Sie sind auf Seite 1von 49

PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA c:\Users\Toshiba\Pictures\logo.jpg DI BLU RSU PROF.Dr.R.D.

KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010-31 DESEMBER 2011

SKRIPSI

Oleh : Radiatul Jannah 0800111216

Dosen Pembimbing : Prof. DR. dr. Eddy Suparman SpOG(K) DR. dr. Freddy W. Wagey SpOG(K)

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi di bagian Obstetri Ginekologi dengan judul: PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BLU RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010 31 DESEMBER 2011

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan sa ran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. DR. dr. Sarah. M. Warouw, SpA(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado beserta para pembantu Dekan. 2. Prof. DR. dr. Eddy Suparman, SpOG (K) selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan nasehat bagi penulis.

3. DR. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG (K) selaku Dosen Pembimbing II dan Kepala Bagian Obstetri Ginekologi yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dibagian Obstetri Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado serta telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan nasehat bagi penulis. 4. Prof. dr. Hermie M.M Tendean, Sp.OG (K) dan dr. Joice J. Kaeng, Sp.OG(K) selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis yang sangat berharga dalam penyelesaikan skripsi ini. 5. Dr. P. M Wowor, M.Kes, Sp.FK selaku Ketua Program Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran serta masukan yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Dr. Johny Runtuwene selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan bagi penulis. 7. Kedua orang tua tercinta, Papa Drs. Ruslan dan Mama Wa Sawiani karena berkat doa, cinta, kasih saying, pengorbanan, kesabaran dan pengertian kepada penulis dalam menjalani hidup dan pendidikan ini. Juga buat yang terkasih kakakku tercinta dr. Asmaul Husna dan kedua adikku Sulistia Pratiwi dan Nur Hikmah atas dorongan, semangat dan keceriaan dalam menempuh hidup ini. Semoga kita bisa selalu membanggakan Papa dan Mama. 8. Teman temanku, yani, cici, orin, diny, iin, devy dan nona. Terima kasih atas bantuan, semangat, dukungan serta doa kalian.

9. Teman-teman FKU-UNSRAT angkatan 2008 terima kasih atas kesejawatan kalian selama kuliah, KKP dan KKN. 10. Teman-teman yang Skripsi di bagian Obstetri Ginekologi terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih at as bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Manado, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ............................. i DAFTAR ISI ..................................................................... ........................................ iv DAFTAR TABEL ................................................................... .................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................. .......................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. ...................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................... ......................... 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................... ........................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Definisi .................................................................... ................................ 5 F. Mekanisme ................................................................... .......................... 6 G. Distosia Karena Kelainan Power .............................................. .............. 7 H. Distosia Karena Kelainan Passage ............................................ .............. 8 I. Distosia Karena Kelainan Passanger .......................................... ............. 9 J. Distosia Bahu ............................................................... ........................... 11 K. Penanganan .................................................................. ........................... 11 L. Komplikasi .................................................................. ............................ 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................ ............................ 18 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. ................ 18 C. Subjek Penelitian ........................................................... .......................... 18 D. Kriteria Pengambilan Sampel ................................................. ................ 19 E. Variabel Penelitian ......................................................... ......................... 19 F. Alat dan Bahan .............................................................. .......................... 19 G. Cara Kerja .................................................................. ............................. 20 H. Batasan Operasional ......................................................... ....................... 20 BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................ ....................... 22 BAB V PEMBAHASAN ............................................................... .......................... 28 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................. .......................... 32 B. Saran ....................................................................... ................................. 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. .............................. 33

DAFTAR TABEL

Nomor Judul tabel Halaman Tabel 1 Distribusi pasien distosia remaja menurut persentase tiap 22 tahun Tabel 2 Distribusi pasien distosia menurut kelompok umur remaja 23 Tabel 3 Distribusi pasien distosia pada remaja menurut paritas 24 Tabel 4 Distribusi pasien distosia pada remaja menurut etiologi 25 Tabel 5 Distribusi pasien distosia pada remaja menurut tindakan 26 Tabel 6 Distribusi pasien distosia pada remaja menurut komplikasi 27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum action , faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila ketiga faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung secara normal/spontan. Namun apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan pada jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan secara normal.1 Dikatakan tidak berjalan secara normal karena terjadi kelambatan atau kesulitan dan dapat membawa satu akibat buruk bagi ibu dan anak.2 Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh perubahan fisik, emosi dan psikis, dengan batasan usia remaja menurut WHO (World Organization Health) adalah 12-24 tahun. Pada masa remaja tersebutlah terjadilah pematangan seksual atau alat-alat sistem reproduksi.3 Dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 9% dan tinggi badan 1%, sehingga tidak mengherankan apabila

persalinan akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu (disproporsi sefalopelvik) paling sering ditemukan pada ibu yang sangat muda. Selain itu pada usia muda juga dikatakan bahwa alat reproduksinya belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah seperti ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi yaitu distosia.4 Resiko kehamilan pada remaja tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan beban fisik tersendiri pada individu yang mengalaminya. Remaja merupaka masa pertumbuhan fisik, jika pada masa ini remaja harus menanggung pertumbuhan lain maka dapat dipastikan pertumbuhan remaja tersebut baik fisik maupun psikologis akan terhambat. Pada saat bersalin misalnya, remaja tersebut akan banyak memiliki resiko partus macet atau distosia karena ukuran panggul ibu yang masih remaja lebih kecil daripada bayi yang sedang dilahirkannya. Apabila partus macet, resiko ruptur akan meningkat dan akhirnya ibu dan janin menjadi lebih rentan terhadap kematian akibat persalinan.5 Pada umumnya persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan normal seperti distosia disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks, diantaranya faktor instrinsik bayi dan faktor maternal biologi meliputi umur ibu .6 Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir kaku,

sehingga rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan yaitu preeklamasi, abortus, partus lama lebih sering terjad i pada usia dini.7 Pada hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 dilaporkan dari seluruh persalinan, 67% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, distosia 21%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Partus lama (distosia) merupakan indikasi yang paling utama untuk dilakukan persalinan tindakan. Hal ini sering disebabkan oleh disproporsi kepala panggul, kelainan letak dan gangguan kontraksi uterus.8

B. Rumusan masalah Bagaimana gambaran persalinan distosia pasa remaja dibagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011 ditinjau dari umur ibu, paritas, etiologi, tindakan dan komplikasi ?

C. Tujuan penelitian Untuk mendapatkan persalinan distosia pada remaja dibagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011 ditinjau dari umur ibu, paritas, etiologi, tindakan dan komplikasi .

D. Manfaat penelitian 1. Dapat digunakan sebagai data untuk megetahui jumlah kasus persalinan distosia pada remaja di bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. 2. Dapat menambah pengetahuan tentang persalinan distosia pada remaja. 3. Dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi 1. Distosia Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kemacetan atau tidak adanya kemajuan dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia yang menunjukkan kegagalan.9,10,11 Distosia dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar yaitu 3P yaitu : - Distosia karena kelainan Power (tenaga/his) His yang tidak normal dalam kekuatan atau atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. - Distosia karena kelainan Passage Kelainan dalam bentuk ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. - Distosia karena kelainan Passanger Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin. 12

2. Remaja Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan social dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI antara 10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun. Sementara itu, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu : a. Masa remaja awal (10-12 tahun). b. Masa remaja tengah (13-15 tahun). c. Masa remaja akhir (16-19 tahun).3

B. Mekanisme Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati jalan lahir kepala harus dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik yang masih belum mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus didaerah fundus uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan kala I. setelah dilatasi servik lengkap, hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin (fotopelvik proportion) serta kapasitas panggul dikatakan baik bila desensus janin sudah terjadi akibat regangan uterus berlebihan dan atau partus macet. Dengan demikian maka persalinan yang tidak

berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan adanya fotopelvik disproportion.9

C. Distosia Karena Kelainan Power Jika tidak terjadi pola aktivitas uterus yang normal, progresi persalinan akan abnormal (biasanya memanjang). Hingga tahun 1940-an, distosia dianggap disebabkan oleh inersia uteri. Sejak saat itu penelitian menunjukkan bahwa beberapa pola aktivitas uterus mungkin menyebabkan kelambatan kelahiran anak. Pola-pola ini disebut aktivitas uterus yang tidak efisien, yang dibagi menjadi : a. Aktivitas uterus hipoaktif. Tonus istirahat uterus rendah dan intensitas kontraksi lebih lemah sehingga hanya terjadi penyebaran gelombang kontraktil yang lemah saja. Kontraksi terjadi dengan interval yang lebih panjang dari biasanya dan tidak menimbulkan kesakitan yang berat pada pasien.13 b. Aktivitas uterus hiperaktif yang tidak terkoordinasi. Persepsi nyeri pada persalian normal biasanya hanya dirasakan ketika tonus uterus melebihi 25 mmHg. Pada aktivitas uterus hiperaktif yang tidak terkoordinasi, tonus terus istirahat lebih tinggi; akibatnya ambang nyeri lebih cepat tercapai selama kontraksi dan nyeri menetap lebih lama. Meskipun kontraksi kuat, dilatasi serviks lambat karena triple gradiennya terbalik. Jika pasien belum diberi anastesi epidural, ia akan mengeluh nyeri pinggang yang hebat yang meningkat pada setiap kali kontraksi nyeri ketika nyeri menjalar

ke abdomen bawah. Mungkin ada dua variasi aktivitas uterus hiperaktif. Kini keduanya jarang terjadi dan merupakan akibat dari tindakan yang tidak diambil untuk mengurangi masalah. Variasi ini adalah kolik uterus dan distosia cincin kontriksi. Pada kolik uterus, berbagai bagian uterus berkontraksi sendiri-sendiri dan nyeri kontraksinya bersifat generalisata dan hebat. Distosia cincin kontraksi terjadi apabila timbul spasme anular pada persambungan antara segmen atas uterus, biasanya pada persalinan kala pertama lanjut atau awal kala kedua. Ini dapat terjadi karena pemakaian oksitosin yang tidak bijaksana atau manipulasi intrauteri.13

D. Distosia Karena Kelainan Passage Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras seperti adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian lunak seperti adanya tumor tumor. Distosia karena kelainan alat kandungan misalnya atresia vulva (tertutupnya vulva) , adanya sekat dan tumor vagina, cicatrices pa da cervix karena infeksi atau operasi.14 Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang tengah panggul) dan outlet (dasar panggul).1 1. Kesempitan Pintu Atas Panggul (inlet) : inlet dianggap sempit jika Conjugata Vera (CV) kurang dari 10 cm atau diameter transfersa kurang dari 12 cm. Tingkat I : CV 9-10 (borderline) dilakukan partus biasa

Tingkat II : CV 9-8 cm (relative) dilakukan partus percobaan Tingkat III : CV 6-8 cm (ekstrim) dilakukan ektraksi vakum/forsep Tingkat IV : CV 6 cm (mutlak) dilakukan operasi seksio 2. Kesempitan midpelvis : dikatakan sempit jika jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang. Kesempitan midpelvis member kesulitan sewaktu partus, sesudah kepala melewati panggul. Adanya kesempitan ini merupakan kontraindikasi untuk forsep karena daun forcep akan akan menambah sempitnya ruang. 3. Kesempitan outlet : adalah bila diameter tranversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. kesempitan outlet meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya janin namun dapat menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.1

E. Distosia Karena Kelainan Passanger Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala. Apabila janin dalam keadaan malposisi atau malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi distosia. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain presentasi belakang kepala. Sedangkan malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif terhadap panggul ibu (misalnya posisi Oksipito posterior). Pada persalin an persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di

kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun pada posisi oksipito posterior umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.15 Beberapa bayi mempunyai defek kongenital sehingga persalinan pervaginam menjadi sulit atau tidak mungkin, misalnya janin dengan tumor pada leher atau abdomen dan janin dengan penumpukan cairan cerebro spinal yang berlebihan menyebabkan pembesaran kepala janin (hidrosefalus). Hidrosefalus sering pula menimbulkan distosia bahkan ruptur uteri karena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam pintu atas panggul.15,16 Presentasi janin dapat menyebabkan perpanjangan masa persalinan (misalnya posisi oksipito-posterior), demikian juga besarnya janin. Janin besar (> 4000 gr) tidak mudah dilahirkan pervaginam, meskipun ukuran panggul normal. Beberapa ibu dapat terprogram secara genetik selalu melahirkan bayi besar, seperti pada beberapa ibu diabetes. 16, 17 Vakum dan forsep kadangkala digunakan pada persalinan normal untuk memudahkan melahirkan. Vakum dan forceps diperlukan ketika janin terganggu atau posisinya tidak normal, ketika wanita tersebut mengalami kesulitan untuk mengejan, atau ketika terjadi distosia. Namun, jika forceps dicoba dan tidak berhasil, operasi sessar dilakukan. 18

F. Distosia Bahu Distosia bahu terjadi ketika salah satu bahu janin pada posisi berlawanan dengan tulang pubis wanita tersebut bertahan dijalan lahir. Kepala keluar tetapi tertarik kembali dengan kuat berlawanan dengan pembukaan vagina. Bayi tidak dapat bernapas karena tertekan oleh jalan lahir akibatnya kadar oksigen pada darah bayi menurun.9 Persalinan dengan distosia bahu didahului dengan kelahiran kepala janin tetapi menjumpai kesulitan saat melahirkan bahu. Untuk menghindari kemungkinan persalinan dengan distosia bahu, perlu dilakukan evaluasi perjalanan turunnya kepala dan perkiraan berat janin. Tindakan yang paling ideal adalah dengan melakukan seksio sesarea, persalinan pervaginam sebagian besar dengan morbiditas besar sampai pada kematian janin.9,19

G. Penanganan Tatalaksana distosia dengan selalu mengingat serta memperhatikan indikasi, beberapa penanganan yang dapat dilakukan pada kasus distosia yaitu: 1. Akselerasi persalinan Percepatan persalinan adalah percepatan buatan pada persalinan yang prosesnya tidak efektif atau terlalu lambat. Oxytocin digunakan untuk percepatan persalinan. Persalinan dipercepat ketika seorang wanita mengalami kontraksi yang tidak efektif menggerakkan janin melalui saluran lahir. 18,20 2. Persalinan percobaan.

Adalah percobaan untuk melakukan persalinan pervaginam pada wanitawanita dengan panggul yang relative sempit. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam.16,20 3. Ekstraksi (vacuum maupun forceps) Ektraksi vakum seperti juga ekstraksi forcep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir. Forcep yang memegang kepala janin dari samping secara teoritis memberi tenaga pada basis cranii janin, sedangkan ekstraksi vakum memegang bagian terdepan dari kepala janin, sehingga dapat dikatakan janin ditarik keluar pada rambutnya. Vakum atau forsep digunakan untuk membantu melahirkan. Forsep ditempatkan di sekeliling kepala bayi. Vacuum extractor menggunakan penghisap untuk ditempelkan ke kepala bayi. Dengan alat manapun, bayi ditarik keluar dengan lembut sebagaimana wanita tersebut mengejan.18,21,

http://www.medicastore.com/images/melahirkan%20abnormal.jpg Menggunakan Forceps dan Vacuum Extractor

Vakum dan forsep kadangkala digunakan pada persalinan normal untuk memudahkan melahirkan. Vakum dan forceps diperlukan ketika janin terganggu atau posisinya tidak normal, ketika wanita tersebut mengalami kesulitan untuk mengejan, atau ketika persalinan lama. (kadangkala dokter lebih suka melakukan operasi sessar). Jika forsep dicoba dan tidak berhasil, operasi sessar dilakukan.18,20,21 4. Seksio sesarea Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dibandingkan dengan melahirkan normal, melahirkan dengan operasi sessar menghasilkan lebih banyak nyeri setelahnya, tinggal lebih lama di rumah sakit, dan waktu penyembuhan yang lebih lama. Operasi seksio bisa dilakukan

apabila mengalami kegagalan dalam melakukan persalinan percobaan maupun ektraksi vakum atau forceps.18,20,21 5. Lain-lain (misalnya embriotomi) Embriotomi yaitu mengecilkan badan janin dengan cara memotong-motong bagian-bagian atau mengeluarkan isi badan janin dengan tujuan supaya mudah dilahirkan melalui jalan lahir biasa. Embriotomi biasanya dilakukan bila janin telah mati dan susah dikeluarkan.18,20,21

H. Komplikasi Distosia dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus. 1. Dampak pada ibu a. Infeksi intrapartum : infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya terutama dalam keadaan pecah ketuban. Bakteri naik menuju cairan dan menginvasi desidua serta pembuluh korion, menimbulkan bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.12,16,22 b. Ruptur uterus : Pada distosia penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan riwayat sesar. Jika disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian sehingga tidak terjadi pemasukan dan penurunan bagian persentasi, segmen bawah uterus dapat sangat teregang dan terjadi ruptur uterus.12,16,22

c. Cincin retraksi patologis : walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukkan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.12,16,22 d. Cedera dasar panggul: kepercayaan yang sudah lama dianut adalah bahwa cedera pada otot dasar panggul atau persyarafannya atau fasia penghubung merupakan konsekuensi tak terhindarkan dari persalinan per vaginam, kecuali jika persalinan sulit. Selama persalinan, dasar panggul mengalami tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kearah bawah dari upaya ekspulsif ibu. Gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf dan jaringan ikat. Terdapat kekhawatiran bahwa efek pada dasar panggul selama proses pada persalinan ini dapat menyebabkan inkontinensia urin dan feses serta prolaps organ panggul pada kehidupan pasien di masa mendatang.12,16,22 e. Fistula post partum : apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk jangka waktu cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami

tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua yang berkepanjangan. Dahulu, saat tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai tetapi saat ini jarang terjadi kecuali dinegaranegara yang belum berkembang.12,16,22 2. Janin. a. Kaput Suksedaneum: apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terkadi kaput Suksedaneum yang besar dibagian terbawah kepala janin. Kepala ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput dapat mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.12,16,22 b. Molase kepala janin : akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase (molding moulage). Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang disebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulangn frontal. Namun, tulang oksipital terdorong kebawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,

molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intrakranial pada janin.12,16,22 c. Pneumonia : pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah merupakan konsekuensi serius lainnya.12,16,22 d. Cedera / fraktur : fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur mungkin tampak sebagai alur dangkal atau cekungan berbentuk sebagai alur dangkal atau cekungan berbentuk sendok tepat tepat di posterior sutura koronaris. Fraktur ini tidak berbahaya karena hanya mengenai lempeng tulang eksternal. 12,16,22 e. Kematian : fraktur pada tengkorak yang berbentuk sendok, apabila tidak diperbaiki secara bedah dapat menyebabkan kematian neonatus karena fraktur ini meluas mengenai seluruh ketebalan tengkorak dan membentuk tonjolan-tonjolan permukaan dalam yang melukai otak. 12,16,22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian dilakukan di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. 2. Waktu : Penelitian direncanakan dilakukan pada bulan November 2011Februari 2012.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi : semua pasien remaja yang dirawat di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. 2. Sampel : Semua pasien remaja yang di diagnosis distosia di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011.

D. Kriteria Pengambilan Sampel Semua pasien remaja yang di diagnosis Distosia di Bagian Obstetri Ginekologi BLU RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado periode 1 Januari 2010 -31 Desember 2011 dengan atau tanpa penyakit penyerta.

E. Variabel Penelitian Variabel a. b. c. d. e. Umur. Paritas. Etiologi. Tindakan. Komplikasi.

F. Instrumen Penelitian 1. Alat tulis menulis. 2. Komputer. 3. Kalkulator. 4. Catatan rekam medik pasien distosia di Bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado periode 1 Januari 2010 Desember 2011. 5. Literatur yang berhubungan dengan karya tulis.

G. Tata Kerja 1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan melihat catatan rekam medik pasien distosia di Bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof. Dr.R.D. Kandou Manado periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. 2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer. Data yang terkumpul akan dihitung dan disusun dalam bentuk distribusi frekuensi. 3. Penyajian Data

Data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tulisan.

H. Batasan Operasional 1. Distosia yaitu pasien dengan persalinan yang abnormal, tidak ada kemajuan dalam persalinan yang disebabkan oleh beberapa faktor 3P (Power, Passage dan Passanger). 2. Gambaran adalah ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal yang khusus. Dalam penelitian ini digambarkan atas beberapa variabel yaitu umur, paritas, etiologi, penanganan dan komplikasi.

3. Umur yaitu usia ibu dihitung sesuai dengan catatan tanggal lahir yang dinyatakan tahun pada catatan rekam medik pasien. 4. Usia ibu hamil yang akan diteliti yaitu umur remaja menurut WHO yaitu 12 24 tahun dengan kategori 5. Paritas yaitu jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita. 6. Etiologi yaitu hal yang menyebabkan terjadinya distosia yaitu 3P; Power (inertia uteri), Passanger (bayi makrosomia) dan Passage (panggul sempit, kelainan/tumor pada jalan lahir). 7. Penangan adalah tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk membantu persalinan pada pasien distosia. 8. Komplikasi yang ditemukan pada pasien distosia yaitu antara lain meliputi infeksi intrapartum, fistula post partum dan ruptura uteri.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan secara retrospektif di bagian rekam medis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tentang pasien distosia yang dirawat pada periode 1 Januari 2010-31 Desember 2011, tercatat jumlah kasus yang terdiagnosis distosia pada remaja sebanyak 34 kasus. Data-data yang telah dikumpulkan dari rekam medis penderita, terbagi atas beberapa variabel yang kemudian disusun dan disajikan dalam tabel dibawah ini

Tabel 1. Distribusi Pasien Distosia Remaja Menurut Persentase tiap tahun di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. Tahun Distosia Remaja Total Persalinan % 2010 2011 13 21 2612 4653 0,50 0,45 Total 34 7265 0,47

Berdasarkan data pada tabel 1, di temukan bahwa persentase kasus distosia remaja paling besar ditemukan pada tahun 2010 sebesar 0,50 % dari total persalin

an pada tahun 2010 yaitu 2612.

Tabel 2. Distribusi Pasien Distosia Menurut Kelompok Umur Remaja di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. Umur (Tahun) Jumlah % 12-16 17-21 22-24 1 16 17 2,94 47,06 50 Total 34 100

Berdasarkan data pada tabel 2, di temukan bahwa kasus distosia paling banyak ditemukan pada kelompok remaja umur 22-24 tahun yaitu sebesar 50 %.

Tabel 3. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut Paritas di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. Paritas Jumlah % 0 1 2 23 9 2 67,65 26,47 5,88 Total 34 100

Berdasarkan data pada tabel 3, ditemukan bahwa pada pasien distosia dengan paritas 0, memiliki insiden paling tinggi yaitu sebesar 67,65 %.

Tabel 4. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut Etiologi di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011.

Etiologi Jumlah % Power Passanger Passage 9 12 13 26,47 35,29 38,24 Total 34 100

Berdasarkan data pada tabel 4, ditemukan bahwa distosia remaja paling banyak disebabkan karena masalah jalan lahir (passage) yaitu sebesar 38,24 %.

Tabel 5. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut Tindakan yang dilakukan di BLU RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 201031 Desember 2011.

Tindakan Jumlah % Partus Spontan: Pervaginam Ekstraksi Forsep Ekstrasi vakum Abdominal: Operasi Seksio

7 2 5

20

20,59 5,88 14,71

58,82 Total 34 100

Berdasarkan data pada tabel 5, ditemukan tindakan utama yang paling banyak

dilakukan pada kasus distosia yaitu operasi seksio, yaitu sebesar 58,82 %.

Tabel 6. Distribusi Pasien Distosia pada Remaja Menurut komplikasi penanganan di BLU RSU Prof. Dr R.D Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011.

Komplikasi Jumlah % Ruptura uteri Tanpa komplikasi 4 30 11,76 88,24 Total 34 100

Berdasarkan tabel 6, ditemukan bahwa pada distosia paling banyak tidak ditemukan komplikasi yaitu sebesar 88,24 %.

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dibagian rekam medis di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ditemukan pasien remaja yang didiagnosa distosia pada periode 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2011 di bagian Obstetri Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah tercatat sebanyak 34 kasus. Berdasarkan tabel 1, ditemukan bahwa pada tahun 2010 persalinan distosia pada remaja sebanyak 13 kasus dengan persentase sebesar 0,50 % dari total persalinan 2612 pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011 ditemukan persalinan distosia pada remaja sebanyak 21 kasus dari total persalinan 4653 dengan persent ase sebesar 0,45 %. Sementara total persalinan distosia pada remaja tahun 2010-2011 sebanyak 34 kasus dengan persentase sebesar 0,47 %. Berdasarkan tabel 2, ditemukan bahwa kasus distosia pada remaja di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada periode 1 Januari 2010-31 Desember 2011 paling banyak ditemukan pada kelompok remaja umur 22-24 tahun yaitu sebanyak 17 kasus (50 %). Sedangkan pada kelompok remaja umur 17-21 tahun sebanyak 16 kasus (47,06 %) dan pada kelompok remaja umur 12-16 tahun sebanyak 1 kasus (2,94 %). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa, kehamilan pada remaja akan banyak memiliki resiko pada saat bersalin misalnya partus macet atau distosia.5 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indriyani di Makassar tahun 2006 ditemukan ibu yang mengalami partus tak maju

memiliki kemungkinan 1,8 kali lebih besar terjadia pada usia <20 tahun dan >35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun. Sementara berdasarkan penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh 195 kasus partus tak maju, 1 14 kasus terjadi pada wanita usia 20-34 tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terja di pada wanita usia > 34 tahun dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wani ta usia < 20 tahun dengan proporsi 10,8%. Pada penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 juga diperoleh 273 kasus distosia, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pad a wanita usia > 35 tahun dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usi a < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.21 Berdasarkan tabel 3 ditemukan bahwa insiden distosia pada remaja paling banyak ditemukan pada paritas 0, yaitu sebanyak 23 kasus (67,65 %). Sedangkan paritas =3 tidak ditemukan kasus distosia remaja. Hal ini sesuai dengan peneliti an Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 yang menemukan tercatat 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2% dan 46 kasus terjadi pada par itas = 5 dengan proporsi 23,6%. Sementara itu pada penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007, dilaporkan pada paritas 0 ditemukan 118 kasus dengan proporsi 43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% d an 57 kasus terjadi pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%. Pada hasil penelitian d i Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study juga menemukan ibu yang mengalami partus ta k maju kemungkinan 1,3 kali lebih besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan

paritas 1-3.21 Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa wanita nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan) mempunyai peningkatan resiko sebesar 5-6 kali untuk terjadi kemacetan dalam persalinan. Berdasarkan tabel 4, ditemukan bahwa distosia pada remaja paling banyak disebabkan oleh faktor passanger yaitu sebanyak 12 kasus (35,29 %) dan faktor passage yaitu sebanyak 13 kasus (38,24 %). Dalam penelitian yang dilakukan fakto r passanger yang ditemukan yaitu bayi makrosomia. Hal ini sesuai dengan kepustakaa n yang menyatakan bahwa pada saat bersalin misalnya, remaja akan banyak memiliki resiko partus macet atau distosia karena ukuran panggul ibu yang masih remaja le bih kecil daripada bayi yang sedang dilahirkannya.5 Pada tabel 5, ditemukan bahwa tindakan utama yang dilakukan untuk kasus distosia pada remaja yaitu operasi seksio (section sesarea) yaitu sebanyak 20 ka sus (58,82 5). Hal ini sesusai dengan penelitian Cunningham dkk pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa persalinan secara sectio caesarea di Amerika Serikat terdapat 8 5 % dengan indikasi riwayat sectio caesarea, distosia persalinan, gawat janin, dan letak sungsang. Selain itu, American College of Obstetricians and Gynecologist pada ta hun 2003 juga menyatakan bahwa sekitar 60% persalinan dengan SC dilakukan atas indikasi distosia Pada tabel 6, ditemukan bahwa luaran ibu dengan persalinan distosia paling banyak tanpa disertai komplikasi yaitu sebanyak 29 kasus (85,29 %). Hal ini tida k sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa apabila partus macet, resiko ruptur akan meningkat. Sedangkan untuk komplikasi ruptura uteri yang timbul adal ah

dikarenakan oleh tindakan yang dilakukan untuk mengatasi distosia yang dialami i bu saat bersalin. Sementara untuk komplikasi lain seperti fistula post partum dan i nfeksi intrapartum tidak ditemukan dalam kasus.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Umumnya persalinan distosia pada remaja terjadi pada usia >21 tahun dan pada paritas 0 dengan penyebab yang paling sering adalah faktor janin kemudian faktor jalan lahir. Hal ini karena pada usia remaja sering terdapat ketidaksesuaian ant ara ukuran panggul dan ukuran bayi yang dilahirkan. Untuk kasus distosia paling banyak dilakukan tindakan utama yaitu operasi seksio. Operasi seksio dilakukan setelah dilakukan persalinan percobaan kemudian gagal. Hasil akhir dari pasien dengan distosia sangat baik, karena distosia jarang menimbulkan komplikasi yang berarti.

B. Saran 1. Perlu adanya manajemen data, agar pengambilan data dapat lebih teratur dan terfokus sehingga proses pengambilan data menjadi lebih akurat. 2. Untuk para remaja, agar dianjurkan mempertimbangkan usia untuk hamil serta mempersiapkan mental dan fisik ketika hamil. Mengingat kehamilan pada usia remaja memiliki banyak resiko.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I ed. 2. Jakarta: EGC: 1998 2. Yunizaf H, Handaya. Kuliah Obstetri Ginekologi. Diunduh dari : http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/11/catkul_-obgynui.pdf. diakses 15 November 2011. 3. Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. Kesehatan Reproduksi. Cetakan kedua. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya:2009:10,11,12. 4. Antika SC, Mahmudah. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Wanita Pedesaan untuk Hamil di Usia Muda. Di unduh dari: http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=469&med=4&bid=3. Di akses 29 Oktober 2011. 5. Emilia Ova, Freitag Harry. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. 163 6. Kusumawati Y. Tesis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Persalinan dengan Tindakan. Di unduh dari: http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf. di akses 29 Oktober 2011. 7. Triasih A. Di unduh dari: http://www.scribd.com/doc/56219300/distosia. di akses 15 November 2011. 8. Biro Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: 2003.

9. Josep HK, Nugroho MS. Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi (Obsgyn). Jakarta. Nuha Medika. 2011: 247-8. 10. Manuaba IAC, dkk. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita ed.2. Jakarta: EGC: 2009. 11. Subakti Y, Anggraini DR. Ensiklopedi Calon Ibu. Jakarta: Qultum Media: 2007: 83. 12. Prawirohardjo S, dkk. Ilmu Kebidanan. Ed.4. Cet.2. Jakarta: PT Bina Pustaka:2009: 562, 576-9. 13. Llwellyn Derek, Jones. Dasar-Dasar Obstetri Ginekologi ed. 6. Jakarta: Hipokrates: 2001: 164-6, 163. 14. Ginekologi SMF FK UNPAD Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset: 1984: 216-7. 15. Widjanarko B. Distosia Akibat Kelainan pada Janin. Di unduh dari: http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/distosia-akibat-kelainanjanin.html. diakses 28 desember 2011. 16. Sastrawinata S, Martaadisoebrata, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi ed.2. Jakarta: EGC:2004: 121. 17. Liu DTY. Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta: EGC: 2008. 18. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC: 2004:70.

19. Indra BU. Di unduh dari : http://medicastore.com/penyakit/3183/Prosedur_Persalinan_dan_Melahirkan. html. diakses 31 Januari 2012. 20. Cunningham FG, Gant NF, dkk. Obstetri Williams ed.21. Jakarta: EGC: 2005: 487-90. 21. Sianturi VM. Di unduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%2011.pdf. Diakses 3 januari 2012.

E:\DSC_0211 #.jpg RIWAYAT HIDUP PENULIS

Radiatul Jannah dilahirkan pada tanggal 5 Juli 1989 di Desa Liya Togo Propinsi Sulawesi Tenggara. Penulis merupakan anak kandung pasangan Drs. Ruslan (ayah) dan Wa Sawiani (ibu). Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis memiliki seorang kakak perempuan bernama dr. Asmaul Husna, dan dua orang adik perempuan bernama Sulistia Pratiwi dan Nur Hikmah. Penulis adalah lulusan SDN Inpres Tanah Tinggi 1 Kota Ternate pada tahun 2001, lulusan SMPN 1 Kota Ternate pada tahun 2004, dan lulusan SMAN 1 Kota Ternate pada tahun 2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di perguruan tinggi sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2008 melalui jalur T2 (Tumou Tou) dengan nomor induk mahasiswa 080111216, telah mengikuti dan menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) pada bulan Agustus 2008 dan telah selesai mengikuti KKN-T Khusus Angkatan 94 Posko 70 di LPM UNSRAT kampus UNSRAT Manado pada tahun 2012.

Das könnte Ihnen auch gefallen