Sie sind auf Seite 1von 8

Nama NIM

: Andika Musyafak : 1111 0058

Jurusan/Kelas : Pendidikan Agama Islam / C

JAWABAN UAS SPI 1. A. Penyebaran Islam Melalui Jalur Politik Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi atau rempah-rempah di Indonesia sambil berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besarbesaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / penduduk 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaankerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin. Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahanpemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Selain itu, dalam jalur politik, penyebaran Islam dilakukan oleh para Raja. Pengaruh kekuasaan seorang raja juga berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan menjadi teladan bagi rakyatnya. Itulah mungkin sedikit gambaran tentang keadaan dimana Agama Islam di ajarkan lewat jalur Politik kerajaan.Dari sumber lain juga disebutkan, melalui jalur politik para walisongo melakukan strategi dakwah mereka di kalangan para pembesar kerajaan seperti Majapahit, Pajajaran bahkan para walisongo juga mendirikan kerajaan Demak, Sunan gunungjati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan Banten, Kesemuanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran Islam, Baik di Sumatra, Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam

memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan-kemenangan secara politik banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan Islam untuk masuk Islam. Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran Agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya dibawah pimpinan Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam. B. Respon Penguasa Kerajaan Wilayah Pesisir Jawa Pada Saat Islam Datang Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin dan juga fleksibel, membawa perdamaian, dapat menyesuaikan kondisi dan situasi daerah tertentu, bersifat demokratis dan tidak otoriter terhadap umatnya, sehingga dapat diterima dengan mudah oleh semua kalangan dari pada agama-agama lain. Selain itu cara masuk Islam juga mudah dan tidak perlu mengeluarkan biaya yaitu cukup dengan mengucapkan dua syahadat. Penyebaran Islam melalui banyak cara, seperti akulturasi dengan kebudayaan dan adat istiadat lokal, pemunculan kebiasaan baru, dan secara langsung tanpa ada akulturasi ataupun asimilasi dsb. Islam juga tidak mengenal adanya kasta atau pengelompokan strata sosial sehingga para penduduk pribumi yang berlatar belakang ekonomi rendah lebih tertarik terhadap Islam. Melalui berbagai Cara tersebut, Islam dapat diterima dan berkembang pesat sejak sekitar abad ke-13 M. Alasannya adalah sebagai berikut; Islam bersifat terbuka sehingga penyebaran agama Islam dapat dilakukan oleh siapa saja atau oleh setiap orang Muslim Penyebaran Islam dilakukan secara damai Islam tidak membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat Upacara-upacara dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana Ajaran Islam berupaya untuk menciptakan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.

2. A. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Belanda Pada tahun 1882 M, pemerintah belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragamadanpendidikan Islam yang disebut Priesterraden. Atas nasehat dari badan inilah maka pada tahun 1905 M pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan Pengajaran (baca pengajian) harus minta izin terlebih dahulu. Pada tahun-tahun itu memang sudah terasa adanya ketakutan dari pemerintah Belanda terhadap kemungkinan pembrontakan orang-orang pribumi, karena terjadinya peperangan antara jepang melawan Rusia yang dimenangkan Jepang. Pada tahun 1925 M, pemerintah Belanda kembali mengeuarkan peraturan yang lebih ketat lagi terhadap Pendidikan Islam, yaitu bahwa tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan pelajaran mengaji. Peraturan ini mungkin disebabkan oleh adanya gerakan Organisasi pendidikan Islam yang nampak tumbuh seperti Muhammadiyah, Partai Syariat Islam, Al-Irsyad, Nahdlatul Waton, dan lain-lain. Pada tahun 1932 M, keluar pula peraturan yang dapat memberantas dan menutup Madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh Pemerintah Belanda yang disebut ordonansi Sekolah Liar ( Wilde School Ordonantie). Peraturan ini dikeluarkan setelah munculnya gerakan Nasionalisme-islamisme pada tahun 1928 M, berupa Sumpah Pemuda. Selain daripada itu untuk menghadapi reaksi dari rakyat, dan untuk menjaga dan menghalangi masuknya ajaran Agama di sekolah umum yang kebanyakan muridnya bergama Islam, maka pemerintah mengeluarkan peraturan yang disebut netral agama. Yakni bahwa pemerintah bersikap tidak memihak kapada salah satu Agama sehingga sekolah pemerintah tidakmengajarkan Agama. Dan pemerintah melindungi tempat peribadatan Agama (Indische Staat Regeling pasal 173-174). B. Bentuk-Bentuk Pendidikan Islam Klasik Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan.

2. Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan. 3. Pendidikan tinggi. Dalam bidang Pendidikan, pemerintah belanda memeperkenalkan metode dan strategi baru dalam pendidikan, namun hal ini bertujuan tidak lain untuk menghasilkan tenaga kerja yang kelak dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka mendatangkan teanga kerja dari barat. Apa yang mereka sebut pembaruan pendidikan itu adalah westernisasi dari kristenisasi yaitu untuk kepentingan Barat dan Nasrani. C. Penyebab Munculnya Gerakan Pembaharuan Islam Kedatangan bangsa Belanda meembuat raja-raja dan rakyat di Kepulauan Nusantara mengadakan perlawanan terhadap VOC. Tetapi pada akhirnya mereka tidak berdaya dan Belanda semakin kuat mencengkramkan kukunya di bumi Nusantara ini. Kedatangan bangsa Barat memang telah membawa kemajuan teknologi. Tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahan bukan untuk kemakmuran bangsa yang dijajah. Dalam hal pendidikan, pendidikan umat Islam pada zaman Belanda dari waktu ke waktu demikian memprihatikan karena terus menerus mendapatkan tekanan dan perlakuan yang tidak menggembirakan. Namun demikian, umat Islam secara terus menerus pula tetap berjuang dan melakukan perlawanan, hingga akhirnya pendidikan Islam mengalami kebangkitan. Kebangkitan tersebut terinspirasi oleh gerakan yang lahir di Timur Tengah, yang dibawa oleh orang-orang Indonesia yang menunaikan haji ke tanah suci Mekkah. Gerakan ini dimulai dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, Perserikatan Ulama Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1927), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung Bukit Tinggi (1930), dan lain sebagainya. Dari pemaparan diatas, kita melihat rakyat Indonesia tidak henti-hentinya melakukan usaha baik segi tenaga maupun keintelektualan demi terciptanya pendidikan Islam. Walaupun disisi lain, usaha-usaha tersebut dikecam bahkan ditentang oleh pemerintah

Belanda. Dengan keuletan dan usaha Rakyat itu ternyata menghasilkan buah juga. Yaitu ditandai dengan bermunculnya lembaga-lembaga baru dalam pendidikan Islam.

D. Adakah Lembaga Pendidikan Islam Yang Memberikan Konstribusi Lebih Unggul? Menurut Saya tidak ada. Pada zaman Belanda pendidikan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor politik yang ditentukan oleh kebijakan penguasa, yaitu Belanda. Baik semasa VOC maupun pemerintahan Hindia Belanda. Dengan demikian, politik pendidikan bukan hanya bagian dari politik kolonial, akan tetapi merupakan inti politik kolonial. Jenis pendidikan yang disediakan oleh pemerintah Belanda bagi anak-anak Indonesia banyak ditentukan oleh tujuan-tujuan politik Belanda terutama dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan ekonomi. Disisi lain Bangsa Indonesia yang tidak mendapat perlakuan yang baik serta memuaskan dari pemerintah Belanda. Ditambah lagi Belanda membatasi sepak terjang pendidikan Islam, misalnya adanya pengwasan ketat terhadap pesantren dan di sulitkannya akses pengajaran oleh seorang pakar Agama/Kyai. Sehingga pada masa penjahahan Belanda, lembaga pendidikan Islam tidak berkembang sesuai yang diharapkan para umat Islam maupun tokohtokoh Islam. Justru lembaga pendidikan umum yang mengalami kemajuan dan keunggulan. Karena sekolah umum sudah diakui dalam sistem pendidikan pemerintahan.

3. Saran Dan Kesan Alhamdulillah selama Saya mengikuti pelajaran Sejarah Pendidikan Islam (SPI) tidak ada rasa terpaksa atau lain sebagainya. Walapun disisi lain Saya sering datang terlambat dan merasa ngantuk di kelas. Dalam perkuliahan SPI ini Saya menemukan suasana belajar yang tidak Saya temukan di Perkuliahan lain, dimana sebelumnya dosen pengampu Mata Kuliah biasanya hanya sibuk dengan kepentingannya dan tidak memperhatikan Diskusi Kelas. Tetapi, dalam perkuliahan SPI ini, dosen sangat memperhatikan penjelasan-penjelasan para pemakalah dan sedikit banyak meluruskan yang sekiranya kurang tepat atau lain sebagainya. Jadi, dalam perkuliahan, walaupun sebenarnya Kita diberi kesempatan berpendapat sebebas-bebasnya namun Saya merasa tetap terkontrol.

Saran Saya, mohon ditingkatkan lagi metode pembelajaran SPI menjadi lebih menyenangkan, bermanfaat dan mengandung unsur kekeluargaan. Mengingat tidak semua jurusan PAI berlatarbelakangkan MAN/MAK, tetapi juga pendidikan umum seperti SMA dan SMK. Harapannya semoga Bapak Triyo maupun Ibu Sofi diberikan kesabaran dalam mengemban amanah sebagai pendidik Mata Kuliah SPI. Amiin

DAFTAR RUJUKAN Zuhairi. 1986. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: iain jakarta Nizar, samsul. 2009. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: kencana prenada media. http://www.acehforum.or.id http://www.taufikrahman.co.cc/2008/11/pendidikan-masa-politik-etis-di.html

Das könnte Ihnen auch gefallen