaratan yang dituntut bagi suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari 10%. Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya tergantung pula dari alat pengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah-langkah yang perlu dikerjakan untuk optimalisasi analisis meliputi: 1. Penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi warna). 2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan maksimum (parasetamol). 3. Pembuatan kurva baku (parasetamol). 4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan. Ketersediaan hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat tersebut. Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut. Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang an profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan. Konsentrasi puncak (Cmax), menggambarkan konsentrasi obat tertinggi dalam sirkulasi sistemik. Konsentrasi ini tergantung pada konstanta absorbsi, dosis, volume distribusi dan waktu pencapaian konsentrasi obat maksimum dalam darah. Konsentrasi puncak sering kali dikaitkan dengan intensitas respon biologis dan harus di atas MEC dan tidak melebihi MTC. Waktu untuk konsentrasi puncak (tmax) menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak dari obat sirkulasi sistemik. Parameter ini tergantung pada konstanta absorbs yang menggambarkan permulaan dari level puncak dari respon biologis dan bias digunakan sebagai perkiraan kasar untuk laju absorbsi. Luas daerah di bawah kurva (AUC), merupakan total area di bawah kurva konsentrasi vs waktu yang menggambarkan perkiraan jumlah obat yang berada dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan suatu formulasi untuk acuan, parameter ini menggambarkan jumlah ketersediaan hayati dan biasa digunakan sebagai perkiraan kasar jumlah obat diabsorbsi. Ketersediaan hayati merupakan suatu penerapan baru yang kegunaannya tidak perlu diragukan lagi. Penerapan ketersediaan hayati berkembang dalam dua arah, yaitu: 1. Farmasi klinik yang berkaitan dengan rasionalisasi keadaan individu penderita, artinya

Categories
*Mutiara hikmah* (2) Artikel (6) Farmasi ku ^^ (1) for health (3) hadits (1) Ini ceritaku... ;) (1) just for smile (1) Muhasabah (4) news (1) puisi (1) SerialCinta (2) shirah shahabat (2)

BlogRoll
Bahasa Arab Online detik-health download as-sunnah Era Muslim gamais-blog i luv islam inilah.com jilbab online Mutiara Shalat Sempurna perpustakaan islam PK-S Pustaka-Muslim Salim A.Fillah

penyesuaian pasologi yang tepat pada setiap penderita, dengan mempertimbangkan perubahan farmakokinetika in vivo, baik karena interaksi obat maupun karena fungsi fisiolagi. 2. Farmasetika yang berkaitan dengan rasionalisasi pengembangan suatu obat, yaitu

sepkiansyah toko basmalah

penyesuaian optimal jalur pemberian obat dan bentuk sediaan terhadap karakteristik farmakokinetika zat aktif. Kedua arah pengembangan tersebut tercakup dalam lingkup penelitian biofarmasetika dan berkaitan dengan penyesuaian pada kurva profil kadar zat aktif dalam darah penderita dan efek yang diteliti. Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan: 1. 2. Banyaknya obat yang diabsorbsi dari formulasi sediaan. Kecapatan obat yang diabsorbsi.

Tag
Tazkiyyatun nafs , ceritaku, kesehatan,

me on Facebook
Facebook Badge START Yana Wahyuni Saher

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

2/7

4/5/2014
3.

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga


Lama obat berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon

pasien. 4. Hubungan antara kadar obat dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.

Metode penilaian ketersediaan hayati. Penelitian ketersediaan hayati pada sukarelawan dapat dilakukan dengan beberapa metode: a. b. c. d. Metode dengan menggunakan data darah Data urin Data efek farmakologis Data respon klinis
Buat Lencana Anda Facebook Badge END

Pemilihan metode bergantung pada tujuan studi, metode analisis untuk penetapan kadar obat dan sifat produk obat. Data darah dan data urin lazim digunakan untuk menilai ketersediaan hayati sediaan obat yang metode analisis zat berkhasiat telah diketahui cara dann validitasnya. Jika cara dan validitasnya belum diketahui dapat digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologi yang timbul dapat diukur secara kuantitatif, seperti efek pada kecepata denyut jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan sebagai indeks ketersediaan hayati obat. Untuk evaluasi ketersediaan hayati menggunakan data respon klinis dapat mengalami perbedaan antar individu akibat farkokinetika dan farmakodinamik obat yang berbeda. Factor farmakodinamik yang berpengaruh meliputi: umur, toleransi obat, interaksi obat dan factor-faktor patofisiologik yang tidak diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati oabat yang digunakan secara oral: 1) a. Sifat fisikokimia zat aktif. Bentuk isomer; alkaloid-alkaloid dan steroid-steroid terdapat dalam bentuk isomer, seperti

Islamic Clock

Hijri Calender

misalnya isomer d atau l. seringkali yang aktif atau diaktif hanya salah satu saja, misalnya detambutol, d-propoksipen, d-amfetamin, l-kloramfenikol. b. Polimorfisme; bentuk kristal yang kurang stabil lebih mudah larut dan kemudian cepat

terabsorbsi daripada bentuk kristalnya yang stabil, misak kloramfenikol mempunyai 2 bentuk polimorf A dan B; kristal bentuk A bersifat tidak aktif. c. Ukuran partikel; bila ukuran partikel lebih kecil maka luas permukaan akan besar sehingga

obat obat akan cepat melarut dan diabsorbsi. d. Hidrat dan solvate; kadang kadang beberapa bahan obat cenderung untuk mengikat

beberapa molekul pelarut. Ikatan ini disebut solvate, dan kalau pelarutnya adalah air maka ikatan ini disebut hidrat. Ampisilin anhidrat lebih mudah larut dibandingkan ampisilin trihidrat, sehingga pemakaian peroral akan memberiakan blood level yang tinggi. e. Bentuk garam, ester dan lainnya; gugusan estolat dari eritromisin estolat dapat menyebabkan

hepatotoksisitas, sedangkan stearatnya tidak. Tapi sifat fisik eritromisin mempersulit pengisian dalam jumlah yang cukup ke dalam kapsul yang berukuran wajar. Pemadatan yang tidak tepat atas bahan baku ini sebaliknya dapat menimbulkan persoalan disolusi dan ketersediaan hayati. f. Kemurnian; bahan baku penisilin yang tidak murni bias mengandung mikrokontaminan berupa

Statistik
Blog ini telah dikunjungi sebanyak : 52.573 kali

hasil degradasi penisilin sendiri bahkan inferior ini yang dapat menyebabkan alergi. Namun meskipun telah menggunakan bahan bahan baku murni jika cara dan kondisi produksi dalam hal ini kebersihan,temperature, dan kelembapan kurang baik, bahan penisilin akan menimbulkan efek samping yang sama. Bahan bahan pembantu; banyak obat obatan dimana pengaruh bahan bahan pembantu dapat merubah secara drastic pola absorbsinya dan oleh karena itu efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh, seperti meningkatnya toksisitas fenitoin setelah bahan pembantu yang semula dipakai CaSO4 diganti dengan laktosa. 2) a. Cara cara prosesing Formulasi obat yang sudah baik dalam suatu pabrik bisa sama sekali berubah bila dibuat oleh

pabrik lain dengan menggunakan alat alat yang berbeda. Hal ini menjadi masalah kritis apabila digunakan untuk memproduksi tablet tablet dengan kadar zat khasiat yang rendah seperti digoksin 0,25 mg/tablet 200 mg. b. Ruangan dan kondisi kondisinya ( temperature, kelembaban, penerangan, dan sebagainya )

yang memenuhi syarat. Misalnya pada pembuatan sediaan tetrasiklin yang merupakan bahan baku yang kurang stabil pada kondisi tertentu sehingga dapat mengakibatkan penguraian tetrasiklin

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

3/7

4/5/2014

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

menjadi nonaktif, hepatotoksik, dan nefrotoksik. c. d. Tenaga tenaga yang kompeten. Dikerjakan dengan system produksi dan system control yang baik. Dalam hal ini persyaratan

persyaratan Good Manufacturing Practices ( GMP ) menjadi penting.

BAB II METODE KERJA

2.1. Alat dan Bahan A. Alat : B. Spektrofotometer Botol Pipet ukur Tabung reaksi Rak tabung Beaker glass Pipet Bahan : Paracetamol Urin Sarung tangan Masker

2.2. Metode Kerja A. Pemberian Paracetamol dengan Pengumpulan Urin

Cuplikan urin harus dikumpulkan selama waktu 6 jam. Probandus dapat meminum obat dan dapat mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis. Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 40C tanpa penguraian yang berarti. 1. Untuk menjaga aliran urin, subjek harus minum 200 ml air setelah 30 menit.

Cuplikan ini digunakan sebagai blanko, catat volumenya. 2. Paracetamol 500 mg diminum dengan 200 ml air dan waktu mulai dicatat. Ini

adalah waktu jam ke nol. 3. Setelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urin diukur dan

dicatat serta ditandai. Ambil kurang lebih 15 ml. Probandus minum 200 ml air. 4.
close

Prosedur yang sama (seperti angka 3) diulang dengan interval waktu: 2,3,4,5 dan
close

6 jam.

B.

Analisis Cuplikan Paracetamol Total dalam Urin 1. Tentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing-masing

interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk penetapan kadarnya: Ambil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam tabung reaksi. Cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadestcampur homogen.

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

4/7

4/5/2014

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga


Lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm. Lakukan duplo. 2. Selanjutnya hitung parameter farmakokinetik paracetamol.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data Pengamatan Waktu intervalVu (jam) 0-8,5 8,5-9,5 9,5-10,5 10,5-11,5 11,5-12,5 12,5-13,5 (mL) 80 50 50 100 70 70 Cu (mg/mL) 0,0726 0,0637 0,0645 0,0119 Du Dukum (mg) 5,808 3,185 3,225 1,19 5,808 8,993 12,218 13,408 8,839 5,654 2,429 1,239 Du-Dukum Ln(DuDukum ) 2,1792 1,7324 0,8875 0,2143 -0,1098

Must Read

Rabu, 02/04/2014 | 14:12 WIB

Mengubah 0,343 Kemungkaran dengan Cara 0,0049 13,751 0,896 Mengumandakan Adzan II

0,0128 0,896 semuanya, 14,647 aku 0 adalah perempuan "Wahai penduduk yang sudah bersuami. Laki-laki ini menginginkan

tubuhku dan memasukkanku ke dalam rumahnya. Nilai Serapan Sampel Sampel 1 2 3 4 5 6 Ao 1,421 1,247 1,264 0,242 0,108 0,259

Tabel Regresi Linear X= Waktu interval (jam) Y= Ln(Du-Dukum )

8,5 9,5 10,5 11,5 12,5

2,1792 1,7324 0,8875 0,2143 -0,1098

IV.2 Perhitungan X = Cu = X1 = = 72,6367 X2 = = 63,6723

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

5/7

4/5/2014
X3 = = 64,5481 X4 = = 11,8948 X5 = = 4,9912 X6 = = 12,7707

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

Regresi: b = -0,60961 kel = - (-0,60961) = 0,60961 t1/2 = = 1,1368

IV.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam urin. Sebelum meminum paracetamol probandus berpuasa selama 6 jam. Hal ini dilakukan agar parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak, adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat.Menggunakan larutan parasetamol dengan konsentrasi larutan induk 0,01 mg/ml. Konsentrasi yang telah dibuat diukur serapannya menggunakan spektrofotometer. Setelah perlakuan di atas, sampel diambil untuk diukur serapannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum 252 nm. Hasil nilai serapan tersebut dimasukkan dalam rumus regresi linear y = bx + a , dimana y adalah nilai serapan dan nilai x yang diperoleh adalah konsentrasi paracetamol dalam urin (mg/mL). Dari nilai x tersebut ditentukan nilai Ln(Du-Dukum ) kemudian dimasukkan dalam grafik regresi linear antara waktu dan Ln(Du-Dukum ). Dari hasil perhitungan regresi yang diperoleh, didapatkan nilai b = -0,60961 untuk dihitung nilai t1/2 dan diperoleh sebesar 1,1368 jam. Hasil tersebut memenuhi syarat t1/2 untuk paracetamol yaitu 1-3 jam. Waktu paruh sangat penting untuk menentukan interval dosis

BAB V KESIMPULAN

1. 2. 3.

Konstanta eliminasi menunjukkan kecepatan eliminasi obat dalam tubuh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi obat dari tubuh. Waktu paruh dan kecepatan eliminasi dapat ditentukan dengan mengetahui konsentrasi

obat dalam urin (cairan biologis)

DAFTAR PUSTAKA

Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011. Penuntun Praktikum Farmakokinetik . Bogor: Universitas Pakuan Isselbacher, dkk., Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran. Shargel Leon, Yu Andrew B.C. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetik Edisi ke-2. Airlangga University Press.

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

6/7

4/5/2014
0
Share

Analisis Paracetamol Dalam Urin | Mekar Dan Berkilau Di Taman Surga

0
Tw eet

0
Like Share

Dikirim pada 20 Desember 2011 di Farmasi ku ^^

0 Comments

Facebook

Komentar

Add a comment... Also post on Facebook


Facebook social plugin

Posting as Diah Ayu Wulandari (Not you?)

Comment

CONNECT WITH ABATASA

ABATASA MEDIA
Ada Yang Baru? Sejarah Abatasa Team Abatasa Disclaimer Term of Use Beriklan dan Hubungi Abatasa

KOLOM ABATASA
Kang Dudung Hikmah Parenting Motivation Mas Amri Nasehat

PUSTAKA ABATASA
Hikmah Telaah Tasawuf Filsafat Islam Shalawat Ekonomi Islam

HIJABERS ABATASA
Hijab Preneur Parenting Nasihat Sehat dan Cantik Kuliner Tips

BLOG ABATASA
Blog Pilihan Blogger Abatasa

MARKET ABATASA
Catalogue Produk Cara Berjualan

Copyright by CV. Kawatama Sinergi Bandung | Beriklan? hubungi 022-6642867 atau adv@kawatama.com

http://pharmhafizhah.abatasa.co.id/post/detail/18603/analisis-paracetamol-dalam-urin.html

7/7

Das könnte Ihnen auch gefallen