Sie sind auf Seite 1von 5

Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan menurut Malingreau

Tingkat I 1. Daerah perkotaan dan terbangun

Tingkat II 1.1. Permukiman perkotaan

Tingkat III

1.2. Perdagangan, jasa, industri 1.3. Kelembagaan 1.4. Transportasi, komunikasi, dan utulitas 1.5. Lahan terbangun lainnya 1.6. Bukan lahan terbangun 2. Daerah perdesaan 2.1. Permukiman perdesaan 2.2. Lahan bervegetsi diusahakan 2.2.2. Sawah tadah hujan 2.2.3. Sawah lebah 2.2.4. Sawah pasang surut 2.2.5. Tegalan 2.2.6. Perkebunan 2.3. Lahan bervegetasi tak disahakan 2.3.2. Hutan lahan basah 2.3.3. Belukar 2.3.4. Semak 2.3.5. Rumput 2.4. Lahan tak bervegetasi (lahan kosong) 2.4.1. Lahan terbuka 2.3.1. Hutan lahan kering 2.2.1. Sawah irigasi

2.4.2. Lahar dan lava 2.4.3. Beting pantai 2.4.4. Gosong sungai 2.4.5. Gumuk pasir 2.5. Tubuh perairan 2.5.1. Danau 2.5.2. Waduk 2.5.3. Tambak 2.5.4. Rawa 2.5.5. Sungai 2.6. Kelurusan

Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan menurut USGS


Level I 1. Perkotaan atau lahan sedang dibangun Level II 1.1. Hunian 1.2. Komersial dan jasa 1.3. Industri 1.4. Transportasi, komunikasi, dan pengggunaan umum 1.5. kompleks industri dan komersial 1.6. Perkotaan atau lahan sedang dibangun campur 1.7. Perkotaan atau lahan sedang dibangun lainnya 2.1. Lahan pertanian dan peternakan 2.2. Lahan kebun buah, kebun anggur, persemaian dan lahan holtikulura hias 2.3. Operasi makan ternak terbatas 2.4. Lahan pertanian lainnya 3.1. Lahan peternakan rumput 3.2. Lahan peternakan semak dan belukar 3.3. Lahan peternakan campur 4.1. Lahan hutan menggugurkan daun 4.2. Lahan hutan selalu hijau

2. Lahan pertanian

3. Lahan peternakan

4. Lahan hutan

5. Perairan

6. Lahan basah 7. Lahan kosong

8. Tundra

9. Salju dan es tahunan

4.3. Lahan hutan campur 5.1. Sungai dan saluran 5.2. Danau 5.3. Reservoir 5.4. Tanggul dan muara 6.1. Lahan basah berhutan 6.2. Lahan basah tidak berhutan 7.1. Dataran laut kering 7.2. Pantai 7.3. Areal berpasir lain selain pantai 7.4. Batuan dibiarkan kosong 7.5. Bidang tambang, parit berbatu, dan lubang gravel 7.6. Areal-areal transisi 7.7 Lahan gundul campur 8.1. Tundra semak dan belukar 8.2. Tundra rumput 8.3. Tundra tanah kosong 8.4. Tundra basah 8.5. Tundra campur 9.1. Padang salju tahunan 9.2. Gletser

Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering digunakan secara bersama-sama. Kedua terminologi tersebut berbeda. Mengutip tulisan Mas Hartanto Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka tahun 1979 kurang lebih berkata: penutupan lahan berkaitan dengan jesis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut. Townshend dan Justice pada tahun 1981 juga punya pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan) Dari kutipan tersebut di atas tersirat bahwa Penggunaan Lahan adalah bagaimana suatu lahan tersebut dikelaskan berdasarkan aktifitas manusia, sedangkan Penutupan Lahan adalah properti alamiah dari lahan tersebut. Beberapa pointer kiranya bisa ditarik dari dua terminologi Penggunaan dan Penutupan Lahan tersebut sebagai berikut.

1. Penutupan Lahan bisa berbeda dengan Penggunaan Lahan. Suatu lahan tanpa vegetasi dengan kondisi tanah terkupas tanpa vegetasi ataupun tumbuhan bawah akan diklasifikan sebagai tanah terbuka (baresoil) dalam penutupan lahan, tetapi dalam Penggunaan Lahan bisa jadi lahan tersebut masuk ke dalam kelas perkebunankarena memang adalah lahan yang sedang disiapkan untuk penanaman. 2. Penutupan Lahan bisa sama dengan Penggunaan Lahan. Banyak kelaskelas dalam Penutupan Lahan sama dengan penggunaan lahan sepanjang penutupan dan penggunaannya sejalan. Misalkan suatu lahan perkebunan

karet (yg sedang ditumbuhi pohon2 karet) bisa dikelaskan ke dalam Penutupan Lahan Perkebunan dan Penggunaan Lahan (juga)

(Per)kebun(an) 3. Klasifikasi Penutupan Lahan bisa saja menggunakan informasi jarak jauh dengan nilai spektral dan kunci-kunci interpretasi lainnya, tetapi klasifikasi penggunaan lahan harus menyertakan informasi/pengalaman dari si interpreter terhadap areal yang sedang ditelaah. Kembali ke Kasus nomor 1 di atas, jika si interpreter hanya mengandalkan kuncikunci interpretasi dalam klasifikasi penggunan lahan, maka akan dihasilkan kelas tanah terbuka yang padahal jika yang bersangkutan memiliki informasi/pengalaman terhadap areal tersebut akan

memasukannya sebagai kelas perkebunan. 4. Penutupan dan Penggunaan Lahan sama-sama penting dalam bentang lahan. Penutupan Lahan bisa dianggap sebagai kondisi saat ini, sedangkan penggunaan lahan berkaitan kondisi yang lebih panjang. Penekanan di sini adalah bahwabenar analisa lahan (hidrologi, lanskap, dll) harus

menggunakan penutupan lahan daripada penggunaan lahan. Tetapi penutupan lahan itu sendiri akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Contohnya, suatu lahan berhutan jika berada dalam penggunaan lahan pertambangan akan tidak tepat dianalisa menggunakan penutupan lahan jika rentang studi cukup lebar karena penggunaan lahannya yakni pertambangan akan mengubah penutupan lahan berhutan tersebut dalam kisaran waktu analisa. 5. Penutupan dan penggunaan lahan terkadang sering disatukan menjadi Peenggunaan dan Penutupan Lahan (Landuse-Landcover). Dengan memperhatikan banyaknya kesamaan kelas (Point 2) maka banyak referensi yang menyatukan keduanya dalam satu kata majemuk.

Das könnte Ihnen auch gefallen