KONSEP AUDIENS Kata audiens, istilah yang familiar dan sering digunakan, tetapi seringkali sebenarnya membicarakan hal yang berbeda. McQuail (1997,2000) mencoba untuk menetralisasi ungkapan istilah audiens untuk menyebut kelompok yang menjadi receivers di dalam proses berantai di dalam model komunikasi (Schramm). Meskipun sebenarnya ketika membicarakan audiens, maka objeknya sangatlah abstrak dan pro-kontra. Audiens baik sebagai produk dalam konteks sosial maupun sebagai sebuah pola respon media yang teratur, selalu mencerminkan suatu kelompok kategori sosial dan warga di suatu tempat, berkaitan dengan pola penggunaan waktu, ketersediaan media, gaya hidup dan kehidupannya (warga dan atau kelompok masyarakat) yang rutin. Oleh karena itu audiens bisa dimaksudkan secara berbeda-beda : by place (seperti media lokal), by people (ketika sebuah media dicirkan oleh kategori kelompok usia, gender, aliran politik dan pendapatan), dalam konteks keterkaitan dengan didasarkan atas medium dan channel (kombinasi teknologi dan organisasi), dilihat dari aspek sebagai kontek pesannya (sesuatu hal dan gaya hidup), by time (ketika membicarakan masalah waktu, atau perbandingan ketersediaan waktu dan daya tahan mengikuti kerja media) Nightingale (2003) mengajukan tipe baru pembagian audiens yang terbagi ke dalam 4 tipe sebagai berikut : audiens yaitu orang-orang yang berkumpul audiens yaitu orang-orang yang dituju. Berarti suatu grup yang terdiri dari orang-orang yang dikirim pesan. audiens yaitu yang terjadinya. Pengalaman akan menerima pesan, apakah sendiri atau dengan orang lain sebagai kejadian interaksi di kehidupan audiens yaitumendengar atau audisi.
AUDIENS PADA AWALNYA Konsep tentang audiens memang berkembang terus. Audiens ada yang tercipta karena respon masyarakat terhadap isi media yang disampaikan. Audiens juga tercipta karena ada kesengajaan media massa untuk melayani sejumlah individu atau kelompok audiens yang tersebar di masyarakat. Dengan pola terbentuknya audiens seperti itu, maka secara teoritis terjadi proses yang menyatukan kelompok masyarakat menjadi suatu audiens, ada juga yang dipecah menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai kecenderungan yang sama. Karakteristik Graeco-Roman audiens merencanakan dan mengorganisasi dari melihat dan mendengarkan seperti yang ditunjukkan juga acara dengan publik dan popular karakter secular isi dari pertunjukan
DARI MASSA KE PASAR Massa audiens itu besar, heterogen dan terpisah luas dan anggotanya bisa saja mengetahui atau tidak mengetahui satu sama lain. PENEMUAN ULANG AUDIENS SEBAGAI GRUP Ada yang teridentifikasi menjadi audiens sebagai grup atau publik, ketika media lokal bisa eksis menjadi saluran media bagi masyarakat setempat, sehingga mempunyai identifikasi karakteristik yang serupa, ada kesempatan interaksi antar audiens maupun dengan komunikatornya.
AUDIENS SEBAGAI PASAR Ada yang memahami audiens sebagai pasar, yaitu yang melihat produk media sebagai komoditi dalam konteks ekonomi, baik sebagai konsumen produk media maupun sebagai audiens untuk iklan medianya. Yang menjadi ciri-ciri audiens dalam kategori ini adalah ukurannya yang besar, heterogen dan anonim, tidak ada proses dengan komunikator serta mudah berubah bentuk dan komposisinya; serta sebagaimana konsep tentang massa. PERSPEKTIF KRITIS TENTANG AUDIENS Dalam perspektif kritis, konsep audiens tersebut menunjukkan adanya eksploitasi komersial terhadap konsumen media atau audiens. Sebab hanya akan memperkuat posisi monopoli para kapitalis media, menjadikan audiens sebagai komoditi, mengkomersialkan audiens dalam konsep rating, menjadikan hubungan antara produsen dan konsumen yang menjadikan proses dhumanisasi dan eksploitasi audiens dan pekerja tidak membangun proses hubungan sosial.
TUJUAN PENELITIAN AUDIENS Dalam perkembangannya, audiens juga mengalami perubahan berdasarkan struktur media yang ada. Segmentasi adalah upaya agar audiens bisa lebih bisa diidentifikasi lebih jelas dalam konsep yang lebih homogenik, sehingga media bisa lebih mampu memberika supply isi yang diperlukan oleh kelompok masyarakat tersebut. Selain itu proses fragmentasi juga terjadi karena perubahan struktur dan tingkat konsentrasi media yang semula bersifat tunggal ketika media masih bersifat dominan (karena jumlah yang terbatas), terus berkembang mengalami diversity ketika banyak materi isi dari sebuah institusi media yang ternyata bisa menciptakan audiens yang khusus lagi. Perkembangan konsep audiens, kemudian juga didorong oleh pertumbuhan jumlah media semakin banyak, yang juga disertai semakin beragamnya materi isi media, dan akhirnya suatu lembaga media massa mampu berproses dan menciptakan banyak audiens yang beragam. Kondisi struktur dan konsentrasi media yang semakin beragam dan materi isi yang semakin banyak dengan variasi jenis yang beragam telah menjadikan audiens terfragmentasi menurut kelompok media dan kelompok materi isi yang disampaikan oleh media, sehingga komposisi dan struktur audiens semakin kecil. Dan inilah, terutama untuk media TV , yang sering disebut dengan berakhirnya audiens yang bersifat massa. Melihat perkembangan dinamika konsep audiens, maka bisa dipastikan perkembangan dan dinamika penelitian tentang audiens juga mengalami dinamika. Sebab perkembangan pemahaman tehadap konsep audiens tidak bisa dilepaskan dari penemuan-penemuan yang terjadi di dalam penelitian audiens.
ALTERNATIF CARA PENELITIAN TRADISI STRUKTURAL UNTUK PENGUKURAN AUDIENS Tradisi struktural di dalam penelotian audiens digunakan untuk melihat ukuran jumlah audiens dan luas jangkauan media, termasuk di dalamnya adalah struktur dan komposisi sosial audiens, seperi siapa, kapan dan dimana audiens melakukan akses media. Data-data tersebut digunakan oleh manajemen untuk menjual program acara atau materi isi untuk memperoleh iklan. Data audiens tersebut dijadikan selanjutnya dikembangkan untuk melakukan riset pasar dan iklan. Tradisi penelitian kuantitatif ini, sampai sekarang masih banyak digunakan oleh manajemen untuk mengembangkan materi isi, pengembangan pasar dan perluasan perolehan iklan. Oleh karena itu metode yang banyak digunakan adalah survey dan alaisis statistik.
TRADISI BEHAVIORAL : EFEK MEDIA DAN KEGUNAAN MEDIA Tradisi behavioral ketika melakukan penelitian audiens lebih memusatkan pada persoalan efek atau dampak media dan kebiasaan bermedia masyarakat. Kedua jenis penelitian tersebut muncul karena melihat hubungan media dengan audiens dalam perspektif komunikasi searah, yang melihat proses feedback yang terjadi antara pengirim dan penerima tidak berjalan dalam proses yang seharusnya. Tradisi behavioral ini memberikan manfaat di dalam upaya memahami efek media, kebiasaan dan perilaku audiens, serta mampu menjelaskan dan memprediksi pilihanm reaksi dan efek media. Data-data yang bisa dikumpulkan melalui survey, eksperimen, pengukuran mental adalah menyangkut motivasi, tindakan pilihann dan reaksi audiens.
TRADISI KULTURAL DAN ANALISIS RESEPSI Tradisi kultural, lebih melihat audiens sebagi bagian dari suatu norma kehidupan di masyarakat yang mempunyai kerangka berpikir. Dengan demikian setiap pesan yang disampaikan oleh media massa akan dikonstruksikan dalam makna tertentu oleh audiens. Konteks sosial budaya dan proses pemberian makna pada produk budaya berdasarkan pengalaman di dalam kehidupan sehari- hari, merupakan fokus yang dilakukan oleh tradisi penelitian kualitatif ini untuk memahami teks media. Oleh karena itu, tradisi ini menolak analisis dengan menggunakan model stimulus-respon dan efek yang dilihat sebagai suatu proses yang berjalan satu arah saja. Metode yang banyak digunakan adalah etnografi.
ISU AUDIENS TERHADAP PERHATIAN PUBLIK Seperti yang akan kita lihat, perubahan akan pertanyaan langsung mengenai audiens menjadi isu atau problem sosial biasanya membutuhkan masukan dari beberapa pertimbangan nilai.
PENGGUNAAN MEDIA SEBAGAI KETERGANTUNGAN Penggunaan media yang berlebihan sering terlihat sebagai penuh kekerasan dan tidak sehat (terutama bagi anak-anak), mengacu pada ketergantungan, penjauhan dari realita, mengurangi kontak sosial, pengalihan dari pendidikan dan pengalihan dari kegiatan yang lebih bermanfaat.
AUDIENS MASSA DAN PEMBAGIAN SOSIAL Semakin audiens terlihat sebagai kumpulan individu yang terisolasi daripada sebagai grup sosial, semakin bisa dianggap itu adalah massa dengan asosiasi negatif yang irasional, kekurangan pengendalian diri, dan mudah dimanipulasi.
PERILAKU AUDIENS YANG AKTIF ATAU PASIF? Media dikritik karena menawarkan hiburan yang tanpa pengetahuan dan mengantukkan daripada hiburan yang berbobot. hasilnya ditemukan bahwa, secara instan, akan terjadi pemisahan dari kenyataan dan pemisahan dari partisipasi sosial.
MANIPULASI ATAU PERLAWANAN Awalnya audiens terlihat sebagai objek yang mudah dimanipulasi dan dikontrol, dibodohi oleh kehidupan selebriti. Akhirnya, penelitian sekarang menemukan fakta bahwa audiens biasanya memiliki akar sosial budaya yang melindungi mereka dari pengaruh-pengaruh buruk yang tidak diinginkan dan membuat pilihan bebas dari apa yang mereka terima.
HAK MINORITAS AUDIENS Dalam konteks ini minoritas melindungi potensial faktor-faktor yang tersebar, termasuk gender, pebedaan politik, lokalitas, rasa, umur, etnik dan lainnya.