Sie sind auf Seite 1von 40

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK 1.

Pengertian

Sindrom Nefrotik adalah kelainan pada sistem perkemihan/urinary yang ditandai dengan adanya peningkatan protein dalam urine (proteinuria), penurunan albumin dalam darah, dan adanya edema. Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan

kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832). Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemi 2. Klasifikasi

Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik: . a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome). Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya. b. Sindrom Nefrotik Sekunder Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.

c. Sindrom Nefrotik Kongenital Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis. 3. INSIDEN / PRAVELENSI

a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002) 4. Anatomi fisiologi a. Anatomi Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III. Pada fetus dan infan, ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang sehingga waktu dewasa menghilang. Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal.

Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter. Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadangkadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli. Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285 mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1% yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785). b. Fisiologi Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output. Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk

ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak. -

Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa). Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur : a. 1-2 hari : 30-60 ml b. 3-10 hari : 100-300 ml c. 10 hari-2 bulan : 250-450 ml d. 2 bulan-1 tahun : 400-500 ml e. 1-3 tahun : 500-600 ml f. 3-5 tahun : 600-700 ml g. 5-8 tahun : 650-800 ml h. 8-14 tahun : 800-1400 ml Faal Tubulus Proksimal

Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik. Faal loop of henle

Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik. Faal tubulus distalis dan duktus koligentes

Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).

5. Etiologi

Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi: a. Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejala khasnya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. b. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh: 1. Malaria kuartana atau parasit lain. 2. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid. 3. Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis. 4. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa. 5. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membran oproliferatif hipokomplementemik. c. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya ) Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal segmental. 6. Patofisiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik

hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria) Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

Etiologi : - autoimun - pembagian secara umum

Glomerulus

Permiabilitas glomerulus Sistem imun menurun

Porteinuria masif

Resiko tinggi infeksi Hipoproteinemia Hipoalbumin

Hipovolemia Tekanan onkotik plasma

Sintesa protein hepas

Aliran darah ke ginjal

Sekresi ADH

Volume plasma

Hiperlipidemia

Malnutrisi
Pelepasan renin Reabsorbsi air dan natrium Retensi natrium renal

Gangguan nutrisi
Edema Usus

Vasokonstriksi

- Gangguan volume cairan lebih dari kebutuhan


- Kerusakan integritas kulit

Efusi pleura

Sesak

Penatalaksanaan Hospitalisasi Diet

Tirah baring

Kecemasan anak dan orang tua

Kurang pengetahuan : kondisi, prognosa dan program perawatan

Ketidapatuhan

Intoleransi aktivitas

Resti gangguan pemeliharaan kesehatan

7. Menifestasi kliniks Gejala utama yang ditemukan adalah : Sembab ringan: kelopak mata bengkak Sembab berat: anasarka, asites, pembengkakan skrotum/labia, hidiotoraks, sembab paru Kadang-kadang sesak karena hidrotoraks atau diafragma letak tinggi (asites) Kadang-kadang hipertensi Proteinuria > 3,5 g/hr pada dewasa atau 0,05 g/kgBB/hr pada anak-anak Hipoalbuminemia < 30 g/l Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia Hiperkoagulabilitas yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan Arteri Rentan terhadap infeksi sekunder Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan Produksi urine berkurang

8. Pemeriksaan diagnostik a Uji urine 1) Protein urin meningkat 2) Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria 3) Dipstick urin positif untuk protein dan darah 4) Berat jenis urin meningkat b. Uji darah 1) Albumin serum menurun 2) Kolesterol serum meningkat 3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi) 4) Laju endap darah (LED) meningkat 5) Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan. c. Uji diagnostic

Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335). 6. Komplikasi Infeksi (akibat defisiensi respon imun) Tromboembolisme (terutama vena renal) Emboli pulmo Peningkatan terjadinya aterosklerosi Hypovolemia Hilangnya protein dalam urin Dehidrasi

7. Penatalaksanaan a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat. b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.

c.

Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.

d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat. e. 1) Kemoterapi: Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi. 2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan a. Aktivitas / istirahat : pasien susah tidur dan mudah lelah bila beraktivitas b. Eliminasi : Klien diare BAB >3x sehari, dengan konsitensi encer, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih. c. Makanan /cairan : anoreksia, mual, muntah d. Nyeri /kenyamanan : nyeri pada abdomen dan pembengkakan pada abdomen e. Pernapasan : kesulitan pernafasan (efusi pleura) f. Seksualitas : pembengkakan labial (scrotal) g. Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri B. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium

1) Urine Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin. 2) Darah Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin <> b. Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa. C. Diagnosa Keperawatan

a.

Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. c. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasive.

d. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. e. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.


1. Diagnosa dan Rencana Keperawatan. a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan tekanan onkotik plasma Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi edema.

Intervensi 1. Catat intake dan output secara akurat

Rasional Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan

2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi abdomen, BJ urine 3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala Estimasi penurunan edema tubuh yang sama 4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. 5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya Mencegah edema bertambah berat

hemdinamik ginjal.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan. Tujuan : kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.

Kriteria Hasil

: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat,

mempertahankan berat badan

Intervensi 1. Catat intake dan output makanan secara akurat 2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.

Rasional Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Gangguan nuirisi dapat terjadi secara 3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal yang cukup Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. Tujuan : Tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas normal, leukosit dalam batas normal.

Intervensi

Rasional

1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena Meminimalkan masuknya organisme infeksi melalui pembatasan pengunjung. 2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. 4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik Mencegah terjadinya infeksi nosokomial Mencegah terjadinya infeksi nosokomial Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi). Tujuan : kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.

Intervensi 1. Validasi perasaan takut atau cemas

Rasional Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya. Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi. Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.

2. Pertahankan kontak dengan klien

3. Upayakan ada keluarga yang menunggu

4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga.

4.Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan.

Tujuan

: pasien dapat mentolerir aktivitas dan mrnghemat energi : menunjukkan kemampuan aktivitas sesuai dengan kemampuan,

Kriteria Hasil

mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas Intervensi:


Intervensi 1. Rasional

Tingkatkan tirah baring / duduk.

meningkatkan istirahat dan

2. rencanakan dan sediakan aktivitas ketenangan klien, posisi telentang

secara bertahap

meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis. melatih kekuatan otot sedikit demi sedikit.

3. Berikan

perawatan

diri

sesuai memenuhi kebutuhan perawatan diri

kebutuhan klien.

4. Berikan informasi pentingnya aktivitas klien selama intoleransi aktivitas.


bagi pasien

melatih kekuatan otot sedikit demi sedikit.

5.Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas. Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria Hasil : integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan kulit

Intervensi 1. inspeksi seluruh permukaan kulit Menentukan

Rasional

garis pada dan

dasar status

dimana dapat

dari kerusakan kulit dan iritasi


2. ubah posisi tidur setiap 4 jam.

perubahan dibandingkan

melakukan

3. Kurangi stressor

intervensi yang tepat Meninggikan atau menopang daerah yang edema dapat mengurangi edema. Menggnakan bedak dapat mengurangi kelembapan dan gesekan yang ditimbulkan ketika permukaan tubuh saling bergesek. Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan da meningkatkan proses kesembuhan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN SINDROM NEFROTIK DI RUANG PERAWATAN V IIIB RSUD SYEKH YUSUF No. RM : 300999 Tanggal : 26/03/13 Tempat : PR V/III B

I.

DATA UMUM

1. Identitas klien Nama : An. P Umur Status perkawinan Pendidikan terakhir Pekerjaan Tanggal MRS :: 25/03/13 : 13 tahun : belum nikah : SMP Alamat Suku :

Jenis kelamin : laki-laki Agama : Islam : makassar barombong

Sumber info : klien, keluarga dan rekam medik

2. Penanggungjawab/ pengantar Nama Umur Hubungan dengan klien Pekerjaan Alamat : Ny. K : 32 Thn : ibu klien : guru : barombong

II.

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI Alasan masuk RS : klien mengatakan tidak merasa lelah dan sering mual dn muntah

1.

sejak 4 bulan yang lalu dan terasa perih seperti teriris iris, pasien juga mengatakan mual mual, nafsu makan menurun dan perasaan lemah.

2. Keluhan utama : Nyeri uluh hati 3. Riwayat penyakit P : Klien mengatakan nyeri uluh hati Q : nyeri selalu terasa (PENYEBABNYA) R : bagian abdomen (BAGIAN) S : 36,7 oC (SKALA SAKIT) T : pagi siang malam.(WAKTU PENYAKI, MISALNYA HILNG TIMBUL, KADANG2)

III.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami Saat kecil/kanak-kanak : -

Penyebab : bulan yang lalu dengan

t perawatan : Klien mengatakan di rawat di rumah sakit labuang baji 4 keluhan yang sama. Riwayat operasi : Tidak pernah

Riwayat pengobatan : - (HARUS ADA KETERANGAN NO (-) ) 2. Riwayat alergi : 3. Riwayat imunisasi : IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Genogram:

Keterangan: : perempuan meninggal : laki-laki meninggal : klien : perempuan : laki-laki : Serumah

Penjelasan : G1 : kakek dn nenek klien meninggal karena faktor usia G2 : ibu klien pernah mengalami pembengkakan pada saat neonatus G3 : klien tiga bersaudara dan tidak memiliki riwayat penyakit Kesimpulan : penyakit klien berhubungan dengan riwayat keehatan keluarga karena penyakit klien diturunkan dari ibunya. V. RIWAYAT PSIKO SOSIO SPRITUAL

1. Pola pikir dan persepsi. a. Alat bantu yang digunakan : tidak ada : tidak ada

b. Kesulitan yang dialami 2. Persepsi diri

Hal yang amat dipikirkan saat ini : Klien memikirkan penyakitnya yang tak kunjung sembuh Harapan setelah menjalani perawatan : Klien berharap cepat sembuh dan klien bisa pulang ke rumahnya kembali 3. Suasana hati : Klien kadang-kadang terlihat gelisah memikirkan penyakitnya dan sering bertanya tentang penyakitnya. 4. Hubungan / Komunikasi. a. Bicara : jelas

Bahasa utama Bahasa daerah b. Tempat tinggal :

:.Bahasa Indonesia : makassar

Kebiasaan keluarga : Adat istiadat yang dianut : makassar Pembuat keputusan dalam keluarga : suami Pola komunikasi antar keluarga : baik. Keuangan : cukup c. Kesulitan dalam keluarga : tidak ada

5. Pertahanan Koping a. Pengambilan keputusan : suami : tidak ada

b. Yang disukai tentang diri sendiri c.

Yang ingin diubah dari kehidupan : tidak ada : tidak tahu

d. Yang ingin dilakukan jika sukses 6. Spiritual Kepercayaan a.

Siapa / apa sumber kekuatan : Tuhan YME

b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : penting c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) : sholat lima waktu dan berdoa. d. Kegiatan agama / kepercayaan yang ingin dilakukan selama di Rumah sakit : sholat dan berdoa

VI.

KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI HARI

1. Pola Nutrisi Sebelum masuk rumah sakit a. Jenis makanan : nasi, sayur, lauk pauk, buah-buahan : nasi goreng

b. Makanan yang disukai c. Makanan pantang

: Tidak ada :. baik

d. Nafsu makan

Setelah msk RS : klien mengatakan ia hanya makan bubur, nafsu makan menurun, takut makan banyak karena biasanya terasa mual dan muntah, frekuensi makan sedikit tapi sering 2. Pola Eliminasi 1. BAB : Sebelum sakit : Frekuensi : 1x/hari Waktu : pagi Konsistensi: lembek Setelah sakit : Frekuensi Waktu Konsistensi : 1x/hari : pagi : lembek

2.

BAK : Frekuensi : 4-6x/hari Warna : kuning muda bau pesing Setelah sakit tidak ada perubahan

b) Pola Tidur dan Istirahat

1.Waktu tidur (Jam) 2.Lama tidur/hari 3.Kebiasaan pengantar tidur 4.Kebiasaan saat tidur 5.Kesulitan dalam hal tidur 3. Pola aktivitas dan latihan

; 21.00 s/d 05.30 : 7 8 jam : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Sebelum sakit : kegiatan yang dilakukan adalah kuliah sebagai suatu rutintas sehari-hari sebagai seorang mahasiswa Setelah sakit : Rutinitas terganggu karena harus dirawat di rumah sakit Pola pekerjaan 4. Lingkungan tempat tinggal klien : klien tinggal di rumah sendiri, kondisi lingkugan bersih dan bebas polusi 5. Hubungan kilen dengan lingkungan sekitar : baik

6.

PEMERIKSAAN FISIK Hari : senin Tanggal : 1 mei 2013 Jam : 17:00

a)

Keadaan umum Kehilangan BB Kelemahan : menurun : klien terbaring dan nampak lemas

Perubahan Mood gelisah. Tingkat kesadaran

: ekspresi wajah nampak meringis dan tegang dan kadang kadang

: Komposmentis

Vital sign TD N P S b) Head to toe : 100/60 mmHg : 80 x/i : 20x/i : 36,7 oC

1. Kepala / Rambut : Inspeksi : warna hitam lurus. palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan. 2. Mata Kelopak mata bengkak 3. Hidung Reaksi alergi Pernah mengalami flu Pasase udara Sekret/cairan 4. Mulut dan tenggorokan Gigi Stomatitis Gangguan bicara Kesulitan menelan : lengkap : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : pernah : Normal : tidak ada

5. Leher : tdk nampak adanya pembesaran thyroid 6. Pernafasan

Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan Pergerakan dada ikut gerak nafas Auskultasi : Suara pernafasan : bronkhovesikuler 7. Sirkulasi Auskultasi: Suara jantung S1 dan S2 normal, tdk ada suara tambahan Inspeksi :Perubahan warna (Kulit, Kuku, Bibir) : tdk ada 8. Abdomen Palpasi : pembengkakan pada perut kanan bagian atas, nyeri tekan. 9. Nutrisi Jenis Diet : bubur saring Rasa mual : ada Intake cairan : 2500 cc/hari nafsu makan : menurun muntah : ada

c)

Pengkajian data fokus (Pengkajian sistem) Sistem Gastrointestinal I P P A : Gerakan abdomen mengikuti irama napas : Nyeri tekan pada abdomen bagian kanan atas : Bunyi tympani : peristaltik usus

d) 1

Pemeriksaan diagnostik mei 2013

1. Pemerikasaan Darah :Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin <> 2. Biosi ginjal untuk memperkuat diagnosa.

DATA FOKUS

DATA SUBYEKTIF

DATA OBYEKTIF

1.

Klien mengeluh nyeri uluhati, perih 1. Nyeri tekan epigastrium. seperti teriris-iris.

2.

2. Porsi makan tidak dihabiskan Klien mengeluh mual, napsu makan menurun, perasaan lemah.

3.

3. cemas Klien selalu memikirkan pekerjaannya yang terbengkalai karna ia sakit.

4. klien berharap cepet sembuh dan klien bisa pulang. 4. Tanda-tanda Vital TD : 100/60 mmHg N : 80 x/mnt P : 20x/mnt 5. Klien sering memikirkan penyakitnya dan sering bertanya S : 36,7 oC

5. Ekspresi wajah nampak meringis dan tentang Tegang

penyakitnya.

6. klien kadang-kadang gelisah.

ANALISA DATA

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

DS : - klien mengeluh nyeri pada uluhati, perih seperti teririsiris. DO : - Nyeri tekan epigastrium Ekspresi wajah nampak

Ulkus peptikum

Nyeri

Peningkatan asam lambung dan deudenum Erosi

meringis dan tegang - Klien terlihat kadang-kadang gelisah ujung saraf

Merangsang yang terpajan bradikinin,

mengeluarkan

histamin dan serotinin

Rangsangan thalamus

diteruskan

ke

DS : - Klien mengeluh mual, napsu 2 makan lemah. DO : Porsi makan tidak di menurun, perasaan

Nyeri
Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi Ulkus peptikum

habiskan - TB : 168 Cm BB : 48 Kg

Pembengkakan mukosa yang

membran mengalami

inflamasi

Merangsang thalamus bagian distal ( TGZ) sebagai pusat yang

menimbulkan mual

Napsu menurun

makan

Intake nutrisi kurang

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

3 -

DS : Kliensering penyakitnya memikirkan dan sering

Nyeri

kecemasan

bertanya tenteng penyakitnya Klien selalu memikirkan

Perubahan status kesehatan

pekerjaan yang terbengkalai karna ia sakit DO : Ekspresi tegang wajah nampak

Koping individu inefektif

kecemasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Inisial klien : Tn. B

No. RM : 300338

Tempat : PR V / III D

NO

MASALAH/DIAGNOSA

TGL DITEMUKAN

TGL TERATASI

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi B/D intek yang tidak adekuat

2 Nyeri B/D ulkus peptic 3 Kecemasan B/D Perubahan status kesehatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial klien : Tn. B

No. RM : 300338

Tempat : PR V / III D

NO 1

DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan pemenuhan

TUJUAN Kebutuhan 1.

INTERVENSI Anjurkan klien

RASIONAL membantu

nutrisi terpenuhi makan dalam porsi mempertahankan kecil tapi sering. partikel makanan dalam Anjurkan yang pemberian makanan membantu yang menetralisir asam lambung dapat

kebutuhan nutrisi dengan criteria; kurang kebutuhan dari B/D mual tidak ada porsi makan2.

intake yang tidak habis adekuat ditandai ; DS : Klien mengeluh mual, napsu

bervariasi menurut lambung. dietnya dalam hangat. sajikan keadaan merangsang nafsu makan klien

makan menurun, perasaan lemah. DO : Porsi makan 3.

Anjurkan tidak

untuk

mencegah

berbaring terjadinya refleks asam yang lambung dapat

tidak dihabiskan TB : 168 Cm BB : BB Kg 4.

setelah makan.

Kolaborasi menyebabkan pemberian perasaan tidak

antiemetik.

nyaman mulut

pada sehingga terjadi

5.

kolaborasi bisa pemberian diet muntah.

Nyeri B/D ulkus peptikum ditandai dengan : DS : Klien mengeluh nyeri pada uluhati perih 2. teriris-iris. DO : Nyeri tekan pada epigastrium. Ekspresi wajah tampak meringis.Klien seperti Nyeri berkurang atau hilang

lunak TKTP. mencegah terjadinya mual.

membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien

dengan criteria :1. Kaji tingkat nyeri Nyeri tekan ajarkan relaksasi teknik

epigastrium (-). 2. Nyeri uluhati (-)

pedoman

untuk

(telnik menentukan intervensi selanjutnya.

Ekspresi wajah napas dalam).

terlihat nampak tenang. Klien gelisah. tidak 3. anjurkan menghindari untuk

kadang-kadang gelisah.

teknik

relaksasi

makanan/minuman yang merangsang peningkatan

dapat memberikan nyaman dapat

dapat rasa sehingga

asam mengurangi nyeri.

lambung. Membantu mencegah 4. iritasi

penatalaksanaan yang lebih lanjut pemberian obatan program obat- sehingga bisa sesuai meminimalkan nyeri yang dirasakan. menghambat sekresi asam memblok histamin dengan kerja pada

Radin Omeprasol Strokain

reseptor histamin dari sel parietal di lambung menurunkan sekresi asam dengan menghambat pompa kalium hydrogen adenosin lambung --

triposfat (H+, K+, ATPase) pada

permukaan sel-sel

parietal. Sebagai analgetik untuk menghilangkan nyeri. Kecemasan B/D 1. Pedoman untuk intervensi selanjutnya.

perubahan status kesehatan ditandai dengan : DS : Klien memikirkan penyakitnyanya dan sering sering

2.

Memberikan informasi tentang keadaan penyakitnya, tujuan pengobatan

bertanya tentang penyakitnya Klien memikirkan pekerjaannya Rasa selalu teratasi criteria : klien tenang klien terlalu memikirkan dan Kaji tingkat 4. tidak 3. cemas dengan

dan

perawatan

yang diberikan.

Membantu pasien untuk konsep. kesalahan

yang terbengkalia 3. karena sakit. DO : -

1. Ekspresi wajah mengerti tentang nampak tegang. penyakitnya. Klien dapat

mengatasi perasaan

kecemasan klien.

mengembangkan 2. koping efektif.

Berikan informasi cemasnya tentang keadaan meningkatkan mekanisme untuk koping.

dan

penyakitnya. 3. Anjurkan

teknik relaksasi dan manajemen lainnya. 5. stress Membuat hubungan terapeutik, 4. Dorong untuk mengungkapkan perasaannya berikan balik. pasien membantu menerima perasaannya dan memberikan umpan kesempatan untuk memperjelas dan klien

DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.

Das könnte Ihnen auch gefallen